Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
D-IV KEPERAWATAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Mengetahui,
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan berjudul “Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan General Anestesi Pada
Ny “S” Dengan Diagnosa Medis Antepartum Hemoragik Susp. Plasenta Previa
Total Di Ibs Rsud Dr. Soedirman Kebumen” dengan lancar. Penulisan laporan
asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan, yaitu Keperawatan Anestesi IV.
Asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu atas
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
sampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah menyetujui adanya
praktik lab klinik ini.
2. Ketua Jurusan yang telah mengadakan Praktik Lab Klinik Keperawatan
Medikal Bedah sehingga kami dapat berlatih dan mendapatkan keterampilan
yang cukup banyak.
3. Direktur RSUD Dr. Soedirman Kebumen yang telah menerima kami untuk
praktik sehingga kami mendapatkan pengalaman menangani pasien secara
langsung.
4. Seluruh perawat IBS RSUD dr. Soedirman Kebumen yang telah menerima,
membimbing, mengajari serta mendampingi kami dalam melaksanakan
praktik lab klinik ini.
5. Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc sebagai pembimbing akademik yang telah
mendampingi dan membimbing kami selama kami menjalani praktik lab
klinik.
6. Agus Suryono sebagai pembimbing lapangan yang telah mendampingi dan
membimbing kami selama praktik maupun dalam penyusunan laporan harian
dan asuhan keperawatan ini.
7. Rekan-rekan kelas D-4 Keperawatan yang telah memberi beberapa
masukan.Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang
besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap, Asuhan Keperawatan ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tata
laksana untuk me “matikan” rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa tidak
nyaman yang lain sehingga pasien merasa nyaman, dan ilmu ini
mempelajari tata laksana untuk menjaga/ mempertahankan hidup dan
kehidupan pasien selama mengalami “kematian” yang diakibatkan obat bius
(Mangku & Senapathi, 2010).
Pelayanan anestesi merupakan bagian integral dari pelayanan
perioperatif yang memiliki pengaruh besar dalam menetukan keberhasilan
tindakan pembedahan yang adekuat dan aman bagi pasien. Anestesi yang
ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta mengembalikan kesadaran
dengan cepat segera sesudah pemberian anestesi dihentikan (Majid dkk,
2011).
Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan
(elektif/emergency) harus dipersiapkan dengan baik. Pada prinsipnya dalam
penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi terdapat beberapa tahap harus
dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari persiapan mental dan fisik
pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan pada hari
operasi. Tahap penatalaksanaan anestesi yang terdiri dari Premedikasi, masa
anestesi, dan pemeliharaan, Serta tahap pemulihan dan perawatan post
anestesi.
Section caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding Rahim
dengan syarat Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram(Sarwono, 2009). Section caesaria adalah suatu tindakan pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Pada masa sekarang section caesaria jauh lebih aman dari pada dulu dengan
adanya antibiotika, transfuse darah, tehnik operasi yang lebih sempurna dan
anestesi yang lebih baik, karena itu terjadi kecenderungan untuk melakukan
section caesaria tanpa dasar yang cukup kuat, dalam hubungan ini perlu
diingat bahwa seorang ibu yang telah menglami pembedahan section
caesaria pasti akan mendapat parut uterus dan tiap kehamilan serta
persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat behubungan
rupture uteri ( Wiknjosastro, 2005 )
Section caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding Rahim ( mansjoer, 2002 ). Section
caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus / vagina atau suatu histererotomi untuk
melahirkan janin dari dalam Rahim. Jadi section caesaria adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus untuk melahirkan janin dari dalam Rahim.
B. Ruang Lingkup
Sesuai dengan pasien yang dijadikan kasus dalam penulisan asuhan
keperawatan perianestesi pada pasien Ny. S dengan Antepartum hemoragik
susp. Plasenta Previa Total yang dilakukan tindakan sectio caesarea dengan
teknik General Anestesi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Soedirman
Kebumen.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang prinsip-prinsip asuhan
keperawatan perienestesi pada pasien Ny. S dengan Antepartum
hemoragik susp. Plasenta Previa Total yang dilakukan tindakan sectio
caesarea dengan teknik General Anestesi di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Dr. Soedirman Kebumen. dengan menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, pathway,
klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan medis dan keperawatan Antepartum Hemoragik
b. Mengetahui teori general anestesi
c. Menggambarkan asuhan keperawatan perianestesi pasien tentang
pengkajian, analisa data, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi proses/ hasil pada pasien dengan Antepartum hemoragik
susp. Plasenta Previa Total yang dilakukan tindakan sectio caesarea
dengan teknik General Anestesi.
D. Metode Penulisan
Menggunakan metode deskriptif yaitu memberi gambaran yang nyata
tentang kondisi perioperatif dan teknik yang digunakan meliputi :
Wawancara : mengumpulkan data dan wawancara langsung dengan
pasien
1. Observasi : mengamati secara langsung kondisi pasien
2. Studi dokumen : membaa dan mempelajari rekam medik pasien
3. Studi kepustakaan : mempelajari referensi yang berhubungan dengan
laporan kasus.
E. Strategi Penulisan
Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi
maka penulis menyusun laporan ini dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
1. BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan,
metode, dan strategi penulisan
2. BAB II : Tinjauan pustaka terdiri dari definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, pathway, manifestesi klinis, klasifikasi,
penatalaksanaan medis dan keperawatan, teori general anestesi, dan
gambaran asuhan keperawatan dengan Antepartum hemoragik susp.
Plasenta Previa Total yang dilakukan tindakan sectio caesarea dengan
teknik General Anestesi.
3. BAB III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan
asuhan keperawatan terhadap penderita secara nyata yang sistematikanya
disusun sesuai BAB II
4. BAB IV : Penutup, kesimpulan, dan saran
BAB II
KAJIAN TEORI
a. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari
yang letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada
keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro,
2005).
b. Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta
atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1) Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup
oleh jaringan plasenta atau ari-ari.
2) Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta.
3) Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-
ari berada tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
4) Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen
bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan
lahir (Wiknjosastro, 2005).
c. Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah
rahim tidak selalu jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding
rahim di fundus uteri belum menerima implantasi atau tertanamnya ari-
ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk
memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di
ketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor
dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah
vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan
peradangan, sedangkan browne menekankan bahwa faktor terpenting
ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.
d. Faktor-faktor etiologinya :
1) Umur dan Paritas
a) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari
pada umur di bawah 25 tahun.
b) Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c) Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur
muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium
masih belum matang.
d) Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur
muda
e) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang,
bekas operasi, kuretase dan manual plasenta.
f) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi.
g) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
h) Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).
e. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya
sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang
pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih
melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau
ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah
rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut
otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta
yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005).
f. Tanda dan Gejala
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan
secara tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi
kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun
perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan
tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena
sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar
serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan
yang terjadi berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus
rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim.
Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya
kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)
g. Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi
antepartum hemoragik yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu
dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
a. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
b. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber
terjadinya perdarahan
c. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak
plasenta atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan
radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
d. Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang
tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan
ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta
melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).
h. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak
terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-
kesalahan letak janin seperti letak kepala yang mengapung, letak
sungsang atau letak melintang.
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum
waktunya karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher
rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari yang lepas, kadar
progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari
dapat merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)
i. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan
menjadi tidak normal
2) Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan
dapat menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
3) Sering dijumpai inersia primer
4) Perdarahan (Mochtar, 2011)
j. Komplikasi Plasenta Previa
1) Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
2) Prolaps plasenta
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan
4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5) Perdarahan setelah kehamilan
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
7) Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)
k. Pragnosis Plasenta Previa
Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat
konservatif, maka angka kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi
tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh kasus terjadinya
plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus
terjadinya plasenta previa.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun.
Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan,
infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal
juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas,
asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan buatan (Mochtar, 2003).
l. Penanganan Plasenta Previa
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22
minggu harus dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai
ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang
fasilitasnya cukup. Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum
waktunya dan tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala-
gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Syarat-syarat bisa
dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum matang,
belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik
dan bisa dipastikan janin masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat
inap, tirah baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan tempat
menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin
bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin
3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih
berada di sekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat
(Manuaba, 2010).
2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak harus segera dilaksanakan
secara aktif tanpa memandang kematangan janin. Bentuk
penanganan terapi aktif
a) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat
menyelamatkan Ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan
dan kematian.
b) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya
pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
c) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan
yang mempunyai fasilitas yang cukup.
d) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang
paling banyak dilakukan (Manuaba, 2010).
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 2.
Jakarta: EGC
Latief, Said A., Suryadi, Kartini A., Dachlan, M Ruswan. (2010). Petunjuk
Praktis Anestesiologi 5th. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
FK UI
Mangku, Gde., Senapathi, Tjokorda Gde A. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan
Reaminasi. Jakarta: Indeks
Munuaba, Ida Bagus Gede. 002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : ECG
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardi.2013. Aplikasi NANDA NIC-NOC 2013.
Yogyakarta : Mediaction
Pramono, Ardi. (2016). Buku Kuliah : Anestesi. Jakarta : EGC