You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan suatu material secara umum digunakan masyarakat


terhadap fasilitas insfatruktur kontruksi yang semakin meningkat. Seiring
perkembangannya zaman, maka dari itu pemilihan beton sebagai bahan baku
utama kontruksi bangunan sangatlah penting. Beberapa hal yang perlu ditinjau
dalam pembuatan beton adalah harganya relatif murah, mudah didapat, memiliki
kuat tekan yang tinggi serta mempunyai sifat tahan terhadap faktor kondisi
lingkungan.
Pada umumnya suatu kontruksi sudah berdiri kokoh seperti gedung-gedung
bertingkat, jalan, jembatan, bandara, bangunan lepas pantai, stadion, terowongan,
dan lain-lain termasuk pembuatan patung. Adapun elemen konstruksi tersebut
berupa kayu, besi, baja, beton, genteng, kaca, dan sebagainya.
Kandungan beton terdiri dari semen, air, bahan tambahan (admixture), dan
agregat. Agregat merupakan bahan utama untuk mengisi volume pada beton .
Tanpa agregat beton itu tidak akan terbentuk. Maka agregat memiliki fungsi dan
peranan sendiri yang sangat penting pada beton. Agregat yang baik untuk
digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih,
keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi. Dibutuhkan agregat yang
baik agar mampu menghasilkan mutu beton yang tinggi.
Secara umum, pertumbuhan atau perkembangan industri konstruksi di
Indonesia cukup pesat. Hampir 60% material yang digunakan dalam pekerjaan
konstruksi adalah beton (concrete) yang pada umumnya dipadukan dengan
baja(composite) atau jenis lainnya. Pada konstruksi jalan raya khususnya
untukperkerasan kaku (Rigid Pavement) telah banyak aplikasi beton yang
digunakan seperti RCC (Roller CompactedConcrete). Beton RCC ini memiliki

1
2

kekentalan yang cukup untuk dihamparkanmenggunakan alat penghampar aspal


(asphalt finisher) dan dipadatkan denganroller.
Dalam suatu konstruksi bangunan, beton merupakan salah satu bahan yang
penting karena bangunan umumnya seperti jembatan, struktur, jalan, dan
sebagainya banyak menggunakan material beton selain karena mudah dalam
pengerjaannya dan juga bahan yang diperlukan mudah ditemukan. Berdasarkan
hal ini maka analisa dan penelitian terhadap materi dan proses terbentuknya beton
sangat dibutuhkan. Sebagai program wajib dalam ilmu bahan bangunan, maka
penerapan dasar dan aplikasinya wajib dikuasai oleh setiap mahasiswa teknik
sipil. Hal ini diacukan agar kedepan seorang sarjana sipil dapat mengusai konsep
dan analisa kerja saat terjun ke dunia konstruksi

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktikum Teknologi Beton antara lain:


1. Mengetahui dan memahami mengenai sifat-sifat dan meterial pembentuk
beton.
2. Mengetahui parameter-parameter material pembetuk beton.
3. Perencanaan dan percobaan pembuatan campuran beton dengan kekuatan
tekan tertentu.
4. Pengujian kuat tekan beton serta sifat mekanik dari material beton tersebut
melalui percobaan di laboratorium.

1.3 Waktu Dan Lokasi

Praktikum Teknologi Beton dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi dan


Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh dengan
bantuan asisten labarotorium.
3

Adapun rincian waktu dan kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Praktikum


Tanggal Keterangan Kegiatan

1. Menimbang pasir dan kerikil yang telah di


jemur selama lebih kurang 24 jam oleh asisten
14 Juni 2021 dosen.
2. Merendam pasir dan kerikil dengan air.
3. Memanaskan pasir dan kerikil kedalam oven.

1. Mengangkat pasir dari oven.

2. Menimbang pasir dan kerikil yang sudah di


ovenkan.
15 Juni 2021 3. Mengayak pasir dan kerikil.
4. Memeriksa Spesific Gravity dan Absorsi pasir
dan batu pecah.
1. Mengayak pasir.
2. Menimbang pasir dan kerikil.
26 Juli 2021 3. Pengecoran.
4. Memasukkan hasil pengocaran ke dalam
bekisting.
1. Pembongkaran bekisting sudah dilakukan oleh
asisten dosen.
2. Pengangkatan beton dari bak air.
02 Agustus 2021
3. Mengeringkan beton.

4. Uji kuat tekan.


4

Jl. Muhammadiyah No.91, Batoh, Kec. Lueng Bata, Kota Banda Aceh, Aceh 23123
Gambar 2.1 Denah lokasi praktikum beton
5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Material Beton

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang


terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari
beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air.Biasanya dipercayai bahwa beton mengering
setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat
karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya
bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan
penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam
bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.

Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti


beton ringan, beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber, beton berkekuatan
tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng: self
compacted concrete) dll. Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang paling
banyak dipakai di dunia. (F. Coignet 1850)

2.1.1 Air

Air merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan


bangunan dengan stuktur beton bertulang.pada konstruksi beton,air diperlukan
untuk bereaksi dengan sehingga dapat menjadi bahan perekat antara agregat halus
(pasir).agregat kasar(kerikil) serta bahan campuranbeton lainnhya.dalam
pembuatan konstruksi beton harus digunakan air dengan baik sehingga dapat
tercipta beton yang kuat serta tahan lama.air yang baik untuk campuran beton
6

bertulang sebaiknya harus memenuhi persyaratan standar nasional Indonesia (SK-


SNI-SaF) yaitu sebagai berikut:

1. Air harus bersih.


2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram /2 liter.
3. Tidak mengandung lumpur minyak dan benda terapan lain yang bisa lilihat
secara visual.
4. Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam organic) lebih
dari 15 gram/liter.
5. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
6. Tidak mengandung cholorida(cl)lebih dari0.5 gram/liter.

Air yang digunakan sebaiknya dari jenis air tawar karena air asin/air laut
mempunyai kadar garam yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan besi tulangan
berkarat dan konstruksi beton tidak mempunyai kekuatan optimal karena
pemiihan air yang salah pada saat pelaksaan. (Ahadi,2010).

2.1.2 Semen Portland

Semen merupakan salah satu bahan utama dalma konstruksi bangunan yang
berfungsi sebagai perekat,yaitu material yang dapat mengikat bahan- bahan padat
suatu yang kuat.semen Portland atau Portland cement adalah jenis semen yang
paling umun digunakan untuk bahan campuran beton,plesteran dinding,adukan
encer,bahan penambal,dan lainsebaginya.salah satu ciri khusus Portland cemen
adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan air dan berubah menjadi benda
padat yg tidak larut dalam air.inilah mengapa semen Portland disebut sebagai
pengikat hidrolis.

Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen protland tipe 1 terbagi dalam 5


tipe yaitu:

1. Tipe I untuk kontruksi secara umum.


2. Tipe II untuk kontruksi secara umum tetapi setelah disyarat kan kontruksi
ini tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
7

3. Tipe III untuk kontruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang
tinggi.
4. Tipe IV untuk kontruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang
rendah.
5. Tipe V untuk kontruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap
sulfat.

2.1.3 Agregat
Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa
sekumpulan batu pecah, kerikil, pasir baik berupa hasil alam atau lainnya. Agregat
merupakan suatu material yang digunakan dalam adukan beton yang membentuk
suatu semen hidrolis. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam atau agregat buatan, secara umum agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya. Agregat terbagi beberapa macam jenis, diantaranya :

a. Agregat Halus
    Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga
menjadikan ikatan lebih kuat yang mempunyai Bj 1400 kg/m. Agregat halus
yang baik tidak mengandung lumpur lebih besar 5 % dari berat, tidak
mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan
keras, dan bervariasi.

    Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir


maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat
halus olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pecahan dan
pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau
terak tanur tinggi.

    Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan


partikel butir lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada
saringan No.200.
8

Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus

Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap saringan

9,5 mm 100

4,76 mm 95 – 100

2,36 mm 80 – 100

1,19 mm 50 – 85

0,595 mm 25 – 60

0,300 mm 10 – 30

0,150 mm 2 – 10

Sumber : ASTM C-33

b. Agregat Kasar
Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4)
sampai 40 mm (No. 1½ inci). Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri
dari kerikil atau batu pecah dengan partikel butir lebih besar dari 5 mm atau
antara 9,5 mm dan 37,5 mm.

Tabel 2.2 Batas-batas gradasi agregat kasar untuk maksimal nominal 19 mm

Pemisahan ukuran
Ukuran ayakan (mm) Persen (%) berat
yang lewat masing-masing ayakan
25 100
19 90 – 100
9,5 20 – 55
4,75 0 – 10
2,36 0–5

Sumber : SNI 7656-201


9

BAB III
METODE PEMERIKSAAN MATERIAL DAN PEMBUATAN BENDA UJI

Pemeriksaan bahan merupakan suatu cara untuk mengetahui keadaan dari


suatu bahan, dengan menggunakan metode-metode yang ada untuk mengetahui
kekuatan dari material yang akan di uji, Pada setiap material pembuatan beton.
Karakteristik suatu material baru dapat diketahui dengan cara melihat mutu untuk
memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas tertentu.

3.1 Pemeriksaan Sifat Fisis Agregat

Pada proses perencanaan beton, pemeriksaan terhadap material agregat


pembentuk beton sangat diperlukan. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
pengujian material berupa uji fisis, sehingga diperoleh mutu yang sesuai
perencanaan. Adapun jenis uji fisis yang dilakukan pada pratikum teknologi beton
ini dapat berupa:
1. Pemeriksaan Berat Volume (Bulk Density).
2. Analisis Saringan Agregat (Sieve Analysis).
3. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity) dan Penyerapan (Absorbtion)
Agregat.

3.1.1 Pemeriksaan Berat Volume (Bulk Density)


Agregat mengisi 60-80% dari volume beton. Karakteristik kimia, fisik
dan mekanik agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, dan lain-lainnya.
Keuntungan dalam penggunaan agregat pada beton adalah:
a. menghasilkan beton yang murah.
b. menimbulkan sifat volume beton yang stabil.
c. mengurangi susut.
d. mengurangi rangkak.
e. memperkecil pengaruh suhu.
10

Tujuan dari pemeriksaan berat volume ini bertujuan untuk menentukan


berat volume dari agregat halus dan agregat kasar.
a. Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Pasir (Fine Agregat);
2. Kerikil (Coarse Agregat).
Peralatan :
3. Timbangan dengan ketilitian 0,1 grm;
4. Wadah yang cukup besar untuk megeringkan contoh agregat;
5. Tongkat Pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang berujung bulat
dan terbuat dari baja anti karat;
6. Mistar Perata;
7. Sekop;
8. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang.

b. Langkah Kerja
1. Benda uji yang telah dikeringkan dalam oven di keluar dan dibiarkan
dingin;
2. Kemudian agregat isi ke dalam container yang terdiri dari tiga lapisan;
3. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali tumbukan;
4. Di isi hingga penuh dan diratakan, lalu di hitung beratnya;
5. Lakukan langkah kerja 3 dan 4 sebanyak 3 kali.

c. Perhitungan
Perhitungan pemeriksaan berat volume (Bulk Density) dapat di
perhitungkan dengan rumus sebagai berikut:
....

(3.1)
11

d. Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian di dapat beberapa data yaitu perhitungan
berat volume gembur pasir, perhitungan berat volume pada pasir.
Tabel 3.1 Perhitungan Berat Volume Gembur Pasir

Weight Volume
Bulk
No. Sampling Container Of
Container Aggregate Density
Urut No. + Agregat Container
(kg) (kg) (kg/l)
(kg) (l)
1 2 3 4 5 6 7
1 A 0,195 1,733 1,538 1 1,538
2 B 0,195 1,581 1,386 1 1,386
3 C 0,195 1,552 1,357 1 1,357
             
Average 1,427

Tabel 3.2 Perhitungan Berat Volume Padat Pasir


Weight Volume
Bulk
No. Sampli Container Of
Container + Agregat Aggregate Density
Urut ng No. Containe
(kg) (kg) (kg/l)
(kg) r (l)
1 2 3 4 5 6 7
1 A 0,195 1,912 1,717 1 1,717
2 B 0,195 1,936 1,741 1 1,741
3 C 0,195 1,923 1,728 1 1,728
             
Average 1,729

Tabel 3.3 Perhitungan Berat Volume Gembur Batu Pecah


Weight Volume
Bulk
No. Sampli Container Of
Container Aggregate Density
Urut ng No. + Agregat Containe
(kg) (kg) (kg/l)
(kg) r (l)
1 2 3 4 5 6 7
1 A 0,195 1,700 1,505 1 1,505
2 B 0,195 1,734 1,539 1 1,539
3 C 0,195 1,692 1,497 1 1,497
             
12

Average 1,514
Tabel 3.4 Perhitungan Berat Volume Padat Batu Pecah.

Weight
Volume
Bulk
No. Sampli Container Of
Container Aggregate Density
Urut ng No. + Agregat Containe
(kg) (kg) (kg/l)
(kg) r (l)

1 2 3 4 5 6 7

1 A 0,195 1,926 1,731 1 1,731

2 B 0,195 1,688 1 1,688


1,883
3 C 0,195 1,886 1,691 1 1,691

Average 1,703

3.1.2 Analisis Saringan Agregat (Sieve Analysis)


Penguraian susunan butiran agregat (gradasi) bertujuan untuk menilai
agregat halus atau kasar digunakan pada produksi beton. Indonesia sering
menggunakan saringan standar berdasarkan metode ASTM C-136. Pada
pelaksanaannya perlu ditentukan batas maximum-minimum, penyusutan,
kepadatan, kekuatan dan faktor ekonomi dari beton. Peraturan beton bertulang
indonesia 1971 mensyaratkan batas maksimum butiran 31,5 mm dan batas
minimum 0,25 mm. Saringan yang biasa digunakan, diperlihatkan pada tabel 3.5
Tabel 3.5 saringan yang biasa digunakan
ISO (mm) ASTM (mm) BS DIN (mm)
128 152 150 -
64 76 75 63
32 38 37,5 31,5
16 19 20 16
8 9,6 10 8
4 4,8 5 4
2 2,4 2,36 2
1 1,2 1,18 1
0,5 0,6 0,6 0,5
0,25 0,3 0,3 0,25
0,125 0,15 0,15 -
13

0,062 0,075 0,075 -


Sumber: Ir. Tri Mulyono. M.T (2004)

Tujuan dari Analisis Saringan Agregat adalah sebagai perbandingan


Pelaksanaan penentuan gradasi dilakukan pada agregat halus dan kasar.
a. Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Pasir setiap benda uji diambil 1 kg;
2. Kerikil setiap benda uji diambil 2,5 kg.
Peralatan :
1. Pengering (oven);
2. Timbangan dengan ketilitian 0,1 gr;
3. Satu set saringan standar ASTM (American Standard Testing and
Material) 79 yang disesuaikan dengan ketentuan PBI 1971 yaitu: 37,5;
25 ; 19 ; 9,52 ; 4,76 ; 2,38 ; 1,2 ; 0,600 ; 0,300 dan 0,150 mm;
4. Mesin pengayak saringan (Sieve Shaker Machine);
5. Baki/tempat penampang;
6. Sendok dan kuas.
b. Langkah Kerja
1. Benda uji di oven selama 24 jam pada temperatur berkisar 100oC -
110oC;
2. Benda uji di isi ke dalam susunan saringan yang tersusun dari ukuran
saringan 37,5; 25; 19; 9,52; 4,76; 2,38; 1,2; 0,600; 0,300 dan 0,150 mm;
3. mesin pengayakan saringan selama 10 menit
4. Setelah di saring, fraksi benda uji yang tertahan di atas saringan di
timbang beratnya
c. Perhitungan
1. Hitunglah berat benda uji yang tertahan pada saringan.
2. terhadap berat total benda uji.
3. Susunan gradasi agregat dapat ditentukan/dinyatakan dalam suatu
grafik dan hubungan ukuran saringan dengan berat benda uji yang
14

tertahan pada saringan.

d. Hasil Pengujian
Hasil pratikum di Laboratorium Kontruksi Bahan Bangunan, diperoleh hasil
perhitungan analisa saringan agregat halus dan agregat kasar. adapun perhitungan
Sieve Analysis ditampilkan/diperlihatkan pada tabel 3.6 dan 3.7 halaman 20.
Agregat Halus
Tabel 3.6 Perhitungan Sieve Analysis Agregat Halus
% Rata- Rata-Rata
Tinggal diatas Komulatif Tinggal diatas Rata-Rata % Rata-Rata % Rata-
Rata Komulatif Rata-Rata
Seri Saringan Saringan Tinggal Komulatif Rata
Tinggal Tinggal Lolos
Saringan diatas Tinggal diatas Lolos
diatas diatas Saringan
Saringan Saringan Saringan
A B C A B C Saringan Saringan
37,5 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0 0,00 996,03 100,00
25 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0 0,00 996,03 100,00
19,1 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0 0,00 996,03 100,00
9,52 14 4 0 14 4 0 6,00 0,60 6 0,60 990,03 99,40
4,76 18 1 0 32 5 0 6,33 0,64 12 1,24 983,70 98,76
2,38 15 98 97 47 103 97 70,00 7,03 82 8,27 913,70 91,73
1,19 131 126 117 178 229 214 124,67 12,52 207 20,78 789,03 79,22
0,59 239 248 245,2 417 477 459,2 244,07 24,50 451 45,29 544,97 54,71
0,297 215 246 250,3 632 723 709,5 237,10 23,80 688 69,09 307,87 30,91
0,149 224 96 172,4 856 819 881,9 164,13 16,48 852 85,57 143,73 14,43
sisa 140 174 117,2 996 993 999,1 143,73 14,43 996 - 0,00 0,00
Total 996 993 999 996,03 100,00 230,84
FM 2,31

Agregat Kasar
Tabel 3.7 Perhitungan Sieve Analysis Agregat Kasar
% Rata- Rata-Rata
Tinggal diatas Komulatif Tinggal diatas Rata-Rata % Rata-Rata % Rata-
Rata Komulatif Rata-Rata
Seri Saringan Saringan Tinggal Komulatif Rata
Tinggal Tinggal Lolos
Saringan diatas Tinggal diatas Lolos
diatas diatas Saringan
A B C A B C Saringan Saringan Saringan
Saringan Saringan
37,5 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0 0,00 2500,80 100,00
25 201,7 199,6 130,3 201,7 199,6 130,3 177 7,09 177 7,09 2323,60 92,91
19,1 1292,3 1051,1 1176,4 1494 1250,7 1306,7 1173 46,92 1350 54,00 1150,33 46,00
9,52 865,6 950,3 1002,8 2359,6 2201 2309,5 940 37,57 2290 91,57 210,77 8,43
4,76 123 251,5 170,1 2482,6 2452,5 2479,6 182 7,26 2472 98,83 29,23 1,17
2,38 8,7 37,2 18 2491,3 2489,7 2497,6 21 0,85 2493 99,68 7,93 0,32
1,19 0 0,4 0 2491,3 2490,1 2497,6 0 0,01 2493 99,69 7,80 0,31
0,59 0 1,1 0 2491,3 2491,2 2497,6 0 0,01 2493 99,70 7,43 0,30
0,297 1,8 1,3 0 2493,1 2492,5 2497,6 1 0,04 2494 99,74 6,40 0,26
0,149 1 1 7 2494,1 2493,5 2504,6 3 0,12 2497 99,86 3,40 0,14
sisa 3,1 4,4 2,7 2497,2 2497,9 2507,3 3 0,14 2501 100,00 0,00 0,00
Total 2497,2 2497,9 2507,3 2501 100 850,17
FM 8,50
15

3.1.3 Berat Jenis


Berat jenis adalah perbandingan massa jenis relatif antara massa jenis zat
dengan massa jenis sebuah bahan dengan itu dapat diartikan, bahwa berat jenis
adalah massa jenis relatif dari suatu bahan. Sementara berat jenis merupakan
perbandingan antara berat dan juga volume benda.

3.1.3.1 Berat Jenis Pasir


Berat jenis pasir adalah masing- masing jenis pasir yang mempunyai berat
jenis yang berbeda- beda, pasir yang digunakan untuk campuran beton juga
tertentu dengan tingkat kekuatan yang diinginkan. Pada umumnya berat jenis
pasir akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri. Tujuan pratikum ini adalah
untuk menentukan volume pasir dalam beton.
a. Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Pasir halus dan kasar.
Peralatan:
1. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gr;
2. Sendok/sekop agregat;
3. Wadah untuk merendam benda uji;
4. Cetakan kerucut pasir dengan penumbuk besi Ø 15 mm, tinggi 25
cm dan salah satu ujungnya dibulatkan;
5. Gelas dengan tutup plat kaca;
6. Baki/Baskom;.
7. Pengering oven.
b. Langkah Kerja
Langkah kerjanya adalah :
1. Benda uji direndam selama 24 jam
16

2. Menebari benda uji pada lantai/kanvas di tempat yang teduh untuk


dianginkan.
3. Keadaan jenuh permukaan (SSD) di dapat dengan cara memasukkan
benda uji yang telah dianginkan ke dalam cetakan kerucut pasir terdiri
dari 3 lapis dan setiap lapisannya dipadatkan sebanyak 25 kali secara
merata, setelah permukaan diratakan lalu cetakan kerucut pasir di
angkat secara vertikal ke atas;
4. Dari langkah ke-3 kemungkinan yang terjadi:
a. Benda uji dalam keadaan utuh, menunjukkan bahwa pasir belum
mencapai keadaan jenuh permukaan;
b. Benda uji dalam keadaan sebagian runtuh menunjukkan bahwa
pasir dalam keadaan jenuh permukaan;
c. Benda uji dalam keadaan runtuh seluruhnya menunjukkan bahwa
pasir telah melewati keadaan jenuh permukaan;
5. Gelas beserta tutup plat kaca di timbang beratnya (Wc);
6. Benda uji dalam keadaan jenuh permukaan di isi ke dalam gelas dan
di timbang beratnya (Wcs);
7. Hilangkan udara yang di kandung benda pada benda uji dengan cara
mengisi air penuh kedalam gelas;
8. Gelas yang berisi benda uji dalam air penuh di timbang beratnya
(Wcsw);
9. Gelas berisi air di timbang beratnya (Wcw”);
10. Benda uji pada langkah ke-6 dimasukkan kedalam baskom dan di
timbang beratnya (Wc”);
11. Benda uji di oven selama 24 jam dengan temperatur berkisar 100 oC-
110oC;
12. Benda uji dalam baskom pada keadaan kering oven di timbang
beratnya (Wc’)
c. Perhitungan
Perhitungan berat jenis pasir dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
17

1. Berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan (SSD) :

.................................................................. (3.2)

2. Volume benda uji :


...................................................
(3.3)
3. Berat jenis benda uji pada keadaan jenuh permukaan :

.......................................................................... (3.4)
4. Berat benda uji pada pada kering oven :
.....................................................................
(3.5)
5. Berat jenis benda uji pada keadaan kering oven :

.......................................................................... (3.6)

d. Hasil Pengujian
Hasil pengujian didapatkan hasil perhitungan berat jenis dan absorbsi pasir
yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Perhitungan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir
    SAMPLE
No. WEIGHT NOTATION A B C
    (gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 7
1 Container Wc 208,8 208,8 208,8
2 Container + Aggregate Wcs 1208,8 1208,8 1208,8
3 Saturated Surface Dry (SSD) Ws = Wcs - Wc 1000 1000 1000
4 Container + Aggregate + Water Wcsw' 1789,9 1789,9 1791,1
5 Container + Water Wcw" 1197,4 1197,4 1197,4
6 Volume of Aggregate Wv = Ws - Wcsw' 407,5 407,5 406,3
18

+Wcw"
7 Specific Gravity, SSD Sg, SSD = Ws/Wv 2,45 2,45 2,46
  Average   2,46
8 Container Wc' 74 74 74
9 Container + Aggregate W'cs 1010 1008 1010
10 Agregate ; OD Wd= W'cs - Wc' 936 934 936
11 Specific Gravity; CD Sg OD = Wd/Wv 2,30 2,29 2,30
  Average Sg OD   2,30
100 ( Ws - Wd ) /
12 Water absorption 6,84 7,07 6,84
Wd
  Average Absorbtion   6,91
3.1.3.2 Berat Jenis Kerikil
Berat jenis kerikil disebut juga agregat kasar. Kerikil di dapat dari proses
alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang
mengalir. Tujuan pratikum ini untuk menentukan volume kerikil dalam beton.
a. Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Kerikil (Coarse Agregat).
Peralatan :
1. Timbangan dengan ketilitian 0,1 gr;
2. Keranjang besi;
3. Alat penggantung keranjang;
4. Oven;
5. Kain bersih;
6. Baki/Baskom dan Ember;
7. Sendok/Sekop agregat.

b. Langkah Kerja
1. Timbang Berat keranjang di udara (Wc), dalam air (Wcw) dan kering
oven (Wc’);
2. Benda uji di rendam dalam air selama 24 jam;
3. Benda uji dibersihkan dengan kain bersih, lalu menebarkan benda uji di
atas kertas/kanvas hingga tercapai kondisi jenuh permukaan (SSD), dan
di dapat di lihat secara visual;
19

4. Bila keadaan jenuh permukaan tercapai, masukkan benda uji ke dalam


keranjang lalu di timbang bertanya di udara (Wcs);
5. Benda uji dalam keranjang di timbang beratnya dalam air pada
temperatur kamar (Wcsw);
6. Benda uji di oven selama 24 jam dengan temperatur berkisar 100 oC-
110oC;
7. Benda uji dalam keadaan kering oven di timbang beratnya (Wcd).

c. Perhitungan
Perhitungan berat jenis kerikil dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
1. Berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan
(SSD) :

.................................................................. (3.7)
2. Volume benda uji :
...................................................
(3.8)

3. Berat jenis benda uji pada keadaan jenuh permukaan :

.......................................................................... (3.9)
4. Berat benda uji pada pada kering oven :
...................................................................
(3.10)

5. Berat jenis benda uji pada keadaan kering oven :


20

........................................................................... (3.11)
6. Berat benda dalam air :
................................................................
(3.12)

d. Hasil Pengujian
Hasil pengujian didapatkan hasil perhitungan berat jenis dan batu pecah
yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Perhitungan Berat Jenis dan Absorsi Kerikil
  SAMPLE
No. WEIGHT NOTATION A B C
  (gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
1 Container Wc 618,7 618,7 618,7
2 Container Under Water Wcw 522,3 522,3 522,3
3 Container + Aggregate Wcs 3130,5 3130,5 3130,5
Container + Aggregate
4 Wcsw 2106,3 2104,7 2123,2
Under Water
5 Saturated Surface Dry (SSD) Ws = Wcs - Wc 2511,8 2511,8 2511,8
6 Aggregate Under Water Ww = Wcsw - Wcw 1584 1582,4 1600,9
7 Volume of Aggregate Wv = Ws - Ww 927,8 929,4 910,9
8 Specific Gravity, SSD Sg, SSD = Ws/Wv 2,71 2,70 2,76
  Average   2,72
9 Container Wc' 231 231 231
10 Container + Aggregate Wcd 2714 2703 2738
11 Agregate; OD Wd= Wcd - Wc' 2483 2472 2507
21

12 Specific Gravity; CD Sg OD = Wd/Wv 2,68 2,66 2,75


  Average Sg OD   2,70
13 Water absorption 100 ( Ws - Wd ) / Wd 1,16 1,61 0,19
  Average Absorbtion   0,99

3.1.4 Absorbsi
Absorbsi pada presentase perbandingan antara berat air yang terserap
agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan kering
oven. Tujuannya ialah untuk menentukan presentase berat air yang terserap,
hubungan dengan perencanaan air campuran dan kualitas agregat dalam beton.
a. Bahan dan Peralatan
Bahan :
1. Kerikil
2. pasir
Peralatan :
1. Timbangan dengan ketilitian 0,1 gr;
2. Keranjang besi;
3. Alat penggantung keranjang;
4. Oven;
5. Kain bersih;
6. Baki/Baskom dan Ember;
7. Sendok/Sekop agregat.

b. Langkah Kerja
1. Di ambil kerikil kering dari oven seberat 1000 gram.
2. Satu set Sieve Shaker Machine di susun secara berurutan dengan
diameter ukuran berada paling atas kemudian Sieve Shaker
Machine dengan diameter lubang yang ukuran di bawahnya.
3. Memasukkan kerikil dengan berat 1000 gram ke dalam Sieve
Shaker Machine. Sieve Shaker Machine dilakukan selama ± 15
menit, sehingga kerikil yang lolos pada masing-masing saringan.
22

4. Timbang masing-masing kerikil tersebut. Penimbangan sebaiknya


di lakukan secara komulatif, yaitu dari butir kerikil yang kasar
dahulu, kemudian ditambahkan dengan butir pasir yang lebih
halus sampai semua kerikil tertimbang, Catat berat kerikil setiap
kali penimbangan. Pada langkah ini harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak ada butir kerikil yang
c. Perhitungan
Perhitungan Absorbsi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
...........................................................
K Air
(3.13)

3.2 Mix Design

Pada pembuatan beton, hal yang perlu dilakukan sebelumnya ialah


membuat rancangan campuran beton (Mix Design),hal ini berguna untuk
mengetahui komposisi material untuk campuran beton.
Pada metode ini, data meliputi data Standar Deviasi hasil pengujian yang
berlaku untuk pekerjaan yangsejenis dengan karakteristik yang sama. Data tentang
kuat tekan rencana, data butir nominal agregat yang akan digunakan, data slump
(jikadiinginkan dengan nilai tertentu), berat jenis agregat, serta karakteristik
lingkungan yang diinginkan.

3.2.1 Data Perancangan


Adapun data yang digunakan pada perancangan beton adalah data awal
yang diperlukan sebelum memulai perancangan. Datanya adalah sebagai berikut :
1. Mutu beton yang direcanakan adalah 15 MPa pada umur 28 hari.
2. Volume pekerjaan kecil
23

3. Mutu pelaksanaan baik


4. Butir maksimum agregat adalah 25 mm
5. Berat kering Agregat kasar adalah 1,703 kg/m3
6. Modulus halus butiran agregat halus adalah 2,31 kg/m3
7. Tipe beton direncanakan Non Air-entrained (Tanpa Udara)
8. Tipe Konstruksi sloof bangunan.

3.2.2 Menghitung kuat tekan rata-rata yang di targetkan f’cr


Tabel 3.10 Kekuatan Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia untuk
Menentukan Deviasi Standar Benda Uji
Kekuatantekan rata-rata perlu,
Kekuatantekandisyaratkan, MPa
MPa
f’c< 21 f’cr = f’c + 7,0
21 ≤ f’c ≤ 35 f’cr = f’c + 8,3
f’c> 35 f’cr = 1,10 f’c + 5,0
Sumber: Anonim (2013)
Dengan f’c 25MPamaka diperoleh kuat rata-rata yang ditargetkan,
f’cr = f’c + 7,0 MPa
f’cr = 15 MPa + 7,0MPa
f’cr = 22 Mpa

3.2.3 Pemilihan Angka Slump


Nilai slump menentukan pada adukan campuran beton, semakin tinggi
angka slump maka semakin mudah dalam pengerjaannya dan sebaliknya.Untuk
nilai slump dapat disesuaikan tergantung tipe konstruksinya pada tabel dibawah
ini:
Tabel 3.11 Nilai Slump yang dianjurkan untuk berbagai pekerjaan
konstruksi

Slump (mm)
Tipe Kontruksi
Maksimum Minimum
Pondasi beton (dinding dan pondasi telapak) 75 25
24

Pondasi tapak tanda tulangan, pondasi tiang


75 25
pancang, dinding bawah tanah.
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
Sumber: Anonim (2012)
Dalam praktikum ini kami menggunakan tipe konstruksi sloof Bangunan
dengan nilai slump 100 mm – 25 mm, untuk nilai slump rencana kami memilih
yang maksimalnya yaitu 100 mm, untuk butir maksimum agregat berdasarkan
hasil uji fisis agregat di laboratorium yang di sajikan dalam tabel 3.7 adalah 25
mm.

3.2.4 Estimasi Kebutuhan Air


Jumlah air yang digunakan untuk campuran beton sangat berpengaruh
untuk menghasilkan nilai slump rencana dan juga berpengaruh dengan ukuran
maksimum agregat dan bentuk gradasi agregat. Untuk perkiraan air campuran
beton dapat direncanakan sesuai dengan tabel 3.12 :
Tabel 3.12 Perkiraan Air Campuran dan Persyaratan Kandungan Udara Untuk
Berbgai Slump dan Ukuran Nominal Agregat Maksimum

Air ( ) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah


9,5 12,7 19 25 37,5 50 75 150
Slup (mm)
mm* mm* mm* mm* mm* mm* mm* mm*
Beton tanpa tambahan udara
25-50 207 199 190 179 166 154 130 113
75-100 228 216 205 193 181 169 145 124
150-175 243 118 216 2020 190 178 160 -
> 175 - - - - - - - -
banyaknya udara 0,2
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3
dalam beton (%)
Beton dengan tambahan udara
25-50 181 175 168 160 150 142 122 107
75-100 202 193 184 175 165 157 133 119
150-175 216 205 197 184 174 166 154 -
> 175 - - - - - - - -
25

Jumlah kadar udara


yang disarankan
untuk tingkat 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0
pemaparan sebagai
berikut ringan (%)
Sedang (%) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,5 3,5 3,0
Berat (%) 2,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0
Sumber: Anonim (2012)
Berdasarkan tabel 3.11, maka nilai jumlah air yang di butuhkan berdasarkan
ukuran maksimum agregat dan nilai slump di dapat 193 lt/m3.

3.2.5 Penetapan FAS (Faktor Air Semen)


FAS yang di butuhkan berdasar nilai kekuatan tekan estimasi beton 28 hari
dengan f’cr = 22 Mpa dalam tabel 3.13 adalah (hasil dari tabel).
Tabel 3.13 Nilai Faktor Air Semen
Kekuatan beton umur 28 Resio air-semen (berat)
hari, Mpa* Beton tnpa tambahan udara Beton dengan tanbahan udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,76 0,70
Sumber: Anonim (2012)

Gambar 3.2 Gambar Interpolasi

Hasil Interpolasi :

5 (0,61- = 3 x - 0,08
26

3,05 - 5 = -0,24

-5 = -0,24 – 3,05

= 0,658 lt/m3
= 0,66 lt/m3 air yang dibutuhkan.
Berdasarkan tabel 3.11, maka nilai jumlah air berdasarkan ukuran
maksimum agregat dan nilai slump di dapat 0,66 lt/m3.

3.2.6 Perhitungan Kebutuhan Semen

Perhitungan semen dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

........................................................................................(3.14)

3.2.7 Perhitungan Volume Agregat Kasar


Rancangan campuran beton yang ekonomis bisa didapat dengan
menggunakan metode penggunaan volume agregat halus dan ukuran maksimum
agregat per satuan volume beton. Untuk persentase volume agregat kasar dapat
dilihat pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Beton
Volume agregat kasar kering oven* persatuan volume beton
Ukuran nominal agregat
untuk berbagai modulus kehalusan dari agregat halus
maksimum (mm)
2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
27

Sumber : Anonim (2012)


Berdasarkan tabel 3.14 dengan MHB atau FM = 2,31 atau di bulatkan
menjadi 2,40 dan ukuran maksimum agregat 25 mm di dapat nilai 0,71. Sehingga
berat agregat kasar adalah:

Berat Agregat Kasar = Persentase agregat x berat kering agregat kasar


.............. (3.15)
= 0,71 x 1,703 kg/m3
= 1209.13 kg/m3

3.2.8 Perhitungan Berat Agregat Halus


Untuk menentukan berat agregat halus, terlebih dahulu harus dihitung
berat beton segarnya yaitu melalui tabel 3.15
Tabel 3.15 Perkiraan Awal Berat Beton Segar (kg/m3)
Ukuran nominal Perkiraan awal berat beton, kg/m³
Maksimum agregat Beton tanpa tambahan Beton dengan tambahan
(mm) Udara udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
25 2380 2290
37,5 2410 2350
50 2445 2345
75 2490 2405
150 2530 2435
Sumber : Anonim (2012

Berdasarkan ukuran maksimum agregat 25 mm dengan beton tanpa


kandungan udara didapat 2380 kg/m3. Sehingga:

Berat aggregat halus = Beton segar – (berat air + berat semen + berat ag. kasar)
...(3.16)

= 2380 – (193+ 292,424 + 1209.13)


= 685,446 kg/m3.
Proporsi campuran beton berat material / m3

Berat x 1,3 x Volume benda uji


.............................................................
(3.17)
28

3.2.9 Komposisi Material / m3

BETON NORMAL
SATUAN
METERIAL JUMLAH

AIR 193 Liter

SEMEN 292,424 Kg

AGREGAT KASAR 1209,13 Kg

AGREGAT HALUS 685,446 Kg

1,3 = Faktor Koreksi


Untuk 1 Benda Uji

Air = 193 Liter x 1,3 x 0,0053 = 1,330 Liter


Semen = 292,424 kg x 1,3 x 0,0053 = 2,015 Kg
Agregat Kasar = 1209,13 kg x 1,3 x 0,0053 = 8,331 Kg
Aggregat Halus = 685,446 kg x 1,3 x 0,0053 = 4,723 Kg

3.2.10 Rekapitulasi Material x Pengecoran


Maka, jumlah benda ujinya ada 5.
Air = 1,330 Liter x 5 = 6,65 Liter
Semen = 2,015 Kg x 5 = 10,075 Kg
Agregat Kasar = 8,331 Kg x 5 = 41,655 Kg
Aggregat Halus = 4,723 Kg x 5 = 23,615 Kg
3.3 Pengerjaan Campuran Beton

Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu


komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan bahan rancangan
campuran beton. Sebelum di implementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di
lapangan, pencampuran bahan-bahan dapat dilakukan di laboratorium. Agar tetap
terjaga konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut dalam pengolah beton perlu
diperhatikan. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi,
tetapi jika pelaksanaannya tidak dikontrol baik, kemungkinan dihasilkannya beton
29

yang tidak sesuai dengan rencanaakan semakin besar. Cara pengolahan ini akan
menentukan kualitas akan beton yang akan dibuat.
a. Bahan yang diperlukan
1. Air
2. Semen
3. Agregat Halus
4. Agregat Kasar
5. Oli/Pelumas

b. Peralatan
1. Mesin pengaduk campuran (Mixer) ;
2. Ember Besar ;
3. Ember kecil ;
4. Karung Goni ;
5. Sekop ;
6. Tongkat besi ;
7. Bekisting Silinder ;
8. Slump Cone.

c. Langkah kerja

1. Siapkan rancangan Mix Design terlebih dahulu;


2. Timbang material sesuai dengan rancangan Mix Design yang telah
dihitung;
3. Siapkan semua peralatan
4. Benda uji terlebih dahulu diolesin dengan oli untuk memudahkan saat
pembukaan dan dikencangkan baut-baut pengikatnya;
5. Hidupkan mixer, atur kecepatannya pada kecepatan sedang;
30

6. Bersihkan terlebih dahulu sisa-sisa material dan kotoran yang


menempel pada dinding mixer;
7. Masukkan seluruh material agregat kasar ke dalam mixer;
8. Masukkan ¾ material agregat halus ke dalam mixer;
9. Biarkan sejenak hingga kedua agregat tercampur dengan baik;
10. Masukkan seluruh semen kedalam mixer;
11. Segera setelah memasukkan semen, masukkan sisa ¼ bagian agregat
halus;
12. Biarkan sejenak hingga material agregat dan semen tercampur dengan
baik;
13. Masukkan air kedalam mixer, kemudian perbesar kecepatan rotasi
mixer;
14. Biarkan beberapa saat sampai seluruh material tercampur dengan baik;
15. Tuang beton segar di atas permukaan tripleks yang telah disiapkan;
16. Lakukan uji slump test terlebih dahulu yaitu dengan cara memasukkan
beton segar kedalam slump cone yang dibagi menjadi 3 tahapan.
Setiap tahapan dilakukan pemadatan dengan penancapan tongkat besi
sebanyak 25 kali. Kemudian angkat slump cone arah vertikal dan
ukurlah besar slump dengan cara mengukur jarak puncak cetakan
slump cone dengan ujung beton segar tersebut. Pada praktikum ini
diperoleh nilai slump sebesar 5 cm;
17. Setelah selesai uji slump, masukkan beton segar kedalam semua
bekisting hingga penuh. Gunakan tongkat besi untuk memadatkan
beton;
18. Lakukan pekerjaan finishing dengan meratakan permukaan benda uji;
19. Simpan benda uji dan biarkan mengeras selama 24 jam.

3.4 Pembukaan Dan Perawatan Benda Uji

Setelah dibiarkan selama 24 jam beton akan mencapai final setting, artinya
beton telah mengeras. Pada saat inilah benda uji telah dapat dibuka untuk
31

kemudian dilakukan perawatan (curing) benda uji. Perawatan benda uji dilakukan
agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi,
beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat.
Pada praktikum ini melakukan perawatan benda uji dengan cara
merendam benda uji didalam air selama 28 hari untuk 6 benda uji. Pada
permukaan benda uji terlebih dahulu diberikan tanda kelompok supaya tidak
tertukar dengan benda uji kelompok yang lainnya.

3.5 Pengujian kuat tekan

Pengujian kuat tekan beton dilakukan setelah perawatan benda uji, dapat
mengikuti standar SNI.M-10-1991-03. Uji kuat tekan dapat dilakukan pada umur
beton 7, 14, 21, atau 28 hari. Pada praktikum ini, melakukan uji kuat tekan pada
umur beton 7, 21 dan 28 hari, sementara pada perancangan awal mutu beton yang
diharapkan sebesar 33,3 MPa umur beton 28 hari.
Tabel 3.16 Konversi Kuat Tekan Beton
Umur (hari) Rasio Kuat Tekan
1 2
3 0,40

7 0,65

1 2

14 0,88

21 0,95

28 1

90 1,2

363 1,35
Sumber : Anonim(2012)

3.5.1 Alat yang digunakan


1. Mesin tekan
32

2. Timbangan
3. Alat untuk capping
3.5.2 Persiapan Pengujian
Sebelum melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus melalui beberapa
proses tahapan sebagai berikut:
1. Apabila benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perendam/pematangan (curing), kemudian bersihkan benda uji tersebut
dari kotoran yang menempel dengan menggunakan kain basah/lembab;
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji;
3. Lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar
belerang, dengan cara sebagai berikut: (a) Lelehkan mortar belerang dalam
pot peleleh (melting pot) yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan
gemuk,(b) kemudian letakkan benda uji tersebut dengan cara tegak lurus
pada mesin cetakan, pelapisan sebagai mortar belerang cair menjadi keras,
dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan benda uji
lainnya, (c) setelah itu angkatlah benda uji tersebut dari cetakan lalu
kemudian angin-anginkan.
4. Setelah proses persiapan pengujian sudah benar-benar di lakukan, benda
uji siap untuk pengujian kuat tekan.

3.5.3 Cara Pengujian


Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa
tahapan sebagai berikut:
1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;
2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik;
3. Lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;
4. Gambar bentuk retakan dan catatlah kedalam lembar hasil (form) pratikum.
3.5.4 Perhitungan
33

Untuk mencari hasil perhitungan kuat tekan beton harus di ikuti dengan
langkah-langkah pada keterangan rumus sebagai berikut ini :
1. Rumus mencari Kuat Tekan :

......................................................................... (3.18)

Keterangan:
bk =kuat Tekan Beton
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
2. Rumus mencari Luas Penampang :
............................................................. (3.19)
Luas penampang pada permukaan silinder

15

30 (3,14) ((15)(30))2

(3,14) (22.500)

mm

3.5.5 Hasil Perhitungan Kuat Tekan


Hasil Kuat tekan dapat dilihat pada lembar lampiran rekapitulasi hasil
perhitungan adalah:
Tabel 3.17 Perhitungan Kuat Tekan (1/2)

Luas Beban Kuat Tekan


No. Tanggal Tanggal Umur Berat
Penampan Max (Mpa)
Pengecoran Pengujian (hari) (kg)
g (mm2)
Sampe (N) 7 Hari 28
34

l Hari
1 26/06/2021 02/08/2021 7 12.5 17,66 350.00 19,81 30,47
17,66 342.00
2 26/06/2021 02/08/2021 7 12.9 19,36 29,78
0
02/08/2021 17,66 340.00
3 26/06/2021 7 12.5 19,25 29,61
0
02/08/2021 17,66 352.00
4 26/06/2021 7 12.7 19,93 30,66
0
02/08/2021 17,66 351.00
5 26/06/2021 7 12.4 19,87 30,56
0
Rata – Rata (Mpa) 30,22

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
35

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai kuat tekan rata – rata dari 5
benda uji adalah 30,22 Mpa. Artinya, kuat tekan yang di dapat melebihi kuat
tekan yang di targetkan yaitu 22 Mpa.
Untuk Perhitungan Specific Gravity Didapat :
1. Perhitungan berat jenis dan absorsi pasir adalah 6,91
2. Perhitungan berat jenis dan absorsi kerikil adalah 0,99
Untuk Perhitungan Bulk Density Didapat :
1. Berat volume gembur pasir adalah 1,427
2. Berat volume padat pasir adalah 1,729
3. Berat volume gembur kerikil adalah 1,514
4. Berat volume padat kerikil adalah 1,703
Untuk Pengujian Sieve Analysis didapat :
1. Pengujian sieve analysis pasir adalah 2,31
2. Pengujian sieve analysis kerikil adalah 8,50

4.2 Saran

Dalam melaksanakan suatu praktikum di laboratorium selain faktor


ketelitian dan kecermatan dalam perhitungan, kinerja peralatan juga sangat
berpengaruh terhadap hasil akhir serta pengontrolan. Maka di sarankan kepada
pihak – pihak yang terkait dengan praktikum agar mengikuti lankah – langkah
dari asisten laboratorium agar tercapainya mutu yang baik dan juga melakukan
perawatan terhadap bahan – bahan dan peralatan di laboratorium agar hasil
pengujiannya sesuai dengan yang di harapkan pada pengujian – pengujian
selanjutnya. Dan untuk mempercepat pembuatan laporan dan perhitungan hasil
praktikum Teknologi Bahan diharapkan masing-masing anggota kelompok bisa
bekerjasama dan mengatur koodinasi dengan baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Asroni, A., 2009. Struktur Beton Lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
36

Badan Standarisasi Indonesia. (2002). SNI 03-6815-2002 Tata Cara


Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton. Jakarta : Badan Standarisasi
Indonesia.

Departemen Pekerjaan Umum, 2000. Tata Cara Perhitungan Campuran Beton


Berkekuatan Tinggi, SNI 03-6468-2000 (Pd T-18-1999-03), Yayasan LPMB,
Bandung.

Murdock, L. J., dan Brook, K. M., 1978, Bahan Dan Praktek Beton, Erlangga,
Jakarta.

Neville dan Brooks, 1987. Bahan Dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.

Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton
Kinerja Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset, Yogyakarta. 2007

Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta


1971. Sagel, R. Kole, P. Dan Kusuma, G. Pedoman Pekerjaan Beton.
Erlangga. Jakarta 1994.

Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

You might also like