You are on page 1of 120

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN CARDIAC ARITMIA


(AV BLOCK 3RD DEGREE) DI RUANG ICCU RUMAH SAKIT DR.
M.YUNUS BENGKULU TAHUN 2018

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan
Disusun Oleh:

CHENDHY THA LORENZA


NIM. P05120215 032

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENKESBENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat

dan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

studikasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Aritmia Di

Ruang ICCU Rumah Sakit DR. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2017”.

Penyusunan karya tulis ilmiah penulis menyadari bahwa tanpa bantuan

dari berbagai pihak tentunya karya tulis ilmiah tidak dapat diselesaikan. Penulis

banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi atau data maupun dalam

bentuk lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Darwis, S.kp, M.Kes, selaku Direktur Politekhnik Kesehatan

Bengkulu

2. Bapak Dahrizal, S.kp, MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politekhnik Kesehatan Bengkulu

3. Ibu Ns. Mardiani, S.kep, MM selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan

Politekhnik Kesehatan Bengkulu

4. Bapak Pauzan Efendi, SST, M.Kes selaku Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan

danpengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini

5. Dosen dan Staf Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu

6. Kedua orang tuaku (Misdianto, S.Sos dan Riza Hartini), saudaraku (Agung

Muhammad Chalik) yang selalu saya banggakan dan senantiasa

3
memberikan motivasi, dukungan moral serta doa untuk keberhasilan

peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

7. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian

karya tulis ilmiah ini. Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang

telah diberikan akan menjadi amal baik oleh Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini masih banyak terdapat kekelirun dan kekhilafan baik dari segi penulisan

maupun penyusunan dan metodologi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan

optimal lagi dimasa yang akan datang.

Penulis berharap semoga studi kasus yang telah penulis susun ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutaa bagi

penulis sendiri dan mahasiswa prodi keperawatan Bengkulu lainnya

Bengkulu, November 2017

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………..…………. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………..………...... iii
KATA PENGANTAR…………………………………………...…………. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
B. Batasan masalah……………………………………………………... 3
C. Tujuan……………………………………………………………….. 3
D. Manfaat……………………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori Aritmia
a. Anatomi fisiologi………………………………………………… 5
b. Definisi…………………………………………………………… 11
c. Etiologi…………………………………………………………… 11
d. Klasifikasi………………………………………………………... 17
e. Patofiiologi………………………………………………………. 17
f. W.O.C……………………………………………………………. 19
g. Manifestasi Klinis……………………………………………….. 20
h. Komplikasi……………………………….……………………... 20
i. Pemeriksaan diagnostik…………………………………………. 21
j. Penatalaksanaan…………………………………………………. 22
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian……………………………………………………….. 23
b. Diagnosa Keperawatan …………………………………………. 27
c. Perencanaan ……………………………………………….......... 28
d. Implementasi…………………………………………………….. 41
e. Evaluasi…………………………………………………………... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian………………..…………..……….. 42

5
B. Subyek Penelitian………………………………………………….. 42
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ………………...………….. 42
D. Lokasi dan Waktu Penelitian………………..…………………….. 43
E. Prosedur Penelitian……………………………………………….... 43
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data………………………... 43
G. Keabsahan Data……………………………………………………. 44
H. Analisis Data……………...………………………………………… 44
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian…………………………………………………………... 46
B. Diagnosa keperawatan…….……………………………………….. 60
C. Perencanaan………….……………………………………………... 62
D. Implementasi dan Evaluasi…….…………………………………… 76
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian……………………………………………………....…… 97
B. Diagnosa……………...………………………………………………. 100
C. Perenanaan Keperawatan……………………………..………...... 102
D. Implementasi………………………………………………………. 104
E. Evaluasi…………………………………………………………… 105
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………….…………………..……………….. 108
B. Saran…………………….………………………………………... 109
Lampiran……………..………….………………………………………. 110

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang menghadapi
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut bukan lagi beban penyakit
ganda (double burden of disease), melainkan telah berkembang menjadi tiga
beban penyakit (triple burden of disease). Tiga beban penyakit yang dimaksud
adalah penyakit menular yang belum tuntas diselesaikan, penyakit tidak
menular yang mulai banyak diderita oleh masyarakat dan munculnya penyakit
baru yang belum pernah ada sebelumnya (Menkes,2010)
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak
Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun.Secara
global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti:penyakit jantung
koroner, penyakit gagal jantung atau payah jantung, hipertensi dan stroke.
(riskedas,2013; info datin, 2014)
World health organization (WHO) tahun 2013 memperkirakan 15,5 juta
orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun sama
dengan 32% totalkematian di dunia
Penyakit kardiovaskuler juga banyak disebabkan oleh aritmia. Salah satu
jenis aritmia yaitu atrial fibrilasi selalu meningkat secara signifikan Dalam
skala yang lebih kecil, hal ini jugatercermin pada data di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh DarahHarapan Kita yang menunjukkan bahwa persentase
kejadian FA padapasien rawat selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 7,1%
pada tahun2010, meningkat menjadi 9,0% (2011), 9,3% (2012) dan 9,8%
(2013).(PERKI, 2014)

7
Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang merupakan komplikasi
pada infark miokardium. Perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang di
sebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal, aritmia disebabkan oleh
aterosklerosis, gagal jantung kongestif, infark miokard , iskemik miocard,
cardiomyopathi, dan hipoksemi yang dapat menyebabkan gagal jantung,
emboli, cardiac arrest dan kematian mendadak (Dongoes,1999; Bararah &
Jauhar,2013)
Penanganan aritmia khususnya pada AV Block adalah dengan pemasangan
permanent pacemaker dan temporary pacemaker. Alat pacu jantung temporer
diperlukan untuk menurunkan angka kematian pada pasien dengan
bradyaritmia yang parah.alat ini sering digunakan pada pasien usia lanjut.
Penanganan AV Block drajat II tipe I menggunakan temporary pacemaker.
Penderita AV Block di Amerika mendapatkan penanganan temporary
pacemaker sebanyak 453 orang (WHO, 2014). Indonesia tercatat sebanyak 56
orang penderita mendapat penanganan temporary pacemaker (WHO, 2013).
Laporan data yang diperoleh dari Rekam Medis di RSUD Dr. M. Yunus
jumlah penderita aritmia pada tahun 2014 sebanyak 438 orang, dan meningkat
pada tahun 2015 sebanyak 489 orang,
Aritmia merupakan penyakit 10 terbanyak di ruang rawat ICCU RSUD
Dr, M,Yunus. Data yang diperoleh dari pencatatan laporan di ruangan bahwa
penderita aritmia terutama ventrikel takikardi pada tahun 2014 sebanyak 39
orang, pada tahun 2015 sebanyak 59 orang, tahun 2018 jumlah pasien 117
orang. Data tersebut menggambarkan terjadi peningkatan jumlah penderita
dengan aritmia setiap tahunnya.
Mengingat banyaknya jumlah penyakit aritmia serta komplikasi yang
dapat timbul, maka dibutuhkan peran perawat melalui pendekatan proses
keperawatan yang komperhensif secara bio, psiko, sosial, dan spiritual.
Perawat dituntut untuk dapat melakukan asuhan keperawatan secara
professional, dapat memberikan informasi tentang penyebab dan pencegahan
penyakit aritmia dengan melakukan pengkajian kecepatan, irama jantung,
tekanan darah dan perubahan hemodinamik jantung pada pasien khususnya

8
pasien di rumah sakit. Perawat dapat memberitahu dokter dan obati aritmia
sesuai petunjuk (Gallo, 1997; fordiastiko,2005)
Survei yang dilakukan di rumah sakit M.Yunus Bengkulu dalam
penanganan pasien dilakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan
hanya berfokus dalam pemberian obat saja tanpa melakukan pemeriksaan fisik
secara utuh dengan pasien, sehingga sulit bagi pasien untuk mencapai
kesembuhan optimal. Maka dari itu dalam kasus ini, penulis ingin melakukan
tindakan keperawatan biopsikososial dan spiritual yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Aritmia di ICCU RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu tahun 2018”

B. Batasan Masalah
Ruang lingkup penulisan studi kasuus ini terbatas pada pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan aritmia di ICCU RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan aritmia
2. Tujuan khusus
Melalui proses keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan secara komprehensif
pada klien dengan Aritmia .Dapat menentukan dan
mengidentifikasi masalah dan diagnosa keperawatan pada klien
dengan aritmia.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan
sesuai dengan masalah yang dibutuhkan pada klien dengan
aritmia.

9
c. Merencanakan tindakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan
masalah yang dibutuhkan pada klien dengan aritmia.
d. Melakukan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
aritmia.
e. Melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada klien dengan
aritmia.
f. Memahami serta melakukan pendokumentasian Asuhan
Keperawatan pada klien dengan aritmia.

D. Manfaat
1. Bagi akademik
Laporan studi kasus ini memberikan sumbangan kepada mahasiswa
keperawatan sebagai referensi untuk menambahkan wawasan dan bahan
masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan aritmia.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Dapat memberikan informasi tentang penerapan asuhan keperawatan
dengan aritmia
3. Bagi mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis ke rana
aplikatif dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
aritmia

10
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Jantung

(Sloane, 1994)

1. Anatomi Jantung
Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara
kedua paru-paru. Perikardium meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan:
lapisan dalam disebut pericardium viseralis dan lapisan luar disebut
pericardium parietalis.Kedua lapisan pericardium ini dipisahkan oleh
sedikit cairan pelumas, yang berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan
memompa jantung itu sendiri.Perikardium parietalis melekat pada tulang
dada di sebelah depan, pada kolumna vetebralis di sebelah belakang, dan
ke bawah pada diafragma. Perikardium viseralis langsung melekat pada
permukaan jantung.Jantung terdiri dari tiga lapisan.Lapisan terluar disebut
epicardium, lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut

11
miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endotel disebut
endokardium(Prince,2008).
Ruangan jantung bagian atas, atrium, secara anatomi terpisah dari
ruangan jantung sebelah bawah ventrikel, oleh suatu annulus
fibrosus.Keempat katup jantung terletak dalam cincin ini.Secara
fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat pompa kiri,
yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, darah bersih ke
peredaran darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah
konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi : vena kava,
atrium kanan, ventrikel kanan, arteria pulmonalis, paru-paru, vena
pulmonalis, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler,
venula, vena, vena kava (Prince,2008).
Jantung terdiri dari 4 ruang yaitu:
a. Atrium Kanan
Atrium kanan yang tipis dindingnya ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari
vena-vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan dan
kemudian paru-paru.Darah yang berasal dari pembuluh vena ini
masuk kedalam atrium kanan melalui vena kava superior,
inferior, dan sinus koronarius (Prince,2008).
b. Ventrikel Kanan
Pada kontraksi ventrikel, tiap ventrikel harus menghasilkan
kekuatan yang cukup besar untuk dapat memompakan darah
yang diterima dari atrium ke sirkulasi pulmonari ataupun
sirkulasi sistemik.Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang
unik, guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang
cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis.
Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah bertekanan
rendah, dengan resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran
darah dari ventrikel kanan, dibandingkan tekanan tinggi
sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari ventrikel

12
kiri.Karena itu beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih
ringan daripada ventrtikel kiri.Akibatnya tebal dinding
ventrikel kanan hanya sepertiga dari tebal dinding ventrikel kiri
(Prince,2008).
c. Atrium Kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenasi dari
paru-paru melalui keempat vena pulmonalis.Antara vena
pulmonalis dan atrium kiri tidak ada katup sejati. Karena itu,
perubahan tekanan dalam atrium kiri mudah sekali membalik
retrograde ke dalam pembuluh paru-paru. Peningkatan tekanan
atrium kiri yang akut menyebabkan bendungan paru-
paru.Atrium kiri berdinding tipis dan betekanan rendah.Darah
mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri melalui katup
mitralis.
d. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup
tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik, dan
mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan
perifer.Ventrikel kiri mempunyai otot-otot tebal dan bentuknya
yang menyerupai lingkaran, mempermudah pembentukan
tekanan yang tinggi selama ventrikel berkontraksi.Sekat
pembatas kedua ventrikel (septum interventrikularis) juga
membantu memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh seluruh
ventrikel pada kontraksi (Prince,2008).
2. Katup Jantung
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah
dalam jantung.Katup yang tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa,
membuka dan menutup secara pasif sebagai respons terhadap perubahan
tekanan dan aliran darah.
Keempat katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah
searah melalui bilik-bilik jantung. Ada dua jenis katup : katup

13
atrioventrikuler (AV), yang memisahkan atrium dengan ventrikel, dan
katup semilunaris, yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari
ventrikel yang bersangkutan. Katup-katup ini membuka dan menutup
secara pasif, menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam bilik-bilik
jantung dan pembuluh darah (Prince,2008).
a. Katup Atrioventrikularis
Katup atrioventrikularis adalah katup yang memisahkan
atrium dan ventrikel.Katup trikuspidalis, dinamakan demikian
karena tersusun atas tiga kuspis atau daun, memisahkan atrium
kanan dan ventrikel kanan.Katup mitral atau bikuspidalis (dua
kuspis) terletak diantara atrium dan ventrikel kiri.Daun-daun katup
atrioventrikularis halus tetapi tahan lama.Katup trikuspidalis yang
terletak antara atrium dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah
daun katup.Katup mitralis memisahkan atrium dan ventrikel kiri,
dengan dua buah daun katup(Prince,2008).
b. Katup Semilunaris
Katup semilunaris terletak diantara tiap ventrikel dan arteri
yang bersangkutan.Katup antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis disebut katup pulmonalis, katup antara ventrikel kiri
dan aorta dinamakan katup aorta.Katup semilunaris normalnya
tersusun atas tiga kuspis, yang berfungsi dengan baik tanpa otot
papilaris dan kedua tendinea.Tidak terdapat katup antara vena-vena
besar dengan atrium. Kedua katup semilunaris sama bentuknya,
terdiri dari tiga daun katup simetris menyerupai corong, yang
tertambat dengan kuat pada annulus fibrosus.Katup aorta terletak
antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan katup pulmonalis terletak
antara ventrikel kanan dan arteria pulmonalis.Katup semilunaris
mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteria pulmonalis
ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat
(Prince,2008).

14
Tepat diatas daun katup aorta, terdapat tiga kantung yang
menonjol dinding aorta dan arteria pulmonalis, yang disebut sinus
Valsava.Muara arteria koronaria terletak didalam kantung-kantung
tersebut (Prince,2008).

3. Arteri Koronaria
Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung,
yang mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan
nutrisi.Jantung menggunakan 70% - 80% oksigen yang dihantarkan
melalui arteri koronaria.Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya
di ventrikel kiri.Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang
lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah
menjadi dua cabang besar ke bawah (arteri desenden anterior sinistra)
dan melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung.
4. Otot
JantungJaringan otot khusus yang menyususn dinding jantung
dinamakan otot jantung.Secara mikroskopis, otot jantung mirip otot serat
lurik (skelet), yang berada dibawah kontrol kesadaran.Namun secara
fungsional otot jantung menyerupai otot polos karena sifatnya volunter.
5. Sistem Hantaran Jantung / Konduksi Jantung
Anulus fibrosus diantara atria dan ventrikula memisahkan ruangan-
ruangan ini baik secara anatomis maupun elektris.Untuk menjamin
rangsang ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung, terdapat jalur
konduksi khusus dalam miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara
spontan
b. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur
c. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls
d. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi

15
Impuls jantung biasanya dimulai dan berasal dari nodus
sinoatrialis (SA).Nodus SA ini sebagai pemacu alami dari jantung.Nodus
sinoatrial (SA), yang terletak antara sambungan vena kava superior dan
atrium kanan, adalah awal mula sistem hantaran berfungsi sebagai pacu
jantung ke seluruh miokardium.Nodus SA memulai sekitar 60 sampai 100
impuls permenit pada saat jantung normal istirahat, dan dapat berubah
frekuensinya sesuai kebutuhan tubuh (Prince,2008).
Impuls dari jantung kemudian menyebar dari nodus SA menuju
sistem penghantar khusus atrium dan ke otot atrium.Suatu jalur antar
atrium, yaitu berkas Bachmann, mempermudah penyebaran impuls dari
atrium kanan ke atrium kiri.Jalur intermodal-jalur anterior, tengah dan
posterior menghubungkan nodus SA dengan nodus atrioventrikularis
(Prince,2008).
Impuls listrik kemudian mencapai nodus atrioventrikularis
(AV).Nodus atrioventrikularis (AV) terletak di atas septum
interventrikularis dalam atrium kanan dekat katup trikuspidalis dan muara
sinus koronaria dengan kecepatan intrinsik sekitar 40-60 impuls per menit.
Nodus AV berkoordinasi dengan impuls listrik yang datang dari atrium,
dan setelah sedikit perlambatan, dan akan menghantarkannya ke ventrikel
(Prince,2008).
Gelombang rangsangan listrik menyebar dari nodus AV menuju
berkas His, suatu berkas serabut yang tebal yang menjulur kebawah
disebelah kanan septum interventrikularis.Impuls tersebut akan
dihantarkan melalui suatu bundel serabut otot khusus (bundle his) yang
berjalan di dalam septum yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri.
Bundel his akan bercabang menjadi budel kanan dan kiri, yang berjalan ke
bawah di kiri kanan septum interventrikularis.Cabang kiri bercabang lagi
menjadi dua, yaitu cabang anterior yang tipis dan satu cabang posterior
yang tebal.Cabang-cabang ini berakhir sebagai jalinan serabut yang
kompleks, dikenal dengan sebutan sistem purkinje, yang menyebar ke
seluruh permukaan dalam kedua ventrikel jantung.Penyebaran gelombang

16
rangsang melalui serabut purkinje ini berjalan dengan cepat.Bundel kanan
menyebar ke otot ventrikel kanan. Bundel kiri memisah lagi menjadi
cabang bundle anterior sinistra dan posterior sinistra, yang kemudian
menyebar ke otot ventrikel kiri (Prince,2008).

B. Tinjauan Penyakit
1. Definisi
Cardiac Aritmia adalah kelainan denyut jantung meliputi gangguan
frekuensi atau irama atau keduanya yang merupakan gangguan sistem
hantaran jantung dan struktur jantung (Mutaqin, 2013)
Cardiac Aritmia adalah gangguan irama jantung yang merupakan
komplikasi pada infark miokardium.perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
yang tidak hanya terbatas pada irregularitas denyut jantung tapi juga
termasuk gangguan kecepatan denyut jantung (Doengoes, 1999; Bararah &
Jauhar, 2013, Hanafi, 1996; Bararah & Jauhar, 2013)
2. Klasifikasi (bararah & jauhar, 2013)
a. Abnormalitas dari pembentukan impuls
1) Sinus takikardi

Gambar 2.2 sinus takikardi


Impuls dari SA Node lebih atau sama dengan 100 x per menit. Tiap
atrium kontraksi selalu diikuti dengan kontraksi ventrikel. Ada
gelombang P tegak di sandapan I,II dan aVF.

17
Ciri-cirinya:
Irama teratur, RR interal jaraknya sama dalam 1 lead panjang. PP,
interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang, komplek QRS harus
ama dalam 1 lead panjang, impuls dari SA node yang ditandai
dengan adanya gelombang P yang mempunyai bentuk sama dalam
1 lead panjang, adanya gelombang P yang selalu diikuti komplek
QRS
2) Sinus bradicardi

Gambar 2.3 sinus bradikardi


Impuls dan nodus SA kurang atau sama dengan 60 per
menit.Gelombang P tegak disandapan I, II dan aVF
Ciri-cirinya:
Irama teratur, RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang, PP,
interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang, komplek QRS harus
sama dalam 1 lead panjang, impuls dari SA node yang ditandai
dengan adanya gelombang P yang mempunyai bentuk sama dalam
1 lead panjang, adanya gelombang P yang selalu diikuti kompleks
QRS, gelombang 1 P dan komplek QRS normal dan sama
bentuknya dalam 1 lead
3) Atrial ekstra systole

Gambar 2.4 atrial ekstra sistol

18
Impuls abnormal dari atrium menggantikan impuls dari SA Node
pada suatu waktu terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya
dengan gelombang P berikutnya
Ciri-cirinya :
Irama irregular kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada
gelombng P masih terlihat dan tiap beat bentuk gelombang P nya
berbeda (minimal 3 macam) frekuensi 100x/menit, PR intervalpun
bervariasi, normal komplek QRS
4) Atrial takikardi

Gambar 2.5 atrial takikardi


Impuls abnormal terjadi dari atrium secara ritmis dengan frekuensi
lebih dari atau sama dengan 160x permenit. Tiap kontraksi atrium
selalu diikuti dengan kontraksi ventrike. Suatu episode takikardi
atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium premature
sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV
Ciri-cirinya :
Irama teratur, komplek QRS normal, PR interval <0,12detik,
frekuensi jantungnya >150x/menit, Apabila gambaran EKG dari
normal tiba-tiba berubah menjadi atrial takikardi maka gambaran
ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT)
5) Atrial Flutter

Gambar 2.6 atrial flutter

19
Impuls abnormal dari atrium. Frekuensi 200-350 per menit. Tidak
semua impuls diikuti oleh kontraksi vetrikel. Gambarannya terlihat
terbalik disandapa II, III dan atau aVF seperti gambaran gigi
gergaji

Ciri-cirinya :

Irama teratur. Cirri utaa yaitu gelombang P yang mirip gigigergaji


(saw tooth), komplek QRS normal, interval RR normal

6) Ventrikel fibrilasi

Gambar 2.7 Ventrikel Fibrilasi


impuls abnormal dan bermaca-macam pusat impuls di ventrikel
kontraksi ventrikel tidak terkoordinasi. Cardiac output negative
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
b. Gangguan Hantaran Impuls
1) SA Block
Impuls dari SA Node tidak muncul langsung diambil alih oleh
ventrikel/ Bundel His
2) Atriovetntrikuler block
Impuls dan AV Node tidak di teruskan ke ventrikel
Dibagi menjadi 3 yaitu
a) AV block derajat 1

20
Gambar 2.8 AV block drajat 1
Kriteria
PR interval lebih dari normal atau memanjang dan konstan.
Semua gelombang P di ikuti oleh kompleks QRS dan
gelombang T
b) AV Block Derajat II tipe 1(wenchebach)

Gambar 2.9 AV block drajat II tipe 1


Kriteria
PR Intervalnya mengalami pemanjangan secaraprogresif,
minimal ada dua gelombang P yang di ikuti oleh kompleks
QRS-T. jika 1 gelombang P yang tidak di ikuti gelombang
QRS-T setelah itu kembali ke PR interval semula
c) AV Block Derajat II tipe 2

Gambar 2.10 AV block drajat II tipe 2

21
Kriteria
Irama teratur atau tidak teratur, frekuensi biasanya <60x/m,
gelombang PP positif pada leadII dan negative di aVR, ada
satu atau lebih gelombang P yang tidak diikuti gelombang
QRS interval PR normal atau memanjang sama (constant),
gelombang QRS sempit, tidak lebih dari 0,12 detik

d) AV Block Derajat III (total AV Block)

Gambar 2.11 AV block drajat III


Kriteria
Irama teratur , frekuensi <60 x/m, gelombang P positif di
Lead II dan negative di aVR, gelombang P dan QRS berdiri
sendiri, interval PR berubah-ubah, gelombang QRS sempit
atau lebar
3) RBBB : Right Bundle Branch Block

Gambar 2.12 RBBB


4) LBBB : Left Bundle Branch Block

22
Gambar 2.12 RBBB

3. Etiologi (Muttaqin, 2013)


a. Iskemia jaringan
b. Hipoksemia
c. Pengaruh sistem saraf autonom (misalnya perangsang saraf simpatis
yang mengurangi kecepatan denyut jantung)
d. Gangguan metabolisme (misalnya asidosis laktat akibat gangguan
perfusi jaringan)
e. Kelainan hemodinamik (misalnya penurunan perfusi koroner yang
menyertai hipertensi)
f. Obat-obatan (misalnya keracunan digitalis)
g. Ketidakseimbangan elektrolit (misalnya hipokalemia yang menyertai
dieresis berlebihan)

4. Patofisiologi
Aritmia umumnya disebabkan oleh iskemia atau infark
miokard.lokasi terjadinya infark turut mempengaruhi proses terjadinya
aritmia. Sebagai contoh, jika terjadi infark di anterior, stenosis biasanya
berada di right coronary arteryyang juga berperan dalam memperdarahi
SA Node sehingga impuls alami jantung mengalami gangguan.
Akibat dari kematian sel otot jantung dapat menimbulkan
gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi jantung,sehingga
mempengaruhi irama jantung. Lepasnya berbagai enzim intrasel dan ion
kalium sehungga penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur hantaran listrik

23
jantung terganggu menyebabkan hambatan depolarisasi atrium dan
ventrikel serta timbulnya aritmia.penurunan kotraktilitas miokard akibat
kematian sel juga menstimulus pegaktifan katekolamin yang
meningkatkan ransangan system saraf simpatis, akibatnya akann terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokontriksi. Selain itu iribilitas
miokard ventrikel menjadi penyebab munculnya aritmia (sudarta, 2013)

24
5. WOC (Muttaqin, 2013 ; Sudarta, 2013)

Ketidakseimbangan
Gangguan pengaturan
Peradangan Intoksisitas elektrolit
jantung obat system saraf otonom
(hipo/hiperkalmia)

Aktivasi neuro vagus


Lepasnya Mengubah
mediator nodus repolarisasi sel Perubahan
permeabilitas ion K
↓Aktivasi sel pacu
jantung SA Node
Potensial istirahat sel
otot jantung
memendek/memanjang

Gangguan
pembentukan/penghantaran inpuls

CARDIAC ARITMIA

Waktu pengisian kebutuhan O2 otot Kontraktilitas otot


Jantung menurun
ventrikel ↓ jantung meningkat

Cardiac otput ↓
Suplai darah ke kelemahan
jaringan ↓
Mk : Intoleransi MK :
Suplai O2 ke Aktivitas Penurunan
jaringan ↓ Curah Jantung

MK:
Ketidakefektifan Iskemik perubahan MK : pola
perfusi jaringan miokard hiperventilasi nafas tidak
tekanan O2
dan CO2 efektif

Mk : Nyeri Napas pendek


Akut Kadar CO2
/tersengal-
abnormal
sengal

25
6. Manifestasi Klinis(sudarta, 2013)
a. Nyeri dada
b. Palpitasi
c. Sesak nafas
d. Pernafasan pendek/tersengal-sengal
e. Penurunan urin output
f. Kelemahan
7. Komplikasi
Komplikasi dari aritmia adalah (sudarta, 2013) :
a. Gagal jantung
Suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh suatu kelainan jantung
dan dapat dikenali dari respon hemodinamik, renal, neural dan
hormonal yang karakteristik.
b. Emboli
Emboli adalah kondisi aliran darah yang terhambat akibat benda
asing (embolus), seperti bekuan darah atau udara.pada pasien infark
miokard dengan aritmia, pompa darah terganggu akibat adanya
sumbatan lemak.
c. Cardiac arrest
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, jantung tidak dapat melakukan kontraktilitasnya.
Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia
(yayan Amublila 118, 2010)
d. Kematian mendadak
Kebanyakan aritmia terjadi akibat abnormalisasi dalam
automatisasi kontraksi otot jantung atau kelainan impuls atau
keduanya. Sel-sel dalam system konduksi jantungdapat
mempertahankan potensial listrik di dalam dinding selnya, untuk dapat
menghantarkannya impuls listrik dan depolarisasi di pengaruhi oleh
merubah besar ambang ransang potensial, merubah kecepatan
depolarisasi spontan, merubah potensial maksimal pada akhir fase

26
repolarisasi. Ransangan asosimpatis akan memperlambat depolarisasi
sehingga memperlambat denyut jantung, sebaliknya alat
simpatomemetik memperpendek fase depolarisasi sehingga
mempercepat denyut jantung.
Selain itu kondisi yang mempengaruhi amplitude potensial aksi
akan menyebabkan gangguan konduksi jantung.

8. Pemeriksaan diagnostic (Sudarta, 2013)


a. EKG : menunjukkan pola cidera iskemik dan gangguan konduksi ;
menyatakan tipe/sumber aritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung
b. Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana aritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (rumah/kerja), juga untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat anti aritmia
c. Foto dada : dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau kuncup
d. Scan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding atau kemampuan pompa
e. Tes stress latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstasikan latihan
yang menyebabkan aritmia
f. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan
magnesium dapat menyebabkan aritmia
g. Pemeriksaan obat : dapat menyebabkan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis,
quinidin,.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan meningkatnya aritmia
i. Laju sedimentasi : peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut, contoh, endokarditis sebagai factor pencetus aritmia .

27
j. GDA/Nadi Oksimetri : hipokalsemia dapat
menyebabkan/mengeksesebasi aritmia

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Antiaritmia kelas 1 : sodium channel blocker
2) Anteriaritmia kelas 2 (beta adrenergic blockade)Atenol,
metroprolol, propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pectoris
dan hipertesi
3) Antiaritmia kelas 3 (prolog reolarisation)
4) Antiaritmia kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
b. Penatalaksanaan Mekanis
1) Cardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan aritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya
merupakan prosedur elektif
2) Defibrilasi : mardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat
3) Defibrilator kardioverter implantable : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung
5) Temporary pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung yang lambat. Alat ini bersifat sementara.
Pemasangannya dilakukan dengan cara memasukkan kateter
elektroda ke dalam jantung, bagian luar elektroda disambungkan
dengan generator yang mengatur irama jantung yang terdapat di
luar tubuh pasien. Indikasi pemasangan alat ini yaitu kelainan

28
jantung bawaan, kelainan jantung koroner, kelainan irama
jantung, kelainan katup jantung, dan kelainan pembuluh darah.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital pasien
2) Tekhnik nafas dalam/distraksi nyeri
3) Tirah baring
4) Pendidikan kesehatan tentang obat dan aktivitas yang boleh
dikerjakan pasien
5) Resusitasi jantung paru sesuai indikasi

10. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Aritmia


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah pasien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat pada pasien (Muttaqin, 2008).
1. Identitas
a. Identitas klien : nama, umur (usia yang rentan terkena
penyakit kardiovaskuler adalah laki-laki yang berusia diatas
50 tahun (lansia), jenis kelamin, alamat, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Identitas penanggung jawab : nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan aritmia mengeluh sesak nafas dan
nyeri dada

29
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit klien pernah menderita penyakit
jantung, stroke, hipertensi, iskemia
miokardium,kardiomiopati, gagal jantung kongestif, penyakit
katup jantung, masalah pada tiroid, obesitas, diabetes
mellitus, dan obstructive sleep apnea. Pada klien dengan
aritmia juga pernah mengonsumsi obat-obatan yang biasa
diminum oleh klien dan masih relevan dengan kondisi saat ini.
Obat-obatan ini meliputi obat diuretik, nitrat, penghambat
beta, serta anti hipertensi. Pada klien dengan aritmia juga
biasanya terdapat kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kopi,
ataupun merokok.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga terdapat penyakit yang
pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang
meninggal terutama pada usia produktif dan penyebab
kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbul pada usia muda merupakan faktor resiko utama
terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
Tanyakan adakah keluarga yang menderita hipertensi atau
stroke.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien dengan aritmia biasanya akan tampak lemah,
kesadaran menurun tetapi tidak jarang kesadaran compos
mentis
b. Tanda-tanda vital
Terjadinya peningkatan atau penurunan tekanan darah, nadi
cepat atau lambat, teratur bahkan tidak teratur, suhu tubuh
tinggi mengidentefikasi kemugkinan adanya reaksi inflamasi

30
atauproses infeksi misalnya miokardiak infark. Berat badan dan
tinggi badan untuk mengetahui indeks masa tubuh
c. Pernafasan
Gejala: penyakit paru kronis, riwayat atau pengguna
tembakau berulang, napas pendek, batuk
(dengan/tanpa produksi seputum)
Tanda: perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan selama
episode aritmia
Bunyi nafas : bunyi tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan, seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,
hemoptisis
d. Sirkulasi
Gejala: riwayat Infark miokard sebelumnya/akut(90%-95%
mengalami aritmia), kardiomiopati,gagal jantung
kongestif, penyakit katup jantung, hipertensi
Tanda: perubahan TD, contoh hipertensi/hipotensi selama
priode aritmia
Nadi mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat;
pulsus alterman (denyut kuat teratur/denyut lemah),
nadi bigeminal (denyut kuat tak teratur/denyut
lemah)
Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun
Kulit : warna dan kelembaban berubah. Contoh
pucat, sianosis, berkeringat (gagal jantung,syok)
Edema: dependen, umum, DVJ (Pada adanya gagal
jantung)
Haluaran urine : menurun bila curah jantung
menurun berat.

31
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri dada ringan sampai berat, dimana dapat atau
tidak bisa hilang oleh obat antiangina
Tanda: perilaku distraksi, contoh gelisah
f. Neurosensori
Gejala: pusing dan sakit kepala
Tanda: status mental/sensori berubah, contoh disorientasi
bingung, kehilangan memori, prubahan pola
bicara/kesadaran, pingsan, koma
g. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelelahan, kelemahan umum dank arena kerja
Tanda: perubahan frekuensi jantung/TD dengan
kativitas/olahraga
h. Integritas ego
Gejala: perasaan gugup (disertai takidisritmia), perasaan
terancam, setressor berhubungan dengan masalah
medic, cemas, takut, menolak, marah, gelisah,
menangis
Tanda: cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis
i. Makanan/cairan
Gejala: anoreksia, tidak toleran terhadap makanan (karena
adanya obat ) dan perubahan berat badan
Tanda: perubahan berat badan, edema, perubahan pola
kelembaban kulit/turgor, pernafasan krekels
j. Pola Eliminasi
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, nokturia
(berkemih malam hari) sering ditemukan pada pasien dengan
masalah kardiovaskuler, diare/ konstipasi
k. Pola kognitif- perspektif

32
Masalah kardiovaskuler seperti aritmia menyebabkan sakit
kepala, vertigo, disorientasi, bingung, kehilangan memori,
perubahan pola bicara / kesadaran

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan klien, dalam perumusan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan sklien.(Potter & Perry, 2005).
Diagnosa Aritmia :
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontaktilitas
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan iskemi miokard
4) Perfusi jaringan tidak efektifberhubungan denganPenurunan
aliran Arteri dan Vena
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

33
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005).

No Diagnosa Perencanaan Rasional


Keperawatan NOC NIC
1. Penurunan curah NOC : NIC :
jantung Cardiac care
berhubungan Indikator status 1. Catat adanya disritmia jantung 1. Frekuensi dan irama jantung
dengan perubahan Sirkulasi : berespons terhadap obat dan aktivitas
kontraktilitas 1 : gangguan ekstrem sesuai dengan terjadinya
2 : berat komplikasi/disritmia yang
3 : sedang mempengaruhi fungsi jantung atau
4 : ringan meningkatkan kerusakan iskemik
5 : tidak mengalami 2. Catat adanya tanda dan gejala 2. Munculnya tanda dan gejala
gangguan penurunan cardiac output penurunan cardiac output
menunjukkan perlunya intervensi
Nilai yang diharapkan 4 – 5 segera
Dengan kriteria : 3. Monitor status kardiovaskuler 3. Perubahan status kardiovaskuler
1. Tekanan darah menunjukkan adanya resiko
sistolik, diastolik, penurunan curah jantung
dan rerata rentang 4. Monitor status pernafasan yang 4. Gagal nafas menunjukkan harusnya
tekanan darah menandakan gagal jantung pemberian intervensi lebih lanjut
2. Frekuensi nadi 5. Hipotensi dapat terjadi sehubungan
karotis kanan dan 5. Monitor adanya perubahan tekanan dengan disfungsi ventrikel
kiri darah 6. Antiaritmia dapat diberikan berlanjut
3. Frekuensi nadi 6. Monitor respon pasien terhadap bila tidak ada komplikasi
kanan dan kiri efek pengobatan antiaritmia 7. Latihan berlebih dapat mengakibatkan
(perifer) 7. Atur periode latihan dan istirahat keletihan

34
untuk menghindari kelelahan 8.
Istirahat diperlukan untuk klien
Indikator status 8. Monitor toleransi aktivitas pasien dengan penurunan terhadap toleransi
Sirkulasi : aktivitas
1 : gangguan ekstrem 9. Monitor adanya dyspnea, fatigue, 9. Gangguan pola nafas menandakan
2 : berat takipnea, dan ortopnea. kurangnya jumlah sediaan oksigen
3 : sedang 10. Anjurkan untuk menurunkan stress 10. Menurunkan kerja pompa jantung
4 : ringan
5 : tidak mengalami Vital sign monitoring
gangguan 1. Monitor tekanan darah (TD), nadi,
suhu dan Respiration Rate (RR) 1. Hipotensi dapat terjadi sehubungan
Nilai yang diharapkan 4 – 5 dengan disfungsi ventrikel, hipertensi
dapat terjadi sehubungan dengan
Dengan kriteria : nyeri, nadi dapat meningkat
1. Hipotensi ortostatik sehubungan dengan nyeri
2. Suara nafas 2. Catat adanya fluktuasi tekanan 2. Hipertensi dapat terjadi sehubungan
tambahan darah dengan nyeri
3. Distensi vena leher 3. Monitor TD,nadi, RR, sebelum, 3. Kelebihan latihan mempengaruhi
4. Edema perifer selama, dan setelah beraktivitas. fungsi miokardia
5. Asites 4. Monitor kualitas dari nadi 4. Nadi yang inadekuat merujuk pada
ketidakefektifan sirkulasi
5. Monitor frekuensi dan irama 5. Frekuensi dan irama jantung
jantung berespons terhadap obat dan aktivitas
sesuai dengan terjadinya komplikasi
6. Bunyi jantung tambahan, S3 biasanya
6. Monitor bunyi jantung dihubungkan dengan congestive heart
failure tetapi juga terlihat pada adanya
gagal mitral (regurgitasi) dan
kelebihan kerja ventrikel kiri yang
disertai infark berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemik
miokardia, kekakuan ventrikel dan

35
hipertensi pulmonal atau iskemik.
Adanya murmur atau gesekan
menunjukkan gangguan aliran darah
normal ke dalam jantung, adanya
gesekan dengan infark berhubungan
dengan inflamasi

7. Dyspnea menunjukkan adanya


peningkatan kebutuhan oksigen
7. Monitor frekuensi dan irama 8. Krekels menunjukkan kongesti paru,
pernafasan mungkin terjadi karena penurunan
8. Monitor suara paru fungsi miokardia
9. Tanda-tanda dan perubahan perfusi
jaringan perifer
9. Monitor suhu, warna, dan 10. Menandakan kurangnya oksigen ke
kelembapan kulit jaringan perifer
10. Monitor sianosis perifer 11. Menandakan penurunan curah jantung

11. Monitor adanya cushing triad


(tekanan nadi yang
melebar,bradikardi, peningkatan 12. Penyebab perubahan tanda-tanda vital
sistolik) ke rentang abnormal perlu diatasi
12. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2. Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management


pola nafas ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik 1. Untuk mengetahui adanya sumbatan
berhubungan Ventilasi tidak terganggu chin lift atau jaw thrust bila perlu pada jalan nafas
dengan yang dibuktikan dengan 2. Posisikan pasien untuk 2. Untuk memaksimalkan ventilasi
hiperventilasi indikator : memaksimalkan ventilasi
1. Tidak ada 3. Identifikasi pasien perlunya 3. Untuk memaksimalkan ventilasi

36
penggunaan otot pemasangan alat jalan nafas buatan
aksesoris 4. Pasang mayo bila perlu 4. Membuka jalan nafas dengan bantuan
2. Tidak ada suara alat
tambahan 5. Keluarkan sekret dengan batuk atau 5. Pematenan jalan nafas
3. Pernafasan optimal suction
4. Memiliki fungsi paru 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya 6. Beberapa derajat spasme bronkus
yang normal suara tambahan terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
Dengan level : dapat/tidak dimanifestasikan adanya
1 : ganguan ekstrem nafas advertisius
2 : gangguan berat 7. Lakukan suction pada mayo 7. Membersihkan sekresi yang menempel
3 : gangguan sedang pada saluran nafas atas
4 : gangguan ringan 8. Berikan bronkodilator bila perlu 8. Untuk memperbaiki ventilasi dan
5 : tidak ada gangguan memudahkan pembuangan secret
Nilai yang diharapkan 4 9. Berikan pelembab udara kassa basah 9. Menjaga kelembapan di dalam hidung
-5 NaCl lembab
Respiratory status : airway 10. Atur intake untuk cairan 10. Mengatur sesuai kebutuhan
patency ventilation mengoptimalkan keseimbangan
Ventilasi yang dibuktikan 11. Monitor respirasi dan status O2 11. Mengetahui tanda dan gejala jika
oleh indikator berikut : terjadi sulit nafas
1. Tingkat pernafasan Oxygen Therapy
2. Irama pernafasan 1. Bersihkan mulut, hidungdan sekret 1. Pembersihan jalan nafas
3. Ekspansi dada trakea
simetris 2. Pertahankan jalan nafas yang paten 2. Mempertahankan ventilasi yang
4. Kemudahan bernafas maksimal
5. Dahak keluar dari 3. Monitor aliran oksigen 3. Menunjukkan kebutuhan oksigen
saluran nafas pasien
6. Exulsion udara 4. Pertahankan posisi pasien 4. Memudahkan memelihara jalan nafas
7. Tidak ada atas paten bila jalan nafas pasien
penggunaan otot dipengaruhi
aksesoris 5. Observasi adanya tanda-tanda 5. Dapat menentukan peningkatan upaya
8. Adventif suara nafas hipoventilasi pernafasan

37
saat tidak istirahat
9. Dada rectraction saat 6. Monitor adanya kecemasan pasien 6. Dapat menambah kesulitann bernafas
tidak istirahat terhadap oksigenasi
10. Dyspnea saat Vital Sign Monitoring
istirahat saat tidak 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR 1. Dapat menunjukkan intervensi
istirahat selanjutnya
11. Dyspnea dengan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 2. Penurunan tekanan darah dapat
tenaga saat tidak mengindikasikan terjadinya hipoksemia
istirahat 3. Monitor VS saat pasien 3. Penurunan tekanan darah dapat
12. Fremitus taktil saat berbaring,duduk atau berdiri mengindikasikan terjadinya hipoksemia
tidak istirahat 4. Monitor TD, nadi, RR, 4. Mengetahui kemampuan pasien dalam
13. Auskultasi suara sebelum,selamadan setelah aktivitas
nafas beraktivitas
5. Monitor frekuensi dan irama 5. Peningkatan upaya pernafasan dapat
Dengan level : pernafasan menunjukkan derajat hipoksemia
1 : gangguan ekstrem
2 : gangguan berat 6. Monitor suara paru 6. Mengetahui adanya suara tambahan
3 : ganguan sedang
4 : gangguan ringan 7. Monitor pola pernafasan abnormal 7. Takipnea mekanisme kompensasi untuk
5 : tidak ada gangguan hipoksemia
Nilai yang diharapkan 8. Monitor suhu, warna dan 8. Untuk mengetahui segera jika terjadi
level 4-5 kelembapan kulit sianosis
Vital sign status 9. Identifikasi penyebab dari perubahan 9. Merujuk pada intervensi selanjutnya
Yang dibuktikan dengan vital sign
indikator berikut :
1. Suhu
2. Denyut nadi apical
3. Denyut nadi radial
4. Laju respirasi
5. Tekanan darah
sistolik dan diastolik

38
dalam batas normal

Dengan level :
1 : gangguan ekstream
2 : gangguan berat
3 : gangguan sedang
4 : gangguan ringan
5 : tidak ada gangguan
Nilai yang diharapkan level
4-5

Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspnea (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
2) Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak meras tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan

39
darah, nadi, pernafasan)

3. Pain level Pain Management


Nyeri akut
Memperlihatkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui perkembangan nyeri dan
berhubungan
pengendalian nyeri, yang komprehensif termasuk lokasi, tanda-tanda nyeri sehingga dapat
dengan iskemi
dibuktikan dengan indikator karakteristik, durasi, frekuensi, menentukan intervensi selanjunya
miokard
: kualitas,dan faktor presipitasi
1. Mengenali faktor 2. Mengetahui respon pasien terhadap
penyebab dan2. Observasi ekspresi pasien terhadap nyeri
menggunakan nyeri 3. Mengetahui cara penanganan nyeri
tindakan untuk3. Gunakan teknik komunikasi yang biasa dilakukan oleh pasien
memodifikasi terapeutik untuk mengetahui
faktor tersebut. pengalaman nyeri pasien 4. Membantu pasien dalam menangani
2. Menggunakan 4. Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri yang timbul
tindakan respon nyeri 5. Membantu dalam pemberian tindakan
pencegahan 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa yang selanjutnya
3. Melaporkan nyeri lampau 6. Mengevaluasi tindakan yang diberikan
dapat dikendalikan 6. Evaluasi bersama pasien dan tim untuk melakukan intervensi selanjutnya
1 : tidak pernah kesehatan lain tenyang
2 : jarang ketidakefektifan kontrol nyeri masa 7. Dukungan yang cukup dapat
3 : kadang-kadang lampau menurunkan reaksi nyeri pasien
4 : sering 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
5 : selalu mencari dan menemukan dukungan 8. Menurunkan rasa nyeri pasien
Nilai yang diharapkan 4 – 5 8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
Pain control ruangan, pencahayaan, dan
Menunjukkan tingkat nyeri, kebisingan 9. Dapat menurunkan tingkat nyeri pasien
yang dibuktikan oleh 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
indikator :
1. Ekspresi nyeri pada 10. Menurunkan sensasi nyeri yang dialami
wajah 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri pasien

40
2. Gelisah atau (farmakologi, non farmakologi, dan
ketegangan otot interpersonal) 11. Mengetahui perkembangan nyeri dan
3. Durasi episode menetukan intervensi selanjutnya
nyeri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk 12. Menurunkan ketegangan otot, sendi,
4. Merintih dan menentukan intervensi dan melancarkan peredaran sehingga
menangis dapat mengurangi nyeri
5. Gelisah 12. Ajarkan tentang teknik non 13. Analgetik berfungsi sebagai depresan
Dengan level : farmakologi sistem syaraf pusat sehingga
1 : sangat berat mengurangi atau menghilangkan nyeri
2 : berat 13. Berikan analgetik untuk mengurangi 14. Mengevaluasi keberhasilan tindakan
3 : sedang nyeri penanganan nyeri
4 : ringan 15. Istirahat yang cukup dapat mengurangi
5 : tidak ada rasa nyeri
Nilai yang diharapkan 4 - 5 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 16. Menentukan tindakan yang akan
diberikan selanjutnya
Comfort level 15. Tingkatkan istirahat
Kriteria hasil : 17. Melihat seberapa pasien dapat
1) Mampu mengontrol 16. Kolaborasikan dengan dokter jika mengontrol nyeri
nyeri (tahu penyebab ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
nyeri, mampu berhasil
menggunakan teknik 17. Monitor penerimaan pasien tentang
nonfarmakologi untuk manajemen nyeri
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan 1. Mengetahui perkembangan nyeri dan
menggunakan tanda-tanda nyeri sehingga dapat
manajemen nyeri menetukan intervensi selanjutnya
3) Menyatakan rasa Analgesic Administration
nyaman ketika nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik, 2. Memastikan/menghindari terapi obat
berkurang kualitas, dan derajat nyeri sebelum yang salah dalam pemberian pada

41
4) Mampu mengenali nyeri pemberian obat pasien
(skala, intensitas, 3. Menentukan obat yang benar
frekuensi dan tanda 2. Cek instruksi dokter tentang jenis 4. Mencegah terjadinya efek samping dari
nyeri) obat, dosis, dan frekuensi obat yang terlalu banyak

3. Cek riwayat alergi 5. Memberikan obat yang sesuai dengan


4. Pilih analgesik yang diperlukan atau yang dibutuhkan oleh pasien
kombinasi dari analgesik ketika 6. Memberikan obat yang sesuai dengan
pemberian lebih dari satu yang dibutuhkan oleh pasien
5. Tentukan pilihan analgesik 7. Memaksimalkan fungsi obat yang
tergantung tipe dan beratnya nyeri diberikan pada pasien
6. Tentukan analgesik pilihan, rute, 8. Mempercepat proses kerja obat yang
pemberian, dan dosis optimal diberikan
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur 9. Melihat efek dari obat yang diberikan
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik 10. Memberikan kenyamanan pada pasien,
pertama kali dan menghindari komplikasi yang lebih
9. Berikan analgesik tepat waktu parah akibat nyeri
terutama saat nyeri hebat

10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda


dan gejala

4. Ketidakefektifan NOC : NIC :


perfusi jaringan Peripheral sensation management
berhubungan Indikator Status (manajemen sensasi perifer)
dengan Penurunan Sirkulasi :
aliran Arteri dan 1 : gangguan ekstrem 1. Monitor adanya daerah tertentu 1. Kepekaan terhadap semua rangsangan

42
Vena 2 : berat yang hanya peka terhadap menunjukkan tidak adanya
3 : sedang panas/dingin/tajam/tumpul keabnormalan
4 : ringan 2. Monitor adanya tanda homan (nyeri 2. Indikator adanya thrombosis vena
5 : tidak mengalami pada betis dengan posisi dalam
gangguan dorsofleksi)
3. Observasi kulit terhadap pucat, 3. Vasokontriksi sistemik diakibatkan
Nilai yang diharapkan 4 – 5 sianosis, belang, kulit oleh penurunan curah jantung
dingin/lembab
Dengan kriteria : 4. Gunakan sarung tangan untuk 4. Mengurangi resiko terjadinya infeksi
1. Bruit pembuluh proteksi 5. Menurunkan statis vena, memperbaiki
darah besar 5. Dorong klien untuk melakukan aliran balik vena, menurunkan resiko
2. Hipotensi ortostatik latihan ROM aktif/pasif pada kaki tromboplebitis
6. Monitor adanya tromboplebitis 6. Akibat dari keterbatasan aktivitas
Kognisi : 7. Pantau pemasukan dan catat 7. Penurunan pemasukan oral dapat
1 : ekstrem haluaran urine mengakibatkan penurunan volume
2 : berat sirkulasi
3 : sedang 8. Kolaborasi pemantauan data 8. Indikator perfusi atau fungsi obat
4 : ringan laboratorium (GDA, BUN,
5 : tidak mengalami kreatinin, elektrolit)
gangguan 9. Kolaborasi dalam 9. Heparin dapat mencegah
pemberianantikoagulan pembentukan thrombus dan mencegah
Nilai yang diharapkan 4 – 5 menggunakan heparin pembekuan

Dengan kriteria :
1. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan usia
serta kemampuan
2. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan

43
orientasi kognitif
3. Menunjukkan
memori jangka
panjang
4. Mengolah informasi
5. Membuat keputusan
yang tepat
5. Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas Konservasi energi : Manejemen Energy
berhubungan 1. Gangguan berat 1. Anjurkan pasien istirahat dalam 12 1. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
dengan kelemahan 2. Gangguan cukup berat jam ertama (sudoyo, 2006) jaringan perifer sehingga akan
3. Gangguan sedang menurunkan kebutuhan miokardium dan
4. Gangguan ringan akan meningkatkan suplai darah dan
5. Tidak ada gangguan oksigen ke miokardium yang
Hasil yang diharapkan membutuhkan O2 untuk menurunkan
adalah indikator 4-5 iskemia (muttaqin,2012)
dibuktikan dengan kriteria: 2. Aktivitas yang berlebihan akan
1. Menyeimbangkan 2. Observasi adanya pembatasan klien meningkatkan kerja miokard
aktivitas dan istirahat dalam melakukan aktivitas 3. Keterbatasan dalam beraktivitas harus
2. Menyadari keterbatasan 3. Dorong klien untuk mengungkapkan diketahui gunanya untuk
energy perasaan terhadap keterbatasan mengidentifikasi masalah
3. Mengatur jadwal 4. Kaji adanya faktor yang 4. Kelelahan diatasi untuk meningkatkan
aktivitas untuk menyebabkan kelelahan kemampuan toleran terhadap aktivitas
menghemat energy 5. Monitor klien akan adanya kelelahan 5. Kelelahan dan emosi berlebihan
4. Melaporkan kekuatan fisik dan emosi secara berlebihan meningkatkan kerja jantung
yang cukup untuk 6. Tingkatkan tirah baring, istirahat (di 6. Menurunkan kerja miokard dan
beraktivitas tempat tidur/kursi) konsumsi oksigen, menurunkan resiko
Terapi Aktivitas komplikasi
7. Bantu klien untuk mengidentifikasi 7. Aktivitas yang memerlukan menahan
aktivitas yang mampu dilakukan napas dan menunduk dapat
8. Bantu untuk memilih aktivitas mengakibatkan bradikardi, jadi

44
konsisten yang sesuai dengan menurunkan curah jantung
kemampuan fisik, psikologi dan 8. Peningkatan aktivitas dilakukan secara
sosial bertahap untuk menghindari serangan
9. Bantu untuk mendapatkan alat 9. Alat bantu diberikan untuk mobilisasi
bantuan aktivitas seperti kursi roda tanpa pengeluaran banyak energy

45
46
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
(Potter & Perry, 2005). Implementasi menuangkan rencana asuhan
kedalam tindakan.Setelah rencana dikembangkan, sesuai dengan
kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan intervensi
keperawatan spesifik, yang mencakup tindakan perawat.Rencana
keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi.Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan
kesehatan baik yang dilakukan secara mendiri maupun kolaborasi dan
rujukan (Bulechek & McCloskey, 1995: dikutip dari Potter, 2005).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan keperawatan
(Potter & Perry, 2005). Evaluasi yang digunakan berbentuk S
(subyektif), O (obyektif), A (analisis), dan P (perencanaan terhadap
analisis).
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan. Tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien
dan tujuan dengan melihat perkembangan klien.Evaluasi klien Aritmia
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada
tujuan (Carnevari & Thomas, 1993: dikutip dari Potter, 2005).

47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi
kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan
Aritmia di ruang ICCU RSUD M.Yunus Bengkulu. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
danevaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian asuhan
keperawatan dengan Aritmia di ruang ICCU RSUD M.Yunus Bengkulu
adalah individu yang menderita gangguan atau penyakit Stroke. Adapun
subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah satu orang dengan satu
kasus dengan masalah keperawatan Aritmia.
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)
1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan ini di
lakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh
penerima asuhan keperawatan (pasien) yang tahapannya terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Pasien adalah orang yang menerima perawatan medis atau asuhan
keperawatan yang dipenuhi kebutuhannya dengan tahapan asuhan
keperawatan.

48
3. Aritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan
frekuensi, irama atau keduanya yang merupakan gangguan system
hantaran jantung atau struktur jantung

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di ruang ICCU RSUD M.Yunus
Bengkulu. Ruang ICCU ini menerima pasien-pasien dengan gangguan
kardiovaskuler seperti aritmia, CHF, STEMI, NSTEMI, UAP, dan lain-
lain dengan kondisi pasien yang sadar penuh dan ada juga yang sampai
mengalami penurunan kesadaran.Study kasus dilakukan pada tanggal 07
februari 2018 sampai 10 februari 2018.Pasien yang di kelola masuk rumah
sakit pada tanggal 07 februari 2018 dan keluar rumah sakit pada tanggal
10 februari 2018.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau
proposal dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teori
asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Aritmia Di Ruang ICCU RSUD M.Yunus Bengkulu Tahun 2018.
Setelah disetujui oleh penguji proposal maka penelitian dilanjutkan dengan
kegiatan pengumpulan data. Data penelitian berupa hasil pengukuran,
observasi, dan wawancara terhadap pasien yang dijadikan subyek
penelitian.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik pengumpulan data wawancara (hasil anamnesis yang harus
didapatkan berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, keluarga, riwayat
psikologi dan pola-pola fungsi kesehatan.(Sumber data bisa dari klien,
keluarga, perawat lainnya).

49
2. Observasi dan Pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, tanda-
tanda vital, pernafasan, sirkulasi, nyeri, neuro sensori, aktivitas dan
istirahat, integritas ego, makanan cairan, pola eliminasi dan pola
kognitif dan perspektif (dengan pendekatan: inspeksi, palpasi, perkusi,
dan asukultasi) pada system tubuh klien. Data fokus yang harus di
dapatkan adalah sistem kardiovaskuler dan pernafasan.
3. Studi dokumentasi dan instrument di lakukan dengan melihat dari data
MR (Medical Record), melihat pada statis pasien, melihat hasil
laboraturium, melihat catatan harian perawat ruangan, melihat hasil
pemeriksaan diagostik.
4. Instrumen Pengumpulan data
Alatatau instrument pengumpulan data mengggunakan format
pengkajian Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang ada di Prodi
DIII Keperawatan Bengkulu.
G. Keabsahan Data
Keabasahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
mengumpulkan data secara langsung pada pasien dengan menggunakan
formart pengkajian dari yang baku dari kampus, yang dilakukan enam jam
sesuai jadwal dinas perawat di ruangan ICCU selama 4 hari berturut-turut.
Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis/status pasien, pasien
langsung, keluarga, dokter dan perawat ruangan agar mendapatkan data
yang valid. Di samping itu, untuk menjaga validitas dan keabsahan data
peneliti melakukan observasi dan pengukuran ulang terhadap data-data
pasien yang meragukan yang ditemukan melalui data sekunder.

H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian yang
dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Selanjutnya
hasil pengumpulan data pengkajian di analisis dengan membandingkan
dengan teori yang telah disusun pada bab sebelumnya (bab 2) untuk
mendapatkan masalah keperawatan yang digunakan untuk menyusun

50
tujuan dan intervensi. Selanjutnya intervensi dilaksanakan kepada pasien
sesuai rencana-rencana yang telah disusun (Implementasi). Hasil
implementasi dianalisis untuk mengevaluasi kondisi pasien apakah
masalah sudah teratasi, teratasi sebagaian, dimodifikasi atau diganti
dengan masalah keperawatan yang lebih relevan. Hasil Pengkajian,
penegakan diagnosa, intervensi, implementasidan evluasi di tuangkan
dalam bentuk narasi pada bab pembahasan, yang dibandingkan dengan
teori-teori yang sudah disusun sebelumnya untuk menjawab tujuan
penelitian.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberkan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.

51
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Aritmia di Ruang ICCU


(Intensive Cardiology Care Unit) RSUD DR. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2018
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Hasil pengkajian anamnesa pada tanggal 7 Februari 2018 jam
19.00 WIB di ruang ICCU RSUD M.Yunus Bengkulu dengan sumber
data dari keluarga pasien, perawat ruangan, tim medis lainnya dan
status pasien didapatkan hasil bahwa pasien Ny.A masuk rumah sakit
tanggal 7 Februari 2018, dengan diagnosa medis AV Block derajat 3 +
DM tipe II, No register 758134, umur 61 tahun, agama islam, suku
Lembak, pendidikan terakhir belum tamat SD, pekerjaan ibu rumah
tangga, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Bengkulu,
alamat jalan Sungai Rupat RT 40 RW 06 kelurahan Pagar Dewa
kecamatan Selebar kota Bengkulu
b. Identitas Penanggung Jawab
Tn.A umur 40 tahun, yang merupakan anak dari Ny.A, suku
bangsa lembak, pendidikan terakhir SMA, bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Bengkulu, pekerjaan swasta, alamat jalan
Sungai Rupat RT 40 RW 06 kelurahan Pagar Dewa kecamatan Selebar
kota Bengkulu
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Berdasarkan keterangan perawat IGD yang mengantarkan pasien
ke ruangan ICCU dan data yang di dapatkan dari status pasien

52
dikatakan bahwa pasien datang ke IGD pada tanggal 7 Februari 2018
pukul 18.30 WIB dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada sebelah
kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Februari 2018 pukul
19.00 WIB, pasien mengatakan masih nyeri dada sebelah kiri
menembus sampai ke punggung, terasa seperti terbakar. Skala nyeri
6/10. Kurang lebih 15 menit setiap serangan. Pasien mengatakan sudah
merasakan nyeri sejak dua minggu lalu tapi semakin parah sejak pagi
hari pada tanggal 7 Februari 2018
Pasien juga mengatakan ia masih merasa sesak saat bernafas, sesak
terasa semakin berat ketika pasien bernafas bersamaan dengan nyeri
dada. Sesak nafas terjadi secara mendadak saat pasien selesai
beraktivitas ringan. Pasien mulai merasakan sesak hebat pada siang
hari di tanggal 7 februari 2018
Keluarga pasien mengatakan perut ibunya membesar sejak 4 hari
yang lalu (tanggal 3 februari 2018) di dapatkan data dari anaknya,
lingkar perut ibunya sebelum sakit 80 cm dan saat di periksa 103 cm.
pasien menambahkan bahwa ia merasakan perut dan kaki nya terasa
membesar serta pada perutnya tesrasa penuh.serta terjadi peningkatan
berat badan dikarenakan saat sebelum sakit ( sekitar seminggu yang
lalu) berat ibunya hanya 45 kg dan saat di ukur 30 menit yang lalu
berat badan pasien 48 kg.
Pasien mengatakan dadanya berdebar, badannya terasa lemah,
lelah, capek dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Pada tanggal 8 fabruari 2018 pada pukul 09.00 WIB Ny.A
melakukan pemasangan PCI di ruang Cath Lab untuk mengatasi
TAVB pada gambaran EKGnya pada tanggal 7 Februari 2018.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Saat dikaji tanggal 7 Februari 2018, pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi, riwayat operasi dan riwayat kecelakaan

53
sebelumnya. Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di rumah
sakit karena penyakit CHF dan DM tipe II. Keluarga mengatakan
pasien sudah satu tahun menggunakan obat DM yaitu gliben glamid
1x1 tab.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Berdasarkan genogram diketahui bahwa Ny.A adalah anak terakhir
dari tiga bersaudara, diketahui bahwa ayah dari Ny.A pernah
mengalami sakit Diabetes yang sama dengan Ny.A. suami Ny.A
meninggal sejak 4 tahun yang lalu, suaminya anak ke 3 dari 4
bersaudara. Sekarang Ny.A tinggal dengan anak bungsunya Tn.A
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Tinggal satu rumah
3. Pengkajian Fisik
7 Februari 2018 Pukul 19.00 WIB
a. Pemeriksaan fisik umum

54
Pada saat dikaji, keadaan umum pasien tampak lemah,
tingkat kesadaran pasien compos mentis
b. Tanda-tanda Vital
Pada tanggal 7 februari 2018 pukul 19.00 WIB di dapatkan tekanan
darah 81/46 mmHg, frekuensi nadi 46 x/menit dengan irama
reguler, frekuensi pernafasan 26 x/menit dengan irama teratur,
suhu 36˚ C. Berat badan pasien 48 kg dan tinggi badan 148 cm.
c. Pernafasan
Terpasang nasal kanul dengan aliran oksigen 3 liter/menit
dengan frekuensi pernafasan 26 x/menit dengan irama reguler.
Saturasi oksigen (PaO2) adalah 98 %. Jenis pernafasan pasien
dyspnea.Tidak ada batuk dan sputum. Tidak tampak adanya
retraksi otot bantu pernafasan seperti intercostal dan supra
klavikula. Suara perkusi pada area lapang paru yaitu bunyi
resonance, kecuali di area intercostal 2 dan 5 sinistra terdengar
bunyi dullnes. Pada saat dilakukan auskultasi di area lapang paru
didapatkan suara nafas vesikuler dan tidak ada bunyi tambahan.
d. Sirkulasi
Frekuensi nadi pasien 46 x/menit dengan irama iregular dan
kuat. Saat dilakukan penghitungan cardiac output ditemukan angka
3,6 L dengan nilai rujukan saat beraktivitas biasa 6 – 7,5 L.
Tekanan darah pasien 81/46 mmHg. Pada saat dilakukan
pemeriksaan jugularis vena preasure (JVP), didapatkan pasien
mengalami peningkatan JVP yaitu 6 cm. Kapilari refill pasien < 3
detik.
Dibagian ekstremitas bawah ditemukan adanya edema.
Pada saat pemeriksaan fisik abdomen lingkar abdomen 103 cm
sebelum sakit 80 cm menandakan terjadi peningkatan lingkar
abdomen, adanya shifting dullness (+) menandakan asites.
Clubbing finger tidak ada. Keadaan kulit pasien pucat dan terdapat
sianosis perifer. Akral dingin

55
Pulsasi apeks tidak terlihat, iktus cordis tidak tampak dan
tidak ada pembesaran jantung. Auskultasi bunyi jantung S1, S2
normal dan lemah tidak ada bunyi tambahan S3 dan S4.
e. Nyeri / Keamanan
Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri yang tembus ke
punggung bagian belakang, nyeri seperti terbakar. Nyeri terasa
berat ketika pasien beraktivitas. Skala nyeri pasien 6/10.Ekspresi
wajah pasien sedikit meringis saat bernafas dan beraktivitas ringan.
Pasien terlihat gelisah sejak pagi hari padatanggal 7 februari 2018
ekspresi pasien meringis
f. Neurosensori
Pasien mengatakan tidak pusing dan belum pernah
mengalami episode pingsan sebelumnya.Dari hasil pemeriksaan,
tidak terlihat adanya letargi dan disorientasi.
g. Aktivitas / Istirahat
Pasien mengatakan sesak nafas saat beraktivitas. Terjadi
perubahan tekanan darah saat pasien beraktivitas ringan. Pasien
juga mengatakan nyeri dada terjadi ketika bernafas dan
beraktivitas. Pasien mengatakan sering kelelahan walau dengan
aktivitas ringan, badannya terasa lemah, lelahdan capek, pasien
tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Selama dirawat di rumah
sakit istirahat pasien cukup. Pasien dianjurkan untuk tirah baring.
h. Integritas Ego
Pasien mengatakan ia sedikit cemas terhadap penyakit yang
ia derita tetapi ia berusaha tegar demi keluarga. Pasien
menanyakan bagaimana keadaannya dan penyakitnya.
i. Makanan dan Cairan
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan nafsu makannya baik dan dia selalu
makan dengan pola yang tidak teratur, kadang 2-3 kali sehari
dengan porsi makan 1 piring, biasanya pasien makan dengan

56
masakan padang. Pasien mengatakan dia mengkonsumsi obat
sebelum makan dan tidak ada diet khusus dalam
mengkonsumsi makanan.
Pasien mengatakan minum 8 gelas sehari. Dengan jumlah
kurang lebih 1,8 liter sehari. Pasien mengatakan BB pasien 45
kg. tidak ada pembesaran pada perut, kaki dan tangan.
2) Saat Sakit (di rumah sakit)
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun dengan tidak
pernah menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah
sakit. Pasien makan 3 kali sehari dengan 2 sendok makan
makanan lunak. Pasien tidak menggunakan alat bantu makan
dan tidak Sada pemberian obat sebelum makan. Di rumah sakit
pasien mendapatkan diet DJ II (Diit Jantung II setara1223
Kkal)
Pasien mengatakan sejak pukul 18.00 WIB tanggal 7
februari 2018 sampai 8 februari 2018 pukul 17.00 sudah
meminum 5 gelas Air mineral kemasan atau setara dengan
1100 cc. pasien juga terpasang IVFD RL 13 tetes per menit
Saat di timbang BB pasien 48 kg. terdapat edema di
ekstremitas bawah.
j. Pola Eliminasi
1) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan dia buang air kecil sebanyak 4 sampai 5
kali sehari dan tidak ada keluhan.Warna air seninya kuning
jernih dan tidak ada darah. Tidak ada alat bantu untuk proses
buang air kecilnya. Klien mengatakan dia buang air besar 1 kali
sehari dan tidak ada keluhan seperti diare atau
konstipasi.Fesenya lunak berwarna kuning dan tidak ada
darah.Tidak ada penggunaan laxatif sebelum BAB.

57
2) Saat Sakit (di rumah sakit)
Pasien terpasang kateter pada tanggal 7 februari 2018.
Pada saat pengukuran dan pembuangan urine pukul 15.00 WIB
didapatkan jumlah urine pasien 150 cc berdasarkan data dari
atatan perkembangan pasien di dapatkan data urine pasien
kurang lebih 150 cc/3 jam, warna kuning pekat. Pasien
mengatakan sudah 3 hari belakangan belum pernah BAB.
k. Pola kognitif dan Perspektif
Pasien mengatakan tidak merasa sakit kepala, ertigo,
disorientasi, bingung dan kehilangan memori. Tidak ada penurunan
kesadaran pada pasien
l. Keamanan
Tabel 3.1 Kekuatan otot
4 4 4 4 4 4
Superior dextra Superior sinistra
4 4 4 4 4 4
Inferior dextra Inferior sinistra

4. Data Penunjang
1. Laboratorium
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal
Tanggal Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
7 Februari Gula Darah Sewaktu 430 mg/dl 70-120 mg/dl
2018 (GDS)
Ureum 13,2 mg/dl 20-40 mg/dl
Kreatinin 3,8 mg/dl 0,5-1,2 mg/dl
Natrium 155 mmoi/I 135-153 mmoi/I
Kalium 2,1 3,4-8,3 mmoi/I
Albumin 3,1 gr/dl 3,5-6,0 gr/dl
Hemoglobin 12,5 gr/dl Lk : 13,0-18,0 gr/dl

58
Pr : 12,0-16,0 gr/dl
Hematokrit 39 % Lk : 37-47 %
Pr : 40-54 %
Leukosit 10.000 mm³ 4.000-10.000 mm³
Trombosit 179.000 sel/mm³ 150.000-400.000
sel/mm³
8 Februari Kalium 2,7 gr/dl 3,5-6,0 gr/dl
2018
9 Februari Kalium 3,5 gr/dl 3,5-6,0 gr/dl
2018

2. EKG tanggal 7 Februari 2018

59
Kesan : irama teratur, frekuensi 46x/menit, gelombang P positive di
lead II dan negatif di aVR, gelombang P dan QRS berdiri sendiri,
interval berubah-ubah, gelombang QRS sempit
Kesimpulan : AV Blok Derajat III

5. Penatalaksanaan Medis

Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
7 Feb 18 8 feb 18 9 feb 18 10 feb 18
Glukosa 5% 500 cc+
1 kolf 24
IV 6 gtt √ √ √ √
50 meg KCL/24 jam jam

Ringer laktat 1 kolf 12


IV 13 gtt √ √ √ √
jam
Lasix pumv 5 mg/jam IV 5 gtt 10 cc √ √ √ √
Levosol pumv IV 8 gtt 10 cc √ √ √ √
Levemir 1x12 Ui SC 12 Ui 1x1 √ √ √ √
Lovenox 2 x 0,6 cc IV 0,6 cc 2x1 √ √ √
Brilinta PO 1 tab 2x1 √ √ √ √
Simvastatin PO 40 mg 1x1 √ √ √ √
ISDN PO 5 mg 3x1 √ √ √ √
KSR PO 1 tab 3x1 √ √ √ √

ANALISA DATA

Tabel 3.3 Analisa Masalah

NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Perubahan Penurunan curah
a. Pasien mengatakan nyeri kontraktilitas jantung
dada sebelah kiri
menembus sampai ke
punggung, terasa seperti
terbakar
b. Pasien mengatakan sesak
terasa semakin berat ketika

60
pasien beraktivitas.
c. Pasien mengatakan sesak
nafas terjadi secara
mendadak saat selesai
beraktivitas ringan.
DO :
a. Pasien tampak pucat
b. .Saat dilakukan
penghitungan cardiac
output ditemukan angka
3,6 L dengan nilai rujukan
saat beraktivitas biasa 6 –
7,5 L.
c. Akral dingin
d. Hemoglobin : 12,5 gr/dl
e. Hasil EKG menunjukkan
gelombang P dan kompleks
QRS berdiri sendiri
2. DS : Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
a. Pasien mengatakan ia nafas
masih merasa sesak saat
bernafas.
b. Pasien mengatakan sesak
terasa semakin berat ketika
pasien bernafas bersamaan
dengan nyeri dada.
DO :
a. Terpasang nasal kanul
dengan oksigen 3
liter/menit.
b. Jenis pernafasan pasien
dyspnea
c. Satuasi oksigen 98%

61
3. DS : Iskemik miokardium Nyeri akut
a. Pasien mengatakan nyeri
dada sebelah kiri
menembus sampai ke
punggung, terasa seperti
ditekan-tekan

DO :
a. Pasien tampak meringis saat
menarik nafas
b. Pasien tampak lemah, lelah
dan capek
c. Skala nyeri 6/10
d. Tekanan darah : 81/46
mmHg
e. Frekuensi nadi : 46 x/menit
f. Riwayat DM type 2
g. Hasil EKG menunjukkan
gelombang P dan
kompleks QRS berdiri
sendiri
4. DS : Berkurangnya curah Hipervolemia
a. Pasien mengatakan jantung akibat
perutnya terasa membesar retensi cairan dan
dan terasa penuh natrium oleh ginjal
b. Pasien mengatakan tungkai
kakinya terasa membesar.
DO :
a. Pada saat pemeriksaan fisik
abdomen lingkar abdomen
103 cm, sebelum sakit 80
cm menandakan terjadi
peningkatan lingkar

62
abdomen dan adanya
shifting dullness (+)
menandakan asites
b. Dibagian ekstremitas
bawah ada edema.
c. Ureum : 13,2 mg/dl
d. Kreatinin : 3,8 mg/dl
e. Albumin : 3,1 gr/dl
5. DS: Hiperglikemi Ketidakstabilan Gula
a. Pasien mengatakan Darah
badannya lemah, sering
kencing, rasa sering
haus
b. Pasien mengatakan
sudah mempunyai
riwayat DM sejak 1
tahun lalu
c. Pasien mengatakan di
rumah mengonsumsi
obat gliben glamid 1x1
tab
DO:
Keadaan umum pasien tampak
lemah
GDS 430 mg/dl
Tanda-tanda vital :
TD: 81/46 mmHg
N: 46 x/m
P:26 x/m
S:36oC
6. Ds : Penurunan aliran Perfusi Perifer Tidak
1. Klien mengeluh sesak
Arteri dan Vena Efektif
nafas
2. Klien mengatakan nyeri

63
dada nyeri dada
Do :
1. Klien terlihat gelisah
2. TD pasien81/46 mmHg
3. Nadi pasien 46 x/m
4. Terdapat edema di
ekstremitas bawah
5. Kulit pasien terasa dingin
dan terlihat pucat.
6. Klien mengalami dipsnea
7. DS : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
a. Pasien mengatakan antara suplai oksigen
badannya terasa lemah, dan kebutuhan
lelahdan capek, tidak bisa oksigen
beraktivitas seperti
biasanya.
b. Pasien mengatakan sering
kelelahan walau dengan
aktivitas ringan.

DO :
a. Pasien tampak lemah, lelah
dan capek
b. Pasien tampak hanya
terbaring diatas tempat
tidurnya
c. Tekanan darah : 130/80
mmHg
d. Frekuensi nadi : 46 x/menit
e. Hemoglobin : 12,5 gr/dl
f. Tonus otot

4 4

64
4 4
Terpasang nasal kanul 3
Liter/menit

65
B. Diagnosa
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tabel 3.4 Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien :Ny.A Diagnosa Medis : TAVB + DM tipe II

Ruangan : ICCU No.Reg : 758134

No Diagnosa Tanggal masalah Paraf Tanggal Paraf


keperawatan muncul masalah teratasi
1. Penurunan curah 7 Februari 2018 10 Februari 2018
jantung berhubungan CL CL
dengan perubahan
kontraktilitas.
2. Ketidakefektifan pola 7 Februari 2018 8 Februari 2018
nafas berhubungan CL CL
dengan hiperventilasi
3. Nyeri akut 7 Februari 2018 9 Februari 2018
berhubungan dengan CL CL
iskemik miokardium
4. Hipervolemia 7 Februari 2018 10 Februari 2018
berhubungan dengan CL CL
berkurangnya curah
jantung akibat retensi
cairan dan natrium oleh
ginjal
5. Ketidakstabilan kadar 7 Februari 2018 10 Februari 2018
glukosa darah CL CL
berhubungan dengan
hiperglikemia
6. Perfusi perifer tidak 7 Februari 2018 9 Februari 2018
efektif berhubungan CL CL
dengan suplai oksigen
ke oksigen menurun

66
7. Intoleransi aktivitas 7 Februari 2018 9 Februari 2018
berhubungan dengan CL CL
ketidakseimbangan
antara suplai oksigen
dan kebutuhan oksigen

67
No Diagnosa Perencanaan Rasional
Keperawatan NOC NIC
1. Penurunan curah NOC : NIC :
jantung Cardiac care
berhubungan Indikator status 1. Catat adanya disritmia jantung 1. Frekuensi dan irama jantung berespons
dengan perubahan Sirkulasi : terhadap obat dan aktivitas sesuai
kontraktilitas 1 : gangguan ekstrem dengan terjadinya komplikasi/disritmia
2 : berat yang mempengaruhi fungsi jantung
3 : sedang atau meningkatkan kerusakan iskemik
4 : ringan 2. Munculnya tanda dan gejala penurunan
5 : tidak mengalami 2. Catat adanya tanda dan gejala cardiac output menunjukkan perlunya
gangguan penurunan cardiac output intervensi segera
3. Perubahan status kardiovaskuler
Dengan kriteria : menunjukkan adanya resiko penurunan
4. Tekanan darah 3. Monitor status kardiovaskuler curah jantung
sistolik, diastolikdan 4. Gagal nafas menunjukkan harusnya
rerata rentang pemberian intervensi lebih lanjut
tekanan darah 4. Monitor status pernafasan yang 5. Hipotensi dapat terjadi sehubungan
5. Frekuensi nadi menandakan gagal jantung dengan disfungsi ventrikel
karotis kanan dan 5. Monitor adanya perubahan tekanan 6. Antiaritmia dapat diberikan berlanjut
kiri darah bila tidak ada komplikasi
6. Frekuensi nadi 6. Monitor respon pasien terhadap efek 7. Latihan berlebih dapat mengakibatkan
kanan dan kiri pengobatan antiaritmia keletihan
(perifer) 7. Atur periode latihan dan istirahat 8. Istirahat diperlukan untuk klien dengan
7. Tekanan vena untuk menghindari kelelahan penurunan terhadap toleransi aktivitas
sentral dan tekanan 8. Monitor toleransi aktivitas pasien 9. Gangguan pola nafas menandakan
baji pulmonal kurangnya jumlah sediaan oksigen
8. PaO2 dan PaCO2 10. Menurunkan kerja pompa jantung
9. Status kognitif 9. Monitor adanya dyspnea, fatigue,
takipneadan ortopnea.
Indikator status 10. Anjurkan untuk menurunkan stress

68
Sirkulasi : 1. Hipotensi dapat terjadi sehubungan
1 : gangguan ekstrem Vital sign monitoring dengan disfungsi ventrikel, hipertensi
2 : berat 1. Monitor tekanan darah (TD), nadi, dapat terjadi sehubungan dengan nyeri,
3 : sedang suhu dan Respiration Rate (RR) nadi dapat meningkat sehubungan
4 : ringan dengan nyeri
5 : tidak mengalami
gangguan 2. Hipertensi dapat terjadi sehubungan
Dengan kriteria : 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah dengan nyeri
6. Hipotensi ortostatik 3. Monitor TD,nadi, RR, sebelum, 3. Kelebihan latihan mempengaruhi
7. Suara nafas selamadan setelah beraktivitas. fungsi miokardia
tambahan 4. Monitor kualitas dari nadi 4. Nadi yang inadekuat merujuk pada
8. Distensi vena leher ketidakefektifan sirkulasi
9. Edema perifer 5. Monitor frekuensi dan irama jantung 5. Frekuensi dan irama jantung berespons
10. Asites terhadap obat dan aktivitas sesuai
11. Bruit pembuluh dengan terjadinya komplikasi
darah besar 6. Monitor bunyi jantung 6. Bunyi jantung tambahan, S3 biasanya
12. Angina dihubungkan dengan congestive heart
failure tetapi juga terlihat pada adanya
gagal mitral (regurgitasi) dan kelebihan
kerja ventrikel kiri yang disertai infark
berat. S4 mungkin berhubungan
dengan iskemik miokardia, kekakuan
ventrikel dan hipertensi pulmonal atau
iskemik. Adanya murmur atau gesekan
menunjukkan gangguan aliran darah
normal ke dalam jantung, adanya
gesekan dengan infark berhubungan
dengan inflamasi
7. Dyspnea menunjukkan adanya
peningkatan kebutuhan oksigen
7. Monitor frekuensi dan irama 8. Krekels menunjukkan kongesti paru,

69
pernafasan mungkin terjadi karena penurunan
8. Monitor suara paru fungsi miokardia
9. Tanda-tanda dan perubahan perfusi
jaringan perifer
9. Monitor suhu, warnadan kelembapan 10. Menandakan kurangnya oksigen ke
kulit jaringan perifer
10. Monitor sianosis perifer 11. Menandakan penurunan curah jantung

11. Monitor adanya cushing


triad(tekanan nadi yang 12. Penyebab perubahan tanda-tanda vital
melebar,bradikardi, peningkatan ke rentang abnormal perlu diatasi
sistolik)
12. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2. Ketidakefektifan Respiratory status :
Airway Management
pola nafas ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik 1. Untuk mengetahui adanya sumbatan
berhubungan Ventilasi tidak terganggu chin lift atau jaw thrust bila perlu pada jalan nafas
dengan yang dibuktikan dengan 2. Posisikan pasien untuk 2. Untuk memaksimalkan ventilasi
hiperventilasi indikator : memaksimalkan ventilasi
5. Tidak ada3. Identifikasi pasien perlunya 3. Untuk memaksimalkan ventilasi
penggunaan otot pemasangan alat jalan nafas buatan
aksesoris 4. Pasang mayo bila perlu
6. Tidak ada suara 5. Keluarkan sekret dengan batuk atau 4. Membuka jalan nafas dengan bantuan
tambahan suction alat
7. Pernafasan optimal 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya 5. Pematenan jalan nafas
8. Memiliki fungsi paru suara tambahan
yang normal 6. Beberapa derajat spasme bronkus
Dengan level : terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
1 : ganguan ekstrem dapat/tidak dimanifestasikan adanya
2 : gangguan berat 7. Lakukan suction pada mayo nafas advertisius
3 : gangguan sedang 7. Membersihkan sekresi yang menempel

70
4 : gangguan ringan 8. Berikan bronkodilator bila perlu pada saluran nafas atas
5 : tidak ada gangguan 8. Untuk memperbaiki ventilasi dan
Nilai yang diharapkan 4 9. Berikan pelembab udara kassa basah memudahkan pembuangan secret
-5 NaCl lembab 9. Menjaga kelembapan di dalam hidung
Respiratory status : airway 10. Atur intake untuk cairan
patency ventilation mengoptimalkan keseimbangan 10. Mengatur sesuai kebutuhan
Ventilasi yang dibuktikan
oleh indikator berikut : 11. Monitor respirasi dan status O2 11. Mengetahui tanda dan gejala jika
1. Tingkat pernafasan terjadi sulit nafas
2. Irama pernafasan Oxygen Therapy
3. Ekspansi dada 7. Bersihkan mulut, hidungdan sekret 7. Pembersihan jalan nafas
simetris trakea
4. Kemudahan 8. Pertahankan jalan nafas yang paten 8. Mempertahankan ventilasi yang
bernafas maksimal
5. Dahak keluar dari 9. Monitor aliran oksigen 9. Menunjukkan kebutuhan oksigen
saluran nafas pasien
6. Exulsion udara 10. Pertahankan posisi pasien 10. Memudahkan memelihara jalan nafas
7. Tidak ada atas paten bila jalan nafas pasien
penggunaan otot dipengaruhi
aksesoris 11. Observasi adanya tanda-tanda 11. Dapat menentukan peningkatan upaya
8. Adventif suara hipoventilasi pernafasan
nafas saat tidak
istirahat 12. Monitor adanya kecemasan pasien 12. Dapat menambah kesulitann bernafas
9. Dada rectraction terhadap oksigenasi
saat tidak istirahat Vital Sign Monitoring
10. Dyspnea saat 10. Monitor TD, nadi, suhu dan RR 10. Dapat menunjukkan intervensi
istirahat saat tidak selanjutnya
istirahat 11. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 11. Penurunan tekanan darah dapat
11. Dyspnea dengan mengindikasikan terjadinya hipoksemia
tenaga saat tidak 12. Monitor VS saat pasien 12. Penurunan tekanan darah dapat
istirahat berbaring,duduk atau berdiri mengindikasikan terjadinya hipoksemia

71
12. Fremitus taktil saat 13. Monitor TD, nadi, RR, 13. Mengetahui kemampuan pasien dalam
tidak istirahat sebelum,selamadan setelah aktivitas
13. Auskultasi suara beraktivitas
nafas 1. Monitor frekuensi dan irama 1. Peningkatan upaya pernafasan dapat
pernafasan menunjukkan derajat hipoksemia
Dengan level :
1 : gangguan ekstrem 2. Monitor suara paru 2. Mengetahui adanya suara tambahan
2 : gangguan berat
3 : ganguan sedang 3. Monitor pola pernafasan abnormal 3. Takipnea mekanisme kompensasi
4 : gangguan ringan untuk hipoksemia
5 : tidak ada gangguan 4. Monitor suhu, warna dan 4. Untuk mengetahui segera jika terjadi
Nilai yang diharapkan kelembapan kulit sianosis
level 4-5 5. Identifikasi penyebab dari perubahan 5. Merujuk pada intervensi selanjutnya
Vital sign status vital sign
Yang dibuktikan dengan
indikator berikut :
6. Suhu
7. Denyut nadi apical
8. Denyut nadi radial
9. Laju respirasi
10. Tekanan darah
sistolik dan diastolik
dalam batas normal

Dengan level :
1 : gangguan ekstream
2 : gangguan berat
3 : gangguan sedang
4 : gangguan ringan
5 : tidak ada gangguan
Nilai yang diharapkan level

72
4-5

Kriteria Hasil :
3) Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspnea (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
4) Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak meras tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)

3. Nyeri Pain level Pain Management


akutberhubungan Memperlihatkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui perkembangan nyeri dan
dengan iskemik pengendalian nyeri, yang komprehensif termasuk lokasi, tanda-tanda nyeri sehingga dapat
miokardium dibuktikan dengan indikator karakteristik, durasi, frekuensi, menentukan intervensi selanjunya
: kualitas,dan faktor presipitasi 2. Mengetahui respon pasien terhadap
4. Mengenali faktor 2. Observasi ekspresi pasien terhadap nyeri
penyebab dan nyeri 3. Mengetahui cara penanganan nyeri

73
menggunakan 3. Gunakan teknik komunikasi yang biasa dilakukan oleh pasien
tindakan untuk terapeutik untuk mengetahui
memodifikasi pengalaman nyeri pasien 4. Membantu pasien dalam menangani
faktor tersebut. 4. Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri yang timbul
5. Menggunakan respon nyeri 5. Membantu dalam pemberian tindakan
tindakan 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa yang selanjutnya
pencegahan lampau 6. Mengevaluasi tindakan yang diberikan
6. Melaporkan nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan tim untuk melakukan intervensi
dapat dikendalikan kesehatan lain tentang selanjutnya
1 : tidak pernah ketidakefektifan kontrol nyeri masa
2 : jarang lampau 7. Dukungan yang cukup dapat
3 : kadang-kadang 7. Bantu pasien dan keluarga untuk menurunkan reaksi nyeri pasien
4 : sering mencari dan menemukan dukungan 8. Menurunkan rasa nyeri pasien
5 : selalu 8. Kontrol lingkungan yang dapat
Nilai yang diharapkan 4 – 5 mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaandan kebisingan
Pain control 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Menunjukkan tingkat nyeri, 9. Dapat menurunkan tingkat nyeri pasien
yang dibuktikan oleh 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri 10. Menurunkan sensasi nyeri yang
indikator : (farmakologi, non farmakologidan dialami pasien
6. Ekspresi nyeri pada interpersonal)
wajah 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk 11. Mengetahui perkembangan nyeri dan
7. Gelisah atau menentukan intervensi menetukan intervensi selanjutnya
ketegangan otot 12. Menurunkan ketegangan otot, sendidan
8. Durasi episode 12. Ajarkan tentang teknik non melancarkan peredaran sehingga dapat
nyeri farmakologi mengurangi nyeri
9. Merintih dan 13. Analgetik berfungsi sebagai depresan
menangis 13. Berikan analgetik untuk mengurangi sistem syaraf pusat sehingga
10. Gelisah nyeri mengurangi atau menghilangkan nyeri
Dengan level : 14. Mengevaluasi keberhasilan tindakan
1 : sangat berat 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri penanganan nyeri

74
2 : berat 15. Istirahat yang cukup dapat mengurangi
3 : sedang 15. Tingkatkan istirahat rasa nyeri
4 : ringan 16. Menentukan tindakan yang akan
5 : tidak ada 16. Kolaborasikan dengan dokter jika diberikan selanjutnya
Nilai yang diharapkan 4 - 5 ada keluhan dan tindakan nyeri tidak 17. Melihat seberapa pasien dapat
berhasil mengontrol nyeri
Comfort level 17. Monitor penerimaan pasien tentang
Kriteria hasil : manajemen nyeri 1. Mengetahui perkembangan nyeri dan
5) Mampu mengontrol Analgesic Administration tanda-tanda nyeri sehingga dapat
nyeri (tahu penyebab 1. Tentukan lokasi, karakteristik, menetukan intervensi selanjutnya
nyeri, mampu kualitasdan derajat nyeri sebelum 2. Memastikan/menghindari terapi obat
menggunakan teknik pemberian obat yang salah dalam pemberian pada
nonfarmakologi untuk pasien
mengurangi nyeri, 2. Cek instruksi dokter tentang jenis
mencari bantuan) obat, dosisdan frekuensi 3. Menentukan obat yang benar
6) Melaporkan bahwa nyeri 4. Mencegah terjadinya efek samping dari
berkurang dengan 3. Cek riwayat alergi obat yang terlalu banyak
menggunakan 4. Pilih analgesik yang diperlukan
manajemen nyeri atau kombinasi dari analgesik 5. Memberikan obat yang sesuai dengan
7) Menyatakan rasa ketika pemberian lebih dari satu yang dibutuhkan oleh pasien
nyaman ketika nyeri 5. Tentukan pilihan analgesik 6. Memberikan obat yang sesuai dengan
berkurang tergantung tipe dan beratnya yang dibutuhkan oleh pasien
8) Mampu mengenali nyeri nyeri 7. Memaksimalkan fungsi obat yang
(skala, intensitas, 6. Tentukan analgesik pilihan, rute, diberikan pada pasien
frekuensi dan tanda pemberiandan dosis optimal 8. Mempercepat proses kerja obat yang
nyeri) 7. Pilih rute pemberian secara IV, diberikan
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur 9. Melihat efek dari obat yang diberikan
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik 10. Memberikan kenyamanan pada
pertama kali pasiendan menghindari komplikasi

75
9. Berikan analgesik tepat waktu yang lebih parah akibat nyeri
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala

4. Hipervolemia NOC : NIC:


berhubungan Electrolit and acid Fluid Management :
dengan base balance 1. Pertahankan cairan intake dan 1. Jumlah haluaran urine pekat dengan
berkurangnya Fluid balance output yang akurat. peningkatan berat
curah jantung Hydration dehidrasi/peningaktan kebutuhan
akibat retensi cairan
cairan dan natrium Kriteria hasil : 2. Pasang alat bantu kateter bila 2. Guna untuk menghitung jumlah
oleh ginjal 1. Terbebas dari diperluakan. output cairan secara akurat
edema,efusi,anaskara 3. Monitor hasil Hb yang sesuai 3. Indikator perfusi dan fungsi obat
2. Bunyi nafas bersih, tidak dengan retensi cairan
ada dyspnea/ortopnea 4. Monitor indikasi retensi/kelebihan 4. Indikator tingkat retensi cairan yang
3. Terbebas dari distensi cairan (Cracles, CVP, edema, dialami pasien.
vena jugularis,reflek distensi vena jugularis, asites)
hepatojugular (+) 5. Monitor vital sign. 5. Mengetahui keadaan umum pasien
4. Memelihara tekanan vena 6. Kaji lokasi dan luas edema 6. Mengetahui tingkat retensi cairan
sentral,tekanan kapiler pada pasien
paru,output jantung dan 7. Monitor intake makanan/cairan 7. Mengetahui tingkat keseimbangan
vital sign dalam batas setidaknya setiap 4 jam intake dan output pada pasien secara
normal akurat
5. Terbebas dari 8. Kolaborasikan pemberian diuretik 8. Guna untuk mengeluarakan cairan
kelelahan,kecemasan,atau sesuai instruksi. yang tertimbun di tubuh pasien.
kebingungan. Fluid Monitoring
6. Menjelaskan indikator 9. Monitor berat badan (BB) 9. Mengetahui apakah ada peningakatan
kelebihan cairan BB akibat dari penimbunan cairan
dalam tubuh.
10. Monitor serum dan elektrolit urine 10. Mengetahui tingkat dehidrasi yang

76
dialami pasien.

11. Catat secara akurat intake dan output 11. Mengetahui keseimbangan intake dan
output cairan secara akurat.

5 Ketidakstabilan 1. Kadar glukosa darah Management Hiperglikemi


kadar glukosa dalam rentang normal 1. Kaji dan monitor glukosa darah 1. Untuk mengetahui kondisi glukosa
darah berhubungan 2. Tidak terjadi tanda sesuai indikasi darah apakah mengalami penurunan
dengan hiperglikemia 2. Poliuria,polidipsia, polifagia dapat
hiperglikemi 3. Tidak ada keton dalam 2. Monitor tanda-tanda dan gejala menyebabkan tingkat kelesuan
urine hiperglikemia : poliuria, berlebihan pada tubuh pasien karena
4. TTV dalam rentang poidipsia,polifagia, pengontrolan fungsi tubuh yang tidak
normal kelemahan,lateragi, malaise, sesuai
Level: pandangan kabur atau sakit kepala
1. Devisiasi berat dari 3. Monitor tanda-tanda vital pasien 3. Agar dapat mengantisipasi dan
kisaran normal menghambat keparahan yang
2. Devisiasi cukup besar diakibatkan oleh hiperglikemia
dari kisaran normal 4. Berikan insulin, sesuai resep 4. Dosis insulin yang di berikan kepada
3. Devisiasi yang sedang penderita diabetes untuk menurunkan
dari kisaran normal kadar glukosa darahnya
4. Devisiasi yang ringan 5. Dorong asupan airan oral 5. Terapi farmakologis diberikan
dari kisaran normal dengan peningkatan pengetahuan
5. Tidak ada devisiasi dari pasien, pengaturan makan dan latihan
kisaran normal jasmani
Hasil yang diharapkan 4-5 6. Dorong pemantauan sendiri kadar 6. Mengetahui cara pengelolaannya,
glukosa darah mengenai masalah kesehatan atau
7. Lakukan pendidikan kesehatan pada komplikasi yang mungkin timbul
pasien dan keluarga secara dini, ketaatan prilaku
pemantauan dan pengelolaan
penyakit seara mandiri, disertai
perubahan prilaku kesehatan yang

77
diperlukan
7. Pendidikan kesehatan sangat penting
diberikan agar pasien dan keluarga
mengetahui penyakit yang diderita
6. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Peripheral sensation management
berhubungan Indikator Status (manajemen sensasi perifer)
dengan Penurunan Sirkulasi :
aliran Arteri dan 1 : gangguan ekstrem 1. Monitor adanya daerah tertentu 1. Kepekaan terhadap semua rangsangan
Vena 2 : berat yang hanya peka terhadap menunjukkan tidak adanya
3 : sedang panas/dingin/tajam/tumpul keabnormalan
4 : ringan 2. Monitor adanya tanda homan 2. Indikator adanya thrombosis vena
5 : tidak mengalami (nyeri pada betis dengan posisi dalam
gangguan dorsofleksi)
3. Observasi kulit terhadap pucat, 3. Vasokontriksi sistemik diakibatkan
Nilai yang diharapkan 4 – 5 sianosis, belang, kulit oleh penurunan curah jantung
dingin/lembab
Dengan kriteria : 4. Gunakan sarung tangan untuk 4. Mengurangi resiko terjadinya infeksi
3. Bruit pembuluh proteksi 5. Menurunkan statis vena, memperbaiki
darah besar 5. Dorong klien untuk melakukan aliran balik vena, menurunkan resiko
4. Hipotensi ortostatik latihan ROM aktif/pasif pada kaki tromboplebitis
6. Monitor adanya tromboplebitis 6. Akibat dari keterbatasan aktivitas
Kognisi : 7. Pantau pemasukan dan catat 7. Penurunan pemasukan oral dapat
1 : ekstrem haluaran urine mengakibatkan penurunan volume
2 : berat sirkulasi
3 : sedang 8. Kolaborasi pemantauan data 8. Indikator perfusi atau fungsi obat
4 : ringan laboratorium (GDA, BUN,
5 : tidak mengalami kreatinin, elektrolit)
gangguan 9. Kolaborasi dalam 9. Heparin dapat mencegah
pemberianantikoagulan pembentukan thrombus dan mencegah
Nilai yang diharapkan 4 – 5 menggunakan heparin pembekuan

78
Dengan kriteria :
6. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan usia
serta kemampuan
7. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi kognitif
8. Menunjukkan
memori jangka
panjang
9. Mengolah informasi
10. Membuat keputusan
yang tepat
7 Intoleransi NOC : Energy management
aktivitas 1. Observasi adanya pembatasan klien 1. Respon klien terhadap aktivitas dapat
berhubungan Indikator Penghematan dalam melakukan aktivitas mengindikasikan penurunan oksigen
dengan Energi miokardia
ketidakseimbangan 1 : gangguan ekstrem 2. Dorong klien untuk mengungkapkan 2. Perasaan cemas yang berlebihan dapat
antara suplai 2 : berat perasaan terhadap keterbatasan memacu kerja jantung
oksigen dan 3 : sedang 3. Kaji adanya faktor yang 3. Kelelahan dan emosi berlebihan
kebutuhan oksigen 4 : ringan menyebabkan kelelahan fisik dan meningkatkan kerja jantung
5 : tidak mengalami emosi secara berlebihan
gangguan 4. Monitor pola tidur dan lamanya 4. Tidur dan istirahat menurunkan kerja
Dengan kriteria : tidur/istirahat pasien jantung
1. Menyadari 5. Batasi pengunjung 5. Pembicaraan yang panjang sangat
keterbatasan energi mempengaruhi klien, namun periode
2. Menyeimbangkan kunjungan yang tenang bersifat
aktivitas dan terapeutik

79
istirahat 6. Tingkatkan tirah baring, istirahat (di 6. Menurunkan gejala miokard dan
3. Mengatur jadwal tempat tidur/kursi) konsumsi oksigen, menurunkan resiko
aktivitas untuk komplikasi
menghemat energy 7. Anjurkan klien menghindari 7. Aktivitas yang memerlukan menahan
peningkatan tekanan abdomen nafas dan menunduk dapat
Indikator toleransi aktivitas mengakibatkan bradikardi, juga
1 : gangguan ekstrem menurunkan curah jantung
2 : berat Activity therapy
3 : sedang 1. Kolaborasikan dengan tenaga
4 : ringan rehabilitasi medis dalam 1. Memberikan dukungan atau
5 : tidak mengalami merencanakan program terapi yang pengawasan tambahan berlanjut dan
gangguan tepat. partisipasi proses penyembuhan dan
Dengan kriteria : 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi kesejahteraan
1. Saturasi oksigen saat aktivitas yang mampu dilakukan 2. Peningkatan aktivitas dilakuakan
beraktivitas secara bertahap untuk menghindari
2. Frekuensi 3. Bantu untuk memilih aktivitas serangan akut
pernafasan saat konsisten yang sesuai dengan
beraktivitas kemampuan fisik. Psikologi dan 3. Peningkatan aktivitas secara bertahap
3. Kemampuan untuk sosial memberikan kontrol jantung
berbicara saat 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
beraktivitas fisik mendapatkan sumber yang
diperlukan aktivitas yang diinginkan 4. Membantu pasien dalam beraktivitas
5. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi 5. Alat bantu diberikan untuk mobilisasi
roda,kruk tanpa pengeluaran banyak energy
6. Bantu untuk mengidentifikasi 6. Aktivitas yang disukai akan
aktivitas yang disukai menambah semangat beraktivitas
7. Bantu klien untuk membuat jadwal 7. Waktu luang selama di rumah sakit
latihan di waktu luang. menimbulkan kejenuhan
8. Bantu pasien/keluarga untuk 8. Peningkatan kemampuan toleran
mengidentifikasi kekurangan dalam terhadap aktivitas setiap hari merujuk

80
beraktivitas pada keberhasilan intervensi
9. Apresiasi positif diberikan untuk
9. Sediakan penguatan positif bagi yang meningkatkan kepercayaan diri
aktif beraktivitas terhadap kesembuhan akan kelelahan
10. Besarnya motivasi diri untuk
mencapai kesembuhan akan
10. Bantu pasien untuk mengembangkan berdampak pada pengurangan masa
motivasi diri dan penguatan penurunan kesakitan
11. Mengetahui respon toleran terhadap
aktivitas
11. Monitor respon fisik, emosi,
sosialdan spiritual

81
Implementasi Keperawatan

Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan Hari Pertama

Nama Pasien :Ny.A Diagnosa Medis : TAVB + DM tipe II


Ruangan : ICCU No.Reg : 758134
Hari ke 1 (7 Februari 2018)
No. Jam No. Implementasi Respon Hasil Paraf dan
Diagsnosa Nama Jelas
1. Cardiac care
19.30 I 1. Melakukan EKG dan mencatat 1. Ditemukan hasil EKG yang
hasilnya hasil EKG untuk melihat menunjukkan irama teratur,
adanya aritmia frekuensi 46x/menit, gelombang P
positive di lead II dan negatif di
aVR, gelombang P dan QRS CL
berdiri sendiri, interval berubah-
ubah, gelombang QRS sempit
19.00 I 2. Menghitung frekuensi pernafasan 2. Frekuensi nafas 26 x/m saturasi Chendhy
pasien selama 1 menit dan saturasi oksigen 98% Tha Lorenza
oksigen
19.00 I 3. Mengukur tekanan darah dan melihat 3. Pengukuran tanda-tanda vital
adanya perubahan tekanan darah pasien dilakukan setiap 3 jam
4. Mengatur periode latihan dan sekali
20.00 I istirahat untuk menghindari 4. Pasien dianjurkan untuk bergerak
kelelahan dan tidak tirah baring selama
5. Melihat adanya dyspnea, fatigue, dirawat di rumah sakit
19.00 I takipnea dan ortopnea. 5. Pasien masih terlihat adanya
pernafasan dyspnea, terlihat

82
fatiguedan juga sering terjadi
6. Membantu menenangkan pasien ortopnea
20.00 I untuk menurunkan stress yang di 6. Pasien selalu ditemani anak ketika
rasakannya sedang makan,minum obatdan saat
melakukan perawatan diri.

Vital sign monitoring


1. Melakukan TNPS 1. Tekanan darah : 130/80 mmHg,
19.00 I, II nadi : 46 x/menit, suhu : 36˚ C,
pernafasan : 26 x/menit
2. Merasakan kualitas dari nadi 2. Nadi teraba kuat dengan irama
19.00 I regular
3. Mengauskultasi bunyi jantung 3. Bunyi jantung terdengar S4 dan
19.00 I suara tambahan
4. Menghitung frekuensi dan irama 4. Frekuensi pernafasan : 26 x/menit
19.00 I pernafasan dengan irama : teratur
5. Mengauskultasi suara paru 5. Bunyi nafas terdengar vesikuler
19.00 I 6. Mengukur suhu, memeriksa warna 6. Suhu tubuh pasien : 36˚ C, warna
19.00 I dan kelembapan kulit kulit normal sama seperti warna
kulit lainnya, kulit hangat.
7. Tidak tampak ada sianosis perifer
7. Melihat tanda sianosis perifer
19.30 I

2. Airway Management
19.00 II 1. Memposisikan pasien fowler 1. Perawat mengatur posisi
semifowler pada pasien
19.00 II 2. Mengauskultasi suara nafas, catat 2. Suara nafas pasien vesikuler tidak
adanya suara tambahan ada bunyi tambahan
19.00 II 3. Melihat respirasi dan status O2 3. Pasien terpasang nasal kanul CL

83
dengan kecepatan aliran oksigen 3
liter/menit
Oxygen Therapy
19.00 II 1. Mempertahankan jalan nafas yang 1. Pasien tidur dengan posisi Chendhy
paten semifowler dan terpasang nasal Tha Lorenza
kanul dengan kecepatan aliran
oksigen 3 liter/menit
19.00 II 2. Menanyakan kepada pasien apakah 2. Aliran oksigen pasien 3 liter/menit
oksigennya terasa lalu melihat berapa
liter oksigen yang masuk serta melihat
kondisi pasien apakah masih terlihat
sesak 3. Pasien tetap dalam posisi
19.00 II 3. Mempertahankan posisi pasien semifowler

Vital Sign Monitoring 1. Frekuensi pernafaan : 26 x/menit


19.00 II 1. Menghitung frekuensi dan melihat dengan irama cepat dangkal
irama pernafasan 2. Suara paru pasien vesikuler tidak
ada bunyi tambahan.
19.00 II 2. Mengauskultasi suara paru 3. Pola pernafasan pasien terlihat
dyspnea
II 3. Melihat tanda pola pernafasan
19.00 abnormal
3. Pain Management
19.30 III 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Nyeri dibagian dada sebelah kiri
komprehensif termasuk lokasi, tembus kebelakang, seperti ditekan,
karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri terasa dengan skala 6/10,
kualitas,dan faktor presipitasi nyeri timbul ketika pasien menarik
nafas.
2. Melihat ekspresi pasien terhadap 2. Pasien tampak meringis kesakitan CL
19.30 III nyeri
3. Mengurangi faktor presipitasi nyeri 3. Perawat mendemonstrasikan dan

84
20.00 III mengajarkan pasien untuk menarik
nafas secara perlahan-lahan Chendhy
4. Perawat mendemontrasikan dan Tha Lorenza
4. Memilih dan melakukan penanganan mengajarkan pasien teknik
20.00 III nyeri (farmakologi, non relaksasi nafas dalam dan teknik
farmakologidan interpersonal) distraksi
5. Pasien mengkuti instruksi dari
5. Mengajarkan tentang teknik non perawat
20.00 III farmakologi (mengajarkan nafas
dalam) 6. Obat oral ISDN 1 x 5 mg sudah
6. Memberikan obat untuk mengurangi dikonsumsi pukul 19.00
19.00 III nyeri 7. Pasien berbaring dengan mata
7. Menganjurkan pasien agar banyak terpejam
20.00 III istirahat 8. Terapi obat dari dokter masih
8. Berkolaborasi dengan dokter tentang dilanjutkan
III nyeri yang di rasakan pasien
19.00
Analgesic Administration
1. Mengecek instruksi dokter tentang 1. Obat pasien diberikan sesuai dosis
jenis obat, dosis dan frekuensi dan frekuensi yang telah
III ditentukan oleh dokter
20.00 2. Mengecek riwayat alergi 2. Tidak ada riwayat alergi obat pada
pasien
19.30 III 3. Memilih analgesik yang diperlukan 3. Pasien diberikan obat analgesik
atau kombinasi dari analgesik ketika ISDN 1 x 5 mg
19.30 III pemberian lebih dari satu
4. Memilih rute pemberian secara IV dan 4. Rute pemberian obat pasien
oral untuk pengobatan nyeri secara adalah melalui oral
19.30 III teratur

85
4. Fluid Management :
19.00 IV 1. Menanyakan pada keluarga tentang 1. Dari tanggal 7 februari 2018 pukul
makanan yang di konsumsi pasien, 18.00 hingga 8 februari 2018 pukul CL
menanyakan kepada perawat lain 17.00, jumlah cairan yang di
tentang infuse yang sudah di minum pasien 1100 cc, pasien juga
masukkan dan menghitung intake menggunakan IVFD Nacl 500 cc
makanan/cairan dan RL 500 cc. urine pasien di Chendhy
jumlahkan dari tanggal 7 februari Tha Lorenza
2018 pukul 18.00 hingga tanggal 8
februari 2018 pukul 17.00
berjumlah 1095 cc IWL 690 cc
2. Melihat hasil Hb yang sesuai dengan 2. Hemoglobin 12,5 mg/dl
19.00 IV retensi cairan
3. Melihat indikasi retensi/kelebihan 3. Ada edema di tungkai kaki pasien,
19.00 IV cairan (Cracles, CVP, edema, distensi ada asitesdan juga terjadi distensi
vena jugularis, asites) vena jularis.
4. Mengukur vital sign. 4. Tekanan darah : 81/46 mmHg, nadi
19.00 IV : 46 x/menit, suhu : 36˚ C,
pernafasan : 26 x/menit
5. Mengkaji lokasi dan luas edema 5. Lokasi edema pasien dibagian
19.00 IV tungkai kaki sampai ke paha
6. Memberikan lasix pumv 6. Pasien tepasang Lasix pump 5
20.00 IV mg/jam = 0,5 cc/jam
Fluid Monitoring
1. Mengukur berat badan (BB) 1. Berat badan pasien 48 kg
20.00 IV 2. Mengambil darah 3 cc untuk 2. Ureum : 13,2 mg/dl, creatinin : 3,8
06.00 IV mengechek elektrolit pasien mg/dl

Management Hiperglikemi
19.00 V 1. Mengukur glukosa darah sesuai 1. Kadar glukosa pasien 430 mg/dl CL
indikasi pada jam 19.00 WIB

86
20.00 V 2. Menghitung jumlah urine, melihat 2. Pasien terlihat lemah, urin di
tanda kelemahan,lateragi, malaise, tampung dengan urine bag
pandangan kabur atau sakit kepala Chendhy
19.00 V 3. Mengukur tanda-tanda vital pasien 3. Tekanan darah : 81/46 mmHg, Tha Lorenza
nadi : 46 x/menit, suhu : 36˚ C,
pernafasan : 26 x/menit
06.00 (DM) V 4. Memberikan insulin, sesuai resep 4. Levemir 1x12 Ui
20.00
V 5. Memberikan pendidikan kesehatan 5. Memberikan informasi tentang
pada pasien dan keluarga penyakitnya seperti definisi,
penyebab dan dan cara diit
dengan diabetes
6 19.00 VI 1. Memperhatikan kulit terhadap 1. Terdapat sianoss di bagian ujung
pucat, sianosis, belang, kulit ekstremitas CL
dingin/lembab
20.00 VI 2. Mendorong klien untuk melakukan 2. Pasien mampu melakukan ROM
latihan ROM aktif/pasif pada kaki aktif pada bagian kaki
3. Menanyakan kepada keluarga Chendhy
20.00 VI tentang makan dan minum yang di 3. Pasien menggunakan kateter Tha Lorenza
konsumsi pasien, menanyakan sehingga urine pasien bisa
kepada perawat tentang infuse yang terpantau
telah masuk ke pasien lalu mencatat
pemasukan dan mencatat haluaran
urine
4. Melakukan pemantauan data dari
19.00 VI laboratorium (GDA, BUN, 4. Kreatin 3,8 mg/dl kalium : 2,1
kreatinin, elektrolit) mmoi/I

7. Energy management
20.30 VII 1. Melihat adanya pembatasan klien 1. Pasien hanya miring kanan dan CL
dalam melakukan aktivitas kiri, duduk ditempat tidur

87
20.30 VII 2. Mengkaji adanya faktor yang 2. Pasien tampak kelelahan setiap
menyebabkan kelelahan fisik dan selesai melakukan aktivitas ringan
emosi secara berlebihan Chendhy
20.30 VII 3. Menanyakan pola tidur dan lamanya 3. Pasien lebih banyak tidur ketika Tha Lorenza
tidur/istirahat pasien berada di rumah sakit
20.00 VII 4. Membatasi pengunjung 4. Hanya istri pasien yang menemani
pasien saat pasien makan dan
melakukan perawatan diri
20.30 VII 5. Meningkatkan tirah baring, istirahat 5. Perawat menganjurkan pasien
(di tempat tidur/kursi) untuk banyak beristirahat

Activity therapy
20.30 VII 1. Membantu klien untuk 1. Pasien belum bisa melakukan
mengidentifikasi aktivitas yang aktivitas seperti biasanya, pasien
mampu dilakukan hanya tidur di atas tempat tidurnya
20.30 VII 2. Membantu untuk memilih aktivitas 2. Pasien hanya bisa melakukan
konsisten yang sesuai dengan aktivitas seperti miring kanan dan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial kiri.
3. Membantu klien untuk membuat 3. Perawat mengajurkan pasien untuk
20.30 VII jadwal latihan di waktu luang. duduk diatas tempat tidurnya.
4. Menyediakan penguatan positif bagi 4. Pasien terlihat tersenyum ketika
20.30 VII yang aktif beraktivitas diberi pujian oleh perawat

88
Implementasi Keperawatan
Tabel 3.7Implementasi Keperawatan Hari Kedua
Nama Pasien :Ny.A Diagnosa Medis : TAVBpost PCI+ DM tipe II
Ruangan : ICCU No.Reg : 758134
Hari ke 2 (8 Februari 2018)
Hari/Tanggal No. Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi
15.00 I 1. Melakukan EKG dan mencatat hasilnya S:
hasil EKG untuk melihat adanya aritmia Pasien mengatakan masih nyeri dada sebelah kiri
2. Menghitung frekuensi pernafasan pasien tetapi sudah berkurang
14.00 I selama 1 menit dan saturasi oksigen
3. Mengukur tekanan darah dan melihat O:
adanya perubahan tekanan darah Tanda-tanda vital :
15.00 I 4. Mengatur periode latihan dan istirahat TD : 100/60 mmHg
untuk menghindari kelelahan N : 62x/menit
16.00 I 5. Melihat adanya dyspnea, fatigue, S : 37˚ C
takipneadan ortopnea. P : 21 x/menit
6. Membantu menenangkan pasien untuk Edema pada tungkai kaki pasien masih ada dan
14.00 I menurunkan stress yang di rasakannya masih besar
Vital sign monitoring Asites pada pasien masih ada dan besar
16.00 I 1. Melakukan TNPS Auskultasi bunyi jantung pasien S1 dan S2 normal
2. Merasakan kualitas dari nadi dan lemah.
3. Mengauskultasi bunyi jantung Suara nafas : vesikuler, tidak ada suara tambahan
4. Menghitung frekuensi dan irama Distensi vena jugularis 5.5 cm
15.00 I, II pernafasan Hasil EKG : HR : 62 x/m, PR : 140 ms QRS : 152
15.00 I 5. Mengauskultasi suara paru ms gelombang R yang tinggi dan lebar pada lead
15.00 I 6. Mengukur suhu, memeriksa warna dan lateral (V5,V6, I daan aVL) yang disertai notching
15.00 I kelembapan kulit atau membentuk huruf M
7. Melihat tanda sianosis

89
15.00 I
15.00 I A:
Masalah penurunan curah jantung level 2 (berat)
14.00 I
P:
Intervensi cardiac care 1,3,4,5,6 dan vital sign
monitoring 1,2,3,4,5 dilanjutkan
Airway Management S:
14.00 II 1. Memposisikan pasien semi fowler Pasien mengatakan sudah tidak merasakan sesak
14.00 II 2. Mengauskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan O:
14.00 II 3. Melihat respirasi dan status O2 Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 62 x/menit
Oxygen Therapy S : 37˚ C
14.00 II 1. Mengatur posisi pasien Frekuensi nafas 21 x/menit
14.00 II 2. Menanyakan kepada pasien apakah Irama reguler
oksigennya terasa lalu melihat berapa Kedalaman : sedangTidak ada lagi retraksi otot
liter oksigen yang masuk serta melihat bantu pernafasan intercostal dan supra clavikula.
kondisi pasien apakah masih terlihat Suara nafas : vesikuler
sesak Nasal kanul dengan oksigen 3 liter/menit sudah
14.00 II 3. Mempertahankan posisi pasien dilepaskan

Vital Sign Monitoring A:


15.00 II 1. Mengukur TNPS Pola nafas level 4 (gangguan ringan)
14.00 II 2. Menghitung frekuensi dan irama
pernafasan P:
14.00 II 3. Mengauskultasi suara paru Intervensi dihentikan
14.00 II 4. Melihat pola pernafasan abnormal
Pain Management S:
16.00 III 1. Melakukan pengkajian nyeri secara Pasien mengatakan masih nyeri dada sebelah kiri,

90
komprehensif termasuk lokasi, tetapi sudah berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas,dan faktor presipitasi
16.00 III 2. Mengobservasi ekspresi pasien terhadap O:
nyeri Pasien masih tampak meringis
17.00 III 3. Mengurangi faktor presipitasi nyeri Pasien masih tampak lelah dan lemah
17.00 III 4. Memilih dan lakukan penanganan nyeri Skala nyeri 3/10
(farmakologi, non farmakologidan Tekanan darah : 100/60 mmHg
interpersonal) Frekuensi nadi : 62 x/menit
17.00 III 5. Mengajarkan tentang teknik non Klien tampak tidak gelisah
farmakologi (mengajak pasien
mengobrol sebagai pengalihan nyeri) A:
19.00 III 6. Memberikan ISDN 1 x 50 mg untuk Rasa nyaman : nyeri level 3 (sedang)
mengurangi nyeri
20.00 III 7. Menganjurkan pasien agar banya P:
istirahat Intervensi pain management 2,3,4,5,6,7,8 dan
17.00 III 8. Berkolaborasi dengan dokter tentang anagesik administration 1,3,4 dilanjutkan
keluhan dan tindakan nyeri yang di
rasakan pasien

Analgesic Administration
14.00 III 1. Mengecek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi
14.30 III 2. Mengecek riwayat alergi
14.30 III 3. Memilih analgesik yang diperlukan atau
mengkombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
14.30 III 4. Memilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
18.00 IV 1. Menanyakan pada keluarga tentang S :
makanan yang di konsumsi pasien, a. Pasien mengatakan perutnya masih membesar

91
menanyakan kepada perawat lain dan terasa penuh
tentang infuse yang sudah di masukkan b. Pasien mengatakan tungkai kakinya masih
dan menghitung intake makanan/cairan membesar
2. Melihat indikasi retensi/kelebihan
18.00 IV cairan (Cracles, CVP, edema, distensi O:
vena jugularis, asites) a. Edema pada tungkai kaki pasien masih ada dan
3. Mengukur vital sign. masih besar
15.00 IV 4. Mengkaji lokasi dan luas edema b. Asites pada pasien masih ada dan besar
15.00 IV 5. Memberikan lasix pumv c. Distensi vena jugularis 5,0 cm
20.00 IV Fluid Monitoring d. Tanda-tanda vital
1. Mengukur berat badan (BB) TD : 130/70 mmHg
IV 2. Mengambil darah 3 cc intravena untuk N : 72 x/menit
06.00 (DM) IV cek laboratorium S : 37˚ C
P : 20 x/menit
e. Pasien terpasang Lasix pump 5 mg/jam = 0,5
cc/jam

A:
Volume cairan level 2 (berat)

P:
Intervensi fluid management 1,4,5,6,7,8 dan fluid
monitoring 1 dan 2 dilanjutkan
Management Hiperglikemi S:
15.00 V 1. Mengukur glukosa darah sesuai Pasien mengatakan masih lemas
indikasi O:
15.00 V 2. Melihat tanda-tanda dan gejala Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu 245 mg/dl
hiperglikemia : poliuria, Keadaan umum lemah
polidipsia,polifagia, Obat parenterral Noporapid sudah masuk pukul
kelemahan,lateragi, malaise, 07.00 WIB, 8Ui
pandangan kabur atau sakit kepala Lavemir 1x12 Ui diberkan pada pukul 18.00 WIB

92
15.00 V 3. Mengukur tanda-tanda vital pasien Simvastatin diberikan pada pukul 21.00 WIB
A:
18.00 V 4. Memberikan insulin, sesuai resep Ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan level
18.00 V 5. Memberikan pendidikan kesehatan 3 (Devisiasi yang sedang dari normal)
pada pasien dan keluarga P:
Intervensi Management Hiperglikemi 1,2,3,4,5
dilanjutkan
14.00 VI 1. Memeriksa kulit terhadap pucat, S:
sianosis, belang, kulit dingin/lembab Pasien tidak mengeluh sakit pada kaki kanannya
2. Mengajarkan klien untuk melakukan dan kaki kanan yang
17.00 VI latihan ROM aktif pada kaki membengkak berkurang
3. Menanyakan kepada keluarga tentang Pasien tidak mengeluh sakit pada kaki kanannya
makan dan minum yang di konsumsi dan kaki kanan yang
18.00 VI pasien, menanyakan kepada perawat membengkak berkurang
tentang infuse yang telah masuk ke pasien mengatakan pembengkakan pada kakinya
pasien lalu mencatat pemasukan dan masih terasa
mencatat haluaran urine O:
4. Melihat hasil laboratorium untuk Kulit teraba hangat
pemantauan data dari laboratorium Sianosis Perifer tidak terlihat
(GDA, BUN, kreatinin, elektrolit) Nadi 62 x/m
14.00 VI Urine 146 cc
Kalium 2,7 mmoi/I
A:
Perfusi perifer level 3 (sedang)
P:
Intervensi 1,2,3 dan 5 dilanjutkan
Energy management S:
17.00 VII 1. Melihat adanya pembatasan klien dalam Pasien mengatakan badannya masih terasa lemah,
melakukan aktivitas lelah dan capek, belum bisa beraktivitas seperti
17.00 VII 2. Mengkaji adanya faktor yang biasanya
menyebabkan kelelahan fisik dan emosi Pasien mengatakan masih sering kelelahan walau

93
secara berlebihan dengan aktivitas ringan
17.00 VII 3. Menanyakan pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien O:
17.00 VII 4. Membatasi pengunjung Pasien masih tampak lemas
17.00 VII 5. Meningkatkan tirah baring, istirahat (di Upaya pernafasan melalui hidung dengan irama
tempat tidur/kursi) teratur dan kedalaman sedang
Activity therapy Pasien tampak tersenyum saat diberikan pujian
17.00 VII 1. Membantu klien untuk mengidentifikasi Pasien tampak mampu melakukan ROM pasif
aktivitas yang mampu dilakukan Pasien tampak hanya berbaring dan sedikit
2. Membantu untuk memilih aktivitas melakukan aktivitas ringan (miring kanan dan kiri,
17.00 VII konsisten yang sesuai dengan duduk ditempat tidur)
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
3. Membantu klien untuk membuat jadwal A:
latihan di waktu luang Toleransi aktivitas level 3 (sedang)
17.00 VII 4. Menyediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
17.00 VII P:
Intervensi energy management 1,2,3,5 dan activity
therapy 2,3,4 dilanjutkan.

94
Implementasi Keperawatan
Tabel 3.8Implementasi Keperawatan Hari Ketiga
Nama Pasien :Ny.A Diagnosa Medis : TAVB post PCI + DM tipe II
Ruangan : ICCU No.Reg : 758134
Hari ke 3 (9 Februari 2018)
Hari/Tanggal No. Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi
Cardiac care S:
15.00 I 1. Melakukan EKG dan mencatat Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri sudah
hasilnya hasil EKG untuk melihat mulai berkurang
adanya aritmia
14.00 I 2. Menghitung frekuensi pernafasan O:
pasien selama 1 menit dan saturasi Tanda-tanda vital :
oksigen TD : 100/70 mmHg
15.00 I 3. Mengukur tekanan darah dan melihat N : 68 x/menit
adanya perubahan tekanan darah P : 20 x/menit
I 4. Mengatur periode latihan dan istirahat S : 37,4˚ C
16.00 untuk menghindari kelelahan Edema pada tungkai kaki pasien masih ada dan
5. Melihat adanya dyspnea, fatigue, sudah mulai berkurang (mengecil)
I takipneadan ortopnea. Asites pada pasien masih ada tetapi sudah mulai
14.00 6. Membantu menenangkan pasien untuk berkurang.
I menurunkan stress yang di rasakannya Auskultasi bunyi jantung pasien S1 dan S2 normal
16.00 Vital sign monitoring dan lemah.
1. Melakukan TNPS Suara nafas : vesikuler, tidak ada suara tambahan
2. Merasakan kualitas dari nadi Irama pernafasan : reguler, kedalaman : sedang
3. Mengauskultasi bunyi jantung
15.00 I, II 4. Menghitung frekuensi dan irama A:
15.00 I pernafasan Curah jantung level 3 (sedang)
15.00 I 5. Mengaukultasi suara paru P:

95
15.00 I 6. Mengukur suhu, memeriksa warna dan Intervensi cardiac care 1,3,4,6 dan vital sign
kelembapan kulit monitoring 1,2,3,4 dilanjutkan
15.00 I 7. Memeriksa tanda dari sianosis perifer
15.00 I

14.00 I
Pain Management S:
16.00 III 1. Melakukan pengkajian nyeri secara Pasien mengatakan masih nyeri dada sebelah kiri,
komprehensif termasuk lokasi, tetapi sudah berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas,dan faktor presipitasi O:
16.00 III 2. Melihat ekspresi pasien Pasien tampak tidak meringis
III 3. Mengurangi faktor presipitasi nyeri Pasien sudah tidak tampak lelah dan lemah
17.00 III 4. Memilih dan melakukan penanganan Skala nyeri 1/10
17.00 nyeri (farmakologi, non farmakologi Tekanan darah : 100/70 mmHg
dan interpersonal) Frekuensi nadi : 68 x/menit
III 5. Mengajarkan tentang teknik non Klien tampak tidak gelisah
17.00 farmakologi (mengajarkan pasien
tentang masase) A:
19.00 III 6. Memberikan ISDN 1 x 50 mg untuk Rasa nyaman : nyeri level 4 (gangguan ringan)
mengurangi nyeri
20.00 III 7. Menganjurkan pasien agar banyak P:
istirahat Intervensi dihentikan
17.00 III 8. Berkolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri yang di
rasakan pasien
Analgesic Administration
14.00 III 1. Mengecek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi
14.30 III 2. Mengecek riwayat alergi
14.30 III 3. Memilih analgesik yang diperlukan atau

96
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
14.30 III 4. Memilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
18.00 IV 1. Memonitor intake makanan/cairan S:
18.00 IV 2. Memonitor hasil Hb yang sesuai a. Pasien mengatakan perutnya sudah mulai
dengan retensi cairan mengecil dan masih terasa penuh
15.00 IV 3. Memonitor indikasi retensi/kelebihan b. Pasien mengatakan tungkai kakinya sudah
cairan (Cracles, CVP, edema, distensi mulai mengecil
vena jugularis, asites)
4. Mengukur vital sign. O:
15.00 IV 5. Mengkaji lokasi dan luas edema 1. Edema pada tungkai kaki pasien masih ada dan
15.00 IV 6. Memberikan lasix pumv sudah mulai mengecil
20.00 IV Fluid Monitoring 2. Asites pada pasien masih ada dan mengecil
1. Memonitor berat badan (BB) 3. Distensi vena jugularis 4,5 cm
IV 2. Mengambil sampel serum dan elektrolit 4. Tanda-tanda vital
06.00 (DM) IV TD : 100/70 mmHg
N : 68 x/menit
S : 37,4˚ C
P : 20 x/menit
5. Lasix pump 5 mg/jam = 0,5 cc/jam dilepaskan
A:
Volume cairan level 3 (sedang)
P:
Intervensi fluid management 1,4,5,6,8 dan fluid
monitoring 1,2 dilanjutkan

Management Hiperglikemi S:
15.00 V 1. Memonitor glukosa darah sesuai Pasien mengatakan masih lemas
indikasi O:
15.00 V 2. Memonitor tanda-tanda dan gejala Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu 230 mg/dl

97
hiperglikemia : poliuria,
Keadaan umum lemah
polidipsia,polifagia, Obat parenterral Noporapid sudah masuk pukul
kelemahan,lateragi, malaise,
07.00 WIB, 8Ui
pandangan kabur atau sakit kepalaLavemir 1x12 Ui diberkan pada pukul 18.00 WIB
15.00 V 3. Memonitor tanda-tanda vital pasien
Simvastatin diberikan pada pukul 21.00 WIB
A:
18.00 V 4. Memberikan insulin, sesuai resep Ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan level
3 (Devisiasi yang sedang dari normal)
18.00 V 5. Memberikan pendidikan kesehatan P:
pada pasien dan keluarga Intervensi Management Hiperglikemi 1,2,3,4,5
dilanjutkan

Management Hiperglikemi S:
14.00 VI 1. Mengukur glukosa darah sesuai indikasi
Pasien tidak mengeluh sakit pada kaki kanannya
2. Melihat tanda-tanda dan gejala
dan kaki kanan yang
17.00 VI hiperglikemia : poliuria,
membengkak berkurang
polidipsia,polifagia, kelemahan,lateragi,
Pasien tidak mengeluh sakit pada kaki kanannya
malaise, pandangan kabur atau sakit dan kaki kanan yang
kepala membengkak berkurang
3. Mengukur tanda-tanda vital pasien pasien mengatakan pembengkakan pada kakinya
18.00 VI berkurang
4. Memberikan insulin, sesuai resep O:
14.00 VI Kulit teraba hangat
5. Memberikan pendidikan kesehatan pada Sianosis Perifer tidak terlihat
VI pasien dan keluarga Nadi 68 x/m
Urine 148 cc
Kalium 3.5 mmoi/I
A:
Perfusi perifer level 4 (ringan)
P:
Intervensi 1,2,3 dilanjutkan

98
Energy management S:
17.00 VII 1. Mengobservasi adanya pembatasan Pasien mengatakan badannya sudah tidak terasa
klien dalam melakukan aktivitas lemah, lelah dan capekdan sudah bisa beraktivitas
17.00 VII 2. Mengkaji adanya faktor yang seperti biasanya.
menyebabkan kelelahan fisik dan emosi Pasien mengatakan sudah tidak kelelahan dengan
secara berlebihan aktivitas ringan
17.00 VII 3. Menanyakan pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien O:
17.00 VII 4. Membatasi pengunjung Pasien sudah tidak tampak lemas
17.00 VII 5. Meningkatkan tirah baring, istirahat (diUpaya pernafasan melalui hidung dengan irama
tempat tidur/kursi) teratur dan kedalaman sedang
Pasien tampak tersenyum saat diberikan pujian
Activity therapy Pasien tampak sudah mampu melakukan ROM
17.00 VII 1. Membantu klien untuk mengidentifikasi pasif
aktivitas yang mampu dilakukan Pasien sudah bisa melakukan aktivitas ringan
2. Membantu untuk memilih aktivitas (duduk ditempat tidur, duduk diatas kursi sambil
17.00 VII konsisten yang sesuai dengan membaca korandan turun dari tempat tidurnya )
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
3. Membantu klien untuk membuat jadwal A :
latihan di waktu luang Toleransi aktivitas level 4 (gangguan ringan)
17.00 VII 4. Menyediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas P:
17.00 VII Intervensi dihentikan.

99
Implementasi Keperawatan

Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan Hari Keempat


Nama Pasien : Ny.A Diagnosa Medis : TAVB post PCI + DM tipe II
Ruangan : ICCU No.Reg : 758134
Hari ke 4 (10 februari 2018
Hari/Tanggal No. Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi
Cardiac care S:
08.00 I 1. Melakukan EKG dan mencatat Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri sudah
hasilnya hasil EKG untuk melihat mulai berkurang dan hampir tidak ada lagi nyeri
adanya aritmia
08.00 I 2. Menghitung frekuensi pernafasan O:
pasien selama 1 menit dan saturasi Tanda-tanda vital :
oksigen TD : 150/80 mmHg
08.00 I 3. Mengukur tekanan darah dan melihat N : 96 x/menit
adanya perubahan tekanan darah P : 20 x/menit
4. Mengatur periode latihan dan istirahat S : 37,3˚ C
08.30 I untuk menghindari kelelahan Edema pada tungkai kaki pasien sudah mulai
5. Melihat adanya dyspnea, fatigue, berkurang (mengecil)
takipneadan ortopnea. Asites pada pasien sudah mulai berkurang.
08.00 I 6. Membantu menenangkan pasien untuk Auskultasi bunyi jantung pasien S1 dan S2 normal
menurunkan stress yang di rasakannya dan lemah.
10.00 I Vital sign monitoring Suara nafas : vesikuler, tidak ada suara tambahan
1. Melakukan TNPS Irama pernafasan : reguler, kedalaman : sedang
2. Merasakan kualitas dari nadi
3. Mengauskultasi bunyi jantung
08.00 I, II 4. Menghitung frekuensi dan irama A:
08.00 I pernafasan Curah jantung level 4 (ringan)

100
08.00 I 5. Mengaukultasi suara paru
08.00 I 6. Mengukur suhu, memeriksa warna P :
dan kelembapan kulit Intervensi dihentikan (pasien pulang)
08.00 I 7. Memeriksa tanda dari sianosis
08.00 I perifer

08.00 I
10.00 IV 1. Memonitor intake makanan/cairan S:
06.00 IV 2. Memonitor hasil Hb yang sesuai a. Pasien mengatakan perutnya sudah mengecil
dengan retensi cairan b. Pasien mengatakan tungkai kakinya sudah
09.00 IV 3. Memonitor indikasi retensi/kelebihan mengecil
cairan (Cracles, CVP, edema, distensi
vena jugularis, asites) O:
4. Mengukur vital sign. a. Edema pada tungkai kaki pasien sudah
08.00 IV 5. Mengkaji lokasi dan luas edema mengecil
10.00 IV Fluid Monitoring b. Asites pada pasien sudah mengecil
1. Memonitor berat badan (BB) c. Distensi vena jugularis 4,3 cm
IV 2. Mengambil sampel serum dan elektrolit d. Tanda-tanda vital
IV TD : 100/80 mmHg
N : 66 x/menit
S : 37,3˚ C
P : 20 x/menit

A:
Volume cairan level 3 (sedang)

P:
Intervensi dihentikan (pasien pulang)

Management Hiperglikemi S:
06.00 (DM) V 1. Mengukur glukosa darah sesuai indikasi Pasien mengatakan masih lemas

101
V 2. Melihat tanda-tanda dan gejala
O:
09.00 hiperglikemia : poliuria,
Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu 190 mg/dl
polidipsia,polifagia, kelemahan,lateragi,
Keadaan umum lemah
malaise, pandangan kabur atau sakit Obat parenterral Noporapid sudah masuk pukul
kepala 07.00 WIB, 8Ui
V 3. Mengukur tanda-tanda vital pasien A:
08.00 Ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan level
V 4. Memberikan insulin, sesuai resep 4 (Devisiasi yang ringan dari normal)
06.00 (DM) 5. Memberikan pendidikan kesehatan pada P:
10.00 V pasien dan keluarga Intervensi dihentikan (pasien pulang)

08.00 VI 1. Mengobservasi kulit terhadap pucat, S:


sianosis, belang, kulit dingin/lembab Pasien tidak mengeluh sakit pada kaki kanannya
2. Mendorong klien untuk melakukan dan kaki kanan yang
09.00 VI latihan ROM aktif/pasif pada kaki membengkak berkurang
3. Memantau pemasukan dan catat Pasien tidak mengeluh sakit pada kaki kanannya
09.00 VI haluaran urine dan kaki kanan yang
membengkak berkurang
pasien mengatakan pembengkakan pada kakinya
semakin berkurang
O:
Kulit teraba hangat
Sianosis Perifer tidak terlihat
Nadi 66 x/m , Urine 148 cc
A:
Perfusi perifer level 4 (ringan)
P:
Intervensi 1,2,3 dihentikan

102
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan konsep dasar teori
Aritmiadan kasus nyata Ny.A di ruang ICCU Rumah Sakit Umum Daerah DR. M.
Yunus Bengkulu selama empat hari perawatan dari tanggal 7 sampai 2012
Februari 2018. Pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi status
skesehatan klien (Muttaqin, 2013). Pengkajian keperawatan dapat
dilakukan dengan berbagai cara dalam proses pengumpulan data tujuan
utamanya adalah menggali informasi tentang status kehatan pasien.
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 7 Februari 2018 yang
merupakan hari pertama Ny.A di rawat di ruang ICCU Rumah Sakit M.
Yunus Bengkulu dengan diagnosa medis AV block 3rd degree dan Diabetes
Mellitus tipe 2 (DM tipe II). Pada tahap pengkajian penulis
mengumpulkan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara
dengan klien, pemeriksaan fisik persistem, hasil pemeriksaan penunjang,
catatan keperawatan dan informasi dari perawat ruangan sehingga
pengkajian dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif.
Secara teoritis etiologi Aritmia dibagi menjadi 4 yaitu peradangan
jantung, intoksisitas obat, gangguan elektrolitdan gangguan pengaturan
system saraf otonom (Muttaqin, 2013)
Dari pengkajian juga didapatkan data bahwa pasien merupakan
perempuan yang berusia 61 tahun, pasien adalah seorang ibu rumah
tangga, sebelum sakit pasien tidak pernah berolahraga dan pola makan
tidak teratur. Faktor resiko Aritmia yang dimilki oleh pasien meliputi
faktor yaitu penyakit DM type II yang diderita mengatur sekresi hormone

103
insulin di penkreas sehingga mempengaruhi ion K yang menyebabkan
gangguan elektrolit. Data tersebut juga merujuk pada etiologi gangguan
elektrolit, penyebab utama terjadinya hipokalemia sehingga menyebabkan
potensial istirahat sel otot jantung memanjang. Hal ini menyebabkan suatu
gangguan pembentukan inpuls yang menyebabkan gangguan irama
jantung. Gangguan irama jantung disebabkan oleh penyakit diabetes
mellitus type II yang diderita oleh pasien.
Nyeri yang dirasakan pasien pada saat masuk IGD berskala 5/10
pada saat pengkajian nyeri pasien masih berskala 6/10 pada hari
selanjutnya skala nyeri pasien berkurang menjadi 4/10. Skala nyeri
berkurang dikarenakan pemberian analgetik ISDN 1 x 5 mg. Nyeri yang
dirasakan pasien bukan nyeri berat berskala 10/10 dikarenakan pasien
menderita DM tipe II. Menurut Ricobain (2011) penderita penyakit
jantung yang juga menderita DM tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes mellitus dapat mengganggu
neuroreseptor atau menumpulkan pengalaman nyeri.
Secara teoritis klasifikasi aritmia dibagi menjadi 2 yaitu abnormal
dari pembentukan impuls seperti sinus takikardi, sinus bradikardi, atrial
ekstra systole, Atrial takikardi, atrial flutterdan ventrikel fibrilasi. Selain
abnormal pembentukan impuls aritmia ada juga yang di sebakan hantaran
impuls seperti SA block, AV blok derajat I, AV block derajat II tipe 1, AV
block derajat II tipe 2, AV block derajat III, Right Bundle Branch
Blockdan Left Bundle Branch Block. Pada pengkajian didapatkan data
berupa hasil EKG yang menunjukkan bahwa Ny.A mengalami AV block
derajat III
Menurut (Sudarta,2013) Manifestasi klinis pada klien dengan
aritmia adalah kelemahan, pernafasan pendek/tersengal-sengal, sesak
nafas, nyeri dada, palpitasi, serta penurunan urine output. Tanda dan gejala
tersebut juga dialami pasien, pada pemeriksaan didapatkan adanya nyeri
dada, sesak nafas, pernafasan pendek tersengal-sengal, palpitasi,

104
kelemahan dan penurunan urine output yang menyebabkan edema
dependen (edema ekstremitas bawah)dan asites pada rongga perut.
Asites pada Ny.A terjadi karena perpindahan cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang interstisial yang disebabkan oleh penurunan
albumin serum dan peningkatan tekanan hidrostatik di sirkulasi portal
yang dapat menimbulkan asites. Konsentrasi albumin plasma menurun dan
produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium
serta air dan eksresi kalium. Peningkatan lingkar abdomen disertai dengan
hasil pemeriksaan fisik abdomen shifting dullness (+) menandakan adanya
asites yang mengindikasikan kebutuhan akan pemberian terapi diuretik
atau retriksi cairan (Gulanick dan Myers, 2011). Oleh karena itu,
pemantauan berat badan sangat penting dilakukan untuk melihat
keberhasilan dari terapi diuretik untuk pengeluaran cairan tubuh.
Secara teoritis menurut (Sudarta, 2013), pemeriksaan diagnostik
yang dapat dilakukan pada pasien Aritmiaadalah EKG, monitor Holter,
test stress latihan, laboratorium, pemeriksaan obat, pemeriksaan tiroid, laju
sedimentasi, GDA atau nadi oksimetri.
Pada pasien dilakukan perekaman EKG dan pemeriksaan
laboratorium, sedangkan pemeriksaan diagnostik lain tidak digunakan.
Pada pemeriksaan laboratorium pasien didapatkan hasil yaitu, hemoglobin
dan hematokrit mengalami penurunan yang mendukung penegakkan
diagnosa, sedangkan ureum dan kreatinin mengalami penurunan
menandakan adanya gangguan pada faal ginjal. Pada hasil perekaman
EKG ditemukan adanya irama teratur, frekuensi 46x/menit, gelombang P
positive di lead II dan negatif di aVR, gelombang P dan QRS berdiri
sendiri, interval berubah-ubah, gelombang QRS sempit..Untuk
pemeriksaan diagnostik yang lain tidak dilakukan, hal tersebut
dikarenakan pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan sudah cukup
memenuhi data yang dibutuhkan untuk pasien dengan Aritmia dengan AV
block derajat III.

105
Penatalaksanaan medis non farmakologi yang terdapat pada teoritis
adalah monitoring tanda-tandavital, tekhnik nafasdalam dan distraksi
nyeri, tirah baring, pendidikan kesehatan tentang obat yang boleh
dikerjakan pasien sertaresusitasi jantung jika diperlukan. Sedangkan untuk
penatalaksanaan medis untuk aritmia yang terdapat pada teoritis adalah
antiaritmia kelas 1 seperti sodium channel blocker, antiaritmia kelas 2
seperti beta adrenalgic blockade, antiaritmia kelas 3 seperti prolog
reolasationdan antiaritmia kelas 4 seperti calcium chenel blocker dan
untuk penatalaksanaan mekanis menurut teori di bagi menjadi cardioversi,
defribilasi, defribilator kardioverter implantable, terapi pacemaker,
temporary pacemaker Pada pasien terdapat kesesuaian penatalaksanaan
medis farmakologi dan non farmakologi yang di dapat dari pengkajian
yakni obat Pada pasien terdapat kesesuaian penatalaksanaan medis
farmakologi dan non farmakologi yang di dapat dari pengkajian yakni obat
digitalis meliputi obat anti aritmia seperti levosol pumv 5 mg/jam = 0,5
cc/jam, brilinta 2 x 1 tab, simvastatin 1 x 40 mg. Di ruang ICCU pasien
masih mendapatkan obat analgetik yaitu ISDN 1 x 5 mg
Ada beberapa jenis obat yang diberikan diluar kriteria terapi
farmakologi seperti levemir 1 x 12Ui untuk Obat jenis ini digunakan pada
penderita DM tipe II untuk mengendalikan kadar gula dalam atau glukosa
darah yang tinggi, sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium, pasien
memilki gula darah sewaktu diatas normal yakni 430 (nilai rujukan : 70-
120 mg/dl) ada pula drip KCL 50 meg/24 jam dan KSR 3 x 1 tab untuk
meningkatkan kalium pasien, sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium, pasien memiliki kadar kalium dibawah normal yakni 2,1 (
nilai rujukan : 3,4-8,3 mmoi/I)

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang
menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah

106
kesehatan yang perawat mempunyai lisensi dan kompeten untuk
mengatasinya (Potter dan Perry, 2005).
Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan Aritmia yaitu :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
2. Ketidakfektifan pola nafas berhubungan dengan dengan
hiperventilasi
3. Perfusi jaringan tidak efektifberhubungan dengan Penurunan
aliran Arteri dan Vena
4. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen

Dari hasil pengkajian pada Ny.A ditemukan diagnosa prioritas


berdasarkan manifestasi dan respon pasien, yaitu sebagai berikut :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


kontraktilitas
2. Ketidakfektifan pola nafas berhubungan dengan dengan
hiperventilasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
4. Hipervolemia berhubungan dengan berkurangnya curah jantung
akibat retensi cairan dan natrium oleh ginjal
5. Perfusi jaringan tidak efektifberhubungan dengan Penurunan
aliran Arteri dan Vena
6. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemi
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
Berdasarkan hal tersebut di atas ada dua diagnosa yang tidak
terdapat dalam teori namun ditemukan di lapangan. Hal ini terjadi karena

107
klinis individu berbeda satu sama lain dalam merespon suatu penyakit dan
juga tidak ditemukan adanya data yang sesuai dan spesifik sehingga
diagnosa yang didapatkan dalam teori tidak semuanya bisa diangkat
sebagai diagnosa yang akan dikaji.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini
ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Potter
dan Perry, 2005). Perencaan keperawatan yang penulis lakukan pada Ny.A
keseluruhan sama dengan perencanaan yang telah dibuat secara teori . Ada
beberapa intervensi yang tidak perlu dilakukan pada Ny.A
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan (Potter dan Perry, 2005).
Implementasi pada kasus ini dilakukan selama empat hari dimulai
dari tanggal 7 februari 2018 sampai 20 februari 2018 sesuai dengan
diagnosa yang telah ditegakkan dengan implementasi penurunan curah
jantung dilakukan selama empat hari, ketidakefektifan pola nafas selama
dua hari, nyeri akut selama tiga hari, Hipervolemia selama empat hari,
ketidaksetabilan kadar glukosa darah selama empat hari dan intoleransi
aktivitas selama tiga hari. Pada tahap implementasi ini ada beberapa
intervensi keperawatan yang tidak penulis lakukan.
Pada tanggal 8 februari 2018 pukul dilakukan pemasangan PCI
melalui tangan kiri pasien untuk mengatasi AV block 3rd degree yang di
alami pasien.
Pada diagnosa pertama dengan penurunan curah jantung terdapat
dua puluh dua item yang terdapat dalam intervensi, tetapi dalam
pelaksanaannya penulis hanya melakukan tiga belas item tindakan.Karena
Implementasi memonitor tekanan darah, nadi, pernafasan sebelum, selama,

108
dan sesudah beraktivitas tidak dilakukan karena pasien selama dirawat
dirumah sakit pasien dianjurkan untuk tirah baring.
Pada diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas terdapat dua
puluh enam item yang terdapat dalam intervensi, tetapi dalam
pelaksanaanya penulis hanya melakukan sepuluh item tindakan. Intervensi
membuka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, pemasangan
alat jalan jalan nafas buatan, pasang mayo tidak dilakukan karena tindakan
tersebut dilakukan pada tindakan gawat darurat dan tindakan ini juga tidak
efektif dilakukan di ruang perawatan khususnya ruang rawat inap, selain
itu juga pasien dalam keadaan compos mentis dan tidak mengalami
sumbatan pada jalan nafas. Intervensi keluarkan secret dengan batuk atau
suction tidak dilakukan karena pasien tidak ada sekret dan sputum yang
menyumbat pada jalan pernafasan.
Pada diagnosa ketiga yaitu Nyeri akutterdapat dua puluh tujuh item
yang terdapat dalam intervensi, tetapi dalam pelaksananya penulis hanya
melakukan dua belas item tindakan. Intervensi berikan analgetik tepat
waktu terutama pada saat nyeri hebat tidak dilakukan karena pada saat di
rumah sakit pasien tidak merasakan nyeri hebat lagi tetapi nyeri yang
dirasakan pasien sudah mulai berkurang ketika mendapatkan perawatan di
rumah sakit.
Pada diagnosa keempat yaitu Hipervolemia terdapat sebelas item
yang terdapat dalam intervensi, tetapi dalam pelaksanaanya penulis
melakukan sepuluh tindakan yang sama sesuai intervensi. Intervensi
memasang alat bantu kateter tidak dilakukan karena pasien sudah
terpasang kateter sejak masuk IGD.
Pada diagnosa kelima yaitu ketidakstabilan kadar gula darah
terdapat lima item dalam intervensi. Semua intervensi diimplementasikan
oleh penulis selama empat hari.
Pada diagnosa ke enam ada sembilan item yang terdapat dalam
intervensi, tetapi dalam pelaksanaannya penulis hanya melakukan empat
tindakan yang sama sesuai intervensi karena pasien tidak membutuhkan

109
heparin karena sudah di gantikan dengan berilinta 2x1 tab, serta tidak ada
gangguan dengan rasa panas, dingin, tajam dan tumpul pada pasien
Pada diagnosa keenam yaitu intoleransi aktivitas terdapat delapan
belas item yang terdapat dalam intervensi, tetapi dalam pelaksanaanya
penulis hanya melakukan sembilan item tindakan. Intervensi berkolaborasi
dengan tenaga rehabilitasi medis untuk merencanakan program terapi yang
tepat tidak dilakukan karena keterbatasan tenaga rehabilitasi di rumah
sakit. Intervensi membantu pasien dalam mendapatkan alat seperti kursi
roda dan kruk tidak dilakukan karena selama dirawat di rumah sakit pasien
banyak dianjurkan untuk tirah baring.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian untuk menetukan
apakah hasil dari tindakan yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan
(Potter dan Perry, 2005).
Pada implementasi hari pertama, evaluasi implementasi yang
dilakukan menggunakan metode respon hasil. Pada diagnosa penurunan
curah jantung, ketidakefektifan pola nafas, Nyeri akut, Hipervolemia,
ketidakstabilan kadar glukosa darah dan intoleransi aktivitas, respon hasil
yang didapatkan belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pada implementasi hari kedua, evaluasi implementasi yang
dilakukan menggunakan metode SOAP.Pada diagnosa penurunan curah
jantung tujuan dan kriteria hasil belum menunjukkan hasil yang maksimal
dan diharapkan.Karena respon pasien masih menunjukkan tanda-tanda
belum ada perbaikan dari tindakan yang telah diberikan.Pada diagnosa ini
pasien masih terlihat adanya asites, edema pada tungkai, distensi vena
jugularis, dan nyeri dada.Jadi, intervensi penurunan curah jantung masih
tetap dilanjutkan pada hari ketiga.Pada diagnosa ketidakefektifan pola
nafas tujuan dan kriteria hasil menunjukkan hasil yang maksimal dan
sesuai yang diharapkan. Pada diagnosa ini pasien tidak merasakan sesak,
frekuensi pernafasan 22 x/menit, irama regular, tidak ada retraksi otot
pernafasan, nasal kanul dengan aliran 3 liter/menit dilepaskan. Intervensi

110
ketidakefektifan pola nafas dihentikan. Diagnosa Nyeri akuttujuan dan
kriteria hasil sebagian menunjukkan hasil yang maksimal dan sesuai yang
diharapkan. Pada diagnosa ini pasien merasakan nyeri dada sebelah kiri
sudah mulai berkurang, masih tampak meringis saat bernafas, skala nyeri
3/10. Intervensi Nyeri akutmasih tetap dilanjutkan. Diagnosa
Hipervolemia tujuan dan kriteria hasil belum menunjukkan hasil yang
maksimal dan sesuai yang diharapkan.Pada diagnosa ini asites dan edema
pada tungkai kaki pasien masih ada dan masih besar, distensi vena
jugularis masih tinggi.Intervensi Hipervolemia dilanjutkan. Diagnosa
ketidakstabilan kadar glukosa darahtujuan dan kriteria hasil sebagian
menunjukkan hasil kadar glukosa dalam darah pasien masih tinggi dari
normal. Pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif tujuan dan criteria hasil
belum menunjukkan hasil yang maksimal. Pada diagnosa ini masih terjadi
edema di ekstremitas bawah sehingga mempengaruhi aliran darah ke
ekstremitas bawah intervensi perfusi perifer tidak efektif di lanjutkandan
Diagnosa intoleransi aktivitas tujuan dan kriteria hasil sebagian
menunjukkan hasil yang maksimal dan sesuai yang diharapkan.Pada
diagnosa ini pasien masih lemas, sudah mampu melakukan ROM pasif,
sudah mulai bisa melakukan aktivitas ringan (duduk diatas tempat
tidur).Intervensi intoleransi aktivitas masih tetap dilanjutkan.
Pada implementasi hari ketiga, evaluasi implementasi yang
dilakukan juga menggunakan metode SOAP.Pada diagnosa penurunan
curah jantung tujuan dan kriteria hasil sebagian menunjukkan hasil yang
maksimal dan sesuai yang diharapkan.Pada diagnosa ini nyeri sudah mulai
berkurang, edema dan asites masih ada dan mulai mengecil.Intervensi
penurunan curah jantung masih tetap dilanjutkan. Diagnosa Nyeri
akuttujuan dan kriteria hasil menunjukkan hasil yang maksimal dan sesuai
yang diharapkan. Pada diagnosa ini pasien merasakan nyeri dada sebelah
kiri sudah mulai berkurang, tidak meringis saat bernafas, skala nyeri 1/10.
Intervensi Nyeri akutdihentikan. Diagnosa Hipervolemia tujuan dan
kriteria hasil sebagia menunjukkan hasil yang maksimal dan sesuai yang

111
diharapkan.Pada diagnosa ini asites dan edema pada tungkai kaki pasien
masih ada dan mulai mengecil, distensi vena jugularis sudah mulai
menurun.Intervensi Hipervolemia dilanjutkan. Diagnosa ketidakstabilan
kadar glukosa darahtujuan dan kriteria hasil sebagian menunjukkan hasil
kadar glukosa dalam darah pasien masih tinggi dari normal. Pada diagnosa
perfusi perifer tidak efektif tujuan dan criteria hasil menujukkan perubahan
dari hari kedua, masih terdapat edema tapi sudah berkurang dari hari
kemarin intervensi perfusi perifer tidak efektif di lanjutkan dan Diagnosa
intoleransi aktivitas tujuan dan kriteria hasil menunjukkan hasil yang
maksimal dan sesuai yang diharapkan.Pada diagnosa ini pasien tidak
lemas, sudah mampu melakukan ROM aktif, sudah mulai bisa melakukan
aktivitas ringan (duduk diatas tempat tidur, duduk diatas kursi dan turun
dari tempat tidurnya).Intervensi intoleransi aktivitas dihentikan.
Pada implementasi hari keempat, evaluasi implementasi yang
dilakukan juga menggunakan metode SOAP.Pada diagnosa penurunan
curah jantung Pada diagnosa penurunan curah jantung tujuan dan kriteria
hasil menunjukkan hasil yang maksimal dan sesuai yang diharapkan.Pada
diagnosa ini nyeri sudah mulai berkurang, edema dan asites masih ada dan
mulai mengecil.Intervensi penurunan curah jantung dihentikan (pasien
pulang).Diagnosa Hipervolemia tujuan dan kriteria hasil menunjukkan
hasil yang maksimal dan sesuai yang diharapkan.Pada diagnosa ini asites
dan edema pada tungkai kaki pasien masih ada dan mulai mengecil,
distensi vena jugularis sudah mulai menurun dan sudah stabil.Intervensi
Hipervolemia dihentikan.Diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah
tujuan dan kriteria hasil sebagian menunjukkan hasil kadar glukosa dalam
darah pasien masih tinggi namun lebih baik dari hasil pemeriksaan GDS di
hari ke tiga.Intervensi ketidakstabilan kadar glukosa darah dihentikan
menunjukkan hasil kadar glukosa dalam darah pasien masih tinggi dari
normal. Pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif tujuan dan criteria hasil
menujukkan perubahan dari hari kedua, masih terdapat edema tapi sudah

112
berkurang dari hari kemarin intervensi perfusi perifer tidak efektif di
dihentikan (pasien pulang)

113
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan study kasus asuhan keperawatan pada Ny.A dengan
Aritmia yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Perbandingan antara pengkajian dalam teori dan kasus dapat
disimpulkan bahwa pengkajian keperawatan yang timbul pada pasien
Aritmia dalam teori tidak selamanya sama dengan yang ditemukan
pada Ny.A dengan kasus Aritmia di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang terdapat dalam teori akan sama dengan kasus tetapi
bisa juga terdapat diagnosa tambahan di karena tambahan manifestasi
klinis yang di alami pasien
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada kasus Ny.A dibuat berdasarkan
teori yang ada.Namun penulis hanya menyesuaikan perencaan yang
ada di kasus berdasarkan masalah keperawatan yang timbul.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada kasus dilakukan selama 4 hari.Secara umum
tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang
sudah dibuat.Namun pada beberapa diagnosa penulis melakukan
pengurangan intervensi berdasarkan respon pasien.Selain itu, tahap
pelaksanaan ini juga sangat dipengaruhi peran keluarga dan pasien itu
sendiri.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Dari enam diagnosa keperawatan yang

114
muncul yang teratasi secara keseluruhan hanya empat diagnosa, dan
dua diagnosa lagi teratasi sebagian. Berdasarkan hal tersebut penulis
menganalisa bahwa tidak semua masalah keperawatan pada pasien
dengan Aritmia dapat segera diatasi karena memerlukan waktu rawat
yang lama dan terapi yang teratur.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang
diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Pelayananan Kesehatan
Rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
terhadap klien dengan memberikan asuhan keperawatan yang
menggunakan tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian
sampai tahap evaluasi secara berkelanjutan dan
berkesinambungan.Rumah sakit diharapkan dapat mengawasi dan
memberikan motivasi pada perawat-perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan yan baik pada pasien dengann Aritmia.Rumah sakit
sebaiknya menyediakan atau memberikan peningkatan pendidikan
kesehatan kepada pasien melalui keluarga terlebih pendidikan
kesehatan tentang Aritmia.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan dapat menambah dan melengkapi buku-buku
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Aritmia untuk dapat
menunjang penyusunan karya tulis ilmiah.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk dapat menerapkan ilmu mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan Aritmia dan mempersiapkan
diri dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara
langsung dalam prakteknya.

Lampiran

EKG tanggal 8 Februari 2018

115
Gambar 1 EKG post PCI

 Kesan : HR : 62 x/m, PR : 140 ms QRS : 152 ms gelombang R yang


tinggi dan lebar pada lead lateral (V5,V6, I daan aVL) yang disertai
notching atau membentuk huruf M
 Kesimpulan : Left Bundle Branch Block
EKG tanggal 9 Februari 2018

EKG tanggal 10 februari 2018

116
Gambar 2 auskultasi bunyi jantung Ny.A

117
Gambar 3 pengukuran JPV Ny,A

Gambar 4 kolaborasi dengan ahli Gizi

118
119
120

You might also like