You are on page 1of 29

MAKALAH TENTANG ALAT KESEHATAN (infus dan transfusi darah)

MATA KULIAH : IBD FISIKA

Dosen pembimbing : Ari mutanto

Disusun Oleh :

Atika ade julia


Ayu lestari.a
Desti indriyani
Egha ameriskika
Fadhiyah azzahra
junaedi

AKADEMI KEPERAWATAN BHAKTI HUSADA CIKARANG


Jl. R E Martadinata (By pass) cikarang – Bekasi Telp (021)8902577
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb, senang sekali kami sebagai mahasiswa baru akper bhakti
husada tahun ajaran 2020/2021 yang beberapa minggu terakhir ini sudah memulai
kegiatan belajar mengajar (KBM) walaupun masih menggunakan metode online di
karenakan pandemi virus covid 19 yang belum juga berakhir sampai hari ini. Namun
tidak menyurutkan semangat kami dalam menuntut ilmu di akademi keperawatan bhakti
husada .

Puji syukur kami panjatkan kepada allah subhanahu wa ta’ala, yang mana berkat rahmat
dan hidayah -nya lah kami dapat mengerjakan tugas dari dosen mata kuliah ilmu
biomedik dasar kami yaitu bapak Ari mutanto selaku dosen kami dalam mata kuliah ini .

Sholawat serta salam mudah-mudahan selatu tercurah limpahkan ke jujunngan alam


habibana wa nabiyana wa maulana Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana
telah menuntun kita selaku umatnya dari jaman gelap gulita menuju zaman terang
benerang seperti sekarang ini.

Dalam makalah ini, insya allah kami akan membahas tentang ”alat kesehatan” Dalam
proses pengkajian makalah ini harapan kami adalah agar kita semua lebih memahami
secara mendalam tentang tata cara dan hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mengenali
fungsi dan sejarah alat kesehatan secara lebih mendalam. Serta menunaikan tugas yang
sudah di berikan oleh dosen kami dengan sebaik baiknya.

Bekasi 8 oktober 2020

Tim penyusun makalah kelompok 12


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Transfusi darah adalah proses manyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi
medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok, dan
tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Reaksi transfusi adalah reaksi yang
terjadi selama transfuse darah yang tidak diinginkan berkaitan dengan transfusi itu. Sejak
dilakukan tes komatibilitas untuk menentukan adanya antibody terhadap antigen sel darah
merah, efek samping transfuse darah umumnya disebabkan oleh leokosit, trombosit, dan
protein plasma. Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas,
ringan, sampai berat (Asusil, 2014).
Pada tahun 1900 Dr. Loustiner menemukan 4 macam golongan darah : golongan darah A,
golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan darah O. Sejak itu tahun 1940
ditemukan golongan darah baru yaitu rhesus faktor positif dan rhesus faktor negatif pada
sel darah merah (erythrocyt). Rhesus faktor positif banyak terdapat pada orang Asia dan
negatif pada orang Eropa, Amerika, Australia. Transfusi diberikan untuk meningkatkan
kemampuan darah dalam mengangkut oksigen, memperbaiki volume darah tubuh,
memperbaiki kekebalan, memperbaiki masalah pembekuan. Tergantung kepada alasan
dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah lengkap atau komponen darah (misalnya sel
darah merah, trombosit, faktor pembekuan, plasma segar yang dibekukan/bagian cairan
dari darah atau sel darah putih). Transfusi darah akan lebih baik diberikan hanya terdiri
dari komponen darah yang diperlukan oleh resipien (Yazhid, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah apa saja pengertian, sejarah, indikasi, kontraindikasi, jenis, dan
reaksi yang terjadi dari transfusi darah serta bagaimana penatalaksanaan transfusi darah
sesuai standar operasional prosedur (sop).

1.3 Batasan masalah

Makalah alat kesehatan kami terfokus pada satu alat yaitu alat infus dan transusi darah
adapun beberapa masalah yang akan kami bahas pada makalah kami yaitu :
1. Sejarah dan perkembangan alat
2. Landasan teori fisika
3. Spesifikasi alat
4. Prosedur penggunaan alat
5. Pemeliharaan alat

1.4 Tujuan penulisan

Agar mahasiswa tau dan faham tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alat infus dan transfusi darah mulai dari sejarah hingga pemelehiaraan alat
khususnya bagi kami kelompok 2 san umumnya untuk semua pembaca.

1.5 Metode penulisan


Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data melalui
internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, media elektronik, dan
beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang
menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup
kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,
diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat
dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan
kesimpulan.
Bab II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan perkemnbangan alat

Sejarah infus dan alat transfusi darah

Sejarah Infuse
Bentuk injeksi intravena dan
infus dimulai sejak 1670.
Namun, Charles Gabriel
Pravaz dan Alexander
Wood adalah yang pertama
untuk mengembangkan sebuah
jarum suntik dengan jarum
denda cukup untuk menembus
kulit pada tahun 1853.
Banyak kesulitan teknis yang
dihadapi mereka bereksperimen
dengan transfusi
darah telah dihapus setelah
1853 oleh penemuan jarum
suntik, dengan jarum berongga
runcing.
Kredit untuk evolusi alat
ini berguna universal biasanya
diberikan kepada Dokter
Alexander Wood (lahir
1817), yang diangkat
Sekretaris dari Royal
College of
Physicians of Edinburgh
1850. Untuk beberapa
waktu, Dokter Wood telah
bereksperimen dengan jarum
berlubang untuk pemberian
obat.
Akhirnya, dia merasa cukup
percaya diri untuk
mempublikasikan dalam "The
Medical Edinburgh dan
Bedah Review" kertas
pendek - 'Sebuah Metode
Baru
mengobati Neuralgia oleh
aplikasi langsung Opiat ke Poin
Menyakitkan' - di mana ia
menunjukkan bahwa metode
ini belum tentu terbatas
pada administrasi opiat.
Pada waktu yang sama,
Charles Gabriel Pravaz dari
Lyon membuat jarum suntik
serupa yang dengan cepat
datang ke banyak digunakan
dalam operasi dengan nama
Sejarah Infuse
Bentuk injeksi intravena dan
infus dimulai sejak 1670.
Namun, Charles Gabriel
Pravaz dan Alexander
Wood adalah yang pertama
untuk mengembangkan sebuah
jarum suntik dengan jarum
denda cukup untuk menembus
kulit pada tahun 1853.
Banyak kesulitan teknis yang
dihadapi mereka bereksperimen
dengan transfusi
darah telah dihapus setelah
1853 oleh penemuan jarum
suntik, dengan jarum berongga
runcing.
Kredit untuk evolusi alat
ini berguna universal biasanya
diberikan kepada Dokter
Alexander Wood (lahir
1817), yang diangkat
Sekretaris dari Royal
College of
Physicians of Edinburgh
1850. Untuk beberapa
waktu, Dokter Wood telah
bereksperimen dengan jarum
berlubang untuk pemberian
obat.
Akhirnya, dia merasa cukup
percaya diri untuk
mempublikasikan dalam "The
Medical Edinburgh dan
Bedah Review" kertas
pendek - 'Sebuah Metode
Baru
mengobati Neuralgia oleh
aplikasi langsung Opiat ke Poin
Menyakitkan' - di mana ia
menunjukkan bahwa metode
ini belum tentu terbatas
pada administrasi opiat.
Pada waktu yang sama,
Charles Gabriel Pravaz dari
Lyon membuat jarum suntik
serupa yang dengan cepat
datang ke banyak digunakan
dalam operasi dengan nama
Sejarah Infuse
Bentuk injeksi intravena dan
infus dimulai sejak 1670.
Namun, Charles Gabriel
Pravaz dan Alexander
Wood adalah yang pertama
untuk mengembangkan sebuah
jarum suntik dengan jarum
denda cukup untuk menembus
kulit pada tahun 1853.
Banyak kesulitan teknis yang
dihadapi mereka bereksperimen
dengan transfusi
darah telah dihapus setelah
1853 oleh penemuan jarum
suntik, dengan jarum berongga
runcing.
Kredit untuk evolusi alat
ini berguna universal biasanya
diberikan kepada Dokter
Alexander Wood (lahir
1817), yang diangkat
Sekretaris dari Royal
College of
Physicians of Edinburgh
1850. Untuk beberapa
waktu, Dokter Wood telah
bereksperimen dengan jarum
berlubang untuk pemberian
obat.
Akhirnya, dia merasa cukup
percaya diri untuk
mempublikasikan dalam "The
Medical Edinburgh dan
Bedah Review" kertas
pendek - 'Sebuah Metode
Baru
mengobati Neuralgia oleh
aplikasi langsung Opiat ke Poin
Menyakitkan' - di mana ia
menunjukkan bahwa metode
ini belum tentu terbatas
pada administrasi opiat.
Pada waktu yang sama,
Charles Gabriel Pravaz dari
Lyon membuat jarum suntik
serupa yang dengan cepat
datang ke banyak digunakan
dalam operasi dengan nama
'The
Sejarah Infuse
Bentuk injeksi intravena dan
infus dimulai sejak 1670.
Namun, Charles Gabriel
Pravaz dan Alexander
Wood adalah yang pertama
untuk mengembangkan sebuah
jarum suntik dengan jarum
denda cukup untuk menembus
kulit pada tahun 1853.
Banyak kesulitan teknis yang
dihadapi mereka bereksperimen
dengan transfusi
darah telah dihapus setelah
1853 oleh penemuan jarum
suntik, dengan jarum berongga
runcing.
Kredit untuk evolusi alat
ini berguna universal biasanya
diberikan kepada Dokter
Alexander Wood (lahir
1817), yang diangkat
Sekretaris dari Royal
College of
Physicians of Edinburgh
1850. Untuk beberapa
waktu, Dokter Wood telah
bereksperimen dengan jarum
berlubang untuk pemberian
obat.
Akhirnya, dia merasa cukup
percaya diri untuk
mempublikasikan dalam "The
Medical Edinburgh dan
Bedah Review" kertas
pendek - 'Sebuah Metode
Baru
mengobati Neuralgia oleh
aplikasi langsung Opiat ke Poin
Menyakitkan' - di mana ia
menunjukkan bahwa metode
ini belum tentu terbatas
pada administrasi opiat.
Pada waktu yang sama,
Charles Gabriel Pravaz dari
Lyon membuat jarum suntik
serupa yang dengan cepat
datang ke banyak digunakan
dalam operasi dengan nama
'The
Bentuk suntikan dan infus intravena (memasukkan obat ke dalam pembuluh darah)
dimulai sejak 1670, namun Charles Gabriel Pravaz dan Alexander Wood adalah orang
pertama yang mengembangkan jarum suntik, dengan jenis jarum yang sudah
disempurnakan untuk menembus kulit pada tahun 1853. Ini adalah jarum suntik
pertama yang digunakan untuk menyuntikkan morfin sebagai obat penghilang rasa
sakit.

Sejak itu penggunaan jarum suntik mulai dikembangkan. Salah satunya sebagai media
transfusi darah. Meski demikian, banyak kesulitan teknis yang dihadapi orang-orang
yang bereksperimen dengan transfusi darah.

Pada 1750 Dokter Alexander Wood, Sekretaris Royal College of Physicians of


Edinburgh telah bereksperimen dengan jarum berongga untuk mentransfer opiat
sebagai bius saat operasi bedah.

Eksperimennya itu kemudian dituangkan ke dalam makalah singkat di The Edinburgh


Medical and Surgical Review: "Metode Baru untuk Mengobati Neuralgia dengan
Penerapan Langsung Opiat ke Poin yang Menyakitkan." 

Dia menunjukkan bahwa metode tersebut tidak terbatas pada opiat saja, namun kepada
jenis obat yang lain. Pada waktu yang hampir bersamaan, Charles Gabriel Pravaz dari
Lyon membuat jarum suntik serupa yang segera mulai digunakan dalam banyak
operasi dengan nama "Pravaz Syringe."

2.2 Landasan teori fisika

a. tekanan osmotic

Infus menerapkan konsep dasar fisika sifat  zat cair. Zat cair
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Anda akan melihat dimana tabung infus dipasang dengan posisi
lebih tinggi dari tubuh atau tepatnya jantung pasien yang diberi
infus. Dengan demikian cairan infus dapat masuk ke dalam
pembuluh darah pasien.
Kenapa cairan infus dapat masuk ke dalam pembuluh darah? Hal
ini terjadi karena cairan infus memiliki sifat osmosis. Yaitu sifat
cairan yang dapat menembus membran atau selaput
semipermeabel pada darah karena perbedaan konsentrasi.
Salah satu sifat koligatif larutan adalah memiliki tekanan osmotik.
Dengan adanya tekanan osmotik pada cairan infus maka cairan ini
dapat masuk ke dalam darah pasien setelah melewati selaput
permeabel darah.
Larutan infus dibuat bertekanan sama (isotonik) dengan tekanan
cairan darah pasien. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan
pada sel darah maupun pembuluh darah.
Jika tekanan cairan infus lebih tinggi (hipertonis) dari darah pasien
maka akan terjadi pecahnya sel darah pasien akibat banyaknya
cairan infus yang masuk ke dalam pembuluh darah. Namun jika
tekanan cairan infus rendah (hipotonis) maka akan menyebabkan
masuknya air ke dalam darah sehingga terjadi penggelembungan
dan pecahnya sel darah.
b. Hidrostatistika
 Fluida adalah zat yang dapat mengalir atau berpindah akibat
pengaruh tekanan yang sangat kecil atau sedikit saja. Fluida
memiliki dua wujud yaitu cair dan gas. Komponen yang bekerja
pada fluida statis adalah gaya angkat ke atas dan tekanan
hidrostatis. Tekanan Hidrostatis adalah tekan yang terjadi di
bawah air. Tekanan ini terjadi karena adanya berat air akibat
dari percepatan gravitasi yang membuat cairan tersebut
mengeluarkan terkanan terhadap pemasangan infus. Tekanan
sebuah cairan (zat cair ) tergantung pada massa jenis,
ketinggian atau kedalaman zat cair, 
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam
tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh intra vena.
Dan juga kantong infus harus diletatakkan di atas karena makin
tinggi tempat kantong infus dengan pergelangan lengan maka
tekanan infus juga semakin besar dan begitu sebaliknya, oleh
karena itu pemasangan cairan infus harus diposisikan lebih
tinggi dari pergelangan tangan pasien agar cairan infus bisa
masuk ke dalam tubuh pasien.
2.3 spesifikasi alat

1.      Spike cup adalah penutup penetrate needle infuse/tranfusi set yang berfungsi keseterilan
penetrate needle infus

2.      Spike/Penetrate Needle Infuse adalah jarum infus/tranfusi set yang berfungsi sebagai
pembolong botol infus dan juga sebagai penghubung pertama cairan infusan
3.      Air Vented adalah lubang kecil pada spike yang berfungsi penyetabil udara drip chamber
dan juga berfungsi sebagai ventilasi ketika memberikan terapi infusan vial

4.      Drip Chamber adalah ruang tetes yang berfungsi untuk mencegah terjadinya emboli
udara

5.      Blood Filter adalah bagian khusus pada tranfusi set yang berfungsi sebagai penyaring
darah dan mencegah trombus masuk kedalam sistem aliran darah
6.      Solution Filter adalah pengubung drip chamber dengan tube yang berfungsi untuk
mencegah partikel, udara, bekuan darah tranfusi dan mencegah masuknya bakteri dari cairan
infus ke sistem vena

7.      Roller clamp set adalah bagian infus set yang menempel pada tube berfungsi untuk
menghentikan dan mengalirkan cairan infusan atau darah

8.      Tube adalah selang/pipa infus yang berfungsi sebagai sarana mengalirnya cairan atau
darah dari infusan yang akan menuju vena
9.      Y Injection Connector adalah bagian tube infus yang berfungsi sebagai tempat
penyuntikan obat intravena

10.  Injection Site adalah adalah bagian infus berbahan karet elastis yang berfungsi sebagai
tempat penusukan jarum suntik untuk pemberian obat intra vena

11.  Connector adalah bagian infus set yang berfungsi sebagai penghubung infus set ke IV
canula dan bisa sebagai tempat spooling infus
12.  Needle hub adalah jarum yang melekat pada konektor berfungsi untuk needle spooling
atau ventilasi dengan menusukkannya ke plabot/vial

13.  Needle cap adalah penutup needle hub yang berfungsi untuk menjaga kesterilan needle
hub dan mencegah terjadinya tertusuk jarum

2.4 prosedur penggunaan alat infus


Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus
4. Atur posisi pasien / berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan gantungkan
pada standar infus
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk
7. Pasang alas
8. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
9. Pakai sarung tangan
10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
11. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
12. Pastikan jarum IV masuk ke vena
13. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
16. Atur tetesan infus sesuai program medis
17. Lepas sarung tangan
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
pelaksanaan
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan

2.5 Pemeliharaan alat

Setelah di gunakan alat infus sebaikanya di rapikan , di gulung


kemudian di buang di tempat pembuangan khusus alat medis.
BAB III PENUTUP
http://macrofag.blogspot.com/2017/10/mengenal-bagian-infus-dan-tranfusi-
set.html
https://www.scribd.com/doc/258334342/sejarah-infus
https://www.kompasiana.com/tiarafebriani/54f953d0a333112c048b4cbe/
cara-pemasangan-infus-sesuai-dengan-spo-standar-prosedur-operasional-
ditulis-oleh-tiara-febriani

You might also like