You are on page 1of 15

MAKALAH

PENGGUNAAN NEBULIZER, OKSIGEN DAN SUCTION

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu : Ns.Agnes Marbun, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Martianus Giawa (220204179)


Ester Gifty Nainggolan (220204162)
Derlan Sitorus (220204190)
Fero Ray Tarigan (220204177)
Merisa Situmorang (220204175)
Royana Sihombing (220204189)

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Oksigen memiliki peranan yang penting dalam proses metabolisme tubuh

dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Kebutuhan tubuh akan oksigen

harus segera dipenuhi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan otak

yang bahkan dapat menyebabkan kematian (Hidayat & Uliyah, 2005). Oleh

karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan

sangat vital bagi tubuh (Asmadi, 2008). Pemberian Oksigen dianggap sebagai

obat. Pada pasien hipoksemia, pemberian oksigen dijadikan resep untuk

meningkatkan tekanan oksigen alveolar dan mengurangi kerja pernafasan (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2015).

Kebutuhan oksigen dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,

diantaranya adalah lingkungan, latihan fisik, emosi,m gaya hidup serta status

kesehatan (Asmadi, 2008). Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai

langkah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, diantaranya pemberian oksigen

dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapiu dada serta pengisapan

lendir (suction). Banyaknya kadar oksigen yang diberikan pada klien disesuaikan

dengan kebutuhan, jika tidak sesuai maka akan berakibat serius atau bahkan fatal

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2015).


B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana cara atau standar

operasional oksigenasi, nebulisasi dan suction?

C. TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui dan memahami cara atau standar

operasional oksigenasi, nebulisasi dan suction.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. NEBULIZER

a. Pengertian

Nebulizer merupakan suatu alat pengobatan dengan cara pemberian obat-

obatan dengan penghirupan, setelah obat-obatan tersebut terlebih dahulu di

pecahkan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil melalui cara aerosol atau

humidifikasi. Nebulizer mengubah cairan menjadi droplet aerosol sehingga dapat

dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer dapat berupa solusi

atau suspensi . Tujuan dari pemberian nebulizer yaitu rileksasi dari psasme

bronchial, mengencerkan sekret melancarkan jalan nafas, melembabkan saluran

pernafasan.

b. Tujuan

Tujuan tekhnik ini adalah untuk mendapatkan pengaturan nafas yang lebih

baik dari yang awalnya sesak yaitu pernafasan yang cepat dan dangkal agar

menjadi ekspirasi yang memanjang dengan pernafasan yang lebih lambat dan

dalam. Selain itu tujuannya untuk mengeluarkan sekresi yang tetahan. Serta

berguna juga untuk melatih ekspektorasi dan memperkuat otot ekstrimiti

(Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2020)

Keuntungan dari pemberian nebulizer adalah:

1. Medikasi dapat diberikan langsung pada tempat / sasaran aksinya (seperti

paru-paru).
2. Dosis yang diberikan umunya rendah sehingga dapat menurunkan absorpsi

sistemik dan efek samping sistemik.

3. Pengiriman obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga aksinya

lebih cepat dari pada rute lainnya seperti subkutan atau oral.

4. Udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat membantu

mengeluarkan sekresi bronchus.

Tujuan

1. Melebarkan saluran pernafasan (karena efek obat bronkodilator)

2. Menekan proses peradangan

3. Mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sekret (karena efek obat

mukolitik dan ekspektoran)

4. Mahasiswa mampu melakukan terapi nebulizer kepada pasien dengan

mandiri

Langkah – langkah

Tahap pra interaksi

1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien

2. Cuci tangan

3. Siapkan alat

Tahap orientasi

1. Beri salam, panggil klien dengan namanya

2. Tanyakan apa yang dirasakan pasien

3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Tahap kerja

1. Cuci tangan
2. Gunakan handscone

3. Atur posisi klien

4. Hubungkan kabel power Nebulizer ke terminal listrik, pastikan bahwa

mesin Nebulizer menyala

5. Masukkan obat sesuai dosis yang dibutuhkan kedalam face mask

Nebulizer lalu tutup kembali dengan cara diputar

6. Monitor uap atau obat (dengan cara hidupkan mesin Nebulizer lihat

apakah sudah ada uap yang keluar dari face mask Nebulizer)

7. Mengenakan face mask Nebulizer dengan benar kepada klien

8. Menanyakan kepada klien apakah sesaknya mulai berkurang

9. Bila sudah selesar, alat dirapihkan

10. Fase terminasi

11. Evaluasi respon klien (Menanyakan kepada klien bagaimana pak/bu

setelah dipasang alat Nebulizer apakah sesak berkurang)

12. Rencana tindak lanjut (Diusahakan bapak/ibu jangan banyak beraktivitas

dulu ya, agar sesak nya bisa cepat sembuh atau tidak kambuh kembali)

13. Kontrak yang akan datang ; topic, waktu, tempat (Kalo begitu saya tinggal

dulu ya pak/bu. Nanti pukul 12.00 kita bertemu lagi, untuk terapi

pemberian obat secara oral, tempatnya disini saja)

14. Pendokumentasian ; waktu pemberian, respon klien


B. OKSIGEN

a. Pengertian

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses

kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.

Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka

akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan

menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia

dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,

pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen,

memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara

normal.Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui

saluran pernapasan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada

klien dapat melalui tiga cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker

oksigen. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%

pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

(Kristina (2020) dalam Saryono dan Widianti, 2019). Oksigenasi adalah proses

penambahan oksigen kedalam system kimia dan fisika. Oksigen (O2) merupakan

gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses

metabolisme sel, sebagai hasilnya terbentuklah karbondioksida ,energy dan air.

Penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan

memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.

Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen

dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel

untuk menghasilkan sumber energy, adenosine triposfat (ATP), karbondioksida


dihasilkan oleh sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membentuk asam, yang

harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas,system kardiovaskuler

dan system respirasi harus bekerjasama. Sistem kardiovaskuler bertanggungjawab

untuk perfusi darah melalui paru. Sedangkan system pernapasan melakukan dua

fungsi terpisah ventilasi dan rspirasi (Maryudianto, Wahyu (2021) dalam

Elisabeth J. Corwin, 2019).

b. Indikasi Pemberian O2

Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka

adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut : (1) Klien dengan

kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah, (2) Klien dengan peningkatan

kerja nafas,dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui

peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan

pernafasan, (3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha

untuk mengatasigangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang

adekuat. Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2

dindikasikan kepada klien dengan gejala: (1) sianosis, (2) hipovolemi, (3)

perdarahan, (4) anemia berat, (5) keracunan CO, (6) asidosis, (7) selama dan

sesudah pembedahan, (8) kliendengan keadaan tidak sadar.

c. Metode Pemberian O2

Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu:


1. Sistem aliran rendah

Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara

ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe

pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran

rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu

bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal

500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit. Contoh system aliran

rendah ini adalah: 1 kateter naal, 2 kanula nasal, 3 sungkup muka sederhana, 4

sungkup muka dengan kantong rebreathing, 5 sungkup muka dengan kantong non

rebreathing.

Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system:

1. Kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu

dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

Keuntungan

Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan

nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik

memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi

lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih

dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa

hidung, kateter mudah tersumbat.

2. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan

aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.

Keuntungan

Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah

memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,bergerak, berbicara,

lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.

Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2berkurang

bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1

cm, mengiritasi selaput lendir.

3. Sungkup muka sederhana

Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt

dengankonsentrasi O2 40 – 60%.

Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula

nasal,system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup

berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat

menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing:

Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan

aliran 8 – 12 L/mnt

Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak

mengeringkan selaput lender

Kerugian

Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat

menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.

5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%

dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan

udara ekspirasi

Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan

selaput lendir.

Kerugian

Kantong O2 bisa terlipat.

2. Sistem aliran tinggi

Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak

dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan

konsentrasi O2 yanglebihtepat dan teratur. Adapun contoh tehnik system aliran

tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini

yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian

akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif,

akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.

Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.

Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan

tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas

dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2

Kerugian

Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain

pada aliran rendah.

d. Bahaya Bahaya Pemberian Oksigen

Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat

menimbulkan efek merugikan, antara lain:

1. Kebakaran O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan

terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian O2

harus menghindari: Merokok, membukan alat listrik dalam area sumber

O2, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.

2. Depresi Ventilasi

Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang

tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.

3. Keracunan O2

Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi

dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan

paru seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di

paru akan terganggu.

C. SUCTION
a. Pengertian

Suction ETT yaitu membersihkan sekret dari saluran endotracheal

disamping membersihkan sekret, suction juga merangsang reflek batuk. Prosedur

ini memberikan patensi jalan nafas sehingga mengoptimalkan kembali pertukaran

oksigen dan karbondioksida dan juga mencegah pneumonia karena penumpukan

sekret. Dilakukan berulang-ulang sesuai dengan tanda-tanda penumpukan sekret

dijalan nafas pasien, prosedur suction menggunakan prinsip steril (Kozier & Erb,

2019). Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas dengan

memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal tube (NTT), orotraceal tube

(OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran pernafasan bagian atas.

b. Indikasi

Menurut Kozier & Erb (2012) indikasi dilakukannya suction ETT pada

pasien adalah bila terjadi gurgling (suara nafas berisik seperti berkumur), cemas,

susah/kurang tidur, snoring (mengorok), penurunan tingkat kesadaran, perubahan

warna kulit, penurunan saturasi oksigen, penurunan pulse rate (nadi), irama nadi

tidak teratur, respiration rate menurun dan gangguan patensi jalan nafas. Prosedur

ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat

menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea

gangguan perdarahan, edema laring, varises esophagus, perdarahan gaster, infark

miokard (Elly, 2020).

c. Tujuan
Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk menghilangkan sekret yang

menyumbat jalan nafas, untuk mempertahankan patensi jalan nafas, mengambil

sekret untuk pemeriksaan laboratorium, untuk mencegah infeksi dari akumulasi

cairan sekret (Kozier & Erb, 2012). Elly (2020) juga menjelaskan tujuan

dilakukan suction diantaranya untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi

retensi sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru.

d. Efek Suction

Menurut Willkins & Williams L, (2021) efek yang dapat terjadi dari

suction yaitu hipoksemia, dispnea, kecemasan, aritmia jantung, trauma trakhea,

trauma bronkus, hipertensi, hipotensi, perdarahan, peningkatan intra kranial.

Efek samping suction menurut penelitian Manggorie (2021):

1. Penurunan saturasi oksigen: berkurang hingga 5%

2. Cairan perdarahan: terdapat darah dalam sekret suction

3. Hipertensi: peningkatan tekanan darah sistolik hingga 200 mmHg

4. Dapat terjadi hipotensi: penururnan tekanan darah sdiastolik hingga 80

mmHg

5. Takikardia: meningkatkan detak jantung hingga 150 detak/menit

6. Bradikardia: detak jantung hingga 50 detak/menit

7. Arrhythmia: irama denyut jantung tidak teratur Dalam Saskatoon Health

Regional Authority (2010) mengatakan bahwa komplikasi yang mungkin muncul

dari tindakan penghisapan lendir salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia.

DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks. 2021. Keperawatan Medikal Bedah. Buku 1-3. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2020. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Eni Kusyanti. 2019. Ketrampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.

Jakarta: EGC

Reny. 2020. Askep Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 2021. Perawatan Anak Sakit Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Wong, L Donna. 2021. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You might also like