You are on page 1of 23

PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN

“KONSEP DASAR MENYUSUI”


DOSEN PENGAMPUH : ARIANI, S.ST.,M.KEB

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 10

MEILANI BADRIANTI BASO - (B23109)


RIBIH – (B23079)
REKA DEWI FEBRIKA – (B23109)

PRODI D3 KEBIDANAN
STIKES BINA BANGSA MAJENE
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk dalam penyusunan makalah ini.
Atas karunia-Nya kami tak henti-hentinya mengucap Syukur atas terselesainya makalah ini
yang berjudul “ Konsep dasar menyusui”.

Selain dalam pembuatan makalah ini kami merasa berhutang budi kepada pihak
terutama dosen pembimbing ARIANI, S.ST.,M.KEB, yang telah memberikan bimbingan dan
arahan, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya saya menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan masih
terdapat kelemahan atau kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pihak manapun demi perbaikan selanjutnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Majene, 24 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
1.2 LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 4
1.3 TUJUAN ................................................................................................................................ 4
BAB II .............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
2.1 ANATOMI PAYUDARA....................................................................................................... 5
2.2 FISIOLOGI LAKTASI ......................................................................................................... 7
2.3 MANFAAT PEMBERIAN ASI ........................................................................................... 12
2.4 KOMPOSIS GIZI DALAM ASI ......................................................................................... 13
2.5 UPAYA MEMPERBANYAK ASI ...................................................................................... 15
2.6 TANDA BAYI CUKUP ASI ................................................................................................ 17
2.7 DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI ........................................................... 18
BAB III .......................................................................................................................................... 21
PENUTUP...................................................................................................................................... 21
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................................... 21
3.2 SARAN ................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 LATAR BELAKANG


Konsep dasar menyusui memiliki latar belakang yang kompleks, yang meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, dan kultural. Menyusui bukan hanya proses memberi makan
bayi tetapi juga memainkan peran penting dalam pembentukan ikatan antara ibu dan anak,
pengembangan kesehatan anak, dan kesejahteraan ibu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Anatomi payudara?
2. Fisiologi laktasi?
3. Manfaat pemberian ASI?
4. Komposis GIZI?
5. Upaya memperbanyak ASI?
6. Tanda bayi cukup ASI?
7. Dukungan Bidan dalam pemberian ASI?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Anatomi payudara
2. Untuk mengetahui Fisiologi laktasi
3. Untuk mengetahui Manfaat pemberian ASI
4. Untuk mengetahui Komposis GIZI
5. Untuk mengetahui Upaya memperbanyak ASI
6. Untuk mengetahui Tanda bayi cukup ASI
7. Untuk mengetahui Dukungan Bidan dalam pemberian ASI

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI PAYUDARA


Secara anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampula, pori pailla dan tepi alveolan. Setiap payudara terdiri dari 15-20
lobulus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobulus tidak berhubungan dengan ukuran
payudara. Setiap lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli.
Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan mirip buah anggur yang
merambat. Alveoli menghasilkan susu dan subtansi lainnya selama menyusui. Di
belakang puting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai membentuk
penyimpangan kecil yang di sebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses).
Lemak dan jaringan penghubung mengelingi bola-bola jaringan kelenjar. Suplai arteri
ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan cabang arteri
subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah
dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena
kava superior. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan
aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila, dengan demikian, limfe dari payudara
mengalir melalui nodus limfe aksilar
Payudara merupakan organ yang kompleks, terdiri dari berbagai struktur yang
berperan dalam produksi dan pengeluaran ASI:
Jaringan Kelenjar Susu: Jaringan ini terdiri dari lobulus (unit produksi ASI) yang
mengandung alveoli (tempat ASI diproduksi). Alveoli dikelilingi oleh sel-sel miopitel
yang, ketika berkontraksi, membantu mengeluarkan ASI ke dalam duktus laktiferus
(saluran ASI).
 Duktus Laktiferus: Merupakan saluran yang mengangkut ASI dari alveoli ke
areola dan puting. Terdapat beberapa duktus yang berakhir di puting,
memungkinkan ASI mengalir keluar saat bayi menyusu.
 Puting dan Areola: Puting adalah bagian yang menonjol dari payudara,
sedangkan areola adalah area gelap di sekitar puting. Areola mengandung
kelenjar Montgomery yang mengeluarkan zat pelindung, membantu menjaga
kelembapan dan melindungi area puting dan areola dari infeksi. Stimulasi

5
puting saat menyusui memicu pelepasan hormon prolaktin dan oksitosin yang
mendorong produksi dan pengeluaran ASI.
 Jaringan Lemak dan Ligamen: Memberikan bentuk dan dukungan pada
payudara. Jumlah dan distribusi jaringan lemak bervariasi antar individu dan
tidak mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk menyusui.
Hormon yang Terlibat
 Prolaktin: Hormon ini merangsang produksi ASI. Tingkat prolaktin meningkat
setiap kali bayi menyusu.
 Oksitosin: Hormon ini merangsang kontraksi sel miopitel di sekitar alveoli,
menyebabkan "let-down reflex" atau refleks pengeluaran ASI, memungkinkan
ASI mengalir ke duktus laktiferus.

Gambar 1. Anatomi Duktus dan Lobus Payudara


(Sumber : Sjamsuhidayat, 2004) Keterangan:

A : Duktus pembesaran A : Sel-sel normal


B : Lobulus B : Membran sel
C : Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu C : Lumen
D : Puting susu

E. Jaringan lemak

F : Otot pektoralis mayor

G : Dinding dada

6
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.

Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai

menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesterone menyebabkan

berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid.

Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang,

dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat

ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan

membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga

tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi,

dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan

melalui duktus ke puting susu.

2.2 FISIOLOGI LAKTASI


Fisiologi laktasi adalah proses kompleks yang melibatkan produksi dan
pengeluaran ASI (Air Susu Ibu) yang dikendalikan oleh interaksi hormonal dalam
tubuh ibu. Proses ini melibatkan beberapa tahapan, mulai dari masa kehamilan hingga
menyusui berlangsung. Fisiologi laktasi monogenesis dan lactogenesis berbicara
mengenai fisiologi laktasi ini merupakan hal yang sangat kompleks karena fisiologi
laktasi merupakan proses yang dimulai Jauh sebelum pelekatan awal bayi baru lahir hal
ini membutuhkan payudara untuk berubah dalam komposisi ukuran dan bentuk selama
setiap tahap perkembangan wanita perkembangan itu meliputi pubertas kehamilan dan
laktasi itu sendiri tahapan ini dipengaruhi oleh serangkaian perubahan fisiologi yang
sangat penting untuk keberhasilan menyusui pengertian laktasi itu sendiri adalah proses
memproduksi dan melepaskan ASI dari kelenjar ASI di payudara laktasi dimulai pada
kehamilan ketika perubahan hormon memberi sinyal pada kelenjar ASI untuk membuat
ASI sebagai persiapan untuk kelahiran bayi dan laktasi berakhir setelah tubuh berhenti
memproduksi ASI mamogenesis yaitu perkembangan kelenjar susu perkembangan
payudara saat pubertas tergantung pada beberapa hormon hormon utama yaitu estrogen
dan progesteron perubahan keadaan estrogen dan progesteron selama setiap siklus
menstruasi merangsang ngebulus untuk menghasilkan Tunas alveolac baru dan
akhirnya berkembang menjadi struktur yang lebih matang setelah pubertas selesai tidak

7
ada lagi perubahan yang terjadi pada payudara wanita hingga kehamilan selama
kehamilan.

1. Mammogenesis (Pertumbuhan Payudara)

Mammogenesis adalah proses pertumbuhan dan pengembangan payudara


selama pubertas, kehamilan, dan laktasi. Selama kehamilan, hormon estrogen,
progesteron, prolaktin, hormon pertumbuhan, dan insulin berperan dalam
mempersiapkan payudara untuk produksi susu. Jaringan kelenjar susu tumbuh dan
berkembang, saluran-saluran susu memanjang, dan jumlah alveoli (unit penghasil susu)
meningkat.
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan
bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air
Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan
ataupun minuman lain kecuali sirup obat. (6). ASI juga mengandung vitamin
mikronutrien laktosa dan berbagai protein yang terdiri dari 60% W dan 40% Kasin
secara spesifik protein di dalam acid terdiri dari iga igg dan IGM sekretorik yaitu jenis
antibodi yang berperan melindungi bayi dari bakteri dan virus serta mencegah alergi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Pengaruh
Hormonal mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara :
a. Progesteron : Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran Alveoli. Tingkat progesteron
dan Estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara
besar-besaran.
b. Estrogen : Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui. Karena itu, sebaiknya Ibu menyusui menghindari KB Hormonal berbasis
hormon Estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH).
d. Prolaktin : Berperan dalam membesarnya Alveoli dalam kehamilan.
e. Oksitoksin : Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, Oksitoksin juga

8
mengencangkan otot halus di sekitar Alveoli untuk memeras ASI menuju saluran Susu.
Oksitoksin berperan dalam proses dalam turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
f. Human Placental Lactogen (HPL) : Sejak bulan kedua kehamilan, Plasenta
mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan Payudara, puting, dan
Aerola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, Payudara siap
memproduksi ASI.
2. Lactogenesis (Inisiasi Produksi Susu)
Lactogenesis terbagi menjadi dua fase:
 Fase I (Lactogenesis I): Terjadi selama trimester kedua dan ketiga kehamilan, di
mana payudara mulai menghasilkan kolostrum, susu awal yang kaya nutrisi dan
antibodi. Produksi susu pada fase ini masih dalam jumlah yang sedikit.
 Fase II (Lactogenesis II): Biasanya dimulai 2-3 hari setelah melahirkan, ditandai
dengan "coming in" dari susu. Perubahan ini dipicu oleh penurunan drastis hormon
progesteron setelah plasenta lepas, sementara tingkat prolaktin tetap tinggi. Ini
menyebabkan peningkatan produksi susu secara signifikan.
 Galactopoiesis (Pemeliharaan Produksi Susu)
 Galactopoiesis adalah tahap di mana produksi susu dipertahankan setelah
Lactogenesis II. Pada tahap ini, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh mekanisme
"permintaan dan pasokan"; semakin sering bayi menyusu, semakin banyak susu
yang diproduksi. Hormon prolaktin memainkan peran kunci dalam
mempertahankan produksi susu, sementara oksitosin memfasilitasi pengeluaran
susu dengan merangsang kontraksi sel-sel otot di sekitar alveoli, memungkinkan
susu mengalir ke duktus laktiferus.
3. Let-Down Reflex (Refleks Pengeluaran Susu)
Refleks pengeluaran susu, atau let-down reflex, adalah proses dimana susu
disalurkan dari alveoli ke puting susu, memungkinkan bayi untuk menyusu. Refleks ini
dipicu oleh stimulasi puting yang mengaktifkan pelepasan oksitosin. Sensasi seperti
bayi yang menangis atau pemikiran tentang menyusui juga bisa memicu refleks ini.
Terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul
akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
2. Refleks aliran (let down reflek)

9
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum,
tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen
dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran
faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor
pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air
susu.
 Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
 Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam
keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan
puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat,
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus
lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara
bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/
pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi :

10
1.Refleks menangkap (rooting refleks)
2.Refleks menghisap
3.Refleks menelan
Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan.
Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan
berusaha menangkap puting susu.
Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting
mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan
palatum sehingga ASI keluar.
Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Pada akhir kehamilan, terjadi sekresi cairan jernih kekuningan yang disebut kolustrum
yang mengandung imunoglobulin, produksi kolustrum terus meningkat pasca persalinan
dan digantikan dengan produksi ASI. Kadar estrogen menurun dengan cepat 48 jam
pasca persalinan sehingga memungkinkan berlangsungnya aktivitas hPr terhadap sel
alveolus untuk inisiasi dan mempertahankan proses laktasi.
Proses laktasi semakin meningkat dengan isapan pada payudara secara dini dan sering
oleh karena secara reflektoar, isapan tersebut akan semakin meningkatkan kadar hPr
Emosi negatif [kecemasan ibu bila ASI tak dapat keluar] menyebabkan penurunan
sekresi prolaktin melalui proses pelepasan prolactine-inhibiting factor (dopamin) dari
hipotalamus.
Pada hari ke 2 dan ke 3 pasca persalinan, hPr merangsang alveolus untuk
menghasilkan ASI. Pada awalnya, ASI menyebabkan distensi alveolus dan ductus kecil
sehingga payudara menjadi tegang.
Hormon Utama dalam Laktasi
 Prolaktin: Diproduksi oleh kelenjar pituitari, prolaktin merangsang alveoli
untuk memproduksi susu. Tingkat prolaktin meningkat setiap kali bayi
menyusu.
 Oksitosin: Juga diproduksi oleh kelenjar pituitari, oksitosin menyebabkan
kontraksi sel-sel otot di sekitar alveoli, mendorong susu ke duktus laktiferus.

11
Oksitosin juga berperan dalam merangsang kontraksi rahim selama dan setelah
kelahiran, membantu rahim kembali ke ukuran semula sebelum kehamilan.
Fisiologi laktasi adalah sistem yang dirancang dengan indah untuk
memastikan bahwa bayi mendapatkan nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan awal.

2.3 MANFAAT PEMBERIAN ASI


Pemberian ASI (Air Susu Ibu) memiliki manfaat yang sangat luas dan
signifikan, tidak hanya bagi bayi tetapi juga bagi ibu dan masyarakat secara
keseluruhan. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari pemberian ASI:
Manfaat untuk Bayi
 Nutrisi Optimal: ASI menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan bayi dalam
proporsi yang tepat selama enam bulan pertama. Ini mudah dicerna dan secara
efisien diserap oleh sistem pencernaan bayi yang masih berkembang.
 Kekebalan Tubuh: ASI mengandung antibodi dan faktor kekebalan lainnya
yang membantu melindungi bayi dari infeksi dan penyakit, termasuk diare,
pneumonia, dan infeksi telinga.
 Pertumbuhan dan Perkembangan: ASI mendukung pertumbuhan fisik dan
perkembangan otak yang optimal. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang
disusui memiliki skor IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
diberi susu formula.
 Mengurangi Risiko Penyakit Kronis: Pemberian ASI eksklusif dan
berkelanjutan dikaitkan dengan penurunan risiko terjadinya obesitas, diabetes
tipe 2, dan penyakit jantung pada tahap selanjutnya dalam kehidupan.
 Pengurangan Mortalitas Bayi: Pemberian ASI dapat menurunkan tingkat
kematian neonatal dan infantil karena penyakit yang dapat dicegah.
Manfaat untuk Ibu
 Pemulihan Pasca Melahirkan: Menyusui membantu rahim kembali ke ukuran
normal lebih cepat dan mengurangi perdarahan pasca melahirkan.
 Kontrasepsi Alami: Menyusui dapat bertindak sebagai metode kontrasepsi
alami yang dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (LAM), yang efektif
pada bulan-bulan pertama pasca kelahiran jika dilakukan secara eksklusif.
 Mengurangi Risiko Kanker: Menyusui dikaitkan dengan penurunan risiko
kanker payudara dan ovarium.

12
 Mengurangi Risiko Penyakit: Menyusui juga dapat menurunkan risiko ibu
terhadap hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2.
 Ikatan Emosional: Menyusui memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi,
dan dapat membantu mengurangi risiko depresi pasca melahirkan.
Manfaat bagi Masyarakat dan Lingkungan
 Ekonomis: ASI adalah sumber nutrisi yang relatif murah yang dapat membantu
mengurangi beban ekonomi keluarga dan masyarakat.
 Ramah Lingkungan: Menyusui mengurangi kebutuhan akan susu formula,
botol, dan peralatan lain, yang berarti lebih sedikit sampah dan dampak
lingkungan.
 Mengurangi Beban Layanan Kesehatan: Bayi yang disusui cenderung lebih
sehat, yang dapat mengurangi beban pada layanan kesehatan dengan
mengurangi kebutuhan akan pengobatan medis dan hospitalisasi.
Pemberian ASI merupakan strategi kesehatan masyarakat yang efektif untuk
meningkatkan kelangsungan hidup anak, mempromosikan kesehatan, dan mencegah
penyakit, dengan manfaat jangka panjang bagi individu dan masyarakat secara
keseluruhan.

2.4 KOMPOSIS GIZI DALAM ASI


Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan ibu kepada
bayinya. Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan (kolostrum, susu
peralihan, susu matur) yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada stadium itu, dan tidak
dapat ditiru dengan pemberian susu formula. Komposisi zat-zat yang terkandung dalam
ASI adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air dengan komposisi
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI mengandung 200 zat gizi dan
memberikan kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat. Zat-zat itu antara lain putih telur,
lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, hormon pertumbuhan, berbagai enzim
dan zat kekebalan. Air Susu Ibu (ASI) dikenal sebagai standar emas untuk nutrisi bayi,
menyediakan semua yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
optimal di bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI tidak hanya menyediakan gizi yang
sempurna tetapi juga mengandung zat bioaktif yang melindungi bayi dari infeksi dan
penyakit. Komposisi gizi dalam ASI sangat kompleks dan menyesuaikan diri untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang sedang berkembang.

13
Berikut adalah gambaran umum komposisi gizi dalam ASI:
1. Makronutrien
 Protein: ASI mengandung protein dalam jumlah yang ideal untuk pencernaan
dan metabolisme bayi. Protein ASI terutama terdiri dari whey dan kasein.
Konsentrasi whey lebih tinggi, membuat ASI lebih mudah dicerna
dibandingkan dengan susu sapi. Protein penting untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan.
 Lemak: Merupakan sumber energi utama dalam ASI, menyediakan sekitar 50%
dari total kalori. Lemak dalam ASI mengandung asam lemak esensial (seperti
DHA dan ARA) yang penting untuk perkembangan otak dan penglihatan.
Komposisi lemak dapat bervariasi tergantung pada diet ibu.
 Karbohidrat: Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI, berperan dalam
penyerapan kalsium dan pertumbuhan flora bakteri baik di usus. Laktosa juga
membantu meningkatkan penyerapan zat besi dan mendukung perkembangan
otak bayi.

14
2. Mikronutrien
 Vitamin dan Mineral: ASI mengandung sejumlah vitamin dan mineral yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, termasuk vitamin A, D,
E, K, C, serta zat besi, seng, dan kalsium. Meskipun konsentrasi beberapa
mineral seperti zat besi lebih rendah dibandingkan dengan formula bayi,
penyerapannya jauh lebih efisien.
 Elektrolit: ASI mengandung elektrolit seperti natrium, kalium, dan klorida yang
penting untuk fungsi saraf dan otot serta keseimbangan cairan tubuh.
3. Zat Bioaktif
Antibodi dan Imunoglobulin: ASI kaya akan komponen imun seperti IgA, IgG,
dan IgM yang melindungi bayi dari infeksi dan penyakit dengan membentuk lapisan
pelindung di saluran pencernaan dan pernapasan. Prebiotik: ASI mengandung
oligosakarida yang berfungsi sebagai prebiotik, mendukung pertumbuhan flora
usus yang sehat dan membantu melindungi bayi dari patogen. Faktor
Pertumbuhan: ASI mengandung berbagai faktor pertumbuhan yang mendukung
perkembangan organ dan jaringan, termasuk otak dan usus. Enzim: Berbagai enzim
dalam ASI, seperti lipase dan amilase, membantu pencernaan lemak dan
karbohidrat, memastikan penyerapan nutrisi yang optimal.
Komposisi ASI berubah selama sesi menyusui dan sepanjang periode laktasi
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan nutrisi yang berubah dari bayi. Misalnya, ASI
pada awal sesi menyusu (foremilk) lebih encer, kaya akan laktosa dan protein,
sedangkan ASI di akhir sesi menyusu (hindmilk) lebih kaya akan lemak, memberikan
energi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Komposisi gizi yang unik ini membuat ASI
menjadi makanan terbaik untuk bayi, mendukung pertumbuhan dan pengembangan
yang optimal.
2.5 UPAYA MEMPERBANYAK ASI
Meningkatkan produksi ASI adalah tujuan umum bagi banyak ibu yang
menyusui. Produksi ASI pada dasarnya adalah proses "permintaan dan pasokan";
semakin sering ASI dikeluarkan, baik melalui menyusui langsung atau memompa,
semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk membantu memperbanyak produksi ASI:

15
1. Menyusui atau Memompa Secara Rutin
Menyusui sesering mungkin adalah cara terbaik untuk memperbanyak ASI.
Cobalah menyusui setiap 2-3 jam atau sekitar 8-12 kali dalam 24 jam.
Jika Anda terpisah dari bayi Anda atau bayi Anda belum bisa menyusu secara
efektif, gunakan pompa payudara untuk mempertahankan produksi ASI.
2. Posisi dan Latch yang Benar
Pastikan bayi mendapat latch yang baik. Latch yang tidak efektif bisa
mengurangi stimulasi pada payudara dan menghambat produksi ASI.
Konsultasi dengan konsultan laktasi dapat sangat membantu dalam memastikan
posisi menyusui dan latch yang tepat.
3. Hindari Penggunaan Dot dan Botol Susu
Penggunaan dot dan botol susu terutama di awal kehidupan bayi bisa
mengurangi waktu bayi menyusu langsung pada payudara, yang bisa
mengurangi stimulasi pada payudara dan produksi ASI.
4. Pastikan Asupan Nutrisi dan Hidrasi yang Cukup
Konsumsi makanan yang seimbang dengan cukup kalori dan nutrisi untuk
mendukung produksi ASI. Perhatikan juga asupan cairan; minum sesuai
kebutuhan atau setiap kali merasa haus.
5. Istirahat yang Cukup
Kurangnya istirahat bisa mempengaruhi produksi ASI. Cobalah untuk istirahat
atau tidur saat bayi tidur.
6. Mengelola Stres
Stres dapat menghambat refleks pengeluaran ASI. Cobalah teknik relaksasi
seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengurangi stres.
7. Penggunaan Herbal dan Suplemen
Beberapa ibu menemukan bahwa penggunaan herbal tertentu seperti fenugreek,
daun katuk, atau malt bir bisa membantu meningkatkan produksi ASI. Namun,
konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi herbal atau
suplemen apa pun.
8. Stimulasi Payudara
Selain menyusui atau memompa, stimulasi payudara manual atau dengan
menggunakan pompa payudara juga bisa membantu meningkatkan produksi
ASI.

16
Penting untuk diingat bahwa setiap wanita berbeda, dan apa yang efektif untuk
satu orang mungkin tidak efektif untuk orang lain. Jika Anda mengalami
kesulitan dalam produksi ASI, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter atau konsultan laktasi yang dapat memberikan dukungan dan saran yang
disesuaikan dengan kebutuhan Anda.
Berbagai tips di atas bisa Bunda lakukan untuk meningkatkan produksi
ASI demi memenuhi kebutuhan Si Kecil. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke
klinik laktasi untuk mendapatkan informasi mengenai cara memperbanyak ASI.
Bunda juga bisa berkonsultasi dengan dokter anak untuk memantau tumbuh
kembang Si Kecil.

2.6 TANDA BAYI CUKUP ASI


Mengenali tanda-tanda bahwa bayi mendapatkan cukup ASI sangat penting
bagi orang tua untuk memastikan bahwa bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Saat menyusui, pastikan mendengar Si Kecil mengisap dan menelan ASI dengan pola
yang teratur. Bayi juga harus terlihat nyaman setelah menyusu, misalnya tertidur atau
wajahnya terlihat tenang dan santai. Jika hal ini terpenuhi, seharusnya tidak perlu
khawatir bayi mengalami kekurangan ASI. Namun, apabila masih ragu, ada beberapa
tanda lain yang menunjukkan bahwa bayi sudah mendapatkan cukup ASI.
1. Frekuensi Menyusu
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya menyusu sekitar 8-12 kali dalam
24 jam. Pola menyusu ini bisa berubah seiring pertumbuhan bayi, namun
frekuensi menyusu yang sering adalah tanda baik bahwa bayi mendapatkan
cukup ASI.
2. Berat Badan
Bayi yang mendapatkan cukup ASI akan menunjukkan pertumbuhan berat
badan yang konsisten. Umumnya, bayi kembali ke berat lahir mereka dalam 10-
14 hari setelah lahir dan terus bertambah berat badannya secara bertahap setelah
itu.
3. Pola Buang Air
Dalam beberapa hari pertama, bayi yang mendapatkan cukup ASI akan sering
buang air kecil, dengan paling sedikit 6 basah popok dalam 24 jam setelah susu
ibu "masuk" (biasanya 2-5 hari setelah lahir).

17
Bayi juga akan buang air besar secara teratur, dengan frekuensi yang mungkin
berbeda-beda di minggu-minggu pertama. Awalnya, bayi mungkin buang air
besar setiap kali menyusu, yang kemudian bisa berkurang menjadi satu kali
setiap beberapa hari pada beberapa bayi yang eksklusif mendapatkan ASI, yang
juga normal.
4. Kepuasan dan Perilaku
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya tampak puas dan tenang setelah
menyusu. Mereka juga aktif dan waspada pada saat-saat tertentu selama hari itu.
Tangisan bayi berkurang setelah menyusu, menunjukkan bahwa mereka merasa
kenyang dan puas.
5. Tanda Fisik Lainnya
Bayi yang mendapatkan cukup ASI memiliki kulit yang tampak sehat, tidak
keriput, dan terhidrasi dengan baik.
Mulut dan bibir bayi terlihat lembab, bukan kering.
6. Kenaikan Panjang dan Lingkar Kepala
Selain berat badan, pertumbuhan panjang badan dan lingkar kepala yang
konsisten juga merupakan indikator penting bahwa bayi mendapatkan nutrisi
yang cukup.
Jika Anda khawatir bayi Anda tidak mendapatkan cukup ASI atau menunjukkan tanda-
tanda dehidrasi (seperti sedikit sekali buang air kecil, urin berwarna gelap, atau bayi
tampak lesu), penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter anak atau konsultan
laktasi. Mereka dapat mengevaluasi situasi menyusui Anda dan memberikan dukungan
atau intervensi yang diperlukan.

2.7 DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI


Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian
ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu
dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa
penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan
tujuan dapat memberikan kehangatan Selain itu, dapat membangkitkan

18
hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika
memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum
menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan
sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali
dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun
sabun pada puting susunya.
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang
baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan
selama 24 jam penuh.
Berikut adalah beberapa cara bidan dapat mendukung pemberian ASI selain di
penjelasan sebelumnya:
1. Pendidikan dan Persiapan Pra-Kelahiran
Bidan dapat memberikan pendidikan tentang manfaat ASI bagi ibu dan bayi,
teknik menyusui yang benar, dan cara mengatasi tantangan menyusui selama
kunjungan pra-natal. Mereka juga bisa memberikan informasi tentang
perubahan payudara selama kehamilan dan bagaimana perubahan ini berkaitan
dengan persiapan untuk menyusui.
2. Dukungan Awal Pasca Kelahiran
Memberikan dukungan dan bimbingan langsung setelah kelahiran untuk inisiasi
menyusui yang dini, idealnya dalam satu jam pertama setelah kelahiran.
Membantu ibu mencari posisi menyusui yang nyaman dan memastikan bayi
mendapat latch yang baik. Mengobservasi sesi menyusui dan memberikan
umpan balik serta saran perbaikan jika diperlukan.
3. Penilaian dan Intervensi
Melakukan penilaian terhadap kemampuan bayi menyusu, termasuk memeriksa
adanya masalah seperti tongue-tie yang dapat mempengaruhi kemampuan
menyusu bayi. Memberikan saran dan intervensi untuk mengatasi masalah
19
menyusui, seperti puting lecet, engorgement (payudara terlalu penuh), dan
masalah suplai ASI.
4. Dukungan Kontinu
Menawarkan dukungan emosional dan moral kepada ibu, terutama selama
minggu-minggu pertama yang sering kali menantang.
Menyediakan informasi tentang kelompok dukungan menyusui dan sumber
daya lainnya. Melakukan kunjungan rumah atau konsultasi lanjutan untuk
menilai proses menyusui dan kesejahteraan ibu dan bayi.
5. Edukasi tentang Gizi dan Kesehatan
Menyediakan rekomendasi tentang nutrisi ibu menyusui untuk mendukung
produksi ASI yang optimal. Mengedukasi tentang pentingnya ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama dan bagaimana melanjutkan menyusui dengan
pengenalan makanan pendamping ASI yang tepat.
6. Pemecahan Masalah dan Pengelolaan Isu Khusus
Memberikan strategi dan solusi untuk tantangan menyusui khusus, termasuk
menyusui bayi prematur atau bayi dengan kondisi medis tertentu.
Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti dokter anak dan
konsultan laktasi, jika diperlukan untuk memastikan dukungan menyeluruh bagi
ibu.
Dukungan bidan dalam pemberian ASI membantu membangun dasar
yang kuat untuk praktik menyusui yang berhasil, mendukung kesehatan dan
kesejahteraan ibu serta bayinya.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Secara keseluruhan, konsep dasar menyusui menekankan pentingnya
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, diikuti dengan
pemberian makanan pendamping ASI yang tepat sambil melanjutkan menyusui hingga
2 tahun atau lebih. Praktik ini memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi ibu
dan bayi serta memperkuat ikatan emosional yang penting antara keduanya.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah Konsep dasar menyusui ini bisa menambah wawasan
bagi Pembaca dan kami penulis menyadari bahwasanya di dalam isi makalah yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurnah. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik untuk makalah ini agar kedepannya penulis lebih memperhatikan hal-
hal lain untuk menambah wawasan yang dapat pembaca minati.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1202116002-3-BAB%20II.pdf

https://bidantinipurwati.blogspot.com/2012/04/makalah-fisiologi-laktasi.html

https://www.scribd.com/document/512263330/makalah-Fisiologi-laktasi

https://www.youtube.com/watch?v=_J6MojAnSUo&t=25s

https://www.kajianpustaka.com/2012/11/komposisi-zat-gizi-asi.html

https://www.alodokter.com/memperbanyak-asi-demi-mencukupi-kebutuhan-bayi

https://www.alodokter.com/bunda-wajib-mengetahui-tanda-bayi-cukup-asi-berikut

https://www.lusa.web.id/dukungan-bidan-dalam-pemberian-asi/

22
23

You might also like