Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun rincian waktu dan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Jl. Muhammadiyah No.91, Batoh, Kec. Lueng Bata, Kota Banda Aceh, Aceh 23123
Gambar 2.1 Denah lokasi praktikum beton
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1 Air
Air yang digunakan sebaiknya dari jenis air tawar karena air asin/air laut
mempunyai kadar garam yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan besi tulangan
berkarat dan konstruksi beton tidak mempunyai kekuatan optimal karena
pemiihan air yang salah pada saat pelaksaan. (Ahadi,2010).
Semen merupakan salah satu bahan utama dalma konstruksi bangunan yang
berfungsi sebagai perekat,yaitu material yang dapat mengikat bahan- bahan padat
suatu yang kuat.semen Portland atau Portland cement adalah jenis semen yang
paling umun digunakan untuk bahan campuran beton,plesteran dinding,adukan
encer,bahan penambal,dan lainsebaginya.salah satu ciri khusus Portland cemen
adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan air dan berubah menjadi benda
padat yg tidak larut dalam air.inilah mengapa semen Portland disebut sebagai
pengikat hidrolis.
3. Tipe III untuk kontruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang
tinggi.
4. Tipe IV untuk kontruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang
rendah.
5. Tipe V untuk kontruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap
sulfat.
2.1.3 Agregat
Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa
sekumpulan batu pecah, kerikil, pasir baik berupa hasil alam atau lainnya. Agregat
merupakan suatu material yang digunakan dalam adukan beton yang membentuk
suatu semen hidrolis. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam atau agregat buatan, secara umum agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya. Agregat terbagi beberapa macam jenis, diantaranya :
a. Agregat Halus
Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga
menjadikan ikatan lebih kuat yang mempunyai Bj 1400 kg/m. Agregat halus
yang baik tidak mengandung lumpur lebih besar 5 % dari berat, tidak
mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan
keras, dan bervariasi.
Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap saringan
9,5 mm 100
4,76 mm 95 – 100
2,36 mm 80 – 100
1,19 mm 50 – 85
0,595 mm 25 – 60
0,300 mm 10 – 30
0,150 mm 2 – 10
b. Agregat Kasar
Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4)
sampai 40 mm (No. 1½ inci). Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri
dari kerikil atau batu pecah dengan partikel butir lebih besar dari 5 mm atau
antara 9,5 mm dan 37,5 mm.
Pemisahan ukuran
Ukuran ayakan (mm) Persen (%) berat
yang lewat masing-masing ayakan
25 100
19 90 – 100
9,5 20 – 55
4,75 0 – 10
2,36 0–5
BAB III
METODE PEMERIKSAAN MATERIAL DAN PEMBUATAN BENDA UJI
b. Langkah Kerja
1. Benda uji yang telah dikeringkan dalam oven di keluar dan dibiarkan
dingin;
2. Kemudian agregat isi ke dalam container yang terdiri dari tiga lapisan;
3. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali tumbukan;
4. Di isi hingga penuh dan diratakan, lalu di hitung beratnya;
5. Lakukan langkah kerja 3 dan 4 sebanyak 3 kali.
c. Perhitungan
Perhitungan pemeriksaan berat volume (Bulk Density) dapat di
perhitungkan dengan rumus sebagai berikut:
....
(3.1)
11
d. Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian di dapat beberapa data yaitu perhitungan
berat volume gembur pasir, perhitungan berat volume pada pasir.
Tabel 3.1 Perhitungan Berat Volume Gembur Pasir
Weight Volume
Bulk
No. Sampling Container Of
Container Aggregate Density
Urut No. + Agregat Container
(kg) (kg) (kg/l)
(kg) (l)
1 2 3 4 5 6 7
1 A 0,195 1,733 1,538 1 1,538
2 B 0,195 1,581 1,386 1 1,386
3 C 0,195 1,552 1,357 1 1,357
Average 1,427
Average 1,514
Tabel 3.4 Perhitungan Berat Volume Padat Batu Pecah.
Weight
Volume
Bulk
No. Sampli Container Of
Container Aggregate Density
Urut ng No. + Agregat Containe
(kg) (kg) (kg/l)
(kg) r (l)
1 2 3 4 5 6 7
Average 1,703
d. Hasil Pengujian
Hasil pratikum di Laboratorium Kontruksi Bahan Bangunan, diperoleh hasil
perhitungan analisa saringan agregat halus dan agregat kasar. adapun perhitungan
Sieve Analysis ditampilkan/diperlihatkan pada tabel 3.6 dan 3.7 halaman 20.
Agregat Halus
Tabel 3.6 Perhitungan Sieve Analysis Agregat Halus
% Rata- Rata-Rata
Tinggal diatas Komulatif Tinggal diatas Rata-Rata % Rata-Rata % Rata-
Rata Komulatif Rata-Rata
Seri Saringan Saringan Tinggal Komulatif Rata
Tinggal Tinggal Lolos
Saringan diatas Tinggal diatas Lolos
diatas diatas Saringan
Saringan Saringan Saringan
A B C A B C Saringan Saringan
37,5 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0 0,00 996,03 100,00
25 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0 0,00 996,03 100,00
19,1 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0 0,00 996,03 100,00
9,52 14 4 0 14 4 0 6,00 0,60 6 0,60 990,03 99,40
4,76 18 1 0 32 5 0 6,33 0,64 12 1,24 983,70 98,76
2,38 15 98 97 47 103 97 70,00 7,03 82 8,27 913,70 91,73
1,19 131 126 117 178 229 214 124,67 12,52 207 20,78 789,03 79,22
0,59 239 248 245,2 417 477 459,2 244,07 24,50 451 45,29 544,97 54,71
0,297 215 246 250,3 632 723 709,5 237,10 23,80 688 69,09 307,87 30,91
0,149 224 96 172,4 856 819 881,9 164,13 16,48 852 85,57 143,73 14,43
sisa 140 174 117,2 996 993 999,1 143,73 14,43 996 - 0,00 0,00
Total 996 993 999 996,03 100,00 230,84
FM 2,31
Agregat Kasar
Tabel 3.7 Perhitungan Sieve Analysis Agregat Kasar
% Rata- Rata-Rata
Tinggal diatas Komulatif Tinggal diatas Rata-Rata % Rata-Rata % Rata-
Rata Komulatif Rata-Rata
Seri Saringan Saringan Tinggal Komulatif Rata
Tinggal Tinggal Lolos
Saringan diatas Tinggal diatas Lolos
diatas diatas Saringan
A B C A B C Saringan Saringan Saringan
Saringan Saringan
37,5 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0 0,00 2500,80 100,00
25 201,7 199,6 130,3 201,7 199,6 130,3 177 7,09 177 7,09 2323,60 92,91
19,1 1292,3 1051,1 1176,4 1494 1250,7 1306,7 1173 46,92 1350 54,00 1150,33 46,00
9,52 865,6 950,3 1002,8 2359,6 2201 2309,5 940 37,57 2290 91,57 210,77 8,43
4,76 123 251,5 170,1 2482,6 2452,5 2479,6 182 7,26 2472 98,83 29,23 1,17
2,38 8,7 37,2 18 2491,3 2489,7 2497,6 21 0,85 2493 99,68 7,93 0,32
1,19 0 0,4 0 2491,3 2490,1 2497,6 0 0,01 2493 99,69 7,80 0,31
0,59 0 1,1 0 2491,3 2491,2 2497,6 0 0,01 2493 99,70 7,43 0,30
0,297 1,8 1,3 0 2493,1 2492,5 2497,6 1 0,04 2494 99,74 6,40 0,26
0,149 1 1 7 2494,1 2493,5 2504,6 3 0,12 2497 99,86 3,40 0,14
sisa 3,1 4,4 2,7 2497,2 2497,9 2507,3 3 0,14 2501 100,00 0,00 0,00
Total 2497,2 2497,9 2507,3 2501 100 850,17
FM 8,50
15
.................................................................. (3.2)
.......................................................................... (3.4)
4. Berat benda uji pada pada kering oven :
.....................................................................
(3.5)
5. Berat jenis benda uji pada keadaan kering oven :
.......................................................................... (3.6)
d. Hasil Pengujian
Hasil pengujian didapatkan hasil perhitungan berat jenis dan absorbsi pasir
yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Perhitungan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir
SAMPLE
No. WEIGHT NOTATION A B C
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 7
1 Container Wc 208,8 208,8 208,8
2 Container + Aggregate Wcs 1208,8 1208,8 1208,8
3 Saturated Surface Dry (SSD) Ws = Wcs - Wc 1000 1000 1000
4 Container + Aggregate + Water Wcsw' 1789,9 1789,9 1791,1
5 Container + Water Wcw" 1197,4 1197,4 1197,4
6 Volume of Aggregate Wv = Ws - Wcsw' 407,5 407,5 406,3
18
+Wcw"
7 Specific Gravity, SSD Sg, SSD = Ws/Wv 2,45 2,45 2,46
Average 2,46
8 Container Wc' 74 74 74
9 Container + Aggregate W'cs 1010 1008 1010
10 Agregate ; OD Wd= W'cs - Wc' 936 934 936
11 Specific Gravity; CD Sg OD = Wd/Wv 2,30 2,29 2,30
Average Sg OD 2,30
100 ( Ws - Wd ) /
12 Water absorption 6,84 7,07 6,84
Wd
Average Absorbtion 6,91
3.1.3.2 Berat Jenis Kerikil
Berat jenis kerikil disebut juga agregat kasar. Kerikil di dapat dari proses
alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang
mengalir. Tujuan pratikum ini untuk menentukan volume kerikil dalam beton.
a. Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Kerikil (Coarse Agregat).
Peralatan :
1. Timbangan dengan ketilitian 0,1 gr;
2. Keranjang besi;
3. Alat penggantung keranjang;
4. Oven;
5. Kain bersih;
6. Baki/Baskom dan Ember;
7. Sendok/Sekop agregat.
b. Langkah Kerja
1. Timbang Berat keranjang di udara (Wc), dalam air (Wcw) dan kering
oven (Wc’);
2. Benda uji di rendam dalam air selama 24 jam;
3. Benda uji dibersihkan dengan kain bersih, lalu menebarkan benda uji di
atas kertas/kanvas hingga tercapai kondisi jenuh permukaan (SSD), dan
di dapat di lihat secara visual;
19
c. Perhitungan
Perhitungan berat jenis kerikil dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
1. Berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan
(SSD) :
.................................................................. (3.7)
2. Volume benda uji :
...................................................
(3.8)
.......................................................................... (3.9)
4. Berat benda uji pada pada kering oven :
...................................................................
(3.10)
........................................................................... (3.11)
6. Berat benda dalam air :
................................................................
(3.12)
d. Hasil Pengujian
Hasil pengujian didapatkan hasil perhitungan berat jenis dan batu pecah
yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Perhitungan Berat Jenis dan Absorsi Kerikil
SAMPLE
No. WEIGHT NOTATION A B C
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
1 Container Wc 618,7 618,7 618,7
2 Container Under Water Wcw 522,3 522,3 522,3
3 Container + Aggregate Wcs 3130,5 3130,5 3130,5
Container + Aggregate
4 Wcsw 2106,3 2104,7 2123,2
Under Water
5 Saturated Surface Dry (SSD) Ws = Wcs - Wc 2511,8 2511,8 2511,8
6 Aggregate Under Water Ww = Wcsw - Wcw 1584 1582,4 1600,9
7 Volume of Aggregate Wv = Ws - Ww 927,8 929,4 910,9
8 Specific Gravity, SSD Sg, SSD = Ws/Wv 2,71 2,70 2,76
Average 2,72
9 Container Wc' 231 231 231
10 Container + Aggregate Wcd 2714 2703 2738
11 Agregate; OD Wd= Wcd - Wc' 2483 2472 2507
21
3.1.4 Absorbsi
Absorbsi pada presentase perbandingan antara berat air yang terserap
agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan kering
oven. Tujuannya ialah untuk menentukan presentase berat air yang terserap,
hubungan dengan perencanaan air campuran dan kualitas agregat dalam beton.
a. Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Kerikil
2. pasir
Peralatan :
1. Timbangan dengan ketilitian 0,1 gr;
2. Keranjang besi;
3. Alat penggantung keranjang;
4. Oven;
5. Kain bersih;
6. Baki/Baskom dan Ember;
7. Sendok/Sekop agregat.
b. Langkah Kerja
1. Di ambil kerikil kering dari oven seberat 1000 gram.
2. Satu set Sieve Shaker Machine di susun secara berurutan dengan
diameter ukuran berada paling atas kemudian Sieve Shaker
Machine dengan diameter lubang yang ukuran di bawahnya.
3. Memasukkan kerikil dengan berat 1000 gram ke dalam Sieve
Shaker Machine. Sieve Shaker Machine dilakukan selama ± 15
menit, sehingga kerikil yang lolos pada masing-masing saringan.
22
Slump (mm)
Tipe Kontruksi
Maksimum Minimum
Pondasi beton (dinding dan pondasi telapak) 75 25
24
Hasil Interpolasi :
5 (0,61- = 3 x - 0,08
26
3,05 - 5 = -0,24
-5 = -0,24 – 3,05
= 0,658 lt/m3
= 0,66 lt/m3 air yang dibutuhkan.
Berdasarkan tabel 3.11, maka nilai jumlah air berdasarkan ukuran
maksimum agregat dan nilai slump di dapat 0,66 lt/m3.
........................................................................................(3.14)
Berat aggregat halus = Beton segar – (berat air + berat semen + berat ag. kasar)
...(3.16)
BETON NORMAL
SATUAN
METERIAL JUMLAH
SEMEN 292,424 Kg
yang tidak sesuai dengan rencanaakan semakin besar. Cara pengolahan ini akan
menentukan kualitas akan beton yang akan dibuat.
a. Bahan yang diperlukan
1. Air
2. Semen
3. Agregat Halus
4. Agregat Kasar
5. Oli/Pelumas
b. Peralatan
1. Mesin pengaduk campuran (Mixer) ;
2. Ember Besar ;
3. Ember kecil ;
4. Karung Goni ;
5. Sekop ;
6. Tongkat besi ;
7. Bekisting Silinder ;
8. Slump Cone.
c. Langkah kerja
Setelah dibiarkan selama 24 jam beton akan mencapai final setting, artinya
beton telah mengeras. Pada saat inilah benda uji telah dapat dibuka untuk
31
kemudian dilakukan perawatan (curing) benda uji. Perawatan benda uji dilakukan
agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi,
beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat.
Pada praktikum ini melakukan perawatan benda uji dengan cara
merendam benda uji didalam air selama 28 hari untuk 6 benda uji. Pada
permukaan benda uji terlebih dahulu diberikan tanda kelompok supaya tidak
tertukar dengan benda uji kelompok yang lainnya.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan setelah perawatan benda uji, dapat
mengikuti standar SNI.M-10-1991-03. Uji kuat tekan dapat dilakukan pada umur
beton 7, 14, 21, atau 28 hari. Pada praktikum ini, melakukan uji kuat tekan pada
umur beton 7, 21 dan 28 hari, sementara pada perancangan awal mutu beton yang
diharapkan sebesar 33,3 MPa umur beton 28 hari.
Tabel 3.16 Konversi Kuat Tekan Beton
Umur (hari) Rasio Kuat Tekan
1 2
3 0,40
7 0,65
1 2
14 0,88
21 0,95
28 1
90 1,2
363 1,35
Sumber : Anonim(2012)
2. Timbangan
3. Alat untuk capping
3.5.2 Persiapan Pengujian
Sebelum melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus melalui beberapa
proses tahapan sebagai berikut:
1. Apabila benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perendam/pematangan (curing), kemudian bersihkan benda uji tersebut
dari kotoran yang menempel dengan menggunakan kain basah/lembab;
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji;
3. Lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar
belerang, dengan cara sebagai berikut: (a) Lelehkan mortar belerang dalam
pot peleleh (melting pot) yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan
gemuk,(b) kemudian letakkan benda uji tersebut dengan cara tegak lurus
pada mesin cetakan, pelapisan sebagai mortar belerang cair menjadi keras,
dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan benda uji
lainnya, (c) setelah itu angkatlah benda uji tersebut dari cetakan lalu
kemudian angin-anginkan.
4. Setelah proses persiapan pengujian sudah benar-benar di lakukan, benda
uji siap untuk pengujian kuat tekan.
Untuk mencari hasil perhitungan kuat tekan beton harus di ikuti dengan
langkah-langkah pada keterangan rumus sebagai berikut ini :
1. Rumus mencari Kuat Tekan :
......................................................................... (3.18)
Keterangan:
bk =kuat Tekan Beton
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
2. Rumus mencari Luas Penampang :
............................................................. (3.19)
Luas penampang pada permukaan silinder
15
30 (3,14) ((15)(30))2
(3,14) (22.500)
mm
l Hari
1 26/06/2021 02/08/2021 7 12.5 17,66 350.00 19,81 30,47
17,66 342.00
2 26/06/2021 02/08/2021 7 12.9 19,36 29,78
0
02/08/2021 17,66 340.00
3 26/06/2021 7 12.5 19,25 29,61
0
02/08/2021 17,66 352.00
4 26/06/2021 7 12.7 19,93 30,66
0
02/08/2021 17,66 351.00
5 26/06/2021 7 12.4 19,87 30,56
0
Rata – Rata (Mpa) 30,22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
35
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai kuat tekan rata – rata dari 5
benda uji adalah 30,22 Mpa. Artinya, kuat tekan yang di dapat melebihi kuat
tekan yang di targetkan yaitu 22 Mpa.
Untuk Perhitungan Specific Gravity Didapat :
1. Perhitungan berat jenis dan absorsi pasir adalah 6,91
2. Perhitungan berat jenis dan absorsi kerikil adalah 0,99
Untuk Perhitungan Bulk Density Didapat :
1. Berat volume gembur pasir adalah 1,427
2. Berat volume padat pasir adalah 1,729
3. Berat volume gembur kerikil adalah 1,514
4. Berat volume padat kerikil adalah 1,703
Untuk Pengujian Sieve Analysis didapat :
1. Pengujian sieve analysis pasir adalah 2,31
2. Pengujian sieve analysis kerikil adalah 8,50
4.2 Saran
Asroni, A., 2009. Struktur Beton Lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
36
Murdock, L. J., dan Brook, K. M., 1978, Bahan Dan Praktek Beton, Erlangga,
Jakarta.
Neville dan Brooks, 1987. Bahan Dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton
Kinerja Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset, Yogyakarta. 2007
Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.