Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu :
Dr. Irdawati, S.Si, M.Si
Disusun Oleh ;
Kelompok 3
Puji Syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT, yang mana atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Adapun tema dari makalah ini adalah “Issue Issue Bioetika dalam Dunia
Medis”.
Penulis tentu menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Maka dari itu kami mohon
saran dan krtik dari teman teman maupun Ibu dosen.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI………................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................... 2
2.1 Bayi Tabung ............................................................................................... 2
2.2 Transplantasi Organ .................................................................................... 6
2.3 Aborsi......................................................................................................... 9
2.4 Euthanasia ................................................................................................ 12
BAB III : PENUTUP .......................................................................................... iii
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... iii
Daftar Pustaka .................................................................................................... iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui issue issue bioetika dalam dunia medis
2. Untuk mengetahui permasalahan bayi tabung
3. Untuk mengetahui permasalahan transplantasi organ
4. Untuk mengetahui permasalahan aborsi
5. Untuk mengetahui permasalahan euthanasia
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa bayi tabung berasal dari bahasa Inggris In Vitro Fertilization
yaitu usaha manusia untuk membuahi telur wanita (ovum) di luar tubuh wanita (in
Vitro). Bayi tabung terdiri dari dua unsur kata, yaitu “bayi” dan “tabung”. Kata
bayi menurut susunan kata-kata bahasa Indonesia adalah anak, atau anak kecil
yang baru lahir. Sedangkan kata tabung artinya seruas bambu, atau tempat
menaruh sesuatu.
Istilah bayi tabung merupakan terjemah dari (test tube baby) dalam bahasa
kedokteran dikenal dengan “In Vitro Fertilization and Embryo Transfer” (IVF-ET)
atau yang dikenal dalam khazanah hukum Islam dengan sebutan “Thifl al-
Anabib” atau “Athfal al-Anbubah” Yaitu tabung yang dibuat sebagai tempat
pembuahan sperma dan ovum menjadi janin, tabung yang digunakan untuk
melakukan pembuahan dibuat sedemikian rupa dengan teknologi dan
pertimbangan medis yang begitu cermat, sehingga serupa dengan keadaan saluran
telur dan rahim wanita, tempat sperma dan ovum biasanya diproses.
2
pembuahan biasanya (sekitar 80% pangan suami istri), mengalami pembuahan sel
telur oleh spermatozoa terjadi secara spontan. Dimulai dari pengantaran
spermatozoa lewat hubungan biologis, bertemunya spermatozoa dengan sel
disaluran reproduksi wanita (fallopi) hingga terjadinya pembuahan secara
sempurna. Kemudian, perpaduan sel telur itu terus berlanjut di dalam rahim
hingga melekatkan dirinya pada dinding rahim, bentuk disitu sampai sel itu
(nutfah) berubah menjadi embrio ('alaqah) dan seterusnya. Biasanya proses ini
terjadi apa adanya tanpa bantuan dari teknologi kedokteran ataupun obat-obat
kesuburan.
proses pelaksanaan bayi tabung yang terbagi menjadi empat tahap, yaitu
sebagai berikut
3
b) Tahap Pengambilan Sel Telur
Terdapat dua cara untuk mengambil sel telur, yaitu dengan laparoskopi dan
ultrasonografus (USG). Dengan cara laparoskopi folikel akan tampak jelas
dengan leluasa kemudian indung telur dipegang menggunakan penjepit
khusus dan dilakukan persiapan. Selanjutnya cairan folikel yang berisi sel
telur ditampung di dalam tabung. Cairan itu akan dilihat melalui miskroskop
agar memasktikan bahwa sel telur telah ditemukan. Adapun cara kedua yaitu
dengan ultrasonografus (USG), folikel yang tampak pada layar ultrasonografi
transvaginal ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan
penghisapan folikel yang berisi sel telur seperti cara pengisapan laparoskopi.
c) Pengambilan Sperma
Pemisahan untuk pemurnian kandungan sperma dari bahan-bahan lainnya.
Kurang lebih 20.000 sel sperma ditempatkan secara bersamaan dengan 1 sel
telur matang kedalam sebuah cawan khusus. Dalam hal ini diharapkan dapat
terjadinya proses fertilisasi sel telur dan sperma dalam kurun waktu 17-20 jam
setelah pengambilan sel telur dari ovarium.
4
Hadis ini juga sejalan dengan QS. Al Baqarah ayat 223.
ْس ۤا ُؤكُم
َ ِِلنفُ ِسكُمْ َوقَ ِد ُموا ْۖ ِشئتُمْ اَنّٰى َحرثَكُمْ فَأتُوا ْۖ لَّكُمْ َحرثْ ن َ ِ ْۖ ّللا َواتَّقُوا
َّْٰ َواعلَ ُم ْٓوا
ِْر ْۖ ُّم ٰلقُوْهُ اَنَّكُم
ِْ ال ُمؤ ِم ِنينَْ َو َبش
223. Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja
dan dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-
Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman
a. Bayi tabung yang mrnggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri,
kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri
b. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum pasangan suami istri, lalu
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate mother),
c. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari
donor, setelah embrio terbentuk lalu ditransplantasikan ke rahim istri
g. Bayi tabung menggunakan sperma dan ovum dari donor, lalu embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim istri
h. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor,
kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother
5
2.2 Transplantasi Organ
6
Jenis-Jenis Transplantasi
Ada beberapa jenis tranplantasi, baik berupa sel, jaringan maupun organ
tubuh.
7
bertahan hidup. Yang juga terselamatkan adalah seorang perempuan lain yang
sangat memerlukan liver. Aliana tak bisa menyerahkan ginjalnya ke sang ibu
karena dokter khawatir masalah ginjal yang dialami ibunya mungkin adalah
masalah keturunan. Jadi, mungkin saja Aliana punya masalah medis yang sama.
Di tengah himpitan waktu, Aliana melakukan riset dan hasilnya: dimungkinkan
untuk bertukar liver dengan ginjal.
Kita bisa mendonorkan ginjal karena hampir semua dari kita punya dua
ginjal, namun kita hanya perlu satu agar badan kita berfungsi.
Meski demikian, orang yang perlu ginjal tak selalu bisa mendapatkannya dari
seseorang, meski orang ini bersedia untuk menyumbangkan ginjalnya.
8
2.3 Aborsi
Pengertian Aborsi
Tindakan aborsi yang melawan hukum sering terjadi tetapi jarang muncul
kepermukaan, ini terjadi karena masing-masing pihak antara pasien dengan
dokternya sama-sama bisa merahasiakan semua peristiwa aborsi tersebut.
Dalil Aborsi
ْ ُل تَعَالَوا ق
ل ُْ علَيكُمْ َربُّكُمْ َح َّر َْم َما اَت ْ َّ َ ن شَيـًٔـــا بِهْ تُش ِركُوْا ا
َْ ِل ِْ سانًا َّوبِال َوا ِلدَي ْ َ ت َقتُلُ ۤوا َو
َ ِل ْۖ اِح
ِل ْۖ َواِيَّاهُمْ نَر ُزقُكُمْ نَحنُْ ْۖاِم ََلقْ ِمنْ اَو َِلدَكُ ْم
ْ َ ش ت َق َربُوا َو َ طنَْ َو َْما ِمن َها
ِ ظ َه َْر َما ال َف َو
َْ اح َ َْۖ ب
َْ ّللاُ َح َّر َْم الَّتِىْ النَّف
ْس ت َقتُلُوا َو َِل ِْ صٮكُمْ ِلكُمْ ْٰذ ْۖ بِال َح
ْ َّ ـق ا
ّْٰ ِِل ّْٰ ت َع ِقلُونَْ لَعَلَّكُمْ بِهْ َو
9
Hukum Aborsi di Indonesia
Misalnya ada seorang wanita muda hamil karena alasan belum punya
suami dan karena malu kalau diketahui oleh teman temannya maka ia bermaksud
menggugurkan kandungannya dengan minta bantuan seorang dokter untuk
dapatnya kandungannya digugurkan dengan memberi imbalan atas jasa dokter
tersebut, aborsi seperti inilah yang tidak dibenarkan dalam KUHP, karena masuk
dalam klasifikasi kriminal (Abortus Provocatus Criminalistis).
Abortus Spontanius yaitu suatu kejadian yang mengakibatkan
kegugurannya suatu kehamilan dari seorang ibu hamil dikarenakan akibat
terpleset, jatuh, kecelakaan atau kejadian yang lain, misalnya ada seorang ibu
hamil saat mandi terpleset dan jatuh, dari kejadian ini telah terjadi pendarahan
10
yang cukup banyak dan mengakibatkan kegugurannya kehamilan yang
dikandungnya.
11
2.4 Euthanasia
Pengertian euthanasia
Euthanasia (eu = baik, thanatos = mati) atau good death or easy death
sering pula disebut “mercy killing” pada hakekatnya pembunuhan atas dasar
perasaan kasihan, sebenarnya tidak lepas dari apa yang disebut hak untuk
menentukan nasib sendiri (the right self of determination) pada diri pasien.
Dalil Euthanasia
Q.S. An Nisa ayat 29
12
Sejarah Euthanasia
13
Setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan euthanasia,
maka pada era tahun 1940 dan 1950 berkuranglah dukungan terhadap euthanasia,
terlebih-lagi terhadap tindakan euthanasia yang dilakukan secara tidak sukarela
ataupun karena disebabkan oleh cacat genetika. Nazi yang saat itu dipimpin oleh
Adolf Hitler, menganggap bahwa orang cacat merupakan hambatan terhadap
kemajuan suatu bangsa, sehingga secara besar-besaran Nazi melakukan euthanasia
secara paksa kepada semua orang cacat di Berlin, Jerman.
Di India pernah dipraktekkan suatu kebiasaan untuk melemparkan
orangorang tua kedalam sungai Gangga. Lalu di Sardinia orang tua dipukul
hingga mati oleh anak laki-laki tertuanya di zaman purba. Di Uruguay kebebasan
praktek euthanasia dicantumkan dalam undang-undang yang telah berlaku sejak
tahun 1933. Begitu pula di beberapa negara Eropa, praktek euthanasia bukan lagi
kejahatan kecuali di Norwegia yang sejak 1902 memperlakukannya sebagai
kejahatan khusus. Di Amerika Serikat, khususnya di semua negara bagian
mencantumkan euthanasia sebagai kejahatan. Bunuh diri atau membiarkan dirinya
dibunuh adalah melanggar hukum di Amerika Serikat. Akan tetapi satusatunya
negara yang dapat melakukan tindakan euthanasia bagi para anggotanya adalah
Belanda. Orang dengan persyaratan tertentu dapat meminta tindakan euthanasia
atas dirinya.
Klasifikasi Euthanasia
14
b. Euthanasia non agresif, kadang juga disebut euthanasia otomatis
(autoeuthanasia) digolongkan sebagai euthanasia negatif, yaitu kondisi
ketika seorang pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk
menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya
akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut
diajukan secara resmi dengan membuat sebuah "codicil" (pernyataan
tertulis tangan). Euthanasia non agresif pada dasarnya adalah suatu praktik
euthanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.
c. Euthanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai tindakan euthanasia
negatif yang tidak menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk
mengakhiri kehidupan seorang pasien. Euthanasia pasif dilakukan dengan
memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat memperpanjang
hidup pasien secara sengaja,contohnya dengan tidak memberikan bantuan
oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan pernapasan, tidak
memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat, meniadakan
tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup
pasien, ataupun pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang
disadari justru akan mengakibatkan kematian. Tindakan eutanasia pasif
seringkali dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.
15
Demikian juga halnya pada pengaturan pasal 388 KUHP dinyatakan:
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena
makar mati, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun”.
Sementara dalam ketentuan Pasal 340 KUHP dinyatakan, “ Barang siapa dengan
sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa orang lain diancam,
karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu paling lama duapuluh tahun”,
Pasal 345 KUHP yang berbunyi “dengan sengaja menghasut orang lain
untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberikan daya
upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun”, dan
359 KUHP , yang dinyatakan “Barangsiapa yang karena salahnya telah
menyebabkan meninggalnya orang lain. Dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima tahun, atau dengan hukuman kurungan selam-lamanya satu
tahun”, yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan
euthanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita
memang tidak mengizinkan tindakan euthanasia oleh siapa pun juga .
Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para
dokter untuk melapor semua kasus euthanasia dan mengakhiri hidup. Instansi
kehakiman selalu akan menilai betul tidaknya prosedurnya. Pada tahun 2002,
sebuah konvensi yang berusia 20 tahun telah dikodifikasi oleh undang-undang
Belanda, yaitu seorang dokter yang melakukan euthanasia pada suatu kasus
tertentu tidak akan dihukum.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi tabung boleh dilakukan jika memenuhi syarat serta dilakukan dengan
cara yang benar, melalui sperma dan ovum yang berasal dari pasangan yang sah.
Transplantasi organ merupakan teknik kemajuan dalam ilmu kedokteran modern,
transplantasi organ boleh dilakukan jika ada ketentuan mendesak dan tidak ada
lagi upaya medis dalam penyembuhannya kecuali dengan transplantasi.
iii
DAFTAR PUSTAKA
Ali Akbar, Seksualita Ditinjau Dari Hukum Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1986), h. 48. 2Aminuddin, dkk,
Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, ( Bogor: Ghalia
Indonesia), h.192.
Adil Yusuf al-Izzazy, Fiqih Kehamilan (Pasuruan: Hilal Pustaka, t.th), h. 119.
Tono Djuantono dkk,
Mustaqim, “Argumentasi Keniscayaan Tafsir Maqashidi sebagai basis Moderasi
Islam.”hlm. 39-40 17 Mustaqim. Hlm. 41
Ahmad Muhammad Kan’an, Al-Mausu’atu At-Thibbiyah Al-Fiqhiyah (Beirut:
Dar Al Nafa’is, t.t.). hlm. 713
Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan. Hlm. 147
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. hlm.
153
Iman Jauhari, “Kesehatan Dalam Pandangan Hukum Islam Health Views In
Islamic Law,” Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55, Th. XIII (Desember 2011). Hlm.
40
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer (Yogyakarta: TERAS, 2009). Hlm.
122-123
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-59969569
https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6541675/kronologi-
aborsi-yang-tewaskan-ibu-bayi-dalam-kamar-hotel-di-jambi
Karyadi, P.Y. Euthanasia: Dalam Perspektif Hak Azasi Manusia. Yogyakarta
Penerbit Media Pressindo: 2001: h. 53-87.
Budiyanto, A, et.al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Indonesia:1997: h. 25-8
iv