You are on page 1of 17

AYAT ALQURAN DAN HADIST TENTANG HARTA/AL-MAL

O
L
E
H

MASTIRA ROMAITO HASIBUAN, S.E


NIM: 2050200008
JURUSAN: EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A. 2020/2021
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
B. PEMBAHASAN............................................................................................ 2
1. Definisi Harta/Al-Mal.............................................................................. 2
2. Kedudukan Harta..................................................................................... 3
3. Fungsi Harta............................................................................................ 5
4. Unsur-unsur Harta................................................................................... 7
5. Pembagian Harta..................................................................................... 7
6. Memperoleh Harta dan Pemanfaatannya................................................ 8
C. PENUTUP...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17
AYAT AL-QURAN DAN HADIST TENTANG AL-MAAL/HARTA

A. PENDAHULUAN
Bismillahirrahmanirrahim….
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, alhamdulillahi rabbil ‘alamin
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya
layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Ayat Al-quran dan
hadist tentang Al-mal/Harta.
Allah telah menjadikan harta sesuatu yang indah dalam pamdangan manusia,
manusia diberi tabiat alamiah mempunyai kecintaan terhadap harta. Hukum Islam
memandang hartaa mempunyai nilai yang sangat strategis, karena harta merupakan alat dan
sarana untuk memperoleh berbagai manfaat dan mencapai kesejahteraan hidup manusia
sepanjang waktu. Hubungan manusia dengan harta sangatlah erat. Demikian eratnya
hubungan tersebut sehingga naluri manusia untuk memilikinya menjadi satu dengan naluri
untuk mempertahankan hidup manusia itu sendri. Justru harta termasuk salah satu hal
penting dalam kehidupan manusia, karena harta termasuk unsur lima asas yang wajib
dilindungi bagi setiap manisia (al-daririyyat al-khomsah) yaitu jiwa, akal, agama, harta, dan
keturunan.
Harta merupakan kebutuhan inti dalam kehidupan dimana manusia tidak akan bisa
terpisah darinya. Secara umum harta merupakan sesuatu yang disukai manusia, seperti hasil
pertanian, perak dan emas, ternak atau barang-barang lain yang termasuk perhiasan dunia.
Manusia termotivasi untuk mencari harta demi menjaga eksistensinya dan demi
menambah kenikmatan materi dan religi, dia tidak boleh berdiri sebagai penghalang antara
dirinya dengan harta. Namum semua motivasi ini dibatasi dengan tiga syarat, yaitu harta
dikumpulkannya dengan cara yang halal, dipergunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari
harta ini harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat tempat dia hidup.
Harta yang dimiliki setiap individu selain didapatkan dan digunakan juga harus
dijaga. Menjaga harta berhubungan dengan menjaga jiwa, karena harta akan menjaga jiwa
agar jauh dari bencana dan mengupayakan kesempurnaan kehormatan jiwa tersebut.
Menjaga jiwa, menuntut adanya perlindungan dari segala bentuk penganiayaan, baik
pembunuhan, pemotongan anggota badan atautindak melukai fisik.
Harta dalam pandangan islam pada hakikatnya adalah milik Allah Swt. kemudian
Allah telah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta tersebut melalui izin-
Nya, sehingga orang tersebut sah memiliki harta tersebut. Adanya pemilikan seseorang atas
harta kepemilikan individu tertentu mencakup juga kegiatan memanfaatkan dan
mengembangkan kepemilikan harta yang telah dimilikinya tersebut.
Berangkat dari hal tersebut, maka tulisan singkat ini menguraikan makna harta,
pembagian harta, macam-macam harta, cara memperoleh harta, dll.
B. PEMBAHASAN
1. Definisi Harta/Al-Mal
Harta dalam bahasa Arab disebut, al-mal yang berasal dari kata ‫ يميل – ميال‬-‫ مال‬,
yang berarti condong, cenderung, dan miring.
“Sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga
dibutuhkan”
Menurut Hanafiyah, harta mesti dapat disimpan hingga sesuatu yang tidak dapat
disimpan tidak dapat disebut harta. Menurut Hanafiyah manfaat tidak termasuk termasuk
harta melainkan hak milik. Hanafiyah menyatakan bahwa harta adalah sesuatu yang
berwujud dan dapat disimpan sehingga sesuatu yang tidak berwujud dan tidak dapat
disimpan tidak termasuk harta, seperti hak dan manfaat.1
Ada juga yang mengatakan bahwa harta sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh
manusia baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuhan,
maupun yang tidak tampak, yakni manfaat kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal. Oleh
karena itu, menurut etimologis, sesuatu yang tidak dikuasai manusia tidak bisa
dinamakan harta, seperti burung diudara, ikan di dalam air, pohon di hutan, dan barang
tambang yang ada di bumi.2
Adapun pengertian harta secara terminologis, yaitu sesuatu yang diinginkan
manusia berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikannya atau
menyimpannya.3 Atau harta adalah sesuatu zat (‘ain), yang berharga bersifat materi yang

1
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2010), hal. 9.
2
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 21.
3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 59.
berputar di antara manusia.4 Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah pasal 1 ayat (9)
harta adalah benda yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan, baik benda
berwujud maupun tidak berwujud, baik benda terdaftar maupun tidak terdaftar, baik
benda yang bergerak maupun tidak bergerak, dan hak yang mempunyai nilai ekonomis.5
Menurut jumhur ulama (selain ulama Hanafiyah) yang juga dikutip oleh Nasrun
Haroen, al-mal (harta) yaitu:

‫كل ما له قيمة يلز م متلفها بضما نه‬


“Segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang
merusak atau melenyapkannya”.
Lebih lanjut ulama Hanafiyah membedakan harta dengan milik sebagai berikut:
Milik adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak dicampuri
penggunaannya oleh orang lain. Adapun harta adalah sesuatu yang dapat disimpan untuk
digunakan ketika dibutuhkan. Dalam penggunaannya, harta dapat dicampuri oleh orang
lain. Jadi, menurut ulama Hanafiyah, yang dimaksud harta hanyalah sesuatu yang
berwujud (a’yan).6
2. Kedudukan Harta
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan
di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah
satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harga. Selain merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok
bagi manusia, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagi cobaan (fitnah),
sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana untuk menghimpun bekal bagi
kehidupan akhirat.7
Tentang harta sebagai perhiasan kehidupan dunia, Allah berfirman dalam surat
Al-Kahfi ayat 46.8
      
       

4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2008), hal. 10.
5
Op. Cit , hal. 60.
6
Abdul Rahman dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal. 18.
7
Ibid, hal. 20.
8
Al-Quran Al-Karim dan terjemahnya, (Surabaya: Halim, 2014), hal. 15.
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan (Q.S. Al-Kahfi: 46).

Disamping sebagai perhiasan, harta juga berkedudukan sebagai cobaan, Allah


berfirman dalam surat At-Taghaabun ayat 15.9
         
Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi
Allah-lah pahala yang besar (Q. S. Taghaabun: 15).
Harta sebagai sarana untuk memenuhi kesenangan , firman Allah dalam surat Ali-
Imran ayat 14.10
       
      
         
 
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga) (Ali- Imron: 14).

Harta sebagai sarana untuk menghimpun bekal menuju kehidupan akhirat, firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 262.11
          
            
 
Artinya: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q. S. Al-Baqarah: 262).
3. Fungsi Harta
Fungsi harta sangat banyak, baik kegunaan untuk hal yang baik maupun kegunaan
dalam hal yang jelek, diantaranya:

9
Ibid, hal. 557.
10
Ibid, hal. 51.
11
Al-Qur’an al-Karim Mushaf Al-Qur’an Tajwid, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2016), hal. 44.
a. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab
untuk beribadah diperlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam
pelaksanaan shalat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, sedekah, dan
hibah.
b. Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebab kefakiran cenderung dekat
dengan kekafiran, sehingga pemilikan harta dimaksudkan untuk meningkatkan
ketakwaan kepada Allah.
c. Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagaimana
firman Allah berikut ini dalam surat An-Nisa:9.12
        
      
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar (Q.S. An-Nisa:9).

d. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.


e. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut ilmu tanpa
biaya akan terasa sulit.
f. Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan, yakni adanya pembantu dan
tuan, adanya orang kaya dan orang miskin yang saling membutuhkan, sehingga
tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.
g. Untuk menumbuhkan silaturrahmi, karena adanya perbedaan dan keperluan.
Oleh karena itu, perputaran harta dianjurkan oleh Allah, sbagaimana firman Allah
dalam surat Al-Hasyr:7.
          
       
         
           
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat
Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.
12
Ibid, hal. 78.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya (Q.S. Al-
Hasyr:7).

Fungsi harta sesuai dengan ketentuan syariat Islam adalah sebagai berikut:
a. Kesempurnaan ibadah mahdhah, karena ibadah memerlukan sarana, seperti kain dan
mukenah untuk menutup aurat.
b. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, karena
kefakiran dapat membawa kepada kekafiran.
c. Meneruskan estapet kehidupan, karena Allah melarang meninggalkan generasi
penerus yang lemah dalam bidang ekonomi. Sesuai dengan penjelasan dalam Q.S An-
Nisaa: 9.
        
      
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar (Q.S. An-Nisaa:9).

d. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.


e. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu.
f. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, sehingga orang kaya dapat
memberikan pekerjaan kepada orang miskin.13
4. Unsur-unsur Harta
Menurut ulama harta mempunyai dua unsur, yaitu unsur ‘aniyah dan unsur ‘urf.
Unsur ‘aniyah yaitu bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan (a’yan). Manfaat
sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi disebut hak milik atau
hak. Unsur ‘urf yaitu segala sesuatu yang di pandang harta oleh seluruh manusia atau
sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan
manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun manfaat maknawiyah.14
5. Pembagian Harta

13
Rahmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 30.
14
Hendi Suhendi, OP.Cit, hal. 12.
Menurut Fuqaha, harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri dari
beberapa bagian, tiap-tiap bagian memiliki cirri khusus dan hukumnya tersendiri.
Pembagian harta itu sebagai berikut:
a. Harta mutaqawwin dan ghair mutaqawwin
1) Harta mutaqawwin adalah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut
syara’, yaitu segala harta yang baik jenisnya, baik pula cara memperoleh, dan
penggunaannya.
2) Harta ghair mutaqawwin ialah sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya
menurut syara’, yakni tidak boleh diambil manfaatnya baik jenisnya, cara
memperoleh, dan penggunaannya.15
b. Harta mitsli dan harta qimi
1) Harta mitsli harta yang memiliki persamaan atau kesetaraan di pasar, tidak ada
perbedaan pada bagian-bagiannya atau kesatuannya, yakni perbedaan atau
kekurangan yang biasa terjadi dalam aktivitas ekonomi. Harta mitsli terbagi atas
empat bagian, yaitu harta yang ditakar seperti beras, harta yang ditimbang seperti
kapas dan besi, harta yang dihitung seperti telur, dan harta yang dijual dengan
meter seperti bahan pakaian, dan papan.
2) Harta qimi adalah harta yang tidak mempunyai persamaan di pasar atau
mempunyai persamaan, tetapi ada perbedaan menurut kebiasaan antara
kkesatuannya pada nilai, seperti binatang dan pohon.16
c. Harta Istihlak dan harta isti’mal
1) Harta Istihlak adalah sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaan dan manfaatnya
secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya. Harta ini di bagi dua yaitu
istihlak haqiqi dan huquqi.
2) Harta isti’mal adalah sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya
tetap terpelihara.
d. Harta Manqul dan ghair manqul
1) Harta Manqul adalah segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu
tempat ke tempat yang lain, seperti emas, perak, perunggu, pakaian, dan
kendaraan.
15
Hendi Suhendi, Loc. Cit., hal. 19.
16
Rahmat Syafe’I, Loc. Cit., hal. 36.
2) Harta ghair manqul adalah sesuatu harta yang tidak dapat dipindahkan dan
dibawa dari satu tempat ketempat yang lain. Contoh kebun, rumah, dll.
e. Harta ‘Ain dan Dayn
f. Harta mamluk, mubah, dan mahjur
g. Harta yang dapat di bagi dan tidak dapat dibagi
h. Harta pokok dan hasil (tsamarah/buah).
i. Harta khas dan ‘am.17
6. Memperoleh Harta dan Pemanfaatannya
a. Memperoleh Harta
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa harta merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu
Allah swt. Memerintahkan manusia supaya berusaha mencari harta dan memilikinya.
Usaha mencari harta dan memilikinya itu harus dengan cara yang halal.
Firman Allah dalam surat Al-Jumu’ah ayat 10:
        
      
Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung (Q.S. Al-Jumu’ah:10).
Setelah seseorang berusaha mencari karunia Allah dengan sungguh-sungguh,
maka Allah menyuruh kepada orang tersebut untuk memohon kepada Allah
melimpahkan karunianya itu dalam bentuk rezeki. Hal ini sesuai dengan surat An-
Nisa: 32 berikut:
          
        
           
Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S. An-Nisaa: 32).

17
Abdul Rahman Ghazaly, Op.Cit., hal. 33-38.
Islam tidak pernah membatasi seseorang dalam mencari dan memperoleh harta
selama sesuai dengan syara’ yaitu halal dan baik. Dalam pandangan Islam harta itu
bukanlah tujuan, tetapi merupakan alat untuk menyempurnakan kehidupan dan untuk
mencapai keridhoan Allah.18
Adapun bentuk usaha dalam memperoleh harta yaitu:
1) Memperoleh harta tersebut secara langsung sebelum dimiliki oleh siapa pun.
Sesuai hadist Nabi yang berasal dari Sa’id bin Zubeir yang mengatakan:

‫من ا حيا ارضا ميتة قهي له‬


“Barangsiapa yang menghidupkan tanah mati maka ia berhak memilikinya”.
Usaha ini termasuk usaha yang paling baik. Nabi Saw bersabda diriwayatkan
Rufa’ah bin Rafi’:

‫ عمل ا لر جل‬:‫ اي الكسب ا طيب ؟ قال‬:‫ا ن ا لنبي صلى هللا عليه ؤ سلم سءل‬
‫بيد ه وكل بيع مبرورز‬
“Bahwa Nabi saw. Pernah ditanya tentang usaha apa yang paling baik. Nabi
menjawab: setiap usaha seseorang dengan tangannya (tenaganya) sendiri, dan
setiap jual beli yang baik (jujur)”.
2) Memperoleh harta yang dimiliki oleh seseorang melalui transaksi, yaitu dengan
Ijbary dan ikhtiyary.
b. Pemanfaatan Harta
Tujuan utama dari harta itu diciptakan Allah untuk menunjang manusia. Oleh
karena itu, harta itu harus digunakan untuk maksud tersebut. Tentang penggunaan
harta yang telah diperoleh itu ada beberapa petunjuk dari Allah sebagai berikut:19
1) Digunakan untuk kepentingan kebutuhan hidup sendiri. Firman Allah dalam Al-
Quran surat Al-Mursalat: 43:
      
Artinya: (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah kamu dengan enak
karena apa yang telah kamu kerjakan" (Q.S Al-Mursalat: 43).
Dalam memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang dilarang untuk
dilakukan oleh setiap muslim:

18
Abdul Rahman Ghazaly, Ibid., hal. 25.
19
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), hal. 182.
a) Israf, yaitu berlebihan dalam memanfaatkan harta meskipun untuk
kepentingan hidup sendiri. Larangan hidup berlebihan itu dinyatakan Allah
dalam surat Al-A’raaf: 31.20
        
        
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan (Q.S. Al-A’raaf: 31).

b) Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk untuk sesuatu yang
tidak diperlukan dan menghamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Larangan tidak boleh tabdzir (boros) terdapat dalam surat Al-Israa ayat 26 dan
27 berikut:21
       
      
      
Artinya: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (Q.S.
Al-Israa:26-27).

2) Digunakan untuk memenuhi kewajibannya terhadap Allah.


a) Kewajiban materi yang berkenaan dengan kewajiban agama yang merupakan
utang kepada Allah. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah: 267 berikut:
       
        
        
     
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

20
Ibid, hal. 154.
21
Ibid, hal. 284.
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji (Q.S. Al-Baqarah:267).

b) Kewajiban materi yang harus ditunaikan untuk keluarga. Hal ini Allah swt.
Jelaskan dalam surat Al-Baqarah: 233.22
       
        
         
        
         
        
       
        
 
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena
anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Baqarah: 233).

Tentang ukuran makruf dijelaskan dalam surat At-Thalaq:7.


         
           
      
Artinya: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa
yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan (Q.S. At-Thalaq:7).

22
Ibid, hal. 37.
Adapun kewajiban nafkah kepada kerabat di jelaskan dalam surat Al-
Baqarah: 215.23
        
    
          
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah
diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya (Q.S. Al-Baqarah: 215).

3) Dimanfaatkan bagi kepentingn social. Firman Allah dalam surat Al-Nahl: 71


berikut:24
          
         
   
Artinya: Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam
hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau
memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar
mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari
nikmat Allah?(Q.S. Al-Nahl;71).
         
         
 
Artinya: Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan
aku termasuk orang-orang yang shaleh?"(Q.S. Al-Munafiqun: 10).25

Larangan penggunaan harta untuk menjauhkan orang dari ajaran agamanya


tergambar dalam celaan Allah dalam surat Al-Anfal: 36.
         
        
    

23
Ibid, hal. 33.
24
Ibid, hal. 274.
25
Ibid, hal. 555.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan
ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan (Q.S.
Al-Anfal: 36).

C. PENUTUP
Harta dalam bahasa Arab disebut, al-mal yang berasal dari kata mala, yamilu, mailan
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Menurut Hanafiyah, harta mesti dapat
disimpan hingga sesuatu yang tidak dapat disimpan tidak dapat disebut harta. Menurut
Hanafiyah manfaat tidak termasuk termasuk harta melainkan hak milik. Hanafiyah
menyatakan bahwa harta adalah sesuatu yang berwujud dan dapat disimpan sehingga
sesuatu yang tidak berwujud dan tidak dapat disimpan tidak termasuk harta, seperti hak dan
manfaat.
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah satu
al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harga. Selain merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagi
manusia, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagi cobaan (fitnah), sarana
untuk memenuhi kesenangan, dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.
Adapun fungsi harta adalah sebagai berikut:

a. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah).


b. Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
c. Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya.
d. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.
e. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu.
f. Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan.
g. Untuk menumbuhkan silaturrahmi.

Menurut ulama harta mempunyai dua unsur, yaitu unsur ‘aniyah dan unsur ‘urf.
Adapun pembagian harta ialah sebagai berikut:

a. Harta mutaqawwin dan ghair mutaqawwin


b. Harta mitsli dan harta qimi
c. Harta Istihlak dan harta isti’mal
d. Harta Manqul dan ghair manqul
e. Harta ‘Ain dan Dayn
f. Harta mamluk, mubah, dan mahjur
g. Harta yang dapat di bagi dan tidak dapat dibagi
h. Harta pokok dan hasil (tsamarah/buah).
i. Harta khas dan ‘am.
Usaha mencari harta dan memilikinya itu harus dengan cara yang halal. Dalam
memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan oleh setiap
muslim:
a. Israf,
b. Tabdzir (boros)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.


Al-Qur’an al-Karim Mushaf Al-Qur’an Tajwid, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2016.
Al-Quran Al-Karim dan terjemahnya, Surabaya: Halim, 2014.
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Bogor: Kencana, 2003.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2010.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2008.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2012.
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Rahmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001.

You might also like