You are on page 1of 65

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ,

RECITE AND REVIEW) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK DI SMAN 3
EMPAT LAWANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Untuk Diseminarkan Dalam Ilmu


Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh

LESTARI HANDAYANI
NPM: 1711050062

Program Studi : Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
1443 H/ 2021 M
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ,
RECITE AND REVIEW) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK DI SMAN 3
EMPAT LAWANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Untuk Diseminarkan Dalam Ilmu


Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh

LESTARI HANDAYANI
NPM: 1711050062

Program Studi : Pendidikan Matematika

Dosen Pembimbing

Pembimbing I : Dr. Achi Rinaldi, M.Si


Pembimbing II : Netriwati, M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
1443 H/ 2021 M

ii
ABSTRAK

Kemampuan pemecahan masalah adalah alat/metode untuk menemukan jalan keluar


dari suatu masalah dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang ada untuk
menjawab masalah berikutnya, tetapi sebenarnya masih banyak siswa yang belum dapat
menyelesaikan suatu masalah matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di SMAN 3 Empat
Lawang. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Empat Lawang. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan metode quasi experimental design,
dengan bentuk desain post-test only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMAN 3 Empat Lawang. Sampel diambil menggunakan teknik
cluster random sampling. Setelah pengambilan sampel, yang terpilih menjadi kelas
eksperimen I adalah X MIPA 1 dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R, kelas
eksperimen 2 X MIPA 5 menggunakan model pembelajaran SQ3R berbantuan LKPD
dan kelas kontrol kelas X MIPA 3 dengan menggunakan model pembelajaran
langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik di SMAN 3 Empat Lawang.

Kata Kunci : Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,


Review), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lestari Handayani


NPM : 1711050062
Jurusan/Prodi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R


(Survey, Question, Read, Recite, Review) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Peserta Didik di SMAN 3 Empat Lawang” adalah benar-benar merupakan
hasil karya penyusun sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran dari karya orang lain
kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam footnote atau daftar pustaka.
Apabila di lain waktu terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung
jawab sepenuhnya ada pada penyusun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, Februari 2022

Letari Handayani
1711050062

iv
PENGESAHAN

v
MOTTO

َ ‫ر لَّ ُكمۡ ۖ َوع‬ٞ ‫وا َش ٗۡ‍ٔيا َوهُ َو خ َۡي‬


‫ ٰ ٓى َأن‬B‫َس‬ ْ ُ‫ه لَّ ُكمۡ ۖ َو َع َس ٰ ٓى َأن ت َۡك َره‬ٞ ‫ب َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱلقِتَا ُل َوهُ َو ُك ۡر‬ َ ِ‫ُكت‬
‫َأ‬ ‫هَّلل‬ ۚ َّ ٗ
٢١٦ َ‫ ّر ل ُكمۡ َوٱ ُ يَ ۡعلَ ُم َو نتُمۡ اَل ت َۡعلَ ُمون‬ٞ ‫تُ ِحبُّوا َشۡ‍ٔيا َوهُ َو َش‬ ْ
Artinya : “diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu.
Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S Al-Baqarah : 216).

PERSEMBAHAN

vi
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kepada-Mu Ya Allah atas karunia, hidayah
dan kelancaran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Peenulis
mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Eflan
Suheri dan Ibunda Siti Patima yang selaku memberikanku kasih sayang, pengorbanan,
nasihat, support, do’a yang tiada henti untuk kesuksesanku. Do’a yang tulus penulis
persembahkan atas jasa beliau yang telah membesarkan serta mendidikku sehingga
penulis menyelesaikan S1 di UIN Raden Intan Lampung.

RIWAYAT HIDUP

vii
Lestari Handayani, dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1999 di Desa Talang Baru
Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
Lestari yang kerap dipanggil tari adalah anak ketiga dari lima bersaudara, yang lahir
dari pasangan bapak Eflan Suheri dan ibu Siti Patima. Penulis menempuh pendidikan
pertama di Sekolah Dasar (SD) di SDN 16 Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang
Provinsi Sumatera Selatan yang dimulai pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun
2012. Pada tahun 2012 sampai 2014, penulis melanjutkan studi belajar Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri Muara Pinang. Setelah itu penulis melanjutkan
pendidikan jenjang selanjutnya, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) N 1 Muara
Pinang yang sekarang telah berganti nama menjadi SMAN 3 Empat Lawang pada tahun
2014 sampai 2017.
Pada tahun 2017 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden intan Lampung di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan
Matematika sampai tahun 2021. Pada bulan Juli sampai Agustus 2020 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Talang Baru Kecamatan Muara
Pinang Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Pada Oktober sampai
november 2020 penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN
Negeri 10 Bandar Lampung.

KATA PENGANTAR

viii
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat, hidayah-Nya dan mempermudah semua urusan penulis. Shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat ridhonya akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung..
3. Bapak Dr. Achi Rinaldi, M.Si selaku Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Hj. Netriwati, M.Pd yang telah tulus dan ikhlas membimbing, meluangkan
waktunya dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penelitian skripsi ini.
Jasa yang akan selalu terpatri di hati penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya untuk
Pendidikan Matematika yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
6. Bapak Jabar, S.Pd., M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 3 Empat Lawang yang
memberikan kesempatan dan pengalaman melakukan penelitian.
7. Bapak Muhamad Jauhari Jismat, S.Pd selaku guru Matematika di SMAN 3 Empat
Lawang yang membimbing dan memberikan bantuan pemikiran kepada penulis
selama mengadakan penelitian.
8. Sahabat-sahabatku tercinta Artus Andri Liswati, Era Refiana, Eva Nurviana dan
Shely Hani Eka Syafitri (Selae Olay) serta Diyah Norma nita. Terimakasih atas
semangat, canda dan tawa yang selalu diberikan dalam perjalanan mendapatkan
gelar S.Pd.
9. Teman-teman seperjuangan kelas F dan angkatan 17 di Jurusan Pendidikan
Matematika, terimakasih atas kebersamaan dan semangat yang telah diberikan.
10. Teman-teman KKN dan PPL, terimakasih telah memberikan do’a dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Almamater UIN Raden Intan Lampung tercinta.

Semoga semua kebaikan baik itu bantuan, bimbingan dan kontribusi yang diberikan
kepada penulis dibalas oleh Allah SWT serta mendapatkan Ridho dan menjadi catatan
amal ibadah dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin. Penulis menyadari penelitian
skripsi ini masih banyak kekurangan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, 2021


Penulis,

ix
Lestari Handayani
1711050062

DAFTAR ISI

x
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul.....................................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah........................................................................................2
C. Identifikasi Masalah.............................................................................................3
D. Batasan Masalah....................................................................................................3
E. Rumusan Masalah.................................................................................................4
F. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
G. Manfaat Penelitian.................................................................................................4
H. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan............................................................4
I. Sistematika Penulisan............................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A. Teori yang digunakan............................................................................................7
1. Model Pembelajaran........................................................................................7
2. Pengertian Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read,
Recite and Review)..........................................................................................7
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question,
Read, Recite and Review)................................................................................8
4. Manfaat Model Pembelajaran SQ3R (Survey,Question, Read,Recite
and Review).....................................................................................................9
5. Kelebihan Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read,
Recite and Review)..........................................................................................9
6. Kelemahan Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite
and Review).....................................................................................................9
7. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)............................................................10
8. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis...............................................11
a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis...............................................................................................11
b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis...............................................................................................12
c. Kelebihan dan Kelemahan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis...............................................................................................13
B. Kerangka Berpikir...............................................................................................15
C. Hipotesis..............................................................................................................16

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................................16
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian..........................................................................16
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data................................................17
D. Definisi Operasional Variabel..............................................................................19
E. Instrumen Penelitian............................................................................................20
F. Analisi Data Instrumen........................................................................................22
G. Uji Prasarat Analisis............................................................................................25
H. Uji Hipotesis........................................................................................................26
I. Uji Lanjut............................................................................................................28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

xi
A. Analisis Data Hasil Uji Coba...............................................................................30
1. Analisi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis......................................................................................30
a. Uji validitas............................................................................................30
b. Uji tingkat kesukaran..............................................................................32
c. Uji daya beda..........................................................................................33
d. Uji reliabilitas.........................................................................................33
2. Kesimpulan Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis.......................................................................................34
B. Analisis Data Hasil Penelitian.............................................................................34
1. Data Amatan.................................................................................................34
a. Deskripsi data amatan kemampuan pemecahan masalah matematis.......34
2. Hasil Uji Prasyarat........................................................................................35
a. Uji normalitas.........................................................................................35
b. Uji homogenitas......................................................................................36
3. Hasil Uji Hipotesis Anova Satu Jalur............................................................36
C. Pembahasan.........................................................................................................36

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................45
B. Rekomendasi.......................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

xii
Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Harian Tes Kemampuan Matematis Peserta Didik Kelas
X SMAN 3 Empat Lawang....................................................................................2
Tabel 1.2 Sistematika Penulisan...................................................................................6
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian........................................................................................16
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian.................................................................................17
Tabel 3.3 Design Factorial........................................................................................17
Tabel 3.4 Data Sampel Penelitian..............................................................................19
Tabel 3.5 Pedoman Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis..............21
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran Soal..................................................................23
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda..........................................................................24
Tabel 3.8 Ringkasan Anova Satu Arah......................................................................28
Tabel 4.1 Validasi Soal Kemampuan Pemcahan Masalah Matematis........................30
Tabel 4.2 Uji Validasi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis..........30
Tabel 4.3 Uji Tingkat Kesukaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.......31
Tabel 4.4 Uji Daya Beda Soal Tes Kemampuan Pemcahan Masalah Matematis.......32
Tabel 4.5 Kesimpulan Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis..............................................................................................33
Tabel 4.6 Deskripsi Data Amatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.......34
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis..............................................................................................35
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis............................................................................................................35
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Anova Satu Jalur........................................................36
Tabel 4.10 Uji Lanjut Scheffe.....................................................................................36

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir..................................................................................14

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul.
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami penulisan
proposal ini, maka akan secara singkat dapat diuraikan beberapa kata yang terkait
dengan maksud dari judul proposal ini. Judul proposal ini adalah: Pengaruh Model
pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Peserta Didik di SMAN 3 Empat Lawang.
1. Pembelajaran SQ3R
Model pembelajaran SQ3R ini suatu model pembelajaran yang
dirancang guna untuk membantu siswa memahami materi pelajaran dengan
tahapan tahapan Survey Question Read Recite, dan Review. Model
pembelajaran SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas
Ohio Amerika Serikat.1Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pembelajaran
SQ3R penulis mengambil judul tersebut berguna untuk membantu peserta
didik dalam memahami materi pembelajaran terkhusus pembelajaran
matematika, sesuai dengan definisi dan fungsinya penulis mengambil model
pembelajaran ini karna dapat membantu siswa menjadi aktif terarah,
Dijelaskan dalam SQ3R dalam melakukan aktivitas survey, membantu dan
mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh
struktur teks, Question : Memberi petunjuk atau contoh kepada para siswa
untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, Read : Siswa membaca
secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
telah tersusun, Recite : Menyebut lagi jawaban-jawaban atas pertanyan-
pertanyan yang telah tersusun. Pada langkah teakhir (review) siswa untuk
meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. Oleh karna itu
penulis gunakan untuk melakukan penelitian sebagai pembelajaran yang
mudah serta terarah. Maka dari itu penulis mengambil judul penelitian
mengenai Pengaruh Model pembelajaran SQ3R terhadap Tingkat Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik di SMAN 3 Empat Lawang

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Pemecahan masalah dapat diartikan dengan menggunakan interpretasi
umum, yaitu pemecahan masalah sebagai tujuan, pemecahan masalah sebagai
proses, dan pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar. Pemecahan
masalah sebagai tujuan menyangkut alasan mengapa matematika itu
diajarkan.Dalam interpretasi ini, pemecahan masalah bebas dari soal, prosedur,
metode atau isi khusus.2 penjelasan diatas menjelaskan bahwa Pemecahan
masalah sebagai proses pembelajaran, maksud dan tujuan penulismengambil
permasalahan mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis karna
sebelumnya terdapat permasalahan dalam kurangnya ketidak mampuan dalam
meyelesaikan masalah matematis disekolah sehingga penulis mengambil judul

1
Hendriana and Sumarmo, Penilaian Pembelajaran Matematika (Bandung: Reflika Aditama,
2016)
2
Zainiyah, Umi, “Literasi Matematika: Bagaimana Jika Ditinjau Dari Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa SD Kelas Tinggi?”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol. 4, no. 1 (2018),
p. 5–14

1
2

tersebut guna mengurangi atau pemecahan permasalahan matematis maka dari


itu penulis mengambil judul Pengaruh Model pembelajaran SQ3R Terhadap
tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik di SMAN
3 Empat Lawang.

B. Latar Belakang Masalah


Pemecahan masalah menurut Mayer adalah suatu proses beberapa langkah
dengan suatu pemecah masalah itu harus menemukan saling menemukan
hubungan antara pengalaman masa lalu dengan masalah yang sedang dihadapi dan
kemudian bertindak untuk menyelesaikannya. 3 Kemampuan pemecahan masalah
ialah hal terpenting, sehingga dapat dikatakan sebagai jantungnya matematika. 4
Kemampuan ini dapat ditarik kesimpulan ialah alat/ suatu cara untuk
mencari jalan keluar dari masalah dan menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya yang sudah ada untuk menjawab pertanyaan selanjutnya, tetapi
pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang belum memecahkan suatu
permasalahan matematika. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik di
SMAN 3 Empat Lawang masih tergolong rendah. Hal ini kiranya, cara
penyampaian pendidik dalam proses pembelajaran belum optimal terbukti dengan
hasil uji kemampuan matematis pada ulangan harian yang diperoleh kurang
maksimal. Hasil tes peserta didik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1
Data nilai ulangan harian tes kemampuan matematis peserta didik kelas X SMAN
3 Empat Lawang

N Nilai (x) Jumla


Kelas
0 ≤ x<75 75 ≤ x ≤100 h
1 X IPA 1 18 12 30
2 X IPA 2 21 9 30
3 X IPA 3 23 7 30
4 X IPA 4 22 8 30
5 X IPA 5 25 5 30
Jumlah 106 44 150

3
Netriwati, ‘Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matetamatis Berdasarkan Teori Polya
Ditinjau Dari Pengetahuan Awal Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung’, Jurnal Pendidikan Matematika,
7.9 (2016), 181–90.
4
Rany Widyastuti, “Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Berdasarkan Teory Polya Ditinjau Dari Adversity Quotient Tipe Climber,” Al-Jabar: Jurnal Pendidikan
Matematika 6, no. 2 (2015): h. 185
3

Sumber : nilai ulangan harian kelas X SMAN 3 Empat Lawang tahun ajaran
2020/2021

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 109 atau


72,67% peserta didik yang belum mencapai KKM dan sebanyak 44 atau 27,33%
peserta didik yang telah mencapai KKM, dengan kriteria ketuntasan minimal
pelajaan matematika di SMAN 3 Empat Lawang adalah 75. Hal tersebut dapat
dibuktikan bahwa model pembelajaran yang digunakan sebelumnya kurang efektif,
karena peserta didik dapat memahami materi dengan baik apabila guru
menggunakan model pembelajaran yang efektif.
Berlandaskan hasil pra penelitian wawancara yang telah dilakukan dari ibu
Nurlena, S. Si sebagai guru yang mengajar mata pelajaran matematika kelas X di
SMAN 3 Empat Lawang provinsi Sumatera Selatan, diperoleh bahwa mata
pelajaran matematika pengajarannya belum memvariasikan model- model lain,
masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah
dan guru memberikan beberapa soal kemudian peserta didik mengerjakannya.
Dikelas guru berperan aktif sedangkan peserta didik lebih banyak pasif dan
cenderung mendengarkan serta diam dengan apa yang disampaikan pendidik.
Selain model, kemampuan matematis peserta didik masih rendah terutama
kemampuan memahami masalah dan pemecahan masalah matematisnya.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, salah satu upaya yang akan diambil
dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah diperlukannya suatu model
pembelajaran yang tepat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Model
pembelajaran yang peneliti ambil digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan
kemampuan masalah matematis peserta didik adalah model pembelajaran SQ3R
(Survey, Question, Read, Recite, Review).
Model SQ3R memberikan strategi yang diawali dengan membangun
gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari
judul dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan.
Metode membaca SQ3R terdiri dari lima tahapan proses yaitu: Survey, Question,
Read, Recite, Review.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis akan melaksanakan penelitian
dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read,
Recite, Review) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta
Didik di SMAN 3 Empat Lawang”.

C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dalam memecahkan
soal masih rendah.
2. Pendidik dalam proses melaksanakan pembelajaran belum memvariasikan
model-model yang mampu meningkatkan minat belajar siswa.
3. Peserta didik menganggap pelajaran matematika itu sulit
4

D. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka penelitian ini perlu
dibatasi sehingga penelitian ini lebih terarah. Adapun batasan penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Penelitian dibatasi hanya pada peserta didik kelas X SMAN 3 Empat Lawang.
2. Penelitian ini melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan hanya menerapkan
model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review).
3. Penelitian ini hanya mengungkapkan pengaruh model SQ3R terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis.

E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah
diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“ Apakah terdapat Pengaruh Pembelajaran SQ3R terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik di SMAN 3 Empat Lawang ? ”

F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas di SMAN 3 Empat Lawang.

G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat secara teoritis dan
juga dapat bermanfat untuk sumbangan pemikiran pada dunia pendidikan.

2. Manfaat praktis
a. Bagi pendidik, dapat memberikan pengetahuan dan wawasan guru
pembimbing dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini serta dapat
membantu meningkatkan pemahaman dalam menyelesaikan permasalahan
matematis peserta didik di sekolah dan lingkungannya.
b. Bagi peserta didik, dapat mengembangkan kemampuan matematis di
lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari serta dapat meningkatkan
kemampuan dan potensi pada dirinya melalui penelitian ini mengenai
Pengaruh Model SQ3R terhadap Kemampuan Pemecahan Matematis
Peserta Didik Pada Kelas X di SMAN 3 Empat Lawang.
c. Bagi mahasiswa, dapat menerapkan ilmu yang telah diterapkan selama
kuliah, dan menambah pengalaman dalam mengajar khususnya dalam
bidang matematika.

H. Kajian Peneltian Terdahulu yang Relevan


Berdasarkan sumber-sumber yang telah peneliti baca, terdapat beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut diantarannya
sebagai berikut:
5

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanda Ayu menunjukkan bahwa


pembelajaran melalui model SQ3R berbantuan Berbantuan LKPD Berorientasi
Etnomatematika lebih efektif terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis dibandingkan dengan metode ceramah dan diskusi dan
penerapannya juga memberikan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis.5

2. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara model pembelajaran


IMPROVE terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis, terdapat
pengaruh antara kemandirian belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematis, dan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan
kemandirian terhadap kemampuan pemecahan masalah Matematis. 6

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran SQ3R berpengaruh


terhadap kemampuan komunikasi matematis, model pembelajaran ini memberi
pengaruh besar terhadap kemampuan komunikasi matematis, aktifitas belajar
siswa tergolong aktif dengan diterapkannya model pembelajaran ini pada
materi pola bilangan, dan motivasi belajar siswa tergolong tinggi model
pembelajaran ini.7

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kemampuan representasi


matematis peserta didik yang memperoleh model pembelajaran SQ3R lebih
tinggi dibandingkan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran dengan
model pembelajaran langsung.8

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran


SQ3R terhadap kemampuan pemahaman konsep dan pemahaman prosedural,
kemampuan pemahaman konsep dan pemahaman prosedural yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R lebih baik dari pada
menggunakan model konvensional, hasil kemampuan pemahaman konsep pada
kelas kontrol 37,7% dan kelas eksperimen 86,2% sedangkan pemahaman
prosedural pada kelas kontrol 30,8% dan kelas eksperimen 88,6%. 9
5
Nanda Ayu Rahmadani, ‘Efektifitas Model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite And Review)
Berbantuan LKPD Berorientasi Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Peserta Didik’, Repository UIN Raden Intan Lampung, 21.1 (2020), 1–37 <http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203>.
6
Eni Rosita, "Pengaruh Model Pembelajaran Improve Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Peserta Didik", Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018, 1–220.
7
Soraya, Rosmaiyadi, and Rika Wahyuni, "Pengaruh Model Pembelajaran Sq3R Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Smp Pada Materi Pola Bilangan", JPMI (Jurnal …, 2021, 28–
34 <https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JPMI/article/view/880>.
8
Sofwan Munawar, Yuyu Yuhana, and Cecep Anwar Hadi Firdos Santosa, "Pengaruh Model
Pembelajaran Survey Qustion Read Recite Review (SQ3R) Terhadap Kemampuan Representasi Matematis
Peserta Didik SMA Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika", TIRTAMATH: Jurnal Penelitian Dan
Pengajaran Matematika, 2.2 (2020), 113 <https://doi.org/10.48181/tirtamath.v2i2.8324>.
9
Afriyeni, "Pengaruh Model Pembelajaran Survey , Question , Read , Recite , Review ( SQ3R )
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Pemahaman Prosedural Matematika Siswa MAN 2 Kota
Bengkulu", Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 2.1 (2017), 23–29.
.
6

Berdasarkan hasil temuan yang telah dikemukakan di atas bahwasannya


model pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis,
berpengaruh besar pada kemampuan komunikasi matematis, kemampuan
representasi matematisnya lebih baik, dan kemampuan pemahaman konsep dan
pemahaman prosedural yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
SQ3R lebih baik dari pada menggunakan model konvensional.

I. Sistematika Penulisan
Sebagai kerangka ilmiah dalam penyusunan skripsi ini, secara sistematis
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 1.2
Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
A. Penegasan Judul
B. Latar Belakang Masalah
C. Identifikasi dan Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
H. Sistematika Penulisan
BAB II Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis
A. Teori yang Digunakan
B. Kerangka Berpikir
C. Pengajuan Hipotesis
BAB III Metode Penelitian
A. Waktu dan Tempaat Penelitian
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
C. Populasi, Sampel dan Tekhnik Pengumpulan
Data
D. Definisi Operasional Variabel
E. Instrumen Penelitian
F. Uji Validitas dan Realibilitas Data
G. Metode Analisis Data
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi Data
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Analisis
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Teori yang Digunakan


1. Model Pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan pola desain pembelajaran, yang
menggambarkan secara sistematis langkah demi langkah pembelajaran untuk
membantu siswa dalam mengontruksi informasi, ide, dan membangun pola
pikir untuk mencapai tujuan pembelajaran.10
Berikut adalah menurut beberapa pendapat para ahli tentang pengertian
model pembelajaran:
a. Joyce dan Weil mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan
suatu susunan kontekstual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran. 11
b. Sri hayati mendefinisikan bahwa model pembelajaran merupakan bagian
dari struktur pembelajaran yang memiliki cakupan yang luas, didalamnya
mencakup pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. 12
c. Arend mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu
susunan rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan
dengan baik, menarik, mudah dipahami dan sesuai dengan urutan yang
jelas.13
Pengertian-pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
model pembelajaran adalah rancangan kerangka susunan kontekstual yang
meliputi: pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang akan
digunakan/ diterapkan pada kegiatan pembelajaran dan bertujuan agar jalan
dengan baik, terstruktur, menarik, dan mudah dipahami oleh peserta didik apa
yang disampaikan pendidik.

2. Pengertian Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,


Review)
Model SQ3R adalah suatu model yang menggunakan strategi membaca
sehingga dapat mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan memberikan
tugas membaca materi belajar secara seksama dan cermat, dengan langkah–
langkah: Survey atau mencermati materi dan mencatat serta menandai kata
kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana, darimana)
tentang materi bahan ajar, Read dengan membaca materi dan mencari
jawabanya, Recite dengan mempertimbangkan jawaban yang diberikan (catat
dan bahas bersama) dan Review dengan meninjau ulang menyeluruh.14

10
Isrok’atun, Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran Matematika (Jakarta:PT Bumi
Aksara,2018), h.27.
11
Nurdyansyah and Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model, (Nizmania Learning Center, 2016).
12
Sri Hayati, Belajar Dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning (Magelang: Graha
Cendekia, 2017), h.6.
13
Mulyono, Strategi Pembelajaran diabad Digital (Yogyakarta : Penerbit Gawe Buku, 2018),
h.89.
14
Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-Model Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas
(Semarang : CV. Pilar Nusantara, 2018), Ed.1, h.24-25.

7
8

Model ini merupakan strategi yang memahami untuk membantu


peserta didik berpikir tentang materi yang sedang dibaca. SQ3R ialah suatu
strategi belajar, membantu ‘mendapatkan sesuatu’ saat pertama peserta didik
membaca materi.15
Model pembelajaran SQ3R menurut Yuliani adalah model dengan
pendekatan membaca yang dapat mengembangkan suatu metakognitif peserta
didik dengan cara memberikan tugas untuk membaca materi secara cermat dan
seksama. SQ3R ini sutu strategi membaca sehingga menemukan ide-ide pokok
dan dapat membantu peseta didik mengingat materi yang dipelajari agar lebih
tahan lama melalui 5 langkah kegiatan yaitu survey, question, read, recite dan
review.16
Ahmad Bakhtiar mengemukakan bahwa model pembelajaraan SQ3R
adalah model pembelajaran yang memiliki lima tahap. Tahap pertama membaca
sekilas isi materi dan mencari susunan materi (Survey), tahap kedua mencari
dan menyusun pertanyaan yang akan dijawab dari soal (Question), kemudian
dimulai membaca materi sesuai pertanyaan yang telah dikembangkan (Read),
lalu peserta didik mengingat informasi apa yang dipelajari dan dituangkan pada
catatan kecil dari poin-poin (Recite), dan akhirnya meninjau kembali materi
yang dibaca untuk memastikan dan mengingat apa yang telah dibaca
(Review).17
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran SQ3R adalah model yang dapat membantu siswa berpikir
sistematis dan model yang melakukan pendekatan membaca serta memiliki
lima langkah kegiatann yaitu Survey, Question, Read, Recite and Review.

3. Langkah-Langkah Model SQ3R.


Kegiatan membaca melalui metode SQ3R terdiri atas lima langkah
yakni survey, question, read, recite dan review. Langkah-langkah metode
SQ3R secara lengkap dijelaskan sebagai berikut ini :
a. Tahap membaca sekilas (Survey)
Awal tahap diarahkannya peserta didik untuk memperhatikan judul
yang ditulis oleh pendidik dipapan tulis. Kemudian, ditugaskan membaca
materi dalam jangka waktu yang diberikan secara sekilas untuk mengenal
detil-detil informasi yang dianggap penting dan garis besar isi teks sebelum
membaca bacaan keseluruhan.
b. Tahap Menyusun Pertanyaan (Question)
Tahap ini peserta didik diarahkan untuk menyusun pertanyaan
sesuai dengan yang mereka dapatkan saat membaca, pertanyaan tersebut
akan ditulis oleh pendidik di papan tulis. Tahap ini pendidik sangat
berperan untuk menentukan keefektivitasan tahap berikutnya.
c. Tahap membaca (Read)

15
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), Cet.VII, hal.244
16
Agus Krisno B, Sintaks 45 Metode Pembelajaran dalam Student Centered Learning (SCL),
(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2019), Cet.ke-2, h.132 .
17
Ahmad Bakhtiar, ”Impoving Student ’Reading Comprehension By Using SQ3R Method”, Junal
of English Language Teaching 02, no.2 (2018), h. 100.
9

Pendidik mendorong peserta didik untuk membaca kembali bukunya


secara seksama dengan memperhatikan pertanyaan-pertanyaan yang telah
didapat, waktu membaca yang diberikan lebih lama dibanding tahap survey.
d. Tahap menjawab pertanyaan (Recite)
Tahap dimana peserta didik diarahkan untuk menjawab pertanyaan
yang ada, pertanyaan yang belum terjawab sempurna tidak secara langsung
dibahas hingga tuntas oleh pendidik akan tetapi ditahap berikutnya akan
diberikan kesempatan untuk disempurnakan peserta didik melalui
bimbingan guru.
e. Tahap meninjau ulang (Review)
Tahap peserta didik membaca kembali teks untuk meninjau atau
menyempurnakan seluruh jawaban, jawaban yang belum tuntas pada tahap
sebelumnua, dibahas oleh peserta didik melalui bimbingan pendidik. 18

4. Manfaat Model Pembelajaran SQ3R.


Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode
SQ3R. Dengan metode ini peserta didik akan menjadi pembaca aktif dan
terarah langsung pada pokok bacaan. metode SQ3R yaitu sebagai berikut:
a. Dapat mempercepat pemahaman terhadap materi
b. Dapat membangkitkan keingintahuan dan membantu peserta didik
membaca, serta meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan
materi.
c. Dapat melakukan kegiatan membaca dengan lebih cepat karena dipandu
oleh langkah-langkah sebelumnya.
d. Dapat menanamkan kesan yang mendalam pada ingatan peserta didik.
e. Dapat memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh atas bahan yang kita
baca.19

5. Kelebihan Model SQ3R.


Model SQ3R merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran membaca. Metode SQ3R memiliki kelebihan dalam
meningkatkan daya ingat dari pemahaman suatu bacaan. Kelebihan metode
pembelajaran SQ3R yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam membaca.
b. Miningkatkan daya ingat peserta didik.
c. Agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan saat membaca.

6. Kelemahan Model SQ3R


Dalam penerapan suatu metode pembelajaran pasti tidak akan lepas
dari kelemahan. Kelemahan metode pembelajaran SQ3R  yaitu sebagai berikut:
a. Peserta didik hanya terfokus pada apa saja yang di baca.
b. Membutuhkan aktu yang relatif lama 20

18
Agus Krisno B, Op.Cit, hal.133-134.
19
Ibid, hal.133
20
Ibid, hal.134-135.
10

7. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


a. Pengertian LKPD
LKPD merupakan suatu media sarana yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran sehingga meningkatkan keterlibatan pendidik saat
proses pembelajaran berlangsung. Media ini umumnya berisi sebuah
praktikum, percobaan yang dapat dikerjakan dirumah, berupa materi bahan
diskusi, ataupun soal-soal latihan yang dapat mengarahkan peserta didik
beraktifitas didalam sebuah proses pembelajaran. 21
LKPD merupakan lembar kerja berupa panduan peserta didik yang
berisi informasi, pertanyaan, perintah dan intruksi dari guru kepada peserta
didik untuk melakukan suatu penyelidikan atau kegiatan dan memecahkan
masalah dalam bentuk kerja, praktek atau percobaan yang didalamnya
dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran. Hal ini berarti melalui
LKPD peserta didik dapat melakukan aktivitas sekaligus memperoleh
semacam ringkasan dari materi yang menjadi dasar aktivitas tersebut.
LKPD dapat dijadikan sebagai salah satu perangkat atau sarana pendukung
untuk tercapai nya suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah dirancang oleh pendidik. 22 Sedangkan Prastowo mengatakan LKPD
adalah bahan ajar cetak yang berisi lembar-lembar kertas meliputi materi,
ringkasan, dan sebuah petunjuk pengerjaan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan peserta didik.23
Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa LKPD ialah suatu media sarana yang berupa lembar kerja
yang berisikan materi, ringkasan, percobaan-percobaan yang digunakan
untuk melakukan pemecahan masalah serta mengarahkan peserta didik
lebih aktif dalam proses pembelajaran.

b. Fungsi LKPD
LKPD mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Sebagai panduan peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan
belajar, misalnya melakukan sebuah percobaan.
2) Sebagai lembar pengamat, LKPD menyediakan dan memandu peserta
didik untuk menuliskan data hasil pengamatan.
3) Sebagai lembar diskusi, LKPD berisi sebuah pertanyaan yang dapat
menuntun peserta didik melakukan diskusi dalam rangka
konseptualisasi.
4) Sebagai lembar penemuan (discovery), dimana peserta didik
mengekspresikan temuannya berupa hal-hal baru yang belum pernah
ia kenal sebelumya.
5) Sebagai wahana untuk melatih peserta didik berfikir lebih kritis dalam
kegiatan pembelajaran.

21
Herman and Aslim, “Pengembangan LKPD Fisika Tingkat Sma Berbasis Keterampilan Proses
Sains”, Prosiding Seminar Nasioanal Fisika (E-Journal), Vol. 4, (2015)
22
Novi Yana, “Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil)
Berbantuan LKPD yang Terintegrasi pada Nilai-Nilai Keislaman terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis Peserta Didik”, (2018) h.20. http://repository.radenintan.ac.id/5170/1/SKRIPSI.pdf
23
Ibid h.11-12
11

6) Meningkatkan minat peserta didik untuk belajar jika kegiatan belajar


yang dipandu melalui LKPD lebih sistematis, berwarna dan
bergambar serta menarik perhatian peserta didik.

c. Langkah-langkah SQ3R memanfaatkan LKPD


1) Pendidik membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok, satu
kelompok terdiri dari 5-6 kelompok.
2) Pendidik memantau kinerja individu dalam tim dan memantau
pemahaman dan kesulitan yang dihadapi peserta didik.
3) Peserta didik melakukan survey, question, read, recite dan review.24

8. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran peserta
didik dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan
serta keterampilan yang sudah dimilikinya untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. 25
Menurut polya pemecahan masalah adalah suatu usaha yang
dilakukan supaya menemukan solusi dari suatu kesulitan yang dihadapi
dan mencapai tujuan yang tidak dicapai dengan segera. Atau dengan kata
lain pemecahan masalah merupakan suatu proses bagaimana cara untuk
mengatasi masalah atau pertanyaan yang sulit dan menantang yang belum
dapat diselesaikan dengan cara sebelumnya/ sudah diketahui. Menurut
Slavin, menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu
pengetahuan yang diterapkan dan keterampilan untuk mencapai tujuan
yang tepat. Sedangkan menurut Hudoyo pemecahan masalah pada
dasarnya merupakan suatu langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang
untuk menyelasaikan masalah yang dihadapinya hingga masalah tersebut
terselesaikan.26
Berdasarkan pendapat diatas dapat didefinisikan bahwa
pemecahan masalah adalah suatu pengetahuan dan keterampilan yang
digunakan ketika menemukan permasalahan yang belum terpecahkan
dengan prosedur yang ada dan menantang untuk menemukan solusi
permasalahan tersebut. Pemecahan masalah dalam matematika adalah
kegiatan untuk menemukan solusi dari masalah matematika dengan
menggunakan pengetahuan matematika. Pemecahan masalah juga dapat
diartikan sebagai menemukan jalan keluar dari suatu masalah. 27 Proses
pemecahan masalah diperlukan berpikir kritis, sehingga setelah siswa
memahami masalah, mereka membuat rencana untuk menyelesaikannya

24
Herman and Aslim, Opcit, h.22
25
Goenawan Roebyanto and Sri Harmini, Pemecahan Masalah Matematika Untuk Pgsd,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h.13
26
Wahyudi, Anugraheni indri, Strategi Pemecahan Masalah Matematika (Ponegoro Salatiga:
Satya Wacana University Press, 2017), h.15.
27
Fitria Adelita, Achi Rinaldi, and Fredi Ganda Putra, ‘The Effect of Hypnoteaching Learning
Method on Students’ Problem- Solving Skills and Concept Understanding’, Numerical: Jurnal Matematika
Dan Pendidikan Matematika, 5.1 (2021), 49–56, h.49.
12

dan dalam perencanaan tersebut diperlukan ide-ide cemerlang agar mampu


untuk menemukan solusi secara efektif dan akurat. 28

Firman Allah SWT dalam QS An-Najm sebagai berikut:

َ ‫ َوَأ َّن َس ۡعيَهۥُ َس ۡو‬٣٩ ‫س لِِإۡل ن ٰ َس ِن ِإاَّل َما َس َع ٰى‬


٤٠ ‫ف ي َُر ٰى‬ َ ‫َوَأن لَّ ۡي‬
Artinya : “ dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh
selain apa yang diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihat (kepadanya).” (QS.An-Najm: 53: (39-40)).

Berdasarkan ayat diatas sangat sesuai dengan kesimpulan penulis


bahwa pemecahan masalah itu ialah sesuatu yang dilakukan agar
mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapi.
Menurut Jamroni kemampuan pemecahan masalah matematis
adalah kemampuan yang harus dilakukan dalam upaya untuk
menyelesaikan permasalahan matematika dengan menggunakan langkah-
langkah pemecahan masalah. Adapun langkah-langkah pemecahan
masalah sebagai berikut:
1) Memahami masalah
2) Mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan.
3) Menyajikan masalah-masalah
4) Memilih metode pemecahan masalah
5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah
6) Menafsirkan model dari suatu masalah
7) Menyelesaikan masalah.29
Ilyyana mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah
adalah keterampilan mengambil keputusan dan menarik kesimpulan
berdasarkan pemikiran yang logis, rasional, kritis, cerdas, jujur, efisien,
dan efektif.30 Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu
kemampuan yang harus dimiliki dalam menentukan penyelesaian masalah
atau soal matematika yang disajikan sehingga mampu menjabarkan dan
menentukan kebenaran jawaban yang diperoleh.

b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.


Pengukuran kemampuan pemecahan masalah matematis
diperlukan beberapa indikator yang sesuai dengan hal tersebut untuk
memudahkan peneliti dalam mengetahuihal yang akan dicapai setiap
pertemuannya.
28
A S Bayuningsih, B Usodo, and S Subanti, "Analysis of Junior High School Students’
Problem-Solving Ability Reviewed from Self-Regulated Learning", International Journal of Science and
Applied Science: Conference Series, 2.1 (2017), 51 <https://doi.org/10.20961/ijsascs.v2i1.16678>, h. 52.
29
Jamroni, Rizky Wahyu dan Mujib, “Pengaruh Model Pembelajaran reciprocal Teaching dengan
Fieldtrip terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”, APOTEMA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, Vol.5, (2019), h.47.
30
Suci Hartati, Ratu Ayu Bilqis, and Achi Rinaldi, "Mathematical Problem-Solving Abilities and
Reflective Thinking Abilities: The Impact of the Influence of Eliciting Activities Models ", Al-Jabar :
Jurnal Pendidikan Matematika, 11.1 (2020), 167–78 <https://doi.org/10.24042/ajpm.v11i1.6709>, h.167.
13

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut


sumarmo, terdapat beberapa indikator sebagai berikut:
1) Peserta didik mengidentifikasikan unsur apa saja yang diketahui,
ditanyakan dan kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Peserta didik menyusun model matematik serta merumuskan masalah
matematis yang akan dipecahkan.
3) dapat menjelaskan dan menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan
asal.
4) Peserta didik dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan
berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar
matematika.
5) Peserta didik dapat menggunakan matematika secara bermakna. 31
Menurut Polya pada pemecahan masalah terdapat empat langkah
yang harus dilakukan yaitu:
1) Memahami masalah
2) Merencanakan pemecahan
3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua
4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh.32
Selain itu, Yustianingsih mengungkapkan bahwa indikator dalam
kemampuan memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
1) Memahami masalah yang meliputi: mengidentifikasi data yang
diketahui,mengidentifikasi data yang dimaksud,mengidentifikasi data
yang dibutuhkan, danmemeriksa kecukupan data.
2) Rencanakan solusi atau pilih strategi.
3) Terapkan strategi atau lakukan perhitungan untuk
menyelesaikanberbagai masalah.
4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan masalah
yang meliputi : periksa kembali kebenaran hasil atau jawaban. 33
Berdasarkan beberapa pemaparan indikator mengenai kemampuan
pemecahan masalah matematis di atas maka dalam penelitian ini indikator
yang digunakan adalah indikator menurut polya dikarenakan mudah
dipahami dan telah banyak digunakan dalam skripsi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Kemampuan Pemecahan Masalah.


a) Kelebihan Kemampuan Pemecahan Masalah
1) Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan
sehari-hari.
2) Dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi
dan memecahkan masalah secara terampil.
3) Dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik secara
kreatif.
31
Netriwati, "Pengaruh Penggunaan Software Maple 11 Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Materi Deferensial", Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, XIII.2 (2013), 123–134.
32
G. Polya, Polya How to Solve It, (Princeton, New Jersey : Princeton University Press,1973),
h.35-36.
33
Harry Dwi Putra, Nazmy Fathia, Mentari Ganiati and Dede Nuryana, "Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP Pada Materi Bangun Ruang", JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika), 6.2 (2018), h.82 <https://doi.org/10.25273/jipm.v6i2.2007>.
14

4) Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan


masalahnya.
5) Berfikir dan bertindak kreatif.
6) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realitas.
7) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
8) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
9) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir peserta didik
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
10) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
b) Kekurangan
1) Memerlukan cukup banyak waktu.
2) Melibatkan lebih banyak orang.
3) Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan
mendengarkan danmenerima informasi dari guru.
4) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode
ini.34

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat
digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :

X Y Y
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran


SQ3R dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik. sejalan dengan itu, pembelajaran sudah berlangsung dengan optimal dan
nilai yang diperoleh sudah mencapai kriteria yang ditentukan atau yang
diharapkan.

C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Teoritis
Hipotesis teoritis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh model
pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite ,Review) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis.

2. Hipotesis Statistik

34
Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), h.137.
15

H 0 : μ1=μ2=μ 3, untuk i = 1, 2, 3 ( tidak terdapat pengaruh antara model


pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) berbantuan
LKPD terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis)

H 1 : μ i ≠ μ j (terdapat pengaruh antara model pembelajaran SQ3R


(Survey, Question, Read, Recite, Review) berbantuan LKPD terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis)

Keterangan :
μ1 = Pemecahan masalah matematis siswa dari kelas yang diterapkan model
pembelajaran SQ3R.
μ2 = Pemecahan masalah matematis siswa dari kelas yang diterapkan model
pembelajaran SQ3R berbantuan LKPD.
μ3 = Pemecahan masalah matematis siswa dari kelas yang diterapkan model
pembelajaran konvensional metode ceramah.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu lima bulan, mulai
bulan Januari sampai Mei 2021. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Kegiatan
No Maret April Mei
Penelitian Januari Februari
Pengajuan
1
Judul          
Penyusunan
2
Proposal          
Observasi
3
Lapangan          
Penyebaran
4
Soal          
Analisis dan
5 Pengolahan
Data          
Penyusunan
6
Laporan          

2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Empat Lawang Desa
Lubuk Tanjung Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang Provinsi
Sumatera Selatan.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Metode penelitian ini dapat merupakan metode yang digunakan untuk
melakukan penelitian pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
dengan menggunakan intrumen penelitian, analisis data bersifat statistic, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan jenis Quasy Experimental
Design, yang terdiri kelas eksperimen diterapkan model SQ3R dan kelas kontrol
diterapkan model konvensional.Yang diamati dalam penelitian ini adalah satu
variabel terikat dan dan satu variabel bebas.
Penelitian ini menggunakan rancangan desain Post Test Only Control
Group Design dan desain faktorial. Adapun rancangan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut :

16
17

Tabel 3.2
Rancangan Penelitian

Kelas Kelompok Treatment (Perlakuan) Posttest


R (Kelas Eksperimen I) X1 O1
R ( Kelas Eksperimen X2 O1
II)
R ( Kelas Kontrol) X3 O1
Sumber: Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D

Keterangan :
X1 = Kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R
X2 = Kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran SQ3R
berbantuan LKPD
X3 = Kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
O1 = Tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
R = Pemilihan sampel dengan menggunakan kelas yang ada.

Tabel 3.3
Desain Faktorial
Model
Pembelajaran SQ3R Konvensional
SQ3R Berbantuan (Ceramah dan
(X)
Kemampuan ( X 1) LKPD diskusi)
Pemecahan (X 2) (X 3)
Masalah Matematis(Y)
Y1 X1 Y 1 X2 Y 1 X3 Y 1

Keterangan :
X : Model pembelajaran
Y : Kemampuan pemecahan masalah matematis
X1 Y 1 : Model pembelajaran SQ3R terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis
X2 Y 1 : Model pembelajaran SQ3R berbantuan LKPD terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis
X3 Y 1 : Model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data


a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan ilayah
generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan objek / subjek yang akan
diukur dan merupakan unit yang akan diteliti. 35 Maka dalam penelitian ini
35
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2017), h.136
18

yang akan dijadikan populasi penelitian adalah peserta didik kelas X di


SMAN 3 Empat Lawang.
Pengambilan populasi ini peneliti telah melakukan observasi dan
mendapat rekomendasi dari guru untuk meneliti dan membantu dalam
memecahkan masalah di sekolah tersebut pada ajaan 2020/2021 yang
terindikasi kurangnya kemampuan dalam memecahkan masalah matematis
yang rendah.

b. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang akan dipilih
dengan cara tertentu.36 Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
teknik pengambilan sampel yang dilakukan. Sampel terdiri dari dua kelas,
yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
Pengambilan sampel menggunakan teknik, macam-macam teknik
sampel sebagai berikut :37

1. Probability Sampling
Probability sampling ialah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih sebagai sampel
1) Simple Random Sampling
2) Proportionate stratifiedrandom sampling
3) Disproportionate stratifiedrandom sampling
4) Area (cluster) sampling
2. Non probability sampling
Non probability sampling ialah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih sebagai sampel.
1) Sampling sistematis
2) Sampling kuota
3) Sampling isidental
4) Purposive sampling
5) Sensus
6) Snowball sampling

Penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random


Sampling, dengan strategi pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara
memilih kertas secara acak. Penerapan tekhnik sampling pada penelitian ini
dilakukan dengan cara undian. Adapun langkah-langkahnya adalah:
a. Membuat undian dari semua kelas yaitu dengan cara menuliskan nomor
subyek kelas X IPA 1 sampai IPA 5 pada kertas kecil, satu nomor untuk
setiap kelas.
b. Kertas digulung dan diundi, satu buah nomor untuk menentukan kelas
eksperimen yaitu dengan penerapan model pembelajaran SQ3R dan
model pembelajaran SQ3R berbantuan LKPD serta satu buah nomor

36
Yulingga Nanda, Wasis, Statistik Pendidikan (Yogyakarta:CV Budi Utama,2017), h.39
37
Ibid,h.41-42
19

untuk menentukan kelas kontrol yaitu dengan penerapan model


pembelajaran konvensional.
Setelah dilakukan teknik pengambilan sampel itu didapatkanlah bahwa
yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas X IPA 1 sebagai kelas
eksperimen I, X IPA 5 sebagai kelas eksperimen II dan Kelas X IPA 3 kelas
kontrol.
Tabel 3.4
Data sampel penelitian
Jenis Kelamin
No Kelas Laki- Jumlah
Perempuan laki
1 X IPA 1 25 5 30
2 X IPA 3 19 11 30
3 X IPA 5 21 9 30

c. Teknik Pengumpulan Data


Supaya ada data yang diolah, maka data-data harus dikumpulkan. Data-
data tersebut dikumpulkan melalui:
1. Tes
Untuk mengukur besarnya kemampuan objek yang diteliti,
digunakan tes. Yang bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
keberhasilan peserta didik dalam menerapkan model yang sudah
ditentukan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Uraian (essay)
adalah tes yang akan digunakan dalam penelitian ini.

2. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Koencoro Ningrat adalah kumpulan data
verbal yang terbentuk tulisan dalam arti sempit. Dokumentasi dalam arti
luas juga meliputi dokumen, artifact, foto, tape dan sebagainya. 38
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihat dalam
dokumen-dokumenyang telah ada. Perlu dilakukan untuk mengetahui
perangkat pembelajaran di SMAN 3 Empat Lawang.

D. Definisi Operasional Variabel


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.39 Sesuai judul penelitian yang
digunakan penulis yaitu Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question,
Read, Recite, Review) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

38
Jhon Creswel, Metodologi Penelitian research(Yogyakarta: Mizan,2017) Jilid 4, hal.186.
39
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Rnd (Bandung:Alfabeta,2016),hal.38
20

Peserta Didik di SMAN 3 Empat Lawang maka penulis mengelompokkan variabel


yang digunakan dalam penelitian ini menjadi variabel indevenden (X) dan variabel
dependen (Y). Penjelasannya sebagai berikut:
1. Variabel independen (X)
Variabel indevenden atau sering juga disebut variabel bebas adalah
variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen
(variabel terikat) atau variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini
variabel indevenden yang digunakan adalah Model Pembelajaran SQ3R
(Survey, Question, Read, Recite, Review).

2. Variabel dependen (Y)


Variabel dependen atau disebut variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan penelitian ini, agar tidak salah
menimbulkan salah penafsiran sebagai berikut:
a. Pengaruh
Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari
sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam
sehingga mempengaruhi apa-apa saja yang ada di sekitarnya.
b. Model Pembelajaran SQ3R
Model pembelajaran SQ3R adalah suatu model yang dimana memiliki
5 tahap dalam penerapannya yaitu Survey (memeriksa), Question
(menanyakan), Read (membaca), Recite (membaca kembali), Review
(mengulas).
c. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu kemampuan
yang harus dimiliki dalam menentukan penyelesaian masalah atau soal
matematika yang disajikan sehingga mampu menjabarkan dan menentukan
kebenaran jawaban yang diperoleh.

E. Instrumen Penelitian
a. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis dalam menyelesaikan
masalah matematika. Tes yang diberikan pada peserta didik dalam penelitian
ini berbentuk tes esai (uraian) agar peserta didik dapat menggunakan kalimat-
kalimat yang mereka susun sendiri untuk memecahkan soal yang ada. Berikut
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik
21

Tabel 3.5
Pedoman skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis
Indikator Respon Peserta Didik Terhadap Skor
No
Masalah
1 Memahami Masalah a. Tidak mampu menuliskan
0
diketahui dan dipertanyakan
b. Mampu menuliskan diketahui
tanpa menuliskan apa yang 1
dipertanyakan atau sebaliknya
c. Mampu menyebutkan apa yang
diketahui dan dipertanyakan 2
namun kurang tepat
d. Mampu menuliskan diketahui dan
3
dipertanyakan dengan benar
2 Menyusun Rencana a. Tidak mampu membuat
0
perencanaan penyelesaian
b. Mampu membuat perencanaan
1
penyelesaian namun kurang tepat
c. Mampu membuat perencanaan
2
penyelesaian dengan tepat
3 Melaksanakan a. Tidak mampu menjawab 0
Rencana b. Mampu menyelesaikan masalah
dan menuliskan jawaban tetapi
1
jawaban salah dan hanya
sebagian kecil jawaban benar
c. Mampu menyelesaikan masalah
dan menuliskan jawaban namun 2
jawaban kurang tepat
d. Mampu menyelesaikan masalah
dan menuliskan jawaban dengan 3
tepat
4 Mengecek/ a. Tidak mampu menyimpulkan
0
Memeriksa Kembali jawaban akhir
b. Mampu menyelesaikan jawaban
namun tidak membuat 1
kesimpulan
c. Mampu menyimpulkan jawaban 2
22

akhir dengan tepat

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa peserta didik yang


dianalisis berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat. Selanjutnya
dihitung rata-rata presentase setiap tahapan penyelesaian tes kemampuan
pemecahan masalah. Presentase skor tahapan perbutir soal :

Skor yang diperoleh siswa


Nilai= x 100 %
Skor maksimal tiap butir

Instrumen dikatakan baik dan dapat dipercaya adalah instrumen yang


memilikitingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi.

F. Analisis Data Instrumen


a. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen. Instrumen yang dipakai akan dinyatakan valid apabila mempunyai
tingkat validitas yang tinggi, namun apabila tingkat validitas instrumennya
rendah maka dinyatakan kurang valid.40
Untuk melihat indeks validitas dapat menggunakan rumus korelasi r
product moment sebagai berikut:
n n n
n ∑i=1 X i Y i−∑i=1 X i .∑ i=1 Y i
r xy=
√ [n ∑
n
i=1
2 n
][
X i −( ∑i=1 X i ) n∑ i=1 Y i −( ∑i=1 Y i)
n 2 n 2
]
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi r product moment
n = Banyak responden yang diberikan soal
X i = Nilai jawaban responden pada butir soal ke-i
Y i = Nilai total responden ke-i

Nilai koefisiennya sudah didapat, selanjutnya nilai itu


diinterpresentasikan kiteria memalai tolak ukur angka korelasi “r” product
moment. Apabilar xy ≥ 0,30 maka buitr soal dinyatakan valid, atau apabila
r xy <0,30 butir soal tersebut dikatakan tidak valid41

b. Uji Tingkat Kesukaran


Butir soal yang baik untuk digunakan sebagai instrumen adalah butir
soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Peserta didik akan
mudah dalam memecahkan masalah apabila butir soal yang terlalu mudah.
Sebaliknya, peserta didik akan putus asa dan tidak mempunyai bersemangat
40
Mai sri Lena, Netriwati and Nur Rohmatul Aini, Metode Penelitian, (Malang: CV IRDH,
2019), h.105.
41
Ibid, h.107
23

dalam mencoba lagi karena diluar jangkauannya apabila butir soal terlalu
sukar.
Perbandingan antara kategori yang soal mudah, sedang, dan sukar yang
baik adalah 2 : 6 : 2, dimana 20% soal untuk kategori mudah, 60% soal
dalam kategori sedang, dan 20% lainnya dikategorikan sukar. 42 Semakin kecil
I yang diperoleh makin sulit soal tersebut dan sebaliknya.
Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran pada item instrumen
penelitian yaitu:
X
TK=
SMI
Keterangan :
TK = Indeks tingkat kesukaran
X = Nilai rata-rata tiap butir soal
SMI = Skor maksimal ideal

Tabel 3.6
Kriteria Indeks Kesukaran Soal43
Tingkat Kesukaran Kategori
≤0 Terlalu Sukar
0−0,30 Sukar
0,31−0,70 Sedang
0,71−1,00 Mudah
≥ 1,00 Terlalu Mudah

Kegunaan dari uji tingkat kesukaran itu sendiri adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan
memberikan masukan kepada siswa mengenai hasil belajar mereka
b. Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai
terhadap buti soal yang biasa.44

c. Uji Daya Beda


Setelah mengukur indeks kesukaran kemudian perlu melakukan
pengukuran daya pembeda item, sebab salah satu dasar yang mendukung
untuk menyusun butir-butir item soal adalah adanya anggapan bahwa
kemampuan antara peserta didik tidak sama. Adapun rumus untuk menetukan
daya pembeda tiap item instrument penelitian atau tiap butir soal adalah
sebagai berikut:
X A −X B
DP=
SMI

Keterangan :

42
Novalia dan Muhammad Syazali, Olah Data Penelitian Pendidikan, 1 ed. (Bandar Lampung:
Anugrah Utama Raharja, 2014), h..47.
43
Ibid, h.48
44
Supardi, Statistik Penelitian Pendidikan, (Depok: PT Rajagrafindo Persada,2017), h.166
24

DP = Daya pembeda
X A = Rata-rata skor kelompok atas
X B = Rata-rata skor kelompok bawah
SMI = Skor maksimal ideal

Indeks daya pembeda disajikan pada tabel dibawah :

Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda45
Daya Pembeda Klasifikasi
≤ 0,00 Sangat jelek
0,00−0,20 Jelek
0,20−0,40 Cukup
0,40−0,70 Baik
0,70−1,00 Sangat baik

Kegunaan uji daya beda adalah sebagai berikut :


a. Meningkatkan mutu setisp butir soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal tersebut baik, direvisi atau ditolak.
b. Mengetahui seberapa jauh setiap butir dapat membedakan kemampuan
siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi
yang diajarkan guru.46

d. Uji Realibilitas Data


Reliabilitas adalah suatu kecakapan instrumen yang dapat digunakan
sebagaialat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.
Pengujian reliabilitas salah satunya menggunakan rumus uji Croncbach Alpa
sebagai berikut :

( )( )
n n
n ∑ S
r 11= 1− i=12 i
n−1 St

Keterangan :
r 11 = Reabilitas instrumen secara keseluruhan
n = Banyaknya butir soal
n
Si = Varians skor total.
n n
∑i =1 S i = Jumlah seluruh varians skor tiap butir soal.

Kategori pengujian :
Apabila r 11 ≥ 0,70 maka instrumen reliable

45
Mai sri Lena, Netriwati and Nur Rohmatul Aini, Op.cit, h.110.
46
Supardi, Op.cit, h. 169.
25

Apabila r 11 <0,70 maka instrumen tidak reliable47

G. Uji Prasarat Analisis


1. Uji Normalitas.
Uji normalitas adalah suatu langkah-langkah yang digunakan untuk
mengetahui data tersebut berasal menunjukkan populasi yang terdistribusi
normal atau berada dalam sebaran normal. Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan rumus statistik, berlaku apabila data tersebut berdistribusi
normal. Uji normalitas ini menggunakan uji liliefors. Dengan Hipotesis :
Lhitung =Max |f ( z )−s ( z )|
Ltabel =L(a , n)

Hipotesis :
H 0=Data mengikuti distribusi normal
H 1= Data tidak berdistribusi normal.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji Liliefors :


1. Mengurutkan data
2. Menentukan frekuensi masing-masing data
3. Menentukan frekuensi komulatif
n
X i−X ∑ X
4. Menentukan nilai Z dimana Zi = dengan X = i=1 i
s n

5.
S=
Menentukan f (z), dengan tabel z

∑ni=1 ( X i−X )2
n−1

fkum
6. Menentukan s ( z )=
n
7. Menentukan nilai L=|f ( z )−s ( z )|
8. Menentukan nilai Lhitung =Max |f ( z )−s ( z )|
9. Menentukan nilai Ltabel =L(a , n)
10. Membandingkan Lhitung dan Ltabel , kemudian membuat kesimpulan jika
Lhitung < Ltabel maka H 0 diterima.48

b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas adalah uji mengenai sama taua tidak variansi-variansi
dari dua distribusi atau bahkan lebih.Uji ini sebagai syarat uji hipotesis. Uji
homogenitas penelitian ini menggunakan uji Barlett, adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
H 0= Populasi-populasi memiliki data yang homogen

47
Ibid, h.107.
48
Nuryadi dkk., Dasar-Dasar Statistik Penelitian, 1 ed. (Yogyakarta: Sibuku Media, 2017), h.81.
26

H 1= Paling sedikit salah satu tanda tidak sama.

Dengan rumus :
χ 2hitung =ln ( 10 ) {B−∑ni=1 dk log S i2 }
Keterangan :
n = Jumlah data

B= ∑ dk log s , yang mana s =



2
dk si
2
2

∑ dk
Si2= Varians data untuk setiap kelompok ke-i
dk = Derajat kebebasan

Kriteria pengujian :
2 2
Jika χ hitung < χ tabel(1−α; dk=k−1) maka H 0 diterima
2 2
χ hitung ≥χ tabel (1−α ;dk =k−1) maka H 0ditolak

Berikut adalah prosedur dalam Uji Barlett :


1. Menyajikan data semua kelompok sampel
2. Menghitung rerata (mean)
3. Menghitung variansi data masing-masing kelompok, dengan rumus :
n 2
∑i=1 ( X i−X )
S2 =
n−1
4. Menghitung variansi gabungan dai kelompok, dengan rumus :

S2 =
∑ dk s2i
∑ dk
5. Hitung harga varian gabungan dan dan harga satuan barlett, dengan
rumus :
k 2
B=∑ i=k dk log S gab
6. Hitung nilai Chi Kuadrat , dengan rumus :
χ 2hitung =ln ( 10 ) {B−∑ni=1 dk log S i2 }
2
7. Tentukan harga Kai Kuadrat tabel χ tabel pada taraf signifikasi misalnya
α =0,05 dan dk =k −1, k adalah banyak kelompok sampel
2 2
8. Membandingkan nilai χ hitung dengan χ tabel
9. Membuat kesimpulan.49

H. Uji Hipotesis
Penelitian ini, uji hipotesisnya menggunakan uji Anova satu arah. Analisis
varians atau dalam bahasa inggris analysis of variance disingkat ANOVA. Analisis
varian merupakan teknik analisis untuk penelitian komparatif. Analisis varian
bertujuan untuk mempelajari atau menguji hipotesis yang menyatakan perbedaan

49
Rusydi Ananda and Muhammad Fadhli, Statistik Pendidikan, (Sampali Medan: CV.Widya
Puspita, 2018), h.182.
27

parameter rata-rata variabel kriterium. Menurut E. T. Ruseffendi (1993) konsep


yang mendasari ANOVA adalah varians dari skor yang bertumpuh pada dua
sumber, pertama varians antar kelompok yaitu varian yang disebabkan oleh
perlakuan dan kedua varians dalam kelompok, yaitu varians yang disebabkan oleh
kekeliruan pemilihan sampel.50 ANOVA satu arah adalah uji hipotesis dengan
memakai varian serta data hasil pengamatan terhadap satu faktor. Pada setiap
populasi independen diambil sampel acak dengan ukuran n1 untuk populasi satu,
n2 untuk populasi dua dan seteusnya. Tujuan dari uji anova satu jalur adalah
membandingkan dua atau lebih rata-rata yang ada.
Syarat pengujian anova satu arah :
1. Setiap sampel tidak berhubungan dengan sampel yang lain.
2. Populasi yang diteliti dalam uji ini haruslah berdistribusi normal
3. Populasi harus memiliki standar deviasi atau variansi yang sama
4. Apabila sampel yang diambil dari sebuah populasi adalah bersifat bebas maka
sampel diambil secara acak.

Langkah-langkah anova satu arah sebagai berikut :


1. Sebelum anova dihitung, asumsikan bahwa data dipilih secara random,
berdistribusi normal, dan variannya homogen
2. Membuat hipotesis ( H 0dan H 1) dalam bentuk kalimat
3. Membuat hipotesis ( H 0dan H 1) dalam bentuk statistik
4. Membuat daftar statistik induk
5. Menghitung jumlah kuadat antar group (JK A ) dengan rumus :
2
( ∑ X Ai )
( JK A ) =∑ n −¿ ¿ ¿
Ai
6. Menghitung derajat bebas antar grup dengan rumus: db A= A−1
JK A
7. Menghitung kuadrat rerata antar grup ( K R A ¿ dengan rumus :( K R A )=
db A
8. Menghitung jumlah kuadrat dalam antar grup ( JK D ) dengan rumus :
( JK D )=¿ ¿

9. Menghitung derajat bebas dalam grup dengan rumus : db D =N− A


10. Menghitung kuadrat rerata antar grup ( K R A ¿ dengan rumus :
JK D
( K R D )=
db D
K RA
11. Mencari F hitung dengan rumus : F hitung =
K RD
12. Menentukan taraf signifikansinya, misalnya α =0,05 atau α =0,01
13. Mencari F tabeldengan rumus : F tabel=F (1−α )(db ,db )
A D

14. Membuat tabel ringkasan anova.


50
Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS atau
Lisrel dalam Penelitian, (Depok : Rajawali Pers,2019), h.317
28

Tabel 3.8
Ringkasan Anova Satu Arah
Sumber Derajat Kuadrat
Varian Jumlah Kuadrat (JK) bebas Rerata F hitung F tabel
(SV) (db) (KR)
2
Antar ( ∑ X Ai ) JK A K RA
¿∑ −¿ ¿ ¿ A−1 α
grup (A) n Ai db A K RD
Dalam ¿¿ JK D
N− A - -
grup (D) db D
(∑ X T )
2
2
Total (∑ X T ) −
N
N−1 - - -

15. Menentukan kriteria pengujian : jika F hitung ≥ F tabel , maka tolak H 0 berarti
signifan dan konsultasikan antara F hitung dengan F tabel kemudian bandingkan.
16. Membuat keesimpulan.51

I. Uji Lanjut Pasca Anava


Uji anava perlu dilakukannya uji lanjutan jika hasil H 0 ditolak dan H 1
diterima. Penelitian ini menggunakan uji scheffe. Langkah-langkah uji ini adalah
sebagai berikut :
1. Hipotesis
H 0 : μi = μ j
H 1 : : μi ≠ μ j
2. Taraf Signifikansi
(α ) = 0,05
3. Mencari statistik uji scheffe
2
( X i−X j )
F i− j=
RKG
( 1 1
+
ni n j )
Keterangan :
F i− j : Nilai F obs pada perbandingan perlakuan ke-I dan perlakuan ke-j;
Xi : Rerataan pada sampel ke-i;

51
Yulingga Nanda, Loc.cit. hal.118-119.
29

Xj
: Rerataan pada sampel ke-j;
RKG
: Rerata kuadrat galat;
ni
: Ukuran sampel ke-i;
nj
: Ukuran sampel ke-j.
4. Menentukan daerah kritis :
5. Menentukan masing-masing uji untuk komparasi ganda
6. Menentukan kesimpulan uji.

Langkah-langkah SPSS ANOVA klasifikasi satu arah:


1. Buka layar
2. Definisikan nama-nama variabel (variabel terikat dan bebas)
3. Keteik data pada layar data view
4. Langkah SPSS untuk kehomogenan, uji keberartian ANOVA klasifikasi satu
arah dan uji lanjut dapat dilakukan secara bersamaan yaitu sebagai berikut:
“Analyze → Compare Means → One Way Anova → masukkan data HB pada
dependent variabel dan metode pada factor → Statistic check list Homogenity
of variance test → continue → Post Hoc list Scheffe → continue → ok.52

52
Achi Rinaldi, Novalia and Muhaad Syazali, Statistik Inferensial untuk Ilmu Sosial dan
Pendidikan (Bogor : IPB Press,2020), h.62.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen


Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Empat Lawang pada peserta didik kelas
X yang terdiri dari kelas kontrol dan eksperimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan
model pembelajaran SQ3R dan kelas kontol menggunakan model pembelajaran
konvensional. Instrumen dalam penelitian ini meliputi tes kemampuan pemecahan
masalah peserta didik. tes kemampuan ini terlebih dahulu akan dilakukan uji coba
instrumen, kemudian dilakukan analisis data tes kemampuan pemecahan masalah
matematis. Peneliti melakukan uji coba pada 30 peserta didik kelas XI IPA 1 di
SMA Negeri 3 Empat Lawang. Pada penelitian ini, data nilai kemampuan
pemecahan masalah matematis diperoleh dengan melakukan uji coba soal yang
terdiri dari 6 soal uraian materi Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel (SPLTV)
pada peserta didik di luar sampel penelitian yang sudah memperoleh materi
pembelajaran tersebut. Rincian hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah
matematis dapat dilihat pada Lampiran 8. Berikut adalah analisis hasil uji coba
instrumen dalam penelitian ini:

1. Analisis Hasil Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah


Data hasil uji instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis
didapatkan setelah melakukan uji coba tes kemampuan pemecahan masalah
matematis yang terdiri dari 6 butir soal uraian dengan materi Sistem Persamaan
Linier Tiga Variabel (SPLTV). Uji coba instrumen didapatkan dari percobaan
pada kelas XI IPA 1yaitu peserta didik selain kelas sampel. Berikut adalah
analisis data uji coba instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis:
a. Uji Validitas
Uji validitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalahmatematis
pada penelitian ini meliputi uji validitas isi dan uji validitas konstruk. Berikut
adalah analisis uji validitas isi dan uji validitas konstruk tes kemampuan
pemecahan masalah matematis:
1) Uji Validitas Isi
Validator soal dalam penelitian ini terdiri dari dua dosen matematika
dan satu pendidik matematika dari SMA Negeri 3 Empat Lawang.
Validator soal yang pertama yaitu Bapak Rizki Wahyu Yunian Putra,
M.Pd, beliau menyarankan ada beberapa perbaikan pada instrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu, (1) mengurangi
kesalahan dalam penulisan dan pedoman penskoran, (2) kisi-kisi dan
kompetensi dasar harus berhubungan (3) ditambahkan indikator
pencapaian kompetensi, (4) soal cerita pada instrumen pemecahan masalah
dirubah dan pada soal harus memiliki makna kehidupan agar sesuai
dengan kompetensi inti yang ingin dicapai.
Validator soal yang kedua yaitu Ibu Indah Riyama Ambarwati,
M.Si., beliau menyarankan ada beberapa perbaikan pada instrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu, (1) diketahuinya harus
jelas tambahan pengertian jangan hanya angka saja, (2) mengurangi
30
31

kesalahan dalam penulisan soal dan pedoman penskoran.Validator yang


terakhir yaitu Bapak Muhamad Jauhari jismat, M.Pd., beliau mengatakan
bahwa instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis sudah
cukup baik dan soal sudah layak digunakan kepada peserta didik. Adapun
tabel soal sebelum dan sesudah validasi adaah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Validator Soal Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis

Soal Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis
Validator
Setelah
Sebelum validasi
validasi
Rizki Wahyu Perbaikan pada kisi-kisi soal dan
Yunian Putra, perbaiki kesalahan pada penulisan Sudah Layak
M.Pd. soal dan pedoman penskoran
Perbaikan pada kisi-kisi soal dan
Riyama
perbaiki kesalahan pada penulisan Sudah Layak
Ambarwati, M.Si.
soal dan pedoman penskoran
Muhamad Jauhari
Sudah Layak Sudah Layak
jismat, M.Pd.

Berdasarkan Tabel 4.1, diperoleh hasil validasi soal oleh ketiga


validator, yaitu bahwa 6 soal uji coba instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematis sudah layak dan dapat dipakai untuk diuji
cobakan. Rincian soal instrumen tes kemampuan pemecahan masalah
matematis yang telah divalidasi oleh validator dapat dilihat pada Lampiran
5, 6 dan 7.

2) Validitas Konstruk
Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang
telah divalidasi oleh validator dan telah direvisi atau diperbaiki,
selanjutnya dijadikan acuan dan pedoman untuk memperbaiki isi data
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Berikut adalah
tabel uji validitas konstruk dalam instrumen tes kemampuan pemecahan
masalah matematis:

Tabel 4.2
Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

No. Soal r x ( y−1) r tabel Keterangan


1. 0,910 0,388 Valid
2. 0,318 0,388 Tidak Valid
3. 0,856 0,388 Valid
4. 0,578 0,388 Valid
5. 0,375 0,388 Tidak Valid
6. 0,723 0,388 Valid
32

Berdasarkan Tabel 4.2, butir soal nomor 1, 3, 4, dan 6 termasuk ke


dalam kriteria soal tes yang valid, karena r x ( y−1) lebih dari atau sama
dengan r tabel (r x ( y−1) ≥r tabel ). Hal ini menunjukkan bahwa butir soal nomor
1, 3, 4, dan 6 layak diujikan untuk tes pengambilan data pada tes
kemampuan pemecahan masalah matematis.
Dua butir soal uraian menunjukkan bahwa masih terdapat butir soal
yang termasuk ke dalam kategori tidak valid atau r x ( y−1) kurang dari r tabel (
r x ( y−1) <r tabel ) yaitu butir soal nomor 2 dan 5. Hal ini menunjukkan bahwa
butir soal nomor 2 dan 5 tidak layak untuk diujikan untuk pengambilan
data pada tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Penyebab soal
tersebut tidak valid disebabkan oleh faktor yaitu pernyataan yang tidak
dipahami oleh responden dan pernyataan yang kita susun tidak sesuai
dengan kondisi obyektif. Soal nomor 2 dan 5 dapat disimpulkan tidak
dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis penyebabnya adalah soal yang telah valid sudah
memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.
Perhitungan uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 9.

b. Uji Tingkat Kesukaran


Berdasarkan tingkat kesukaran, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan apakah soal yang diuji dianggap sulit, sedang dan mudah. Hasil
tingkat kesukaran tercantum dalam pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3
Uji Tingkat KesukaranTes Kemampuan Pemecahan Masalah

No Tingkat Kesukaran Keterangan


1 0,588 Sedang
2 0,779 Mudah
3 0,597 Sedang
4 0,267 Sukar
5 0,387 Sedang
6 0,408 Sedang

Berdasarkan Tabel 4.3, hasil perhitungan tingkat kesukaran butir tes


terhadap 6 butir tes yang diuji coba menunjukkan bahwa hasil tes tersebut
memiliki kategori soal mudah, sedang dan sukar. Terdapat soal yang
berkategori sukar dengan indeks kesukaran (0,00< I ≤0,30 ) yaitu soal nomor
4, soal yang berkategori sedang dengan indeks kesukaran ( 0,30< I ≤0,70 )
yaitu soal nomor 1, 3, 5, dan 6, dan soal yang berkategori mudah dengan
indeks kesukaran (0,70< I ≤1,00 ) yaitu soal nomor 2. Jika soal terlalu sukar
maka peserta didik tidak dapat menjawab, jika soal terlalu mudah peserta
didik bisa menjawab semua. Sehingga soal yang digunakan yaitu yang dengan
tingkat kesukaran mudah, sedang dan sukar agar dapat membedakan
33

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Perhitungan dapat


dilihat pada Lampiran 11.

c. Uji Daya Beda


Uji daya beda pada penelitian ini bertujuan untuk menentukan sejauh
mana kemampuan peserta didik dapat dibedakan antara peserta didik
berkemampuan rendah dan tinggi. Hasil analisis dari uji daya beda soal
kemampuan pemecahan masalah ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.4
Uji Daya Beda Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

No Daya Beda Keterangan


1 0,804 Baik Sekali
2 0,178 Jelek
3 0,638 Baik
4 0,404 Baik
5 0,214 Cukup
6 0,636 Baik

Berdasarkan Tabel 4.4, perhitungan daya beda butir soal dapat


dinyatakan bahwa terdapat butir soal yang tergolong jelek yang berada dalam
rentang (0,00< DP ≤ 0,20) yaitu butir soal nomor 2, butir soal yang
tergolong cukup yang berada dalam rentang (0,20< DP ≤ 0,40) yaitu butir
soal nomor 5, butir soal tergolong baik yang berada dalam rentang
(0,40< DP ≤ 0,70) yaitu butir soal nomor 3, 4, dan6, dan butir soal tergolong
baik sekali yang berada dalam rentang (0,40< DP ≤ 0,70) yaitu butir soal
nomor 1. Berdasarkan kriteria butir tes yang akan digunakan untuk
pengambilan data, maka butir tes uji coba telah memenuhi kriteria sebagai
butir tes yang dapat membedakan peserta didik yang mampu memahami
materi dengan peserta didik yang kurang mampu memahami materi.
Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12.

d. Uji Reliabilitas
Perhitungan indeks reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik terhadap butir soal uji tes yang berupa 6 butir soal
dikatakan baik apabila memiliki koefisien reliabilitas lebih dari r tabel =0,70 (r 11
≥ 0,70). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, hasilnya
menunjukkan bahwa tes kemampuan pemecahan masalah matematispeserta
didik memiliki indeks reliabilitas yaitu sebesar 0,718. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel (pengukurannya konsisten
dan akurat) karena 0,718 ≥ 0,70, sehingga hasil tes untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dapat dipercaya dan
layak digunakan untuk mangambil data. Perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 10.
34

2. Kesimpulan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan masalah


Matematis
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas konstruk, reliabilitas, uji
tingkat kesukaran soal, dan daya beda soal dapat dijelaskan pada tabel
kesimpulan sebagai berikut:

Tabel 4.5
Kesimpulan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis

Tingkat Daya Keteranga Reliabilita


No. Validitas
Kesukaran Pembeda n s
1. Valid Sedang Baik Sekali Digunakan
2. Jelek Tidak
Tidak Valid Mudah Digunakan
3. Valid Sedang Baik Digunakan
Reliabel
4. Valid Sukar Baik Digunakan
5. Cukup Tidak
Tidak Valid Sedang Digunakan
6. Valid Sedang Baik Digunakan

Berdasarkan Tabel 4.5, uji coba tes yang terdiri dari 6 butir soal diperoleh
hasil bahwa 4 butir soal tergolong valid dan 2 butir soal tergolong tidak valid.
Sehingga 4 butir soal memenuhi kriteria tes yang diharapkan. Berdasarkan 6 soal
yang telah di uji cobakan, peneliti mengambil 4 butir soal yaitu butir soal nomor
1, 3, 4,dan 6 untuk pengambilan data nilai kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik. Soal–soal yang sudah diuji cobakan tersebut digunakan
untuk pengambilan data nilai kemampuan pemecahan masalah matematis pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Analisis Data Hasil Penelitian


1. Data Amatan
a. Deskripsi Data Amatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Setelah penelitian selesai di lakukan, data nilai Posttest yang telah
diperoleh kemudian dicari nilai tertinggi ( X maks) dan terendah ( X min) pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian dicari ukuran tendensi
sentralnya yang meliputi rataan ( x ), median ( M e), modus ( M 0), dan ukuran
variasi kelompok meliputi jangkauan ( R ) dan simpang baku ( Sd ), yang
kemudian dapat dirangkum dalam Tabel 4.6 berikut:
35

Tabel 4.6
Deskripsi Data Amatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Ukuran Terdensi Ukuran Variansi


Kelompok X max X min Sentral Kelompok
x Mo Me R Sd
Eksperimen 1 100 68,18 84,25 81,82 82,95 31,82 9,16
Eksperimen 2 100 70,45 85,94 86,36 86,36 29,55 8,62
Kontrol 100 59,09 73,86 75,00 75,00 40,91 9,16

Berdasarkan Tabel 4.6, hasil kemampuan pemecahan masalah


matematis kelas eksperimen satu didapatkan nilai maksimum dan minimum
masing-masing sebesar 100 dan 68,18 dan kelas eksperimen satu didapatkan
nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 100 dan 70,45,
sedangkan pada kelas kontrol didapatkan nilai maksimum dan minimum
masing-masing sebesar 100 dan 59,09. Kemudian rata-rata nilai, modus dan
median pada kelas eksperimen satu masing-masing sebesar 84,25, 81,82, dan
82,95 dan kelas eksperimen dua masing-masing sebesar 85,94, 86,36, dan
86,36, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata nilai, median dan modus
masing-masing sebesar 73,86, 75,00, dan 75,00. Kesimpulannya bahwa hasil
kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen dua yang
menerapkan model pembelajaranSurvey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R) berbantuan LKPD lebih tinggi dari hasil kemampuan pemecahan
masalah pada kelas eksperimen satu yang menerapkan model pembelajaran
Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dan kelas kontrol yang
menerapkan model pembelajaran konvensional. Perhitungan data kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik dapat dilihat pada lampiran 16
dan 18.

2. Hasil Uji Prasyarat


Hasil uji prasyarat tes kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan guna mengetahui populasi data dalam suatu
penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data dalam
menggunakan uji normalitas Liliefors yang dilakukan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perhitungan uji normalitas data kemampuan pemecahan
masalahpeserta didik pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada
lampiran 19. Berikut adalah rangkuman hasil uji normalitas kelompok data:
36

Tabel 4.7
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis

No. Kelompok p−Value Signifikansi Keputusan


Eksperimen 1 Beristribusi
1. 0,200 0,05
Normal
Eksperimen 2 Beristribusi
2. 0,102 0,05
Normal
Kontrol Beristribusi
3. 0,200 0,05
Normal

Berdasarkan Tabel 4.7, hasil dari perhitungan uji normalitas


kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada taraf signifikansi a=0,05
dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa data yang diperoleh dari kelas
eksperimen satu, kelas eksperimen dua dan kelas kontrol berasal dari populasi
yang berdistribusi normal karena sesuai dengan kriteria dimana nilai
p−Value> α .

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dipakaiuntuk melihat sama atau tidaknya varians
dalam populasi data. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan pada
data nilai kemampuan pemecahan masalahpeserta didik. Uji varians data
dalam penelitian ini menggunakan teknik uji Homogeneity of Variance Test
dalam program SPSS. Perhitungan uji homogenitas data peserta didik pada
masing-masing kelompok dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran
20. Berikut adalah hasil perhitungan uji homogenitas pada taraf signifikansi
∝=5 % :

Tabel 4.8
Rangkuman Uji Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah

Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah


p−Value 0,937
Homogeneity p−Value> 0,05
Kesimpulan Homogen

Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa data kemampuan


pemecahan masalahberasal dari varians populasi yang sama atau homogen
karena sesuai dengan kriteria dimana p−Value=0,937> α=0,05.

3. Hasil Uji Hipotesis Anova Satu Jalur


Setelah diketahui data penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal
dan populasi yang sama atau homogen, maka langkah selanjutnya akan dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji parametrik yaitu uji Anova Satu
37

Jalur. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh
hasil kemampuan berpikir pemecahan masalah matematis antara kelas
eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. Pengujuan hipotesis Anova
Satu Jalur dilakukan menggunakan program SPSS 26. Hasil analisis yang
diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Uji Hipotesis Anova Satu Jalur

Pemecahan Masalah Matematis


Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2498,747 2 1249,373 14,527 ,000
Within Groups 7482,330 87 86,004
Total 9981,076 89

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat dilihat bahwa hasil analisis Anova Satu Jalur
diperoleh nilai p−Value yaitu sebesar 0,000 dengan derajat angka signifikansi
yang dipakai yaitu 0,05 . Hal tersebut menunjukkan p−Value< 0,05, sehingga
H 0 ditolak dan H 1 diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematis dari ketiga perlakuan.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD,
model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R), dan model
pembelajaran konvensional memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematispeserta didik.
Hasil Anova Satu Jalur menunjukkan bahwa H 0 ditolak, sehingga terdapat
minimal 1 pasang model yang memberikan rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematisyang berbeda, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan
metode Scheffe. Metode Scheffe digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui model yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik. Hasil output uji lanjut Scheffe
dengan menggunakan SPSS 26 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10
Uji Lanjut Scheffe

Multiple Comparisons
Mean
(I) Model Difference
Pembelajaran (J) Model Pembelajaran (I-J) Std. Error Sig.
Model SQ3R Model SQ3R berbantuan -3,18133 2,39449 ,417
LKPD
Model Konvensional 9,24200* 2,39449 ,001
Model SQ3R Model SQ3R 3,18133 2,39449 ,417
berbantuan LKPD Model Konvensional 12,42333* 2,39449 ,000
Model Model SQ3R -9,24200* 2,39449 ,001
38

Multiple Comparisons
Mean
(I) Model Difference
Pembelajaran (J) Model Pembelajaran (I-J) Std. Error Sig.
Konvensional Model SQ3R berbantuan -12,42333* 2,39449 ,000
LKPD
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Berdasarkan Tabel 4.10, dapat diketahui bahwa model pembelajaran yang


memiliki perbedaan yang signifikan yaitu antara model pembelajaran model
pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dengan model
pembelajaran konvensional. Penyebab ini adalah pada kelas tersebut diperoleh
nilai p−Value yaitu sebesar 0,001 dengan derajat angka signifikansi yaitu 0,05 ,
maka p−Value< 0,05. Kemampuan pemecahan masalah matematis dengan
perlakuan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
berbeda secara signifikan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
dengan perlakuan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
berbantuan LKPD dengan model pembelajaran konvensional diperoleh nilai
p−Value yaitu sebesar 0,000 dengan derajat angka signifikansi yaitu 0,05 ,
maka p−Value< 0,05, Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis
dengan perlakuan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R) berbantuan LKPD berbeda secara signifikan dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis dengan perlakuan model pembelajaran
konvensional.
Jadi, berdasarkan hasil analisis dari uji lanjut dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan
LKPD dan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
memberikan pengaruh yang paling baik terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematispeserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Perhitungan uji Anava Satu Jalur dan uji komparasi ganda dalam
penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 19 dan 20.

C. Pembahasan
Penelitian ini memiliki satu variabel bebas dan satu variabel terikat, dimana
variabel bebasnya yaitu model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R), serta varibel terikatnya yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X
diSMA Negeri 3 Empat Lawang. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah
kelas X IPA 1, X IPA 3, dan X IPA 5. Jumlah peserta didik kelas X IPA 1 yaitu
sebanyak 30 peserta didik, kelas X IPA 3 yaitu sebanyak 30 peserta didik, dan kelas
X IPA 5 yaitu sebanyak 30 peserta didik. Kelas X IPA 1sebagai kelas eksperimen
(perlakuan) satu yang menerapkan model pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R), kelas X IPA 5 sebagai kelas eksperimen (perlakuan) dua
yang menerapkan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R) berbantuan LKPD, dan kelas X IPA 3 sebagai kelas kontrol yang
menerapkan model pembelajaran konvensional. Materi yang diajarkan dalam
39

penelitian ini adalah SPLTV. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model
pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik. Peneliti akan melakukan posttest untuk
mengukur akhir pemecahan masalah matematis peserta didik, serta menghitung nilai
setelah diterapkan perlakuan pada masing-masing kelas sampel.
Model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) adalah
suatu model pembelajaran yang menggunakan strategi membaca sehingga dapat
mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan memberikan tugas membaca
materi belajar secara seksama dan cermat. Model pembelajaran SQ3R bersifat
praktis dan dapat diterapkan atau diaplikasikan kedalam berbagai pendekatan
pembelajaran. Manfaat dari model pembelajaran SQ3R yaitu memberi kemungkinan
pada pembaca untuk menentukan apakah bacaan tersebut sesuai dengan
keperluannya atau tidak, memberi kesempatan kepada para pembaca untuk berlaku
fleksibel, dan membekali pembaca untuk belajar secara sistematis. Penerapan
metode SQ3R dalam pembelajaran akan menghasilkan pemahaman yang
komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman yang komprehensif akan bertahan lebih
lama tersimpan di dalam otak, daripada sekedar mengingat fakta. Model
pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar dengan efektif dan
efisien apabila dibandingkan dengan belajar tanpa menerapkan model yang sesuai
dengan kondisi peserta didik.
LKPD adalah suatu media sarana yang berupa lembar kerja yang berisikan
materi, ringkasan, percobaan-percobaan yang digunakan untuk melakukan
pemecahan masalah serta mengarahkan peserta didik lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Media ini umumnya berisi sebuah praktikum, percobaan yang dapat
dikerjakan dirumah, berupa materi bahan diskusi, ataupun soal-soal latihan yang
dapat mengarahkan peserta didik beraktifitas didalam sebuah proses pembelajaran.
Hal ini berarti melalui penggunaan LKPD, peserta didik dapat melakukan
aktivitassekaligus memperoleh semacam ringkasan dari materi yang menjadi dasar
aktivitastersebut. LKPD dapat dijadikan sebagai salah satu perangkat atau sarana
pendukung. LKPD dalam penelitian ini digunakan pendidik dalem menunjang
proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran SQ3R agar
dapat berjalan dengan baik dan dapat diharapkan dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
Proses pembelajaran pada model pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD dimulai dengan melakukan pra penelitian
untuk melihat kemampuan awal peserta didik. Merujuk dari hasil yang telah
diperoleh, masih banyak peserta didik yang belum menguasai kemampuan
pemecahan masalah matematis. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya nilai setiap
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Empat indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali
jawaban. Nilai setiap indikator kemampuan pemecahan masalah matematis masih
tergolong rendah dan masih dibawah rata-rata. Melalui penerapan model
pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD
peserta didik akan dilatih untuk menguasai kemampuan pemecahan masalah
matematis.
Langkah pertama pada model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) berbantuan LKPD yaitu langkah Survey. Dalam tahap ini pendidik
40

membagikan peserta didik ke dalam beberapa kelompok, kemudian membagikan


LKPD dan menyampaikan petunjuk dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di
LKPD. Selanjutnya pendidik mendorong melakukan survei, dimana peserta didik
dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna kuning, hijau
dan sebagainya) seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu. Pendidik
mengarahkan peserta didik untuk menyiapkan bahan pertanyaan, untuk
memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah
selanjutnya.Langkah ini dapat melatih indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis yaitu kemampuan memahami masalah.
Langkah kedua dari model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) berbantuan LKPD yaitu langkah Question. Tahap ini peserta didik
melakukan analisis dengan informasi yang telah ada sehingga menjadi sekumpulan
ide. Pendidik memberi petunjuk atau contoh kepada para peserta didik untuk
menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian
teks yang telah ditandai. Langkah ini juga dapat melatih indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis yaitu kemampuan memahami masalah.
Langkah ketiga dari model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) berbantuan LKPD yaitu langkah Read. Tahap ini pendidik
mengajak peserta didik untuk membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Setelah menghasilkan ide
kemudian peserta didik melaksanakan rencana agar mendapatkan solusi. Peserta
didik diarahkan untuk mengembangkan pemikiran dan keterampilannya, kemudian
membuat berupa dugaan jawaban. Langkah ini dapat melatih indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis yaitu kemampuan merencanakan pemecahan.
Langkah keempat dari model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) berbantuan LKPD yaitu langkah Recite. Tahap ini pendidik
meminta beberapa kelompok untuk memperesentasikan hasil diskusi mereka terkait
dengan jawaban dari pertanyan yang telah tersusun. Pendidik memberi petunjuk
kepada peserta didik untuk tidak membuka catatan jawaban. Jika sebuah pertanyan
sudah terselesaikan, maka peserta didik dapat melanjutkan dalam menjawab
pertanyaan berikutnya. Sehingga seluruh pertanyaan dapat diselesaikan dengan
baik. Langkah ini dapat melatih indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis yaitu kemampuan menyelesaikan masalah.
Langkah terakhir dari model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R)berbantuan LKPD yaitu langkahReview. Dalam tahap ini pendidik
mengarahkan peserta didik untuk meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban
yang sudah terselesaikan secara teliti, jika ada kekeliruan pendidik meluruskannya.
Langkah ini dapat melatih indikator kemampuan pemecahan masalah matematis
yaitu memeriksa kembali.
Kendala yang ditemui peneliti pada pertemuan pertama dikelas yakni
suasana kelas yang sedikit canggung karena belum terbiasa dengan peneliti sebagai
pengajar. Peserta didik yang masih terbiasa hanya mendengarkan materi yang
diberikan sehingga belum terbiasa dengan cara belajar yang baru, disaat
diterapkannya perlakuan oleh peneliti harus dilaksanakan secara bertahap agar
peserta didik dikelas eksperimen mulai terbiasa. Kendala lain yang dihadapi
peneliti pada proses pembelajaran SQ3R kurang kondusifnya peserta didik dalam
proses pembagian kelompok, jam pembelajaran singkat sehingga penyesuaian
rencana pembelajaran yang disiapkan tidak sesuai dengan yang diterapkan, dan
41

penggunaan waktu yang kurang efisien karena waktu yang dibutuhkan peserta didik
dalam berdiskusi dan mempresentasikan hasilnya kurang maksimal.
Pelaksanaan pertemuan kedua, diawali dengan mengucapkan salam kepada
peserta didik, kelas dimulai dengan membaca do’a yang dipimpin ketua kelas.
Selanjutnya peneliti memeriksa daftar hadir dengan menanyakan siapa yang tidak
hadir dan keterangannya. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dari
pertemuan ini dan sekilas membahas materi yang dibahas sebelumnya.
Pembelajaran masih menerapkan model pembelajaran SQ3R dengan bantuan papan
tulis, buku paket dari guru dan LKPD yang telah disiapkan sebagai bahan ajar.
Pertemuan kedua ini, peserta didik mulai membiasakan belajar dengan model
SQ3R, namun masih ada beberapa siswa masih pasif dalam proses pembelajaran.
Penggunaan waktu mulai terencana tapi belum efektif, disebabkan terdapat
beberapa peserta didik kurang konsentrasi dalam belajar seperti berbicara dengan
sesama peserta didik.
Pertemuan ketiga, tetap menerapkan model SQ3R, pelaksanaan sama seperti
sebelumnya. Respon peserta didik mulai lebih aktif, didalam diskusi lebih berani
mengungkapkan pendapat. Kendala ditemui pada pertemuan ini sudah mulai
terminimalisir, dimana penerapan model ini peserta didik terbiasa dan sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat oleh peneliti.
Pertemuan keempat, pelaksanaan seperti pertemuan sebelumnya, peneliti
memasuki kelas, mengucapkan salam, mempersilahkan ketua kelas memimpin do’a
untuk mengawali pembelajaran. Peneliti membahas kembali materi sebelum-
sebelumnya. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini tetap menerapkan model
SQ3R dan menggunakan pembelajaran dengan berkelompok. Kendala sudah tidak
ditemui, kondisi kelas sudah kondusif, tidak ada siswa yang membuat keributan
didalam pembelajaran, lebih antusias. Diakhir pembelajaran . Kegiatan
pembelajaran pada pertemuan ini tetap menerapkan model SQ3R dan menggunakan
pembelajaran dengan berkelompok. Kendala sudah tidak ditemui, kondisi kelas
sudah kondusif, tidak ada siswa yang membuat keributan didalam pembelajaran,
lebih antusias. Diakhir pembelajaran . Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini
tetap menerapkan model SQ3R dan menggunakan pembelajaran dengan
berkelompok. Kendala sudah tidak ditemui, kondisi kelas sudah kondusif, tidak ada
siswa yang membuat keributan didalam pembelajaran, lebih antusias. Diakhir
pembelajaran, peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi
yang telah disampaikan dari pertemuan awal hingga materi selesai.
Akhir pertemuan, peneliti memberikan soal posttest mengenai materi SPLTV
untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik.tipe soal yang diberikan sama dengan soal yang diberikan
untuk melihat data awal, terdapat perbedaan pada angka-angka dalam soal dan
objek yang digunakanserta soal yang diberikan berupa soal uraian.
Penerapan pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran
langsung. Pada pertemuan pertama, setelah diberikan materi, peserta didik diberi
kesempatan bertanya mengenai materi yang kurang dipahami, kemudian peneliti
memberikan soal. Ketika proses pembelajaran berlangsung peserta didik hanya
memperhatikan dan mendengarkan materi yang diberikan, apabila dalam
pembelajaran peserta didik kurang memahami materi maka peserta didik akan
bertanya dan kondisi dimana pendidik memberikan pertanyaan terdapat peserta
didik yang menjawab. Selanjutnya peneliti meminta peserta didik untuk
42

merangkum materi dan menyampaikan materi yang akan dipelajari dipertemuan


berikutnya.
Pertemuan ini, peneliti menemukan beberapa kendala yaitu masih banyak
peserta didik yang belum mampu memecahkan atau menyelesaikan soal maupun
pertanyaan yang diberikan, masih banyak peserta didik mengobrol pada saat jam
pembelajaran dan tidak mencatat apa yang disampaikan. Pertemuan kedua dan
ketiga , sama halnya yang dilakukan pada pertemuan pertama. Kendala yang
ditemukan yaitu peserta didik masih banyak yang mengobrol pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Pertemuan keempat, tingkat kegaduhan yang disebabkan peserta didik mulai
berkurang, peneliti mengambil tindakan sedikit tegas dimana peserta didik harus
kondusif dalam pembelajaran yang berlangsung. Dipertemuan ini peserta didik
sudah mulai terbiasa dengan peneliti, dan menjalani pembelajaran dengan antusias.
Materi telah disampaikan , kemudian peserta didik diberikan soal posttest yang sama
dengan kelas eksperimen untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik.
Ketertarikan peserta didik pada model pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD sangat terlihat pada langkah Survey dan
langkah Recite. Langkah tersebut membuat suasana saat proses kegiatan belajar
mengajar (KBM) yang lebih efektif dan menyenangkan, dimana peserta didik
merasa nyaman, termotivasi, semangat dan terlihat aktif dalam belajar dikelas serta
mampu berkomunikasi dengan baik dalam menerima materi yang telah disampaikan
oleh peneliti. Peserta didik yang telah memperoleh perlakuan model pembelajaran
Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD menghasilkan
kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih baik serta dapat
mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri setiap peserta didik dibandingkan
dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.
Penyebab lain yang membuat model pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD lebih baik dari model pembekajaran
konvensional yaitu peserta didik pada penerapan model SQ3R berbantuan LKPD
diarahkan untuk terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan sehingga peserta didik
menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat pertanyaan. Kemudian peserta
didik lebih berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang
mendalami isi bacaan atau teks tersebut. Selanjutnya peserta didik dapat bekerja
sama dalam kelompoknya untuk saling bertukar pendapat dalam memahami konsep
materi yang disajikan dalam uraian teks. Akan tetapi, masih terdapat peserta didik
yang pasif ketika diterapkannya model pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD yaitu pada saat peserta didik
menyampaikan hasil diskusi kelompok, dimana ada beberapa peserta didik yang
kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi. Hal tersebut disebabkan
peserta didik tidak fokus kurang semangat ketika dilaksanakannya proses diskusi
kelompok di kelas. Secara menyeluruh, peserta didik dapat merespon dan
memahami materi dengan baik pada model pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD.
43

Penyebab yang membuat model pembelajaran konvensional tidak lebih baik


dari model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
berbantuan LKPD yaitu peserta didik tidak diarahkan untuk terbiasa berpikir
sehingga membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak terlatih untuk membuat
pertanyaan. Selanjutnya peserta didiktidak diberikan kesempatan untuk bekerjasama
atau diskusi kelompok dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian
teks. Kemudian masih ada beberapa peserta didik yang kurang percaya diri dalam
menyampaikan hasil diskusi. Hal tersebut disebabkan peserta didik tidak fokus
kurang semangat ketika dilaksanakannya proses diskusi kelompok di kelas.
Proses penelitian dengan model pembelajaran Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD, model pembelajaran Survey, Question,
Read, Recite, Review (SQ3R), dan model pembelajaran konvensional selesai
dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa hasil kemampuan pemecahan masalah
matematis pada kelas eksperimen dua yang menerapkan model pembelajaran
Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD lebih tinggi dari
hasil kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen satu yang
menerapkan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
dan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan terlihat bahwa terdapat perbedaan
perlakuan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
berbantuan LKPD dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini menyebabkan
hasil kemampuan pemecahan masalah matematis lebih baik jika diajarkan
menggunakan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
berbantuan LKPD dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Penyebabnya adalah model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R) berbantuan LKPD lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan
LKPD membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, peserta didik
dilatih untuk dapat menyelesaikan masalah dengan baik, ilmu yang didapat oleh
peserta didik akan lebih lama untuk diingat, dan model pembelajaran ini sangat
efektif karena sebagai pusat pembelajaran yang lebih mengutamakan peran peserta
didik dan bersifat student centered. Hal ini menyebabkan faktor yang memengaruhi
model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan
LKPD dapat membantu dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan pemecahan
masalah matematis.

Hasil yang diperoleh peneliti juga selaras dengan penelitian sebelumnya yang
menggunakan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
berbantuan LKPD oleh Soraya, Rosmaiyadi, dan Rika Wahyuni, hasil yang
didapatkan bahwa pembelajaran denganmodel Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta
didik.53 Selanjutnya penelitian oleh Deviyanti Pangestu, Maman Surahman, dan

53
Soraya, Rosmaiyadi, dan Rika Wahyuni, “Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Smp Pada Materi Pola Bilangan,” JPMI (Jurnal
44

Yulita Dwi Lestari hasil yang didapatkan bahwa pembelajaran denganmodel Survey,
Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematis peserta didik.54 Kemudian penelitian oleh S. Rahayuningsih dan I.
Kristiawan, hasil yang didapatkan bahwa pembelajaran dengan model Survey,
Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis peserta didik. 55

Pendidikan Matematika Indonesia) 6, no. 1 (2021): h. 28,


https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JPMI/article/view/880.
54
Deviyanti Pangestu, Maman Surahman, and Yulita Dwi Lestari, ‘Pengaruh Model
Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik Di Sekolah Dasar’, Pedagogi: Jurnal Pendidikan Dasar, 8.2 (2020), 18–27 (p. h. 18).
55
S Rahayuningsih and I Kristiawan, ‘Penerapan Model SQ3R Terhadap Pemahaman Konsep
Matematika Di Masa Pandemi’, Paedagoria : Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan
Kependidikan, 9.2 (2021), 215–23 (p. h. 215).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji hipotesis Anova Satu
Jalur, diperoleh hasil bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, dan dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) berbantuan LKPD terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik. Model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite,
Review (SQ3R) berbantuan LKPD lebih baik jika dibandingkan dengan model
pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R), dan model
pembelajaran konvensional dalam memberikan pengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik.

B. Rekomendasi
Penelitian yang telah dilakukan penulis terdapat beberapa kekurangan dalam
pelaksanaan dikelas, yaitu alokasi waktu yang telah disusun didalam RPP belum
sesuai pada saat kegiatan pembelajaran dan kurangnya kemampuan peneliti dalam
pengelolaan kelas sehingga masih ada peserta didik yang masih belum fokus dengan
materi peneliti berikan. Berdasarkan beberapa kekurangan dalam penelitian ini
terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti kepada beberapa pihak
yang terkait dalam penelitian ini:
1. Peserta Didik
Peserta didik harus belajar dengan rajin dan tekun dalam upaya
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
Peserta didik ketika diskusi, sebaiknya dapat mencari alternatif jawaban dari
setiap penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi, fokus dalam menyelesaian
permasalahan saat diskusi, dan berani serta percaya diri saat menyampaikan hasil
diskusi.
2. Pendidik
Pendidik dalam upaya mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik perlu adanya inovasi model pembelajaran yang tepat
agar dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik. model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
berbantuan LKPD merupakan salah satu solusi model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
menjadi lebih baik. Model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R) berbantuan LKPD baik diterapkan dalam pembelajaran matematika di
SMA Negeri 3 Empat Lawang kelas X pada mata materi SPLTV.
3. Sekolah
Sekolah sebagai salah satu sarana dalam menimba ilmu pendidikan,
difokuskan untuk dapat memberikan informasi kepada pendidik agar dapat
memberikan inovasi model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Model pembelajaran
Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD merupakan
46

salah satu solusi model pembelajaran yang dapat mengembangkan pemecahan


masalah matematis peserta didik menjadi lebih baik.
4. Peneliti Lanjutan
Peneliti lanjutan yang berniat untuk menerapkan model pembelajaran
Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) berbantuan LKPD alangkah
baiknya dapat mempersiapkan materi pembelajaran dan waktu dengan sebaik
mungkin, serta peneliti juga harus memahami karakter dari masing-masing
peserta didik, baik peserta didik dengan kemampuan tinggi, sedang, rendah.
Penyebabnya adalah pada penelitian ini peneliti kesulitan dalam menentukan
materi pembelajaran yang tepat, sulitnya menentukan waktu yang tepat untuk
melaksanakan penelitian, dan sulitnya memahami karakter dari masing-masing
peserta didik. Peneliti berikutnya juga harus mempertimbangkan beberapa faktor
tersebut yang dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik sehingga keterbatasan dalam penelitian ini dapat diminimalisir pada
penelitian-penelitian berikutnya serta memperoleh hasil kemampuan pemecahan
masalah matematis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adelita, Fitria, Achi Rinaldi, and Fredi Ganda Putra, "The Effect of Hypnoteaching
Learning Method on Students’ Problem- Solving Skills and Concept
Understanding", Numerical: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 5.1
(2021), 49–56

Afriyeni. "Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R terhadap Kemampuan Pemahaman


Konsep dan Pemahaman Prosedural." Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia,
2017: 23-29.

Mai Sri Lena, Netriwati. Metode Penelitain. Malang: CV.IRDH, 2019.

Ananda, Rusydi, and Muhammad Fadhli. Statistik Pendidikan. Medan: CV. idya
Puspita, 2018.

Bakhtiar, Ahmad. "Improving Student 'Reading Comprehension By Using SQ3R


Method." Jurnal of English Language Teaching, 2018: 203-212.

Bayuningsih, A S, B Usodo, and S Subanti, "Analysis of Junior High School Students’


Problem-Solving Ability Reviewed from Self-Regulated Learning", International
Journal of Science and Applied Science: Conference Series, 2.1 (2017), 51
<https://doi.org/10.20961/ijsascs.v2i1.16678>

Budiyanto, Agus Krisno. Sintaks 45 Metode Pembelajaran dalam Students Centered


Learning (SCL). Malang: UMM PRES, 2019.

creswel, Jhon. Metodologi Penelitian Research. Yogyakarta: Mizan, 2017 .

Deviyanti Pangestu, Maman Surahman, and Yulita Dwi Lestari, "Pengaruh Model
Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Di Sekolah Dasar", Pedagogi: Jurnal
Pendidikan Dasar, 8.2 (2020), 18–27 (p. h. 18).

Fadhli, Rusydi Ananda dan Muhammad. Statistik Pendidikan. Medan: CV. Widya
Puspita, 2018.

Hartati, Suci, Ratu Ayu Bilqis, and Achi Rinaldi, "Mathematical Problem-Solving
Abilities and Reflective Thinking Abilities: The Impact of the Influence of
Eliciting Activities Models", Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 11.1
(2020), 167–78 <https://doi.org/10.24042/ajpm.v11i1.6709>
48

Hayati, Sri. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning. Magelang:


Graha Cendekia, 2017.

Hendriana and Sumarmo. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung Reflika


Aditama, 2016).

Huda Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran ( Isu-Isu Metodis dan


Paradigmatis), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2017.

Isrok'atun, and Amelia Rosmala. Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta :


PT Bumi Aksara, 2018.

Jamroni, Rizky Wahyu, and Mujib. "Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal


Teaching dengan Fieldtrip terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis."
APOTEMA: jURNAL Program Studi Pendidikan Matematika, 2019: 42-49.

Masykur, Rubhan, Nofrizal, and Muhammad Syazali. "Pengembangan Media


Pembelajaran Matematika dengan Macromedia Flash." Al-Jabar : Jurnal
Pendidikan Matematika, 2017: 177.

Mawaddah, Siti, and Hana Anisah. "Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) di SMP." EDU-MATH Jurnal Pendidikan Matematika,
2015: 167.

Mulyono. Strategi Pembelajaran diabad Digital. Yogyakarta: Gawe Buku, 2018.

Munawar, Sofwan, Yuyu Yuhana, and Cecep Anwar. "Pengaruh Model Pembelajaran
SQ3R terhadap Kemampuan Refresentasi Matematis Peserta Didik."
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika, 2020:
113.<https://doi.org/10.48181/tirtamath.v2i2.8324>

Naolaka, Amos. Landasan Pendidiksn. Depok: KENCANA, 2017.

Netriwati. "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Teori


Polya ditinjau dari Pengetahuan Awal Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung."
Jurnal Pendidikan Matematika, 2016: 181-190.

Netriwati. "Pengaruh Penggunaan Software Maple 11 terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Materi Deferensial." Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 2013:
123-134.

Netriwati, and Sri Lena. Metode Penelitian Matematika and Sains. Bandar Lampung,
2019.

Novalia, and Muhammad Syazali. Olah Data Pendidikan. Bandar Lampung: Anugrah
Utama Raharja, 2014.
49

Nurdyansyah, and Eni Fariyatul Fahyuni. Inovasi Model. Malang: Nizmania Learning
Center, 2016.

Polya, G., Polya Ho to Solve It, Princeton University Press, Princeton, New Jersey,
1973

Prastowo, Andi. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik


Terpadu Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri,
2017.

Putra, Harry Dwi. "Kemampuan Pemecahan Masalah Mtematis Siswa SMP pada
Materi Bangun Ruang." JIPM, 2018: 76-
85.<https://doi.org/10.25273/jipm.v6i2.2007>

Rahayuningsih, S, and I Kristiawan, ‘Penerapan Model SQ3R Terhadap Pemahaman


Konsep Matematika Di Masa Pandemi’, Paedagoria : Jurnal Kajian, Penelitian
Dan Pengembangan Kependidikan, 9.2 (2021), 215–23

Rahmadani, Nanda Ayu. "Efektifitas Model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,
Review) Berbantuan LKPD Berorientasi Etnomatematika terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Peserta Dididk." Repository UIN Raden Intan
Lampung, 2020: 1-
37.<http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203>.

Rahman, Taufiqur. Aplikasi Model-Model Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan


Kelas. Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2018.

Rinaldi, Achi. Novalia and Syazali Muhamad. Statistik Inferensial untuk Ilmu Sosial
dan Pendidikan. Bogor: IPB Press,2020

Roebyanto, Goenawan, and Sri Harmani. Pemecahan Masalah Matematika untuk


PGSD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017.

Rosita, Eni. "Pengaruh Model Pembelajaran Improva terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Peserta didik."
Repository UIN Raden Intan Lampung, 2018: 1-220.

S, Sudirman, and Zanthy L. S. "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Siswa MA Menggunakan Pendekatan Problem Based Learning." Journal on
Education, 2019: 198-206.

Shoimin, Aris. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016.

Soraya, S, and R Rosmaiyadi. "Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R terhadap


Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP pada MMateri Pola Bilangan."
50

JPMI, 2021: 28-


34.<https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JPMI/article/view/880>.

Sugiono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2017.

sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RnD. Bandung: Alfabeta, 2016.

Wahyudi, and Indri Anugraheni. Strategi Pemecahan Masalah Matematika. ponegoro-


salatiga: Satya Wacana University Press, 2017.

Widyastuti, Rany. "Proses Berpiki Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika


Berdasarkan Teory Polya ditinjau dari Adversity Quotient Tipe Climber." Al-
Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 2015: 181-189.

Wulandari, Putri, Mujib, and Fredi Ganda Putra. "Pengaruh Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok Berbantuan Perangkat Lunak terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis." Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 2016:
101-106.<https://doi.org/10.24042/ajpm.v7i1.134>.

Yarmayani, Ayu. "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelase


X Mipa SMAN 1 Jambi." Jurnal Ilmiah Dikdaya, 2018: 82.

Yulingga, Nanda, and Wasis. Statistik Pendidikan. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017.

Zulfitri, H. "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Setelah


Pembelajaran dengan Pendekatan MEAs pada Materi Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel." Jurnal Gantang, 2019: 7-13.
51

You might also like