You are on page 1of 3

EPISTAKSIS

No.Dokumen : 440/ /PKM-PR/SOP/XII/2019


No.Revisi :-
SOP
Tanggal Terbit : 22 Agustus 2022
Halaman : 1/3
UPTD Puskesmas dr. Antoni
Paduan Rajawali NIP. 19860726 201410 1 001
1. Pengertian Sebagai pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Epitaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau
nasofaring.
No. ICPC II : R06 Nose bleed/epistaxis
No. ICD X : R04.0 Epistaxis
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan penyakit Epitaksis tanpa
komplikasi di lingkungan Puskesmas Paduan Rajawali
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Paduan Rajawali Nomor 440/
/PKM-PR/SK/XII/2019
4. Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
5. Alat dan Bahan 1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Timbangan berat badan
5. Lampu kepala
6. Rekam medis
7. Spekulum hidung
8. Alat penghisap (suction)
9. Pingset bayonet
10. Kaca rinoskopi posterior
11. Kapas dan kain kasa
12. Lidi kapas.
6. Langkah - 1. Dokter melakukan anamnesis.
Langkah Keluhan
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari
hidung.
Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari bagian depan dan belakang
hidung. Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat awal terjadinya perdarahan atau
pada bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan darah.
2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
a. Rinoskopi anterior:
Pemeriksaan harus dilakukan secara berurutan dari anterior ke posterior.
Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkha
inferior harus diperiksa dengan cermat untuk mengetahui Sumber Perdarahan.
b. Rinoskopi posterior:
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung kronik untuk menyingkirkan neoplasma.

c. Pengukuran tekanan darah:


Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena
hipertensi dapat menyebabkan epistaksis posterior yang hebat dan sering berulang.
3. Assessment
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
4. Plan
a. Penatalaksanaan
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu menghentikan
perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.
- Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk
kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok, pasien bisa berbaring
dengan kepala dimiringkan.
- Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan
dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan
ke arah septum selama 3-5 menit (metode Trotter).
- Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat
pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret
maupun darah yang sudah membeku.
- Bila perdarahan tidak berhenti, kapas dimasukkan ke dalam hidung yang
dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan pantokain 2% atau 2 cc
larutan lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc larutan adrenalin 1/1000. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh
darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk mencari sumber
perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan
dilakukan evaluasi.
- Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas,
dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi larutan nitrasargenti 20 - 30%
atau asam trikloroasetat 10%. Sesudahnya area tersebut diberi salep untuk
mukosa dengan antibiotik.
b. Kriteria Rujukan
Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga hidung atau
nasofaring, Epistaksis yang terus berulang.
7. Bagan Alir -

8. Hal – Hal 1. Mengevaluasi perbaikan klinis pasien sebelum dan sesudah pengobatan
Yang Perlu 2. Umur pasien
Diperhatikan 3. Kebiasaan pasien
4. Berat badan.
9. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Apotek
10. Dokumen 1. Resep obat
Terkait 2. Rekam medis

11. Rekaman
historis No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

perubahan

You might also like