Professional Documents
Culture Documents
Known by,
Responsilbility Lecturer
2. Thyocyanate Test
No Activity Result
1. 5 mL of saliva + 5 drops FeCl3 0.1 M Clear solution
2. + 1 drop HCl Orange
3. + 5 drops HgCl2 1 %
1. 5 mL of H2O + 5 drops FeCl3 0.1 M Colorless solution
2. + 1 drop HCl Colorless solution
3. + 5 drops HgCl2 1 % Colorless solution
starch solution 1 % →
Colorless
Heated with 38oC temperature of
Purple
4. water →
Colorless
React with 3 drops I2 0.01 M
10 mL buffer solution (pH 9) →
Colorless
added 2 mL NaCl 0.1 M + 5 mL
Colorless
starch solution 1 % →
Heated with 38oC temperature of
Purple
water →
React with 3 drops I2 0.01 M
After 60 s Orange
After 90 s Orange
After 120 s Orange
After 150 s Orange
After 180 s Orange
After 210 s Orange
After 240 s Orange
Ib + benedict -
IIb + benedict -
IIIIb + benedict -
IVb + benedict -
Tube Va + I2 Purple
Vb + benedict -
VIb + benedict -
Purple
Tube VIIa + I2 -
VIIb + benedict
5 minutes (third)
Tube I + 2 drops saliva + 2 drops I2 Purple
G. DISCUSSION
1. Tes Musin
Pada percobaan ini ingin diketahui kandungan musin yang terdapat dalam
saliva. Musin sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis yang merupakan
hasil dari sekresi mucus. Dan befungsi untuk membasahi makanan dan sebaagai
pelumas yang memudahkan untuk menelan makanan. Musin merupakan
kompleks dari karbohidrat atau protein dan sering disebut glikoprotein.
Pada percobaan ini saliva direaksikan dengan asam asetat dan
menghasilkan endapan putih. Penambahan asam asetat berfungsi untuk
mengendapkan musin yang terdapat dalam saliva dan CH 3COOH dapat mengubah
struktur dariprotein pada saliva, sehingga terjadi denaturasi yang menyebabkan
pengggumpalan protein. Kemudian dilakukan pemisahan endapan yang terbentuk
dengan larutan, lalu dilakukan proses penyaringan dan filtrat dibagi menjadi 2
bagianuntuk dilakukan pengujian benedict dan molish. Fungsi dari uji benedict
adalah untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam saliva sedangkan untuk uji
molish untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam saliva. Pada uji
benedict menghasilkan larutan berwarna biru yang berarti saliva tidak
mengandung gula pereduksi. Pada uji molish menghasilkan larutan yang tidak
berwarna, ini berarti saliva tidak mengandung karbohidrat. Sdangkan pada uji
millons menghasilkan larutan yang juga tidak berwarna sehingga saliva
dinyatakan negative mengandung protein. Adapun reaksinya :
- Uji benedict
- Uji molish
- Uji Millon
2. Tes tiosianat
Pada percobaan ini dilakukan pengujian terhadap ion SCN - yang terdapat
dalam saliva sebagai hasil dari pemecahan protein dengan senyawa belerang
dalam hati. Pengujian dilakukan dengan mereaksikan saliva dengan FeCl2 dan
HCl pekat sebagai katalis yang dapat mempercepat terjadinya reaksi. Reaksinya:
2SCN- + FeCl2 → Fe (SCN)2 + 2Cl-
b. Ion PO43-
Filtrat yang direaksikan dengan HNO3(e) yang berfungsi sebagai katalis,
kemudian ditambahkan ammonium molibdat yang berfungsi sebagai bahan utama
yang membentuk asam molibdat. Dari hasil penambahan diperoleh larutan kuning
yang menandakan bahwa dalam saliva tidak mengandung ion PO43-. Adapun
reaksinya:
2H3PO4 + (NH4)2 Mo7O24 → (NH4)6 (PO4)2MoO21 + 3H2O
c. Ion SO42-
Filtrat yang direaksikan dengan HNO3 (e) dan larutan BaCl2 yang berfungsi
untuk mengikat ion SO42- membentuk endapan putih yang merupakan endapan
BaSO4. Menurut teori, SO42- yang terdapat dalam saliva sangat sedikit sehingga
jika diendapkan memungkinkan tidak terjadinya endapan. Kemungkinan besar hal
inilah yang menyebakan pada hasil percobaan tidak ada endapan yang diperoleh
melainkan hanya larutan bening yang menandakan saliva tidak mengandung ion
SO42-. Reaksinya:
SO42- + BaCl2 HNO3 BaSO4 ↓ + 2Cl-
d. Ion Ca2+
Filtrat direaksikan dengan ammonium oksalat yang berfungsi untuk
mengikat Ca2+ yang membentuk endapan putih. Namun, pada percobaan tidak
diperoleh endapan putih melainkan larutan tak berwarna, yang berarti bahwa pada
saliva tidak terdapat ion Ca2+ dan tidak sesuai dengan teori uang reaksinya adalah
Ca2+ + (NH4)C2O4 → Ca C2O4 ↓ + 2NH4+
4. Tes Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Ptialin
Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap
aktivitas ptialin. Ptialin merupakan hasil dari sekresi serus yang berfungsi untuk
memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Saliva juga
mempunyai suhu optimal dimana dia bisa bereaksi dengan baik. Sebelum
diperoleh suhu optimal, kerja enzim meningkat dan setelah diperoleh suhu
optimal kerja enzim pada saliva menurun. Kenaikan energi kinetika molekul-
molekul yang bereaksi. Akan tetapi bila temperatur dinaikkan terus-menerus maka
energi kinetika molekul enzim menjadi besar, sehingga melampaui penghalang
energi untuk memecahkan ikatan-ikatan yang mempertahankan enzim dalam
saliva.
Pada percobaan ini larutan pati direaksikan dengan saliva encer dan
larutan iod sehingga diperoleh larutan berwarna ungu pekat. Penambahan iod
berfungsi untuk mengikat pati yang akan membentuk larutan biru. Berdasarkan
dari hasil pengamatan perlakuan pada ke-4 tabung yang berbeda-beda, pertama
didinginkan, kedua pada suhu kamar, ketiga dipanaskan pada suhu 38 0 C, dan
keempat ditambahkan saliva encer yang telah dipanaskan. Dari keempat tabung,
pada tabung ketiga warna coklat kehitaman lebih cepat hilang, ini terbukti pada
suhu 380 C karena suhu tersebut merupakan suhu optimum kerja enzim.
5. Tes Estimasi Ptialin
Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk
pemecahan pati. Pada percobaan ini larutan pati direaksikan dengan larutan NaCl
dan salliva, kemudian dipanaskan pada penangas air pada suhu 38oC. Fungsi
penambahan NaCl sebagai penghambat agar pati tidak terhidrolisis. Dari hasil
pengamatan maka diketahui bahwa pada tabung nomor 7 yang lebih bening, dari
pengamatan sangat tampak pengaruh NaCl yang bertindak sebagai inhibitor
(penghambat) terjadinya pemecahan pati meskipun ditempatkan pada suhu yang
optimum enzim ptialin aktif bekerja.
6. Tes Penentuan pH yang Cocok Untuk Kerja Saliva
Pada percobaan ini digunakan larutan buffer yang direaksikan dengan
larutan pati,saliva, NaCl dan CH3COOH. Larutan buffer dengan pH yang berbeda
ditambahkan dengan pati dan NaCl kemudian dipanaskan pada suhu 38 oC setelah
penambahan saliva encer, pada buffer dengan pH 7 dan 9 ditambahkan
CH3COOH dan menghasilkan warna bening. Fungsi dari CH 3COOH adalah
mengubah struktur protein pada saliva sehingga terjadi denaturasi yang
menyebabkan penggumpalan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka
diperoleh larutan yang lebih cepat bereaksi dengan iod, setelah penambahan iod
adalah larutan buffer dengan pH 7 yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna pada larutan menjadi warna kuning. Hal ini telah sesuai dengan teori,
dimana pH optimum saliva adalah 5,75-7,05. Fungsi dari penambahan asam
adalah untuk menginaktifkan enzim.
7. Efek Senyawa yang Menghambat / Menghancurkan Aktivitas Bakteri pada
Amilase Saliva
Pada percobaan ini dilakukan pengujian terhadap beberapa senyawa yang
dapat menghambat / menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva. Saliva
yang telah diencerkan ditambahkan toluen, kloroform, HgCl 1%, fenol 2%, NaF,
dan H2O yang masing-masing menghasilkan larutan bening. Setelah itu, masing-
masing isi tabung dibagi 2 dan diuji dengan pereaksi benedict dan Iod. Pada
toluen, kloroform, fenol 2%, NaF, dan H2O setelah direeaksikan dengan benedict
diperoleh larutan berwarna biru dan bagian yang lain setelah direaksikan dengan
iod menghasilkan larutan yang berwarna coklat. Sedangkan pada HgCl2 setelah
direaksikan dengan pereaksi benedict menghasilkan warna biru dan direaksikan
dengan iod menghasilkan larutan berwarna biru tua (keruh). Hal ini menandakan
bahwa telah terjadi penghambatan aktivitas bakteri terhadap amilase saliva.
H. CONVLUSION
Based on the experiment, we can conclude :
1. Saliva contains musin but just a little.
2. Based on the thiocyanate test, saliva isn’t contains thiosianat.
3. Saliva contains inorganic compounds such as Cl -, PO43-, SO42- and Ca2+ but in
this experiment just Cl- that positivily contained by saliva.
4. Activities Ptialin will work properly in room temperature and the maximum
temperature 38oC.
5. Estimation ptyalin that for all tube produce brown solution which is more
amylum have been hydrolysis within interval 30 seconds for all the tubes.
Based on the experiment for all tube produce blue solution which is there is
amylum not yet hydrolysis in all tubes
6. Ptialin Saliva contains enzymes that work optimally at pH 7
7. Phenol, HgCl2, NaF can inhibit the action of enzyme for only bacterial activity
is inhibited when reacted with the acid solution, the solution is corrosive, and
antibacterial agents.
BIBLIOGRAPHY
Fabian, Tibor Kroly_et all. 2012. Salivary Defense Ptoteins: Their Network and
Role in Innate and Acquired Oral Immunity. International Journal of
Molecular Science. Vol 2012, No 13.
Murray. Robert K._et all. 2003. Haper’s Illustrated Biochemistry, Twenty Sixth
Edition. America : Mc Graw Hill.
Rahim, Mohd Aizat Abdul_et all. 2015. Can Saliva Protein Be Used to Predict the
Onset of Acute Myocardial Infarction Among High-Risk Patients.
International Jornal of Medical Science. Vol 12, No 4.