You are on page 1of 6

d. Klasifikasi pasien tuberkulosis menurut status HIV .

Pasien tuberkulosis dengan


hasil HIV positif (pasien infeksi simultan TB/HIV) merupakan pasien
tuberkulosis dengan:
1) Hasil sebelumnya tes HIV yang positif atau sedag menerima ART b. Hasil tes
HIV positif saat didiagnosa tuberkulosis.
2) Pasien tuberkulosis dengn hasil HIV negatif : merupakan pasien tuberkulosis
dengan :
a) Hasil tes HIV sebelumnya negatif
b) Hasil tes HIV negatif ketika didiagnosis tuberkulosis. Jika pada saat
diperiksa yang selanjutnya terlihat hasil tes HIV yaitu positif, pasien
wajib menyesuaikan lagi kelompooknya menjadi pasien tuberkulosis
dengan HIV yang positif.
3) Pasien tuberkulosis dengan status HIV yang tidak diketahuui : merupakan
pasien tuberkulosis tidak terdapat bukti penunjang pada hasil tes HIV waktu
diagnosa TB ditetapkan.
4. Patofisiologi
Ketika sesorang bernafas dan berhasil menghirup Mycobacterium Tuberculosis
selanjutnya bakteri tersebut sampai ke alveoli melalui mukosiliar saluran pernafasan.
Kemudian terjadilah focus ghon yaitu bakteri tersebut mengalami multiplikasi ketika
berada didalam paru-paru dengan melewati kelenjar limfe basil sehingga bisa sampai
pada kelenjar limfe halus.setelah proses tersebut terbentuklah kompleks primer yang
menyebabkan basil mampu menyebar masuk ke pembuluh darah dan disalurkan ke
seluruh tubuh (Fitriani, 2020).
Setelah inhalasi, bakteri ekstraseluler dan intraseluler mengalami pertumbuhan
ditingkat atas paru-paru yang memiliki ventilasi baik, terutama di daerah makrofak
alveolar. Pada 3 sampai 4 minggu pasca infeksi, individu yang sehat atau tidak
memiliki kekebalan mengembangkan kekebalan sel T, yang menyebabkan penurunan
pertumbuhan bakteri intraseluler. Bakteri tetap dapat bertahan hidup intraseluler,
awalnya tanpa menimbulkan gejala klinis. Dalam perjalanan mekanisme 10
pertahanan kekebalan granuloma tuberculosis muncul, biasanya dengan kaseasi
sentral. Khusus pada anak dan individu dengan imunosupresi manifestasi klinis dapat
Tabel 1
Pengelompokan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Golongan Obat Jenis Obat Obat
Golongan-1 Obat Lini Pertama • Ethambutol (E)
• Isoniazid (H)
• Rifampisin (R)
• Pirazinamid (Z)
• Streptomisin (S)
Golongan-2 Obat Suntik / • Amikasin(Am)
Suntikan lini kedua • Kanamisin (Km)
• Kapreomisin (Cm)
Golongan-3 Golongan • Amikasin(Am)
Floroquinolone • Kanamisin (Km)
• Kapreomisin (Cm
• Ofofloksasin (Ofx)
•Levofloksasin( Lfx)
Golongan-4 Obat bakteriostatik • Etionamid (Eto)
lini kedua • Sikloserin (Cs)
• Tetrizidon (Trd)
• Protionamid (Pto)
•Para Amino
Salisilat (PAS)
Golongan-5 Obat yang belum •Imipenem(Ipm)
terbukti efikasinya •Klaritomisin(Clr)
dan tidak • Linezolid (Lzd)
direkomendasikan •Clofamizin(Cfz)
oleh WHO •Amoksilin
Asam
•Klavulanat(Amx/clz)
a. Panduan Pengobatan Tuberkulosis
Tabel 2
Daftar Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama.
Jenis Sifat Efek samping
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati, kejang, psikosis toksik,
gangguan fungsi hati.
Rifampicin Bakterisidal Flu, anemia hemolitik, gangguan
(R) gastrointestinal,
demam, urine berwarna
merah, gangguan fungsi hati, sesak
nafas, trombositopeni, skin rash.
Pirazinamid Bakterisidal Gout arthiritis , gangguan
(Z) Gastrointestinal, gangguan fungsi
hati
Streptomisin Bakterisidal Nyeri pada tempat suntikan,
(S) gangguan pendengaran, gangguan
keseimbangan,
trombositopeni, renjatan anafilaktik,
agranulositosis, anemia.
Etambutol Bakteriostatik Gangguan penglihatan dan buta
(E) warna, neuritis perifer.
Ada beberapa kategori paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) golongan Lini
Pertama, diantaranya : (Kemenkes RI, 2020)
1) Kategori I (2 HZRE / 4 H3R3)
a) Pasien baru TB paru BTA positif
b) Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil foto toraks positif
c) Pasien TB ekstra paru
d) Tahap intensif/permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan, antara lain:
i. INH (H) : 300 mg - 1 tablet
ii. Rifampisin(R) : 450 mg - 1 kaplet
iii. Pirazinamid (Z) : 1500 mg - 3 tablet @ 500 mg
iv. Etambutol (E) : 750 mg – tablet @ 250 mg
Obat-obatan tersebut diminum setiap hari sebanyak 56 kali secara
intensif.
e) Tahap lanjutan diberikan obat 3 kali seminggu selama 4 bulan, antara lain:
i. INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
ii. Rifampisin(R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat-obatan tersebut diminum 3 kali dalam seminggu sebanyak 48 kali.
Berikut dibawah ini penjelasan dosis obat anti tuberkulosis kategori I yang
dilihat pada tabel 3 dan 4. (Kemenkes RI, 2020)
Tabel 3
Paduan untuk dosis Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap
Berat Tahap Intensif setiap hari selama 56 Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama
Badan hari RHZE (150/75/400/275) 16 minggu RHZE (150/75/400/275)

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT


38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT

≥71 k 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT


Tabel 4
Dosis untuk paduan Obat Anti Tuberkulosi (OAT) Kategori I.

Dosis per hari/ kali


Tablet Tablet
Tahap Lama Tablet Kaplet Pirazinami Etambuto Jumlah hari /
Pengo- pengobat- Isoniazid @ Rifampisin d @ 500 l @ 250 kali menelan
batan an 500 mg @ 450 mg mg mg obat

ntensif  2 bulan  1  1 3  3 56
Lanjut-
an  4 bulan  2  1  -  -  48
2) Kategori II (2 HRZES / HRZE / 5 H3R3E3)
Merupakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pasien BTA positif yang
pernah diobati sebelumnya:
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal
c) Pasien dengan pengobatan kembali setelah putus berobat
Berikut dibawah ini penjelasan panduan dosis obat anti tuberkulosis
kategori II dilihat pada tabel 5 dan 6. (Kemenkes RI, 2020)
Tabel 5
Paduan Dosis Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) Kategori II .
Tahap Intensif Setiap hari Tahap Intensif Setiap hari
Berat selama 56 hari RHZE selama 56 hari RHZE
Badan (150/75/400/275)+S (150/75/400/275)+S

Selama 28
Selama 56 hari hari

2 Tablet 4 KDKT
20-37 + 500 mg 2 Tablet 2 Tablet 2 KDKT + 2 Tablet
kg Streptomisin in 4KDKT Etambutol

3 Tablet 4 KDKT
38-54 + 750mg 3 Tablet 3 Tablet 2 KDKT + 3 Tablet
kg Streptomisin inj 4KDKT Etambutol

+Streptomisis inj tablet Etambutol


F. Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil suatu penelitian pada
hakikatnya adalah suatu jawaban atas pernyataan penelitian yang telah dirumuskan. Jadi
hipotesis penelitian, patokan, dugaan atau dalil sementara, yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian,
maka hipotesis ini dapat benar atau salah dapat diterima atau di tolak, (Notoatmodjo,
2012). Hiptesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Ho: Tidak ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Antii
TB (OAT) pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Serai.
2. Ha: Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Antii TB
(OAT) pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Serai.

You might also like