You are on page 1of 11

BAB VII

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA:


MASYARAKAT MAJEMUK DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT
BERAGAMA DARI PERSPEKTIF KRISTEN
Kelompok 1:
1. Putri Adelina Sitompul (220402002) – TEKNIK ELEKTRO
2. William Andreas Leonard Haurissa (220402019) – TEKNIK ELEKTRO
3. Harland Johan Alvito Sitorus (220402049) – TEKNIK ELEKTRO
4. Kevin Oswald Ewaldo Hutasoit (220402072) – TEKNIK ELEKTRO
5. Adrean Giano Sarido Purba (220402087) – TEKNIK ELEKTRO
6. Arnold Pasodung (220402093) – TEKNIK ELEKTRO
7. Martin Samuel Siahaan (220402112) – TEKNIK ELEKTRO
8. Emmelia Sephanni Simamora (220404009) – TEKNIK SIPIL
9. Diva Aurelya Menjerang (220404045) – TEKNIK SIPIL
10. Riwanda Alexandra Patricia Manalu (220404060) – TEKNIK SIPIL
11. Juanda Exaudi Manalu (220404088) – TEKNIK SIPIL
Pendahuluan
■ Masyarakat majemuk adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah masyarakat yang terdiri dari beragam
kelompok etnis, agama, budaya, bahasa, dan identitas sosial lainnya
yang berbeda-beda. Istilah ini digunakan untuk menyatakan
keberagaman dalam sebuah masyarakat yang terdiri dari
kelompokkelompok yang memiliki perbedaan budaya, agama, dan
bahasa.
■ Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis
merupakan wujud dari bangsa yang majemuk. Kemajemukan budaya
ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pada
sisi yang lain keragaman kultural memiliki potensi bagi terjadinya
disintegrasi atau perpecahan bangsa.
Masyarakat Majemuk dan Problematiknya di Indonesia
■ Salah satu problematika masyarakat majemuk di Indonesia adalah konflik antar kelompok. Konflik
antar kelompok sering terjadi akibat perbedaan budaya, agama, dan bahasa. Konflik semacam ini
dapat berdampak pada keamanan dan stabilitas masyarakat. Contoh kasus konflik antar
kelompok di Indonesia adalah konflik etnis di Papua, konflik agama di Poso, dan konflik antara
suku Madura dan Dayak di Kalimantan Barat.
■ Selain konflik, masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat majemuk di Indonesia adalah
diskriminasi. Diskriminasi dapat terjadi karena perbedaan agama, ras, dan gender. Diskriminasi
bisa berdampak pada hak asasi manusia, seperti hak atas pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
Masalah ini biasanya terjadi pada kelompok minoritas, seperti agama yang berbeda atau suku
yang berbeda.
■ Masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat majemuk di Indonesia adalah intoleransi. Intoleransi
adalah sikap tidak menerima perbedaan dan cenderung menolak keberagaman. Intoleransi sering
terjadi akibat kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang budaya, agama, dan kepercayaan
yang berbeda.
■ Dalam rangka menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia, diperlukan kolaborasi dan
sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan kelompok agama. Seluruh pihak perlu bekerja sama
dalam mempromosikan toleransi, menghargai keberagaman, dan membangun kerukunan antar
kelompok agama.
Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Perspektif Alkitab

■ Alkitab mengajarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendorong kerukunan antar umat
beragama. Di dalam Alkitab tidak secara gamblang memuat pernyataan mengenai kerukunan, akan
tetapi nilai-nilai yang mengidentifikasikan kerukunan merupakan makna tersirat dalam beberapa
peristiwa yang diceritakan oleh penulis Alkitab.
■ Kerukunan yang diminta harus sesuai dengan ajaran Yesus, hukum kasih, sesuai teladan dan
contoh dari Kristus. Kerukunan Yesus yang diajarkan Yesus mengesampingkan kebencian, musuh
bahkan orang-orang yang ingin menjatuhkan kita, sebab dasar kerukunan Yesus adalah Kasih. Oleh
karena itu kerukunan adalah bagian dari saksi dalam diri orang percaya sebab pada dasarnya
kepercayaan kepada Tuhan yang melibatkan sesama sebagai bagian dari rencana Allah bahwa
orang percaya adalah suratan yang terbuka yang dapat dibaca oleh semua orang
■ Dasar kerukunan adalah rasa berbelas kasihan terhadap sesama, seperti yang diajarkan oleh
Yesus, harus mengasihi manusia seperti mengasihi diri sendiri (Mrk. 12: 33), maka sikap belas
kasihan dalam ketulusan dan kerelaan adalah tiang kokohnya.
1. Allah Sebagai Pencipta dan Penguasa Universal
■ Selain sebagai Pencipta, Allah Kristen juga dianggap sebagai sumber kehidupan dan kebenaran,
serta sebagai pemberi kasih dan penyelamat manusia dari dosa. Dalam tradisi Kristen,
kepercayaan kepada Allah dan kasih-Nya menjadi inti dari hubungan antara manusia dengan-Nya.
■ Allah Bapa digambarkan sebagai penguasa yang memiliki otoritas tertinggi di atas segala sesuatu,
baik di langit maupun di bumi. Dalam Alkitab Kristen, Allah Bapa sering disebut sebagai "Tuhan
Yang Mahakuasa" atau "Allah Yang Mahakuasa", yang menunjukkan bahwa Dia memiliki kuasa
penuh atas segala sesuatu.
■ Dalam hubungan dengan kerukunan antar umat beragama, dalam kepercayaan Kristen, Allah
dilihat sebagai Tuhan yang menciptakan semua manusia dan memberikan martabat yang sama
kepada setiap manusia, tanpa memandang suku, agama, atau ras. Oleh karena itu, umat Kristen
diajarkan untuk hidup dalam kerukunan dengan semua orang, tanpa memandang perbedaan
agama atau kepercayaan.
■ Dalam Alkitab, umat Kristen dianjurkan untuk mengasihi sesama manusia, bahkan musuh-musuh
mereka, dan berusaha hidup dalam damai dengan semua orang. Umat Kristen diajarkan untuk
melayani sesama manusia dan membantu mereka yang membutuhkan, tanpa memandang
agama atau kepercayaan mereka.
2. Keterbukaan dan Penerimaan Yesus bagi Semua Orang
■ Tuhan Yesus Kristus sebagai patokan, tokoh central dalam iman Kristen dalam praktek hidup
pelayanan dan pengajaranNya mewariskan nilai luhur tentang toleransi. Manusia sebagai
“sesama” wajib hidup harmoni dalam kasih.
■ Tuhan Yesus Kristus sebagai patokan berpikir, bersikap, serta bertindak setiap orang percaya.
Pengajaran, gagasan dan perintah Tuhan Yesus tentang toleransi harus dibumikan sehingga
praktek intoleransi dapat direduksi. Nilai-nilai Toleransi yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus dalam
praktek hidup dan pelayanNya wajib dipahami dan diamalkan setiap orang percaya
■ Dari teladan penerimaan Yesus terhadap perempuan Samaria disampaikan pesan dan ajaran
bahwa Yesus tidak pernah setuju dengan perbuatan Intoleransi. Bagi Tuhan Yesus semua orang
memiliki kedudukan dan derajat yang sama dalam. Penerimaan terhadap perempuan Samaria
adalah pesan dan ajaran bahwa tidak ada suku bangsa, ras, kelompok atau agama yang lebih
rendah dari yang lainnya. “Yesus menerima keberadaan bangsa-bangsa lain dan mau bergaul
dengan mereka, dan bukan itu saja Yesus tidak segansegan belajar dan mengambil contoh yang
baik dari bangsa asing itu bagi ajaran moral-etisNya seperti perempuan Samaria tersebut.”
3. Keterikatan Semua Agama Terhadap Persoalan Kemanusiaan
■ Agama merupakan sistem yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, dan bahkan manusia dengan alam. Di Indonesia agama berguna sebagai
identitas masyarakat. Mengingat di Indonesia masyarakatnya masih sangat menjunjung tinggi nilai
moral.
■ Keterikatan semua agama terhadap persoalan kemanusiaan merujuk pada prinsip-prinsip dan
nilai-nilai dasar yang dipegang oleh agama-agama dalam memandang dan memperlakukan
manusia. Dalam semua agama, manusia dianggap sebagai makhluk yang bernilai dan memiliki
hak yang sama dalam memperoleh kebahagiaan dan keadilan dalam kehidupan.
■ Prinsip-prinsip ini termasuk, antara lain, penghormatan terhadap kehidupan, martabat manusia,
kebebasan beragama, keadilan sosial, dan cinta kasih terhadap sesama manusia. Agama-agama
mengajarkan bahwa kehidupan manusia harus dihormati dan dijaga, dan bahwa semua orang
harus diperlakukan secara adil tanpa memandang latar belakang etnis, agama, atau status sosial.
■ Meskipun agama-agama memiliki perbedaan dalam keyakinan, praktek, dan ritual, mereka semua
memiliki kesamaan dalam penghormatan terhadap kemanusiaan. Keterikatan semua agama
terhadap persoalan kemanusiaan menunjukkan bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar yang
dipegang oleh agamaagama dapat dijadikan landasan dalam mempromosikan kebahagiaan dan
keadilan bagi semua manusia, tanpa terkecuali.
Kerukunan: Konstruksi Ideologi Yesus dalam Keberagaman di
Indonesia

■ Dalam keberagaman di Indonesia, konstruksi ideologi Yesus menjadi salah satu landasan dalam
membangun hubungan yang harmonis antara umat beragama. Oleh karena itu, umat Kristen di
Indonesia diharapkan dapat mempraktikkan nilai-nilai ajaran Yesus, seperti kasih, keadilan,
penerimaan, toleransi, dialog, dan pemberdayaan masyarakat, untuk mewujudkan Indonesia yang
damai, harmonis, dan sejahtera.
1. Perbedaan Agama dalam Menghadapi Persoalan Kemanusiaan
■ Perbedaan agama sering kali menjadi penghambat gerakan memperdulikan kemanusiaan.
Misalnya adanya gerakan Fundamentalisme yang mana merupakan pandangan dan sikap yang
radikal, militan, berpikiran sempit (narrow-minded), bersemangat secara berlebih (ultra-jealous)
atau mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan dengan cara-cara kekerasan, dengan
demikian sebetulnya radikalisme dan terorisme berkelindan di dalamnya.
■ Sebagai sebuah konsep, fundamentalisme menggambarkan tiga unsur, yaitu fenomena
keagamaan, penolakan terhadap keduniaan, yaitu sebagai reaksi terhadap perubahan social dan
budaya yang dipersepsikan sebagai krisis, dan yang ketiga yaitu reaksi defensive yang berupaya
mempertahankan atau merestorasi tatanan soasial masa lampau yang diidealkan atau
diimajinasikan sebagai yang orisinil dan benar.
■ Dibalik ancaman dan bahkan tantangan yang dihadapi berbagai umat beragama, masalah yang
dimiliki yaitu sama, perihal kemanusiaan. Semua umat beragama dipastikan terikat pada aturan
dan sistem keagamaan yang berkaitan juga dengan kemanusiaan. Dengan demikian, semua
agama dipastikan mengajarkan nilai kemanusiaan dalam kehidupan.
2. Keterbukaan Agama Terhadap Konstruksi Ideologi Yesus
■ Keterbukaan agama terhadap konstruksi ideologi Yesus dapat diartikan sebagai kemampuan
agama untuk membuka ruang bagi konstruksi ideologi yang berbeda mengenai Yesus. Dalam hal
ini, konstruksi ideologi mengacu pada interpretasi atau pemahaman tertentu mengenai ajaran
Yesus dan agama Kristen secara keseluruhan.
■ Yesus juga menunjukkan keterbukaannya terhadap orang-orang yang dianggap terbuang oleh
masyarakat pada saat itu, seperti orang miskin, penyakit, perempuan, dan pendosa. Ia bahkan
makan bersama mereka dan mengobati mereka tanpa pandang bulu.
■ Dalam hal penerimaan dan keterbukaan, ideologi Yesus sangat jelas dan terbuka, yaitu bahwa
kita harus saling mengasihi, mengampuni, dan menerima sesama manusia tanpa memandang
latar belakang apapun. Hal ini menjadi nilai fundamental bagi agama Kristen, yang menjadi dasar
bagi banyak gerakan sosial dan organisasi amal yang bergerak untuk memperjuangkan keadilan
dan kemanusiaan.
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA!

■ SHALOM, TUHAN YESUS MEMBERKATI.

You might also like