You are on page 1of 146

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENGGUNAAN ALAT KOTRASEPSI DALAM RAHIM


(AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh :

Dewi Fatimah
108104000024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Dewi Fatimah

NIM : 108104000024

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan

Tahun akademik : 2008

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Januari 2013

Dewi Fatimah

iii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Fatimah


Tempat, Tgl. Lahir : Kebumen, 14 Desember 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Raya Tengah Gg. Rukun Rt 004 Rw 03 No. 18
Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur
13760
No. Telp 085710465099
Email : dewi_rosandi69@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :
1996 – 1999 : Madrasah Ibtidaiyah Krakal Alian, Kebumen
1999 – 2002 : SDN Gedong 05 Pagi
2002 – 2005 : MTs N 6 Jakarta
2005 – 2008 : MAN 6 Jakarta
2008 – sekarang : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :
2006 – 2008 : Anggota KIR (Karya Ilmiah Remaja) MAN
6 Jakarta
2006 – 2008 : Anggota ROHIS MAN 6 Jakarta
2006 – 2007 : Anggota OSIS MAN 6 Jakarta
2010 – Sekarang : Anggota LKMI – HMI Cabang Ciputat
2012 – Sekarang : Relawan LK ESQ

iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Januari 2013

Dewi Fatimah, NIM : 108104000024

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

xvi + 88 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 4 lampiran

ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan. Untuk
mengendalikan jumlah penduduk, maka Pemerintah mencanangkan Program
Keluarga Berencana (KB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR).
Metode penelitian ini bersifat analitik kuantitatf dengan pendekatan case
control study dan pengambilan sampel menggunakan tekhnik cluster sampling
dengan besar sampel sebanyak 110 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan
September-Oktober 2012 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square pada α = 0,05.
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang AKDR (48,2%), bersikap positif (50,0%), berusia
>30 tahun (88,2%), berpendidikan SMA (52,7%), tersedia pelayanan KB (57,3%),
dan diberi dukungan oleh suami untuk menggunakan AKDR (50,9%). Hasil
analisa bivariat menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
penggunaan AKDR adalah sikap (Pvalue=0,000), usia (Pvalue=0,002), tingkat
pendidikan (Pvalue=0,000), dan partisipasi suami (Pvalue=0,000), sedangkan faktor
yang tidak berhubungan adalah pengetahuan (Pvalue=0,151) dan pelayanan KB
(Pvalue=0,847).
Disarankan bagi petugas kesehatan untuk memberikan paket edukasi bagi
pasangan suami istri tentang KB terutama AKDR serta meningkatkan peran
petugas kesehatan dalam memfasilitasi dan memotivasi pasangan suami istri yang
ingin ber-KB.

Kata kunci : Keluarga Berencana, Kontrasepsi, AKDR


Daftar Bacaan : 54 (2001 - 2011)

v
NURSING SCIENCE STUDY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Under graduated thesis, January 2013

Dewi Fatimah, NIM: 108104000024

Factors Associated With Used Intrauterine Device (IUD) Among Women

xvi + 88 pages + 15 table + 2 chart + 4 attachments

ABSTRACT
Indonesia’s population growth has increased. To control population, the
government launched a programme of family planning. This study aims to
determine the factors related to the use of an intrauterine device (IUD).
This research method is using quantitative analytical approach and using
with case control study. The sample is cluster sampling. I take the sample 110
women. This research was conducted in September-October 2012 further more.
The collecting data is collected by questionnaire and bivariate test using the chi
square in α = 0,05.
The results of univariate analysis showed that majority of respondents had
a good knowledge about IUD (48,2%), be positive (50,0%), the age > 30 years old
(88,2%), senior high school degree (52,7%), available family planning services
(57,3%), and getting support to use IUD from their husband (50,9%). The results
of bivariate showed that the factors that influence the use of IUD is attitude
(Pvalue=0,000), age (Pvalue=0,002), the degree of education (Pvalue=0,000), and the
support from their husbands (Pvalue=0,000), besides that there is a factor that’s
unrelated at all. It is knowledge (Pvalue=0,151) and family planning services
(Pvalue=0,847).
So, it is suggested for health workers to give the education for couples
about family planning programme, especially about IUD, and to improve the role
of health workers to facilityte and motivate the couples that want to get family
planning programme.

Keyword : family planning, contraception, IUD


Resource : 54 (2001 - 2011)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur”.

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat

bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. DR. (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK , selaku Pembantu Dekan

Bidang Akademik, Dr. H. Arif Sumantri, S. KM., M. Kes , selaku Pembantu

Dekan Bidang Administrasi, dan Dra. Hj. Farida Hamid, M.Pd, selaku

Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep., MKM, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) dan Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep., M. Sc, selaku

Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

vii
4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns. Sp.Kep.Mat, selaku dosen

pembimbing I dan Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku dosen

pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing

penulis dan banyak memberikan masukan, nasihat, serta arahan kepada

penulis selama menyusun skripsi.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah

membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat

berguna, selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Segenap jajaran staff dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Timur beserta seluruh stafnya karena telah

membantu dalam perizinan penelitian.

8. Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

9. Segenap responden di wilayah Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur yang

telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Teristimewa ucapan terima kasih kepada Ibu yang telah memberikan doa,

kasih sayang, dan pengorbanan yang tak terhingga, serta kedua orang tua ku

(Ibu dan Bapak) yang selalu memberikan dukungan baik moril, materil, dan

nasihat untuk tetap semangat menggapai cita-cita, dan sebagai sumber

inspirasi serta kekuatan bagi penulis.

viii
11. Seluruh keluargaku, terutama kakak dan adikku tersayang “ Ainun Nurbaiti,

Zakiyah Husnul Karomah, dan Muhammad Amin Nugroho” yang selalu

memberikan doa dan semangat bagi penulis.

12. Sahabat-sahabat PSIK ’08 yang telah berjuang bersama-sama dalam

mengikuti perkuliahan di Keperawatan. Terima kasih untuk semua kenangan

dan kebersamaan yang indah selama ini.

Akhir kata, dengan segala keterbatasan yang ada dan kerendahan hati,

penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempuranaan. Penulis

berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun

pembaca lain. Terima kasih untuk semua bimbingan, arahan, kritikan dan saran

yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan

kemudahan kepada kita semua.

Jakarta, Januari 2013

( Penulis )

ix
DAFTAR ISI
halaman

JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 7
1. Tujuan Umum ........................................................................... 7
2. Tujuan Khusus .......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 8
1. Manfaat Ilmiah .......................................................................... 8
2. Manfaat Praktis ......................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................10


A. Keluarga Berencana..........................................................................10
B. Kontrasepsi........................................................................................11
1. Metode Kontrasepsi Sederhana......................................................13
2. Metode Kontrasepsi Barier............................................................15

x
3. Metode Kontrasepsi Modern..................................................... 17
C. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)..................................... 20
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR............. 33
1. Faktor Predisposisi .................................................................... 33
3. Faktor Pemungkin ..................................................................... 36
4. Faktor Penguat .......................................................................... 37
E. Kerangka Teori ............................................................................. 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ....... 39


A. Kerangka Konsep ......................................................................... 39
B. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 40
C. Definisi Operasional ..................................................................... 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 43


A. Desain Penelitian.......................................................................... 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 43
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 44
1. Populasi ..................................................................................... 44
2. Sampel....................................................................................... 44
3. Besar Sampel............................................................................. 45
D. Alat Pengumpulan Data ............................................................... 47
E. Langkah Pengumpulan Data......................................................... 50
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 51
1. Validitas .................................................................................... 51
2. Reliabilitas ................................................................................ 52
G. Pengolahan Data........................................................................... 53
H. Analisa Data ................................................................................. 54
1. Analisa Univariat ...................................................................... 54
2. Analisa Bivariat......................................................................... 55
I. Etika Penelitian .............................................................................. 55
1. Prinsip Etika Penelitian ............................................................. 55
2. Masalah Etika Penelitian........................................................... 56

xi
BAB V HASIL PENELITIAN...........................................................................58
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................58
B. Gambaran Umum Responden............................................................59
C. Analisa Univariat...............................................................................59
1. Variabel Independen......................................................................59
a. Tingkat Pengetahuan..............................................................59
b. Sikap.......................................................................................60
c. Usia.......................................................................................60
d. Tingkat Pendidikan................................................................61
e. Pelayanan KB.........................................................................61
f. Partisipasi Suami....................................................................62
2. Variabel Dependen........................................................................62
a. Pengguna AKDR....................................................................62
D. Analisa Bivariat................................................................................63
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR..................63
2. Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR.............................64
3. Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR...............................65
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR.......66
5. Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR...............67
6. Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR..........68

BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................69
A. Hubungan Faktor Pedisposisi Dengan Penggunaan AKDR................69
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR...................69
2. Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR...............................72
3. Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR................................74
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR........76
B. Hubungan Faktor Pemungkin Dengan Penggunaan AKDR................78
1. Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR.................78
C. Hubungan Faktor Penguat Dengan Penggunaan AKDR.....................79
1. Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR............79
D. Keterbatasan Penelitian........................................................................81

xii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 82
A. Kesimpulan .....................................................................................
82
B. Saran................................................................................................
83
83
83
1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo...................................
84
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan 3. Bagi Peneliti Selan

DAFTAR PUSTAKA85

xiii
DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................................41

Tabel 4.1 Daftar RT......................................................................................................47

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan............59

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap....................................60

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia......................................60

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..............61

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan KB.......................61

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Suami..................62

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan AKDR..............62

Tabel 5.8 Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR........63

Tabel 5.9 Analisa Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR.................................64

Tabel 5.10 Analisa Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR................................65

Tabel 5.11 Analisa Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR........66

Tabel 5.12 Analisa Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR.................67

Tabel 5.13 Analisa Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR............68

xiv
DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori38


Bagan 3.1 Kerangka Konsep39

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Lembar Informed Consent Lampiran 3 : L
Lampiran 4 : Lembar Hasil Pengolahan Data-Data Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung mengalami peningkatan

tiap tahunnya, diperkirakan bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2011

telah bertambah menjadi 241 juta jiwa. Hal ini merupakan masalah yang

cukup serius, tidak saja bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia

tetapi juga negara-negara lain di dunia (BKKBN, 2011).

Sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010 diketahui bahwa

jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 orang, yang terdiri atas

119.630.913 penduduk laki-laki dan 118.010.413 penduduk perempuan.

Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,49% per tahun

dari jumlah penduduk di tahun sebelumnya (Profil Kesehatan Indonesia,

2010). BKKBN (2011) memperkirakan laju pertumbuhan penduduk Indonesia

terus meningkat dan diperkirakan akan mencapai 450 juta jiwa pada tahun

2045, dalam hal ini terdapat satu orang penduduk Indonesia dari 20 penduduk

dunia.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah

yang rumit bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan

taraf hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang

besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, pemerintah

mencanangkan suatu Program Keluarga Berencana (KB) Nasional. Program

KB Nasional merupakan program pembangunan sosial dasar yang sangat

penting artinya bagi pembangunan nasional dan kemajuan bangsa. Undang-

1
2

Undang Kesehatan RI Nomor 10 tahun 1992 pasal 1 ayat 12 menyatakan

bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan

sejahtera (BKKBN, 2008).

Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang

kependudukan memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan

kesehatan, oleh sebab itu program KB memiliki posisi strategis dalam upaya

pengendalian laju pertumbuhan penduduk (Suratun, 2008). Pada tahun 2003,

program KB telah sukses mengendalikan laju dan pertumbuhan penduduk

menjadi 1,49 % per tahun dari 2,34 % pada tahun 1970 sampai 1980, serta

telah mampu menurunkan rata-rata angka kelahiran atau TFR dari 5,6 % anak

per wanita usia subur (WUS) pada tahun 1970 menjadi 2,6 % anak per WUS

tahun 2002 sampai 2003. Program KB pada tahun 2004 dinilai berjalan

lamban sehingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun (BKKBN,

2011).

Tujuan utama pelaksanaan KB adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada

umumnya. Keberhasilan pelaksanaan KB diharapkan angka kelahiran dapat

diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak

melebihi kemampuan kenaikan produksi, maka dengan demikian taraf

kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat

(Bappenas, 2010).
3

KB dalam kesehatan reproduksi berperan untuk menunjang

tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan

berlangsung dalam keadaan dan saat yang tepat akan lebih menjamin

keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selain itu juga berperan dalam

menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda

kehamilan melalui pendewasaan usia hamil, menjarangkan kehamilan atau

membatasi kehamilan bila anak sudah dianggap cukup (Pinem, 2009).

Jumlah peserta KB baru di Indonesia secara nasional pada Agustus

2011 sebanyak 687.715 orang. Metode kontrasepsi yang paling banyak

digunakan adalah suntik sebanyak 356.532 orang (51,84%), pil sebanyak

211.220 orang (30,71%), kondom sebanyak 58.875 orang (8,56%), AKDR

sebanyak 30.455 orang (4,43%), implant sebanyak 24.924 orang (3,62%),

MOW sebanyak 5.357 orang (0,78%), dan MOP sebanyak 352 orang (0,05%)

(BKKBN, 2011).

Peserta KB aktif di DKI Jakarta tahun 2010 sebanyak 1.225.738 orang,

terdiri dari peserta KB baru 439.797 orang (35,88%) dan peserta KB aktif

1.009.579 orang (82,36%). Metode kontrasepsi yang digunakan yaitu AKDR

47.504 orang (10,80%), MOW 3.112 orang (0,71%), MOP 785 orang (0,18%),

kondom 28.493 orang (6,48%), implant 14.306 orang (3,25%), suntik 221.235

orang (50,30%), dan pil 124.362 orang (28,28%) (Profil Kesehatan Indonesia,

2010).

AKDR merupakan metode kontrasepsi yang reversibel, berjangka

panjang, dan dapat dipakai 5-10 tahun. AKDR merupakan metode kontrasepsi

yang sangat efektif dengan 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan atau satu


4

kegagalan dalam 125-170 kehamilan dan AKDR dapat segera efektif setelah

pemasangan (Pinem, 2009). AKDR memiliki efektivitas sebesar 99,7%.

Efektivitas KB AKDR ini lebih baik dibandingkan KB jenis lain, seperti

koitus interuptus efektivitasnya mencapai 81%, kondom efektivitasnya

mencapai 85%, diafragma efektivitasnya mencapai 82%, spermisida

efektivitasnya mencapai 80%, pil efektivitasnya mencapai 97%, suntik

efektivitasnya mencapai 95%, dan impant efektivitasnya mencapai 97%

(Hartanto, 2004).

AKDR dapat diterima masyarakat dunia, termasuk Indonesia dan

menempati peringkat ketiga dalam pemakaian. Keuntungan penggunaan

AKDR yaitu dapat diterima masyarakat dengan baik, pemasangan tidak

memerlukan teknis medis yang sulit, kontrol medis yang ringan, penyulit tidak

terlalu berat, dan pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik

(Manuaba, 2009). Terdapat beberapa kerugian dari penggunaan AKDR,

seperti waktu menstruasi yang memanjang, perdarahan saat menstruasi, nyeri

abdomen, paparan infeksi, perasaan tidak nyaman, demam, menggigil, dan

kehilangan benang pengikat (Bobak, 2004).

Dewasa ini diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang menggunakan

kontrasepsi berupa AKDR, sebagian besar penggunanya terdapat di Cina. Di

negara maju, angka penggunaan AKDR sebanyak 6%. Pengguna kontrasepsi

AKDR di Indonesia sebesar 22,6% dari semua pengguna metoda kontrasepsi.

AKDR sekarang ini diyakini sebagai salah satu alat yang secara efektif

mampu menghindari terjadinya kehamilan dalam rentang waktu yang cukup

panjang yaitu 5-10 tahun (Hanafiah, 2005).


5

Penggunaan AKDR dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu

penelitian yang telah dilakukan oleh Imroni, Fajar, & Febry (2009) di Desa

Parit Kecamatan Indralaya Utara melaporkan bahwa pengguna AKDR 82,8%

ibu berpendidikan rendah, sedangkan 17,2% ibu lainnya berpendidikan tinggi;

59,8% ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah, sedangkan 40,2%

ibu lainnya memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi; 51,7% ibu mempunyai

sikap yang positif, sedangkan 48,3 % ibu lainnya mempunyai sikap yang

negatif; 74,7% ibu mendapatkan pelayanan konseling KB yang baik,

sedangkan 25,3% ibu lainnya mendapatkan pelayanan konseling yang kurang

baik; 55,2% suami berperan dalam penggunaan KB pada ibu, sedangkan

44,8% suami lainnya tidak berperan dalam penggunaan KB pada ibu.

Winda (2011) mengungkapkan hasil penelitiannya tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu menggunakan AKDR yang

dilakukan di Sumatera Utara bahwa mayoritas responden penelitiannya

berusia di atas 35 tahun (61,7%), berpendidikan SMA (61,7%), mempunyai

satu sampai dua orang anak (51,1%), memiliki pengetahuan yang kurang

tentang AKDR (80,9%), menyatakan bahwa efek samping merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan responden tidak menggunakan AKDR (59,6%),

bersikap negatif terhadap AKDR (57,4%), dan tidak diberi dukungan oleh

petugas KB untuk menggunakan AKDR (72,3%).

Data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo di bagian

KB didapatkan bahwa jumlah peserta KB aktif pada bulan Maret 2012

sebanyak 1060 orang. Metode kontrasepsi yang digunakan yaitu AKDR

sebanyak 100 orang (9%), MOW 12 orang (1%), MOP 2 orang (0,2%),
6

kondom 78 orang (7%), implant 32 orang (3%), suntik 474 orang (45%), dan

pil 462 orang (43%). Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa perempuan

yang menggunakan AKDR menduduki peringkat tiga dalam penggunaan

metode KB.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang

yang menggunakan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Pasar Rebo ditemukan bahwa 4 orang menggunakan AKDR dan 6 orang

lainnya menggunakan KB jenis lain. Ibu yang tidak menggunakan AKDR

disebabkan karena ibu merasa takut pada saat pemasangan, tidak diizinkan

oleh suaminya, ibu merasa takut dan khawatir benang AKDR dapat terlepas

atau keluar dengan sendirinya, serta ibu tidak mengetahui ada jenis metode

kontrasepsi AKDR.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik

untuk meneliti lebih dalam mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di wilayah kerja

Puslesmas Kecamatan Pasar Rebo”.

B. Rumusan masalah

Pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung mengalami peningkatan

tiap tahunnya. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi

negara-negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di

dunia. Upaya pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk yaitu

dengan mencanangkan suatu Program Keluarga Berencana (KB) Nasional

(BKKBN, 2008).
7

Jumlah peserta KB baru di Indonesia secara nasional pada Agustus

2011 sebanyak 687.715 orang. Metode kontrasepsi yang paling banyak

digunakan adalah suntik sebanyak 356.532 orang (51,84%), pil sebanyak

211.220 orang (30,71%), kondom sebanyak 58.875 orang (8,56%), AKDR

sebanyak 30.455 orang (4,43%), implant sebanyak 24.924 orang (3,62%),

MOW sebanyak 5.357 orang (0,78%), dan MOP sebanyak 352 orang (0,05%).

Data tersebut menunjukkan bahwa pengguna KB AKDR menempati posisi

keempat setelah metode KB suntik, pil, dan kondom. Alasan perempuan lebih

suka menggunakan KB hormonal yaitu cara pemakaiannya cepat, efek

sampingnya lebih sedikit, dan perempuan tidak perlu merasa takut saat

menggunakannya (BKKBN, 2011).

Peneliti tertarik untuk menggali “faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan penggunaan AKDR”. Diharapkan nantinya pengguna

metode KB AKDR akan semakin bertambah.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menggali faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan penggunaan AKDR di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Pasar Rebo.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penggunaan

AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.


8

b. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan penggunaan AKDR di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

c. Diketahuinya hubungan usia ibu dengan penggunaan AKDR di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

d. Diketahuinya hubungan pelayanan KB dengan penggunaan AKDR di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

e. Diketahuinya hubungan partisipasi suami dengan penggunaan AKDR

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

f. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan

AKDR di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya tentang AKDR dan

memberikan informasi mengenai metode KB AKDR dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan penggunaan KB AKDR.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan kurikulum

keperawatan khususnya keperawatan maternitas tentang metode KB

AKDR.
9

b. Bagi pelayanan kesehatan atau keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai strategi promosi

kesehatan bagi masyarakat dan turut berkontribusi dalam

mensukseskan program pemerintah melalui program Keluarga

Berencana (KB).

c. Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada seluruh kelompok masyarakat terutama

informasi bagi perempuan atau PUS mengenai metode KB AKDR.

Informasi yang diberikan kepada masyarakat disampaikan melalui

puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penelitian ini menggunakan desain

penelitian studi case control. Data yang dikumpulkan merupakan data primer

yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup dan pertanyaan

terbuka dengan kuesioner yang akan dijawab oleh perempuan yang

menggunakan KB.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu

pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di

antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan

umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun,

2008). Keluarga Berencana menurut UU RI No 52 tahun 2009 yaitu upaya

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur

kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Depdagri, 2009).

Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga

berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun

individu untuk mengatur jarak kehamilan atau kelahiran dengan menggunakan

alat atau metode kontrasepsi.

Tujuan dasar Gerakan KB Nasional meliputi: 1) tujuan kuantitatif

yaitu menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk; 2) tujuan

kualitatif yaitu menciptakan atau mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang

Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Secara rinci tujuan dari gerakan KB yaitu:

1) menurunkan tingkat kelahiran; 2) meningkatkan jumlah peserta KB dan

tercapainya pemerataan serta kualitas peserta KB; 3) mengembangkan usaha-

usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak,

memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak

10
1

balita serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan

persalinan; 4) meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah

kependudukan; dan 5) mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu

sumber daya manusia (Hartanto, 2004).

Suratun (2008) mengungkapkan beberapa tujuan dari gerakan KB dan

pelayanan kontrasepsi, yaitu: 1) tujuan demografi adalah mencegah terjadinya

ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP); 2)

mengatur kehamilan dan menjarangkan kehamilan; 3) Married Conseling atau

nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah; 4) tujuan

akhir KB adalah tercapainya NKKBS dan membentuk keluarga berkualitas.

Sasaran KB dibagi menjadi dua hal, yaitu: 1) Sasaran langsung,

Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-

49 tahun; 2) Sasaran tidak langsung, meliputi kelompok remaja usia 15-19

tahun, organisasi, lembaga kemasyarakatan, institusi pemerintah maupun

swasta, tokoh masyarakat yang diharapkan dapat memberikan dukungannya

dalam pelembagaan NKKBS, dan wilayah-wilayah yang kurang pencapaian

target KB-nya (Suratun, 2008).

B. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti

melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Pengertian

dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun,

2008).
1

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas

(Sarwono, 2006). Tujuan kontrasepsi adalah mencegah fertilisasi dengan

mencegah implantasi sel telur yang sudah dibuahi (Brooker, 2009).

Kontrasepsi ialah pencegahan kehamilan dengan mencegah terjadinya

konsepsi. Terdapat berbagai cara kontrasepsi, antara lain kontrasepsi suntikan,

kontrasepsi oral, kontrasepsi intravaginal, kondom, dan AKDR atau

intrauterine device (IUD), operasi (tubektomi atau vasektomi) atau cara

konvensional (Staf Pengajar FKUS, 2009).

Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan, yaitu: 1) tujuan umum,

pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu

terwujudnya NKKBS; 2) tujuan khusus yaitu penurunan angka kelahiran yang

bermakna. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu

ditempuh suatu kebijaksanaan untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat

melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat, serta

melahirkan pada usia tua. Untuk mencapai sasaran maka tujuan tersebut

dikategorikan menjadi tiga fase, yaitu fase menunda perkawinan atau

kesuburan, fase menjarangkan kehamilan, dan fase menghentikan kehamilan

atau kesuburan (Hartanto, 2004).

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik,

yaitu aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin

tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter), murah, dapat diterima oleh banyak

orang, dan pemakaiannya jangka lama (continuation rate) tinggi. Sampai saat
1

ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau

sempurna. Saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk

cafeteria atau supermarket, dimana calon akseptor memilih sendiri metode

kontrasepsi yang diinginkan (Hartanto, 2004).

Berikut merupakan beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat

digunakan oleh Pasangan Usia Subur (PUS), antara lain:

1) Metode kontrasepsi sederhana

a. Metode kalender

Metode ini didasarkan pada perhitungan mundur siklus

menstruasi wanita selama 6-12 bulan siklus yang tercatat. Cara

perhitungannya yaitu mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek

untuk menentukan awal dari masa subur dan mengurangi 11 hari dari

siklus haid terpanjang untuk menentukan akhir dari dari masa

suburnya (Everett, 2010).

b. Metode amenore laktasi (MAL)

Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya

hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun.

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh

(full breast feeding), ibu belum haid, dan umur bayi kurang dari enam

bulan. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan

bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin, 2006).


1

c. Metode Termal (Temperatur)

Metode termal dilakukan berdasarkan pengetahuan bahwa

progesterone mempunyai efek termogenik (efek menaikkan suhu

tubuh). Wanita yang menggunakan metode ini harus mencatat suhu

basalnya setiap pagi. Pada saat ovulasi, progesteron yang dihasilkan

oleh korpus luteum akan menyebabkan kenaikan suhu tubuh sebesar

0,5º C. kenaikan ini akan bertahan sampai korpus luteum mengalami

degenerasi, yaitu beberapa hari sebelum dimulainya masa haid (Helen,

2001).

d. Metode Mukus Serviks

Wanita diajarkan untuk mengobservasi mukus serviksnya

dengan melihat tekstur, warna, dan banyaknya. Sebelum ovulasi, di

bawah pengaruh estrogen mukus serviks tampak seperti putih telur

(mentah) dan elastis, transparan, dan mengkilat disebut juga mukus

spinnbarkeit. Setelah ovulasi, mukus serviks menjadi kental dan kering

dibawah pengaruh hormon progesteron. Keuntungan metode mukus

serviks, yaitu tidak memiliki efek samping, dibawah pengontrolan

pasangan, dapat diterima oleh agama, dan tidak ada biaya yang harus

dikeluarkan(Everett, 2010).

e. Metode Simto-Termal

Metode ini merupakan kombinasi tiga metode (metode

kalender, metode termal, dan metode mukus serviks) dan dianggap

sebagai metode yang paling aman. Klien diajarkan cara menentukan

lokasi serviksnya dan memeriksa posisi serviks setiap hari, serta


1

mengkaji pelunakan dan pembukaan ostium serviks. Ketika klien

hendak memasuki masa ovulasi, serviks meninggi pada vagina dan

hampir diluar jangkauan jarinya, serviks juga menjadi lunak disertai

sedikit pembukaan ostium serviks (Everett, 2010).

f. Senggama Terputus (Koitus Interuptus)

Senggama terputus adalah menarik penis keluar dari vagina

sebelum mencapai orgasme. Metode ini sangat sederhana dan tidak

perlu biaya atau alat. Metode ini merupakan metode tradisional dan

masih popular hingga saat ini. Metode ini tidak efektif digunakan,

karena keterlambatan menarik penis sebentar saja akan menyebabkan

tertinggalnya semen di dalam vagina. Efektivitas koitus interuptus

bervariasi, tetapi pada penggunaan yang cermat dan konsisten, metode

ini dapat mencapai 90%. Pada penggunaan yang kurang cermat dan

kurang komitmen angka tersebut dapat menurun sampai 81% (Gupte,

2004).

2) Metode Kontrasepsi Barier

a. Kondom

Kondom merupakan kontrasepsi yang mudah dan praktis

digunakan. Kondom mencegah kehamilan dengan menghambat sperma

masuk vagina sehingga mencegah pembuahan (fertilisasi). Efektivitas

kondom sebesar 85-98% dalam mencegah kehamilan. Selain

mencegah kehamilan , kondom juga dapat mencegah terjadinya infeksi

HIV-AIDS. Kondom efektif untuk menunda kehamilan jika digunakan

dengan tepat (Suwignyo, 2010).


1

b. Diafragma

Diafragma disebut juga “cap” atau “Dutch cup”, diafragma

merupakan sebuah metode kontrasepsi efektif tanpa menimbulkan

berbagai pengaruh hormonal. Alat tersebut berfungsi sebagai barier

serviks dan menghalangi pertemuan sperma dengan ovum sehingga

mencegah terjadinya fertilisasi. Apabila digunakan dengan spermisida,

keefektivan diafragma antara 82%-90% aman dalam mencegah

kehamilan, angka keamanan ini meningkat antara 92% -96% dengan

penggunaan yang dilakukan secara hati-hati dan konsisten. Bagi wanita

yang benar-benar cermat dalam menggunakan metode ini, metode ini

merupakan bentuk kontrasepsi yang sangat aman dan efektif tanpa

disertai pengaruh hormonal (Everett, 2010).

c. Spermisida

Spermisida mencegah kehamilan dengan membunuh sperma

dan mengubah pH vagina sehingga lingkungan di dalam vagina tidak

menguntungkan bagi sperma. Spermisida tersedia dalam berbagai

bentuk, seperti pesarium, gel, krim, dan busa. Spermisida mengandung

nonoxynol 9 atau oktosinol. Spermisida efektif dalam 80%-94%

mencegah kehamilan pada penggunaan yang sempurna dan efektif

99,9% jika digunakan sekaligus dengan penggunaan metode kondom

atau diafragma (Constance, 2009).

d. Cap

Cap berukuran lebih kecil dari diafragma dan hanya menutupi

serviks. Cap terbuat dari karet dan cara kerjanya sama seperti
1

diafragma, yaitu mencegah sperma bertemu dengan ovum sehingga

mencegah terjadinya fertilisasi. Untuk mengoptimalkan efektivitasnya,

cap sebaiknya digunakan bersama dengan spermisida. Terdapat tiga

jenis cap yang lazim digunakan saat ini, yaitu cervical cap, vault cap,

dan vimule cap (Everett, 2010).

e. Femidom

Femidom merupakan sebuah kondom poliuretan dengan

pelumas non-spermisida. Kondom tersebut memiliki dua cincin kecil,

satu cincin yang membantu insersi ke dalam vagina seperti tampon dan

satu cincin untuk menjaga agar kondom tetap pada tempatnya di luar

area genitalia. Femidom bekerja sebagai barier yang mencegah sperma

membuahi ovum dan memiliki efektivitas yang sama dengan kondom

pria, yaitu antara 85% -98% dalam mencegah kehamilan. Trussel et al

(1994) menemukan bahwa penggunaan femidom tampak potensial

untuk mengurangi risiko wanita mendapat HIV (Everett, 2010).

3) Metode Kontrasepsi Modern

a. Kontrasepsi pil

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus

diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks

sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam kontrasepsi pil

yaitu kontrasepsi kombinasi (pil kombinasi) yang mengandung

progesteron dan estrogen serta kontrasepsi pil progestin (minipil) yang

mengandung hormon progesteron (Saifuddin, 2003).


1

Pil kontrasepsi oral kombinasi bekerja dalam tiga cara, yaitu

menghentikan ovulasi, menebalkan mukus serviks untuk

menghentikan sperma masuk uterus, dan membantu mencegah

terjadinya implantasi dengan mengubah endometrium. Metode ini

memiliki efektivitas antara 97%-99% dalam mencegah kehamilan.

Kontrasepsi pil oral progestin (mini pil) bekerja untuk mencegah

kehamilan dengan empat cara, yaitu membuat mukus serviks tidak

dapat ditembus oleh sperma, membuat endometrium kurang

menguntungkan untuk implantasi, menekan ovulasi pada beberapa

wanita, dan mengurangi fungsi tuba falopii. Mini pil memiliki

efektivitas sebesar 96%-99% dalam mencegah kehamilan (Everett,

2010).

b. Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi implant merupakan batang tunggal yang

mengandung progestogen etonogestrel. Implant digunakan dengan cara

memasukkannya pada lengan bagian atas. Panjang implant sekitar 4

cm, dengan diameter 2 mm, dan bekerja sampai 3 tahun. KB implant

aman digunakan bagi wanita menyusui dan dapat dipasang setelah 6

minggu pasca persalinan. Efek samping yang biasanya terjadi adalah

perubahan pola haid dalam batas normal, perdarahan ringan diantara

masa haid, keluar flek-flek, dan tidak haid serta sakit kepala

(Suwignyo, 2010).
1

c. Kontrasepsi Mantap (Kontap)

Kontrasepsi Mantap (Kontap) merupakan suatu cara permanen

baik pada pria (vasektomi) dan pada wanita (tubektomi). Sterilisasi

pria (vasektomi) merupakan metode kontrasepsi yang melibatkan

eksisi atau pengangkatan bagian vas deferens berupa tuba yang

membawa sperma dari testis ke penis. Vasektomi 99,9% efektif dalam

mencegah kehamilan. Sterilisasi wanita (tubektomi) yaitu melakukan

blok atau eksisi tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara

ovum dan sperma serta mencegah terjadinya fertilisasi. Keuntungan

menggunakan Kontap yaitu tingkat keefektifannya tinggi, permanen,

dan dapat berfungsi secara efektif dengan segera (Everett, 2010).

d. Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik yang beredar di Indonesia ada 2 macam

yaitu DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetaf) yang biasa disebut

Depo Provera dan NET ON (Noritesteron oenathate ) yang biasa

disebut Noristerat. Kontrasepsi suntik berfungsi mencegah kehamilan,

terutama dengan menghentikan ovulasi. Kedua jenis kontrasepsi ini

mempertebal mukus serviks sehingga mencegah penetrasi sperma serta

menyebabkan endometrium menjadi kurang menguntungkan untuk

implantasi. Kedua jenis kontrasepsi suntik ini juga memiliki efektivitas

99-100% dalam mencegah kehamilan dan merupakan bentuk

kontrasepsi reversibel yang paling efektif (Everett, 2010).


2

C. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai barium

sulfat dan mengandung tembaga (Cu T 38OA ParaGard), progesteron

(progesterone T Progestasert system); atau levonorgestrel (Mirena). Alat ini

dimasukkan ke dalam ruang endometrium, melalui kanalis servikalis serta

memiliki ujung monofilament nilon yang membentang dari serviks ke vagina.

AKDR bekerja terutama dengan mencegah sperma membuahi ovum. Ketiga

AKDR ini bekerja dengan menciptakan infeksi lokal dan meningkatkan cairan

dalam tuba dan uterus yang dapat mengganggu transportasi sperma maupun

ovum. Selain itu, mirena dan progestasert mempertebal mukus serviks serta

mengganggu aktivitas endometrium sehingga menghambat gerakan sperma

(Geri & Carole, 2009).

AKDR ada yang diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari

tembaga atau mengandung hormon levonorgestrel. AKDR memiliki benang

yang menjulur ke vagina sehingga wanita dapat meyakinkan diri mereka dan

memastikan bahwa AKDR tetap di dalam. Lama pemakaian AKDR beragam,

dari 3 sampai 5 tahun. AKDR yang dipasang setelah usia 40 tahun dapat

dibiarkan in situ sampai menopause, tetapi sebaiknya dilepas 1 tahun setelah

menopause (Everett, 2010). Jenis AKDR yang dipakai di Indonesia antara lain

adalah (EPO, 2008) :

1) Copper-T

AKDR ini berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana

pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan


2

tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang

cukup baik.

2) Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm

dan ditambahkan gulungan kawat tembaga. Luas permukaannya 200 mm²,

fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

3) Multi load

AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan

kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke

ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas

permukaan 250 mm² atau 375 mm² untuk menambah efektifitas. Ada tiga

jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

4) Lippes loop

AKDR ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau

huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada

ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran

panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B

27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan

tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai

angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian AKDR jenis

ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau

penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.


2

AKDR merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam rahim.

Keberadaannya dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh terhadap benda

asing berupa fagositosis oleh leukosit, makrofag, dan limfosit. Pemadatan

endometrium akibat reaksi fagositosis menyebabkan blastokis rusak sehingga

nidasi terhalangi. AKDR juga menimbulkan terjadinya perubahan pengeluaran

cairan dan prostaglandin yang dapat menghalangi kapasitas spermatozoa. Jika

AKDR mengandung logam seperti tembaga (Cu), maka ion yang dilepaskan

oleh logam tersebut dapat menyebabkan gerak spermatozoa terganggu dan

mengurangi kemampuannya untuk melakukan konsepsi (Hartanto, 2004).

Penggunaan AKDR memiliki beberapa keuntungan. Hartanto (2005)

dan Everett (2010) mengungkapkan berbagai macam keuntungan dari

menggunakan AKDR, keuntungan tersebut yaitu: 1) Hanya memerlukan satu

kali motivasi dan satu kali pemasangan; 2) Tidak menimbulkan efek sistemik;

3) Dapat mencegah kehamilan dalam jangka lama; 4) Sederhana, mudah, dan

ekonomis; 5) Cocok untuk penggunaan secara massal; 6) Efektifitas tinggi; 7)

Kegagalan pasien (patient’s failure) hampir tidak ada; 8) Tidak membutuhkan

intelegensia yang tinggi pada pemakaian reversibel; 9) Untuk beberapa jenis

AKDR, dapat dipakai untuk jangka waktu lama (bertahun-tahun); 10) aman

dan segera dapat bekerja secara efektif, tidak perlu kontrasepsi tambahan; 11)

tidak ada interaksi terhadap obat; 12) setelah dipasang, wanita tidak perlu

mengingat untuk melakukan apa pun sebagai bentuk kontrasepsi; serta 13)

tidak mempengaruhi hubungan seksual.

AKDR memiliki beberapa kerugian bagi penggunanya, Hartanto

(2005) mengungkapkan ada berbagai macam kerugian dalam menggunakan


2

AKDR meliputi: 1) Pemasangan dalam dan penyaringan infeksi saluran

genitalia diperlukan sebelum pemasangan AKDR; 2) dapat meningkatkan

risiko Penyakit Radang Panggul (PRP); 3) memerlukan prosedur pencegahan

infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya; 4) bertambahnya darah haid dan

rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada sebagian pemakai AKDR; 5)

pemakai tidak dapat mencabut sendiri AKDR yang telah terpasang; 6)

pemakai tidak dapat terlindungi terhadap PMS, HIV/AIDS; 7) AKDR dapat

keluar dari rahim melalui kanalis servikalis hingga keluar ke vagina; serta 8)

bertambahnya risiko mendapat PRP pada pemakai AKDR yang dahulu pernah

menderita penyakit menular seksual (PMS) atau mereka mempunyai mitra

seks banyak.

Efek samping yang sering dijumpai pada pemakaian AKDR umumnya

tidak berbahaya, sedangkan efek yang serius jarang terjadi. Leveno (2009) dan

Darmani (2003) mengungkapkan berbagai efek samping yang terjadi pada

penggunaan AKDR, efek samping tersebut ialah:

1. Perforasi uterus

Efek samping paling awal adalah efek yang berkaitan dengan

pemasangan. Efek samping tersebut antara lain adalah perforasi uterus

yang dapat terjadi secara klinis nyata atau tersamar sewaktu memasang

sonde atau memasukkan AKDR. Frekuensi komplikasi ini bergantung

pada keterampilan pemasang dan tindakan pencegahan. Perforasi dapat

partial dimana sebagian AKDR masih berada didalam uterus atau komplit

dimana seluruh bagian AKDR masuk kedalam cavum abdomen.


2

2. Kram dan perdarahan uterus

Kram dan perdarahan uterus kemungkinan besar timbul segera

setelah pemasangan dan menetap dalam waktu yang berbeda-beda. Pada

keadaan ini AKDR tidak perlu dilepaskan kecuali bila perdarahan terus

berlangsung sampai lebih dari 8-10 minggu. Kram dapat dikurangi dengan

pemberian obat anti inflamasi nonsteroid sekitar 1 jam sebelum

pemasangan.

3. Menoragia

Pengeluaran darah selama haid biasanya meningkat dua kali lipat

pada pemakaian Copper T 380A dan dapat sedemikian banyak sehingga

menyebabkan anemia defisiensi besi.

4. Infeksi

Infeksi panggul, aborsi septik, dan abses tubo-ovarium dapat

terjadi pada pemakian AKDR. Jika dicurigai terjadi infeksi, alat harus

dikeluarkan dan wanita yang bersangkutan diterapi dengan antibiotik.

Karena adanya risiko sterilisasi akibat infeksi panggul yang parah,

pemakaian AKDR tidak dianjurkan bagi wanita berusia kurang dari 25

tahun atau paritas rendah. Setelah pemasangan AKDR, terjadi peningkatan

kecil risiko infeksi panggul hingga 20 hari pertama. Risiko utama infeksi

adalah disebabkan oleh pemasangan dan tidak meningkat seiring dengan

pemakaian jangka panjang.

5. Kehamilan dengan AKDR dalam uterus

Kehamilan biasanya terjadi pada tahun pertama insersi. Pada

keadaan ini mungkin terjadi ekspulsi atau perforasi. Kehamilan yang


2

terjadi bersamaan dengan adanya AKDR, dapat menyebabkan abortus

spontan atau kehamilan ektopik. Jika diketahui terdapat kehamilan dengan

benang terlihat keluar dari serviks, AKDR harus dikeluarkan. Tindakan ini

akan membantu mengurangi komplikasi selanjutnya, seperti abortus pada

kehamilan tahap lanjut, sepsis, dan persalinan prematur.

6. Kehamilan ektopik

Karena AKDR tidak dapat diandalkan untuk mencegah kehamilan

diluar uterus, maka wanita yang memang berisiko tinggi mengalami

kehamilan ektopik seperti mereka yang mempunyai riwayat kehamilan

ektopik atau pembedahan tuba sebaiknya tidak menggunakan AKDR.

7. Nyeri perut bawah

Nyeri perut bawah dan kejang dapat terjadi pada saat insersi

AKDR atau beberapa hari sesudahnya. Biasanya nyeri hanya terjadi pada

bulan pertama setelah pemasangan dan selanjutnya akan menghilang.

8. Keputihan

Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya keputihan vagina.

Keputihan yang berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi organ genital

terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan petama

setelah insersi.

9. Dismenore (nyeri saat haid)

Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang terasa nyeri.

Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada abdomen bagian

bawah yang terjadi selama haid (William, 2004). Tidak semua wanita yang
2

menggunakan AKDR akan menderita nyeri haid, biasanya terjadi pada

wanita yang sebelumnya memang sering mengalami disminorea.

10. Dispareunia (nyeri saat koitus)

Dispareunia adalah timbulnya nyeri selama atau setelah koitus.

Dispareunia dapat fisiologis atau psikologis. Wanita jarang merasakannya,

seringkali pihak suami mengeluh sakit karena benang yang panjang atau

cara pemotongan benang yang runcing.

11. Ekspulsi

Ekspulsi adalah lepas atau keluarnya AKDR dari dalam rahim.

Setelah insersi AKDR dapat terjadi kontraksi uterus yang dapat

mendorong keluarnya AKDR sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi sering

dijumpai pada masa tiga bulan pertama setelah insersi, setelah satu tahun

angka ekspulsi akan berkurang

Efektivitas penggunaan AKDR sangat tinggi untuk mencegah

kehamilan dalam jangka waktu lama yaitu sebesar 98% -100%. Efektivitas

dari penggunaan metode AKDR dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu

berapa lama AKDR tetap berada di dalam uterus tanpa ekspulsi spontan,

terjadinya kehamilan, dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-

alasan medis atau pribadi. Efektivitas dari bermacam-macam AKDR

tergantung pada AKDR-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau

progesteron, serta bergantung dari akseptornya yaitu umur, paritas, dan

frekuensi senggama (Hartanto, 2004).

Saifuddin dkk (2006) mengungkapkan ada beberapa persyaratan bagi

perempuan yang dapat menggunakan AKDR, yaitu: 1) usia reproduktif; 2)


2

keadaan nullipara; 3) menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang; 4) perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi; 5) setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya; 6) setelah

mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi; 7) risiko rendah dari

IMS; 8) tidak menghendaki metode hormonal; 9) tidak menyukai untuk

mengingat-ingat minum pil setiap hari; dan 10) tidak menghendaki kehamilan

setelah `1-5 hari hubungan seksual. AKDR dapat pula digunakan pada

perempuan dalam segala kemunginan keadaan, seperti perokok, pasca

keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi,

sedang memakai antibiotik atau anti kejang, gemuk ataupun yang kurus, dan

sedang menyusui.

AKDR juga dapat digunakan oleh perempuan dalam keadaan sebagai

berikut: 1) penderita tumor jinak payudara; 2) penderita kanker payudara; 3)

pusing-pusing atau sakit kepala; 4) tekanan darah tinggi; 5) varises di tungkai

atau di vulva; 6) penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup

dapat diberi antibiotik sebelum pemasangan AKDR); 7) pernah menderita

stroke; 8) penderita diabetes; 9) penderita penyakit hati atau empedu; 10)

penderita malaria; 11) penyakit tiroid; 13) setelah kehamilan ektopik; dan 14)

setelah pembedahan pelvic (Saifuddin dkk, 2006).

Geri & Carole (2009) melaporkan beberapa kontra-indikasi dari

pemasangan AKDR meliputi kontra-indikasi absolut, relatif kuat, dan kontra

indikasi lainnya. Kontra-indikasi absolut terdiri dari infeksi panggul aktif

(akut atau sub akut) dan kehamilan. Kontra-indikisi relatif kuat terdiri dari:

memiliki banyak pasangan seksual, pasangan seksual multiple pada pasangan


2

pengguna AKDR, endometriosis pascapartum atau aborsi yang terinfeksi,

servisitis akut atau purulen, gangguan perdarahan yang belum terdiagnosis,

riwayat kehamilan ektopik, imunosupresi-AIDS, diabetes, terapi

kortikosteroid, gangguan koagulasi darah, dan riwayat atau diagnosis HPV

terkini pada serviks. Kondisi lain yang mengkontraindikasikan pemasangan

AKDR meliputi: penyakit katup jantung (berpotensi membuat pasien rentan

terkena endokarditis bakterial subakut), keganasan pada endometrium atau

serviks, stenosis serviks berat, uterus berdiameter kecil (kurang dari 6 cm),

polip endometrium, abnormalitas uterus kongenital atau fibroid yang dapat

menghalangi penempatan yang tepat, alergi terhadap tembaga,

ketidakmampuan memantau tali AKDR, riwayat mengalami ekspulsi AKDR,

rabas atau infeksi vagina, dan riwayat Gonore, Klamidia, Herpes, Sifilis, atau

PRP.

Saat akan dilakukan pemasangan AKDR, penjelasan lengkap

mengenai keuntungan dan kerugian AKDR harus diinformasikan kepada

akseptor. Prosedur pemasangan juga harus dijelaskan. Pemberian obat

analgesik seperti asam mefenamat dapat diresepkan dan diberikan 20-30 menit

sebelum pemasangan, berfungsi untuk membantu menurunkan nyeri akibat

kram yang menyerupai kram saat menstruasi. Sebelum pemasangan AKDR,

klien harus mengosongkan kandung kemihnya karena kandung kemih yang

penuh dapat menyulitkan palpasi uterus pada abdomen dan menyebabkan

prosedur pemasangan menjadi tidak nyaman (Everett, 2010).

Klien juga harus menjalani penapisan untuk Chlamydia sebelum

pemasangan AKDR dilakukan. Idealnya penapisan tersebut dilakukan satu


2

minggu sebelum pemasangan AKDR, sehingga pengobatan dapat diberikan.

Jika hal ini tidak memungkinkan, penapisan untuk Chlamydia dapat dilakukan

pada saat pemasangan dengan pengobatan diberikan secara profilaksis. Farley

et al (1992) melaporkan bahwa insiden terhadap kejadian PRP dan

penggunaan AKDR berkaitan dengan proses pemasangan dan riwayat

penyakit menular seksual. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko infeksi

panggul enam kali labih tinggi pada 20 hari pertama, hal ini mengindikasikan

bahwa betapa pentingnya dilakukan penapisan untuk infeksi sebelum

pemasangan AKDR dilakukan (Everett, 2010).

Proses pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan

ruang operasi besar, akan tetapi wajib menggunakan istrumen yang telah

disterilisasi atau Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan dilakukan diruangan

yang bersih. Saifuddin (2006) mengungkapkan untuk mengurangi risiko

infeksi paska pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik harus

berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi melalui: 1) tidak

melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil

pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS; 2) mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah dilakukan tindakan; 3) minta

klien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan

panggul; 4) gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah

di DTT atau disterilisasi; 5) setelah memasukkan spekulum dan memeriksa

serviks, usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks

dan vagina sebelum melakukan tindakan; 6) masukkan AKDR dalam kemasan

sterilnya; 7) gunakan tekhnik “no tauch” pada saat pemasangan AKDR untuk
3

mengurangi kontaminasi kavum uteri; 8) buang bahan-bahan yang

terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung tangan disposable) dengan benar;

9) segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang

dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

Saifuddin (2006) mengungkapkan beberapa langkah dalam

pemasangan AKDR, yaitu sebagai berikut: 1) jelaskan kepada klien apa yang

akan dilakukan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit

sakit pada beberapa langkah sewaktu pemasangan. Pastikan klien telah

mengosongkan kandung kemihnya; 2) periksa genitalia eksterna, lakukan

pemeriksaan spekulum, dan lakukan pemeriksaan panggul. Lakukan

pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi; 3) masukkan lengan

AKDR didalam kemasan sterilnya; 4) masukkan spekulum lalu usap vagina

dan serviks dengan larutan antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit

serviks; 5) masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan

kedalaman kavum uteri; 6) pasang AKDR, atur letak leher biru pada tabung

inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri; 7) buang bahan-bahan habis

pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. Lakukan

dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai

dipakai; 8) ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR. Minta

klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.

Waktu untuk melakukan pemasangan AKDR, yaitu: 1) bersamaan

dengan menstruasi. Pada waktu ini pemasangan AKDR mudah, karena kanalis

servikalis agak melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil,

perasaan sakit kurang, dan perdarahan tidak begitu banyak; 2) segera setelah
3

bersih menstruasi; 3) masa interval, yaitu masa antara dua haid, bila dipasang

setelah ovulasi dipastikan ibu tidak hamil; 4) paska persalinan, dibagi menjadi

tiga jenis yaitu pemasangan dini (pemasangan sebelum ibu pulang ke rumah

setelah melahirkan), pemasangan langsung (tiga bulan setelah ibu

melahirkan), dan pemasangan tidak langsung (pemasangan lebih dari tiga

bulan paska persalinan atau keguguran); 5) bersamaan dengan seksio sesaria,

sebelum luka rahim di tutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari

kavum uteri kemudian AKDR dipasang pada bagian fundus; 6) bersamaan

dengan abortus dan kuretase, dilakukan pemasangan langsung setelah abortus

dan kuretase; 7) after morning, pada berbagai kasus dimana dilakukan koitus

maka AKDR dipasang dalam waktu 72 jam kemudian sebelum terjadi

implantasi blastokista (Arum, 2009).

Setelah dilakukan pemasangan, klien diberikan informasi mengenai

jadwal kontrol penggunaan AKDR. Saifuddin (2006) mengungkapkan

beberapa jadwal kontrol yang harus diperhatikan klien, yaitu:1) setelah 4

sampai 6 minggu pemasangan AKDR; 2) selama bulan pertama menggunakan

AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid; 3)

Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan

benang setelah haid apabila mengalami kram/kejang di perut bagian bawah,

perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama, dan nyeri setelah

senggama atau apabila pasangan mengalami rasa tidak nyaman selama

melakukan hubungan seksual; 4) klien dapat kembali ke klinik apabila tidak

dapat meraba benang AKDR, merasakan bagian bawah keras dari AKDR,
3

AKDR terlepas, siklus haid terganggu, terjadi pengeluaran cairan dari vagina

yang merugikan, dan ditemukan adanya infeksi.

Hanafiah (2005) dan Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa

seseorang yang akan melakukan pemasangan AKDR diharapkan mampu

memberikan konseling terkait dengan AKDR. Informasi utama yang perlu

disampaikan untuk pengguna AKDR, yaitu: 1) mekanisme kerja AKDR

termasuk keuntungan dan kerugian serta efek sampingnya; 2) cara memeriksa

sendiri benang AKDR; 3) segera mencari pertolongan medis bila timbul

gejala-gejala infeksi; 4) prosedur pemasangan/pencabutan dan jangka waktu

pemakaian; 5) waktu pemasangan dan metode kontrasepsi mana yang dipakai

bila pemasangan AKDR diundurkan; 6) jenis AKDR yang dipakai; 7)

pertimbangan pemakaian metode kontrasepsi tambahan seperti kondom atau

spermasid selama tiga bulan pasca pemasangan; 8) mengetahui tanda bahaya

AKDR; 9) bila mengalami keterlambatan haid segera periksa ke petugas

kesehatan; 10) sebaiknya tunggu tiga bulan untuk hamil kembali setelah

pelepasan AKDR dan gunakan metode kontrasepsi lain; 11) beritahukan pada

pengguna bahwa AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap virus

HIV/AIDS; dan 12) kebebasan bagi pasien untuk tidak meneruskan memakai

AKDR jika dikehendaki.

Petugas kesehatan dapat mencabut AKDR kapan pun sesuai dengan

keinginan klien. Pencabutan AKDR juga harus dilaksanakan dengan hati-hati.

Saifuddin (2006) mengungkapkan beberapa langkah-langkah pencabutan

AKDR, yaitu: 1) menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan

mempersilahkan klien untuk bertanya; 2) memasukkan spekulum untuk


3

melihat serviks dan benang AKDR; 3) mengusap serviks dan vagina dengan

larutan antiseptik dua sampai tiga kali; 4) meminta klien untuk tenang dan

menarik napas panjang, beritahukan klien mungkin timbul rasa sakit tapi itu

normal; 5) tarik benang AKDR secara perlahan-lahan; 6) pasang AKDR yang

baru bila klien menginginkan dan kondisi klien yang memungkinkan.

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR

Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010), Pinem (2009), dan

Winda (2011) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang dalam menggunakan AKDR. Faktor-faktor tersebut harus

diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi perilaku

seseorang.

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi tersebut

yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi

yang mempengaruhi seseorang dalam memilih menggunakan KB. Pinem

(2009) juga mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang dalam penggunaan AKDR, yaitu faktor pengetahuan, umur,

ekonomi, jumlah anak, partisipasi suami, dan pelayanan KB .

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan

umumnya datang dari pengalaman dan juga dapat diperoleh dari informasi

yang disampaikan orang lain didapat dari buku, surat kabar, atau media
3

massa, dan elektronik (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang pernah

dilakukan oleh Yanti (2010) di Sumatera Utara menyatakan bahwa faktor

pengetahuan ibu dan faktor sikap ibu mempengaruhi PUS dalam

penggunaan metode AKDR. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Imbarwati (2009) melaporkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik dalam memilih menggunakan AKDR sebesar

56,8%. Penelitian yang dilakukan Mulastin (2010), hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap mendukung

sebanyak 71 responden (50.7%) dan sebagian kecil responden memilih

AKDR sebanyak 17 responden (12.1%). Dapat disimpulakan bahwa ada

hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan AKDR.

Pengaruh umur untuk keikutsertan dalam penggunaan kontrasepsi

dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini (Hartanto, 2004) :

1) Umur ibu kurang dari 20 tahun

a. Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral

b. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan

muda memiliki frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan

mempunyai kegagalan tinggi

c. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan

d. Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu

2) Umur ibu antara 20-30 tahun

a. Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan


3

b. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai

AKDR sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah implant atau

pil.

3) Umur ibu diatas 30 tahun

a. Pilihan utama menggunakan AKDR atau implant. Kondom

biasanya merupakan pilihan kedua.

b. Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi

(sterilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan

dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah.

Penelitian yang dilakukan oleh Radita (2009) melaporkan bahwa

faktor umur istri memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan

jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS. Pendidikan secara umum

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain

baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan akan

mempengaruhi wawasan dan pengetahuan ibu. Semakin rendah

pendidikan ibu maka akses terhadap informasi tentang KB khususnya

AKDR akan berkurang, sehingga ibu merasa kesulitan untuk mengambil

keputusan secara efektif alat kontrasepsi mana yang akan dipilih oleh ibu

(Winarni dkk, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Winda (2011)

melaporkan bahwa ibu yang menggunakan AKDR berpendidikan SMA

sebesar (61,7%). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Radita (2009)

melaporkan bahwa faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan yang

bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS.


3

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin yaitu faktor yang memungkinkan atau yang

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor

pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, dan rumah sakit.

Adanya fasilatas kesehatan yang mendukung program KB akan

mempengaruhi perilaku ibu dalam menggunakan kontrasepsi.

Pinem (2009) mengatakan, bahwa fasilitas kesehatan (pelayanan

KB) dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan AKDR. Sampai

saat ini pelayanan KB seperti komunikasi informasi dan edukasi masih

kurang berkualitas. Terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan

alat kontrasepsi dengan alasan efek samping, kesehatan dan kegagalan

pemakaian. Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya

informasi tentang KB AKDR, maka dapat mempengaruhi seseorang untuk

menggunakan KB tersebut (Pendit, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati (2009) di Semarang

melaporkan bahwa kualitas pelayanan KB yang baik mempengaruhi

seseorang dalam penggunaan AKDR sebesar 55,9%. Dalam penelitian

Yanti (2010), juga melaporkan bahwa faktor pelayanan KB mempengaruhi

PUS dalam penggunaan metode KB AKDR.


3

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor penguat yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku. Meskipun seseorang tahu dan mampu untuk

berperilaku sehat tetapi tidak mau melakukannya. Berdasarkan hal tersebut,

semakin kuat dorongan bagi ibu untuk memilih menggunakan AKDR

seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas

kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Pinem (2009) mengatakan bahwa terdapat dorongan bagi ibu untuk

menggunakan AKDR, dalam hal ini merupakan faktor partisipasi suami.

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila terdapat dukungan dari

pihak-pihak tertentu. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika

keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan

dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila

hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia khususnya

di daerah pedesaan, sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan

dalam keluarga adalah suami sedangkan istri hanya bersifat memberikan

sumbang saran (Sarwono, 2006).

Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami

dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus

bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam

pemakaian, membiayai pengeluaran akan kontrasepsi, dan memperhatikan

tanda bahaya pemakaian (Hartanto, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh

Yanti (2010), melaporkan bahwa faktor partisipasi suami mempengaruhi

PUS dalam penggunaan metode KB AKDR.


3

E. Kerangka Teori

Faktor- faktor yang mempengaruhi Pemilihan penggunaan alat


penggunaan kontrasepsi : kontrasepsi :
1. Faktor Predisposisi 1. Kontrasepsi sederhana
 Pengetahuan  Metode kalender
 Sikap  Metode amenore
 Kepercayaan laktasi (MAL)
 Keyakinan  Metode termal
 Nilai  Metode mukus
 Tradisi serviks
 Usia  Metode simto-
 Ekonomi termal
 Jumlah anak  Metode senggama
 Tingkat pendidikan terputus
 Efek samping
2. Kontrasepi barier
2. Faktor pemungkin  Kondom
 Sarana dan prasarana fasilitas  Diafragma
kesehatan  Cap
 Pelayanan KB  Femidom
 Spermisida
3. Faktor penguat
 Perilaku tenaga kesehatan 3. Kontrasepsi modern
 Partisipasi suami  Metode pil
 Metode implant
 Metode KONTAP
 Metode suntik
 Metode AKDR

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi


adaptasi dari L. Green dalam Notoatmodjo (2010), Pinem (2009), dan
Winda (2011)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang diungkapkan oleh L. Green & Pinem,

maka variabel yang ingin diteliti mengenai Faktor-faktor yang berhubungan

dengan penggunaan AKDR adalah variabel terikat (dependen) yaitu

penggunaan AKDR, sedangkan variabel bebas (independen) yang ingin

diketahui meliputi pengetahuan ibu tentang AKDR, sikap, umur, tingkat

pendidikan, pelayanan KB, dan partisipasi suami. Peneliti tidak mengambil

variabel lainnya dikarenakan variabel-variabel diatas merupakan variabel yang

dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih menggunakan AKDR. Adapun

kerangka konsep dalam penelitian ini, akan digambarkan sebagai berikut :

Variabael Independen Variabel Dependen

1. Tingkat
Gambar 3.1 Pengetahuan
Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
2. Sikap Penggunaan AKDR Penggunaan Alat
3. Usia Kontrasepsi
4. Tingkat pendidikan Dalam Rahim
5. Pelayanan KB (AKDR)
39
6. Partisipasi suami
4

B. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang AKDR terhadap

penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

2. Ada hubungan antara sikap terhadap penggunaan Alat kontrasepsi

Dalam Rahim (AKDR).

3. Ada hubungan antara usia terhadap penggunaan Alat kontrasepsi

Dalam Rahim (AKDR).

4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap penggunaan Alat

kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

5. Ada hubungan antara pelayanan KB terhadap penggunaan Alat

kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

6. Ada hubungan antara partisipasi suami terhadap penggunaan Alat

kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).


4

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Pengukuran
Menggunakan Pernyataan verbal Wawancara Kuesioner 0. Tidak
Alat yang merupakan menggunakan Nominal
Kontrasepsi jawaban dari AKDR
Dalam Rahim pertanyaan 1. Menggunakan
(AKDR) keikutsertaan AKDR
menggunakan
AKDR

Pengetahuan Pengetahuan yang Wawancara Kuesioner 0. Kurang baik


Perempuan dimaksud dalam (jika nilai 40- Ordinal
tentang AKDR penelitian ini 55%)
adalah perempuan 1. Cukup (jika
mengetahui nilai antara
tentang AKDR 56-75%)
2. Baik (jika
nilai 76-
100%)

(Arikunto, 2006)
Sikap Tanggapan atau Wawancara Kuesioner 0. Sikap negatif
Perempuan reaksi responden terhadap Ordinal
terhadap AKDR AKDR (skor
< median)
1. Sikap positif
terhadap
AKDR (skor
≥ median)

Usia Lamanya masa Wawancara Kuesioner


hidup responden 0. < 30 tahun Ordinal
secara tahun
kalender, yang 1. > 30 tahun
dihitung sejak
dilahirkan sampai
dengan saat
dilakukan
penelitian dalam
tahun
4

Tingkat Jenjang Wawancara Kuesioner


Pendidikan pendidikan 0. Sekolah Dasar Ordinal
formal terakhir 1. Sekolah
yang berhasil Lanjutan
diselesaikan oleh Tingkat
responden yang Pertama
ditandai dengan 2. Sekolah
ijazah Lanjutan
Tingkat Atas
3. Perguruan
Tinggi

Pelayanan KB Ketersediaan Wawancara Kuesioner 0. Tidak tersedia


pelayanan (skor < Ordinal
kesehatan di median)
daerah tempat 1. Tersedia (skor
tinggal klien ≥ median)
Partisipasi Dukungan yang Wawancara Kuesioner 0. Tidak
Suami diberikan oleh mendukung Ordinal
suami klien untuk (skor <
memilih median)
menggunakan 1. Mendukung
AKDR (skor ≥
median)
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan menggunakan desain case control (kasus dan kontrol). Case

control merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen berdasarkan

perjalanan waktu secara retrospektif (Dharma, 2011). Case (kasus) dalam

penelitian ini ialah perempuan yang menggunakan KB AKDR, sedangkan

control (kontrol) dalam penelitian ini ialah perempuan yang tidak

menggunakan KB AKDR (KB jenis lain). Rancangan penelitian analitik ini

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

penggunaan AKDR.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Pasar Rebo, tepatnya di Kelurahan Cijantung dan Kelurahan Gedong.

Penelitian dilakukan pada bulan September 2012. Penentuan wilayah

Kecamatan Pasar Rebo, karena berdasarkan studi pendahuluan pengguna

AKDR di wilayah Pasar Rebo masih sedikit dan di kalangan masyarakat

masih ada yang belum mengetahui tentang AKDR serta masih beranggapan

bahwa AKDR adalah jenis kontrasepsi yang menakutkan.

43
4

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel terdiri dari

bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitiaan

ini adalah perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi di wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Sampel di ambil secara

probability sampling dengan teknik cluster sampling.

Adapun kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu kriteria inklusi

dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, sedangkan kriteria

ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi

kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab misalnya subjek

menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008). Sampel yang diambil harus

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi atau ber-KB

2) Kesadaran baik dan dapat berkomunikasi


4

3) Kooperatif

b. Kriteria Eksklusi

1) Perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi atau ber-

KB

2) Perempuan yang menggunakan metode kontrasepsi MOW

(tubektomi)

3) Perempuan yang belum menikah

4) Janda

5) Perempuan menopause

6) Subjek tidak bersedia menjadi responden

3. Besar Sampel

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 110

orang dengan menggunakan rumus uji beda dua proporsi. Perhitungan

sampelnya sebagai berikut:

√ ( )√()()
()

()

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang dibutuhkan

( )
: 1,96 (Derajat Kepercayaan 95%, derajat kemaknaan 5%)

: 1,28 (kekuatan Uji 90%)

: 0,81(Proporsi distribusi tingkat pengetahuan kurang

tentang AKDR pada faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya


4

minat ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR tahun 2011 oleh

Nova Winda di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi)

P1-30% = 0,51

= 0,81+0,51/2 = 0,66

√ ( ) √ ( ) ( )
()

( ) ( )

n = 49.88= 50 Responden

= 50 orang x 2 = 100

Berdasarkan rumus perhitungan sampel di atas, maka sampel yang

dibutuhkan sebanyak 50 orang, setelah di kali dua menjadi 100 orang. Jadi

jumlah sampel 100 orang ditambah dengan 10% menjadi 110 orang

sebagai cadangan untuk mencegah drop out pada responden. Jumlah kasus

sebanyak 55 responden dan jumlah kontrol sebanyak 55 responden.

Cara pengambilan sampel yaitu dengan mengambil dua Kelurahan

yang terdekat dan terjauh dari wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo,

dari masing-masing Kelurahan di ambil tiga RW, dan dari masing-masing

RW di ambil tiga RT dengan cara random. Berdasarkan pemilihan lokasi

di dapatkan dua Kelurahan yaitu Kelurahan Cijantung dan Kelurahan

Gedong. Setelah dilakukan random, di Kelurahan Cijantung didapatkan

tiga RW yaitu RW 02, RW 03, dan RW 09 sedangkan di Kelurahan

Gedong didapatkan tiga RW yaitu RW 03, RW 01, dan RW 012. Dari

masing-masing RW tersebut di random kembali untuk mencari tiga RT


4

yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Data peserta

pengguna AKDR dan Non-AKDR didapat dari para kader yang ada di

masing-masing RT. Nama-nama RT tersebut yaitu:

Tabel 4.1 Daftar RT

Kelurahan Cijantung Kelurahan Gedong


RW 02 RW 03 RW 09 RW 03 RW 01 RW 012
RT 005 RT 002 RT 003 RT 005 RT 004 RT 001
RT 007 RT 003 RT 005 RT 007 RT 009 RT 003
RT 009 RT 004 RT 012 RT 008 RT 010 RT 011

D. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner atau angket. Keusioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006).

Kuesioner disesuaikan dengan tujuan penelitian yang mengacu pada kerangka

konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner diberikan langsung oleh peneliti

kepada responden untuk diisi tanpa melalui proses wawancara.

Kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu usia,

tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap perempuan terhadap

penggunaan AKDR, pelayanan KB, partisipasi suami, dan efek samping. Pada

pertanyaan variabel tingkat pengetahuan, sikap perempuan terhadap

penggunaan AKDR, pelayanan KB, dan partisipasi suami perlu dilakukan

proses skoring. Skoring yaitu pemberian skor jawaban responden pada

beberapa pertanyaan di kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu

variabel.
4

Berikut merupakan variabel-variabel yang di skoring, yaitu:

1. Pada variabel tingkat pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Pertanyaan

pada variabel tingkat pengetahuan terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu 7

pertanyaan positif (terdapat pada nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10) dan 3

pertanyaan negatif (terdapat pada nomor 3, 6, 9). Untuk jawaban “benar”

mendapat skor 1, sedangkan untuk jawaban “salah” mendapat skor 0. Skor

tertingginya yaitu 10 dan skor terendahnya yaitu 0. Untuk variabel tingkat

pengetahuan, akan dikelompokkan menjadi 3 kategori dengan

menggunakan standar skor dibawah ini (Arikunto, 2006):

a) Pengetahuan baik (skor jawaban responden 76-100%)

b) Pengetahuan cukup (skor jawaban responden 56-75%)

c) Pengetahuan kurang (skor jawaban responden 40-55%)

2. Pada variabel sikap terdiri dari 9 pertanyaan dengan skala likert.

Pertanyaan pada variabel sikap merupakan pertanyaan positif. Untuk

jawaban “sangat setuju” mendapat skor 4, jawaban “setuju” mendapat skor

3, jawaban “tidak setuju” mendapat skor 2, dan untuk jawaban “sangat

tidak setuju” mendapat skor 1. Skor tertinggi untuk pertanyaan sikap

perempuan terhadap AKDR adalah 36 dan skor terendahnya adalah 9.

Skala pengukuran sikap perempuan menggunakan skala Likert. Adapun

variabel sikap perempuan ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori

dengan menggunakan standar skor dibawah ini:

a) Sikap negatif terhadap AKDR: jika total skor jawaban yang

diperoleh < 26 (median).


4

b) Sikap positif terhadap AKDR : jika total skor jawaban yang

diperoleh ≥ 26 (median).

3. Pada variabel pelayanan KB terdapat 9 pertanyaan. Skor 4 untuk jawaban

sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Skor

tertingginya adalah 36 dan skor terendahnya adalah 9. Untuk variabel

pelayanan KB, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

a) Pelayanan KB tidak tersedia, jika skor yang diperoleh < 26

(median).

b) Pelayanan KB tersedia, jika skor yang diperoleh ≥ 26 (median).

4. Pada variabel partisipasi suami terdapat 10 pertanyaan. Pertanyaan pada

variabel partisipasi suami terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu 6

pertanyaan positif (terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10) dan 4 pertanyaan

negatif (terdapat pada nomor 6,7,8,9).

Pertanyaan positif Skor Pertanyaan negative


Alternatif jawaban Alternatif jawaban
Sangat Setuju 4 Sangat Tidak Setuju
Setuju 3 Tidak Setuju
Tidak Setuju 2 Setuju
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Setuju

Skor tertingginya adalah 40 dan skor terendahnya adalah 10. Untuk

variabel partisipasi suami, akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

a) Suami tidak mendukung, jika skor yang diperoleh < 29 (median).

b) Suami mendukung, jika skor yang diperoleh ≥ 29 (median).


5

E. Langkah Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Pasar Rebo tepatnya di Kelurahan Cijantung dan Kelurahan Gedong pada

bulan September 2012. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini melalui

beberapa tahap, yaitu :

1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak lanjut

dalam penelitian.

2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian

dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan surat izin dari Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

3. Peneliti menyelesaikan surat izin penelitian pada Kepala Puskesmas

Kecamatan Pasar Rebo.

4. Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster

sampling.

5. Peneliti melakukan pendataan kepada calon responden dengan

menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

6. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk

ditandatangani oleh calon responden apabila setuju untuk menjadi

subjek penelitian.

7. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

8. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.


5

9. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner yang

telah diberikan peneliti.

10. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk diperiksa.

F. Uji Vaiditas Dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan

beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan

variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung

korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari tiap variabel

dengan total skor variabel tersebut. Suatu instrument dikatakan valid

apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t

tabel (Hidayat, 2008). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik korelasi “ Pearson Product Moment”.

( ) ( )( )
√()( )

Keterangan:

r hitung : koefisien korelasi

ΣX : jumlah skor item

ΣY : jumlah skor total

n : jumlah responden
5

Uji validitas dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Pasar Rebo sebanyak 30 responden dan peneliti memastikan bahwa

responden pada uji validitas tidak akan diikutsertakan kembali pada saat

penelitian selanjutnya. Penghitungan uji validitas tentang variabel tingkat

pengetahuan, sikap, pelayanan KB, serta partisipasi suami diselesaikan

dengan menggunakan SPSS 18.0 dan diperoleh hasil r tabel yaitu 0,31.

Hasil uji validitas bahwa ada 1 item pertanyaan yang secara

statistik dinyatakan tidak valid (r hasil < 0,31) yaitu item no 3 pada

variabel tingkat pengetahuan, untuk itu peneliti merubah redaksional tanpa

merubah konten (maksud dari pertanyaan) setelah sebelumnya peneliti

mengkonsultasikan hasil uji validitas kepada para ahli.

2. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas

menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbrach

> 0,70 (Hidayat, 2008).

Ada beberapa cara pengukuran yang dipakai untuk melihat

reliabilitas dalam pengumpulan data, yaitu prinsip (1) stabilitas:

mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang

berbeda, (2) ekuivalen: pengukuran memberikan hasil yang sama pada


5

kejadian yang sama, (3) homogenitas (kesamaan): instrument yang

dipergunakan harus mempunyai isi yang sama (Nursalam, 2009).

Hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada 10 item pertanyaan dalam

variabel tingkat pengetahuan, telah mendapatkan hasil yang reliable

dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,791. Pada variabel sikap dengan 9

item pertanyaan, didapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha

Cronbach sebesar 0,817. Pada variabel pelayanan KB dengan 9 item

pertanyaan, juga didapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha

Cronbach sebesar 0,764, sedangkan pada variabel partisipasi suami

dengan 10 item pertanyaan, juga didapatkan hasil yang reliable dengan

nilai Alpha Cronbach sebesar 0,862.

G. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

software statistik. Teknik pengolahan data terdiri dari :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2007).

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.

Biasanya pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu
5

buku (cide book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu

kode dari suatu variabel (Hidayat, 2007).

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel

kontingensi (Hidayat, 2007).

4. Cleaning Data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin

terjadi pada saat meng-entry data ke computer (Hidayat, 2007).

H. Analisa Data

Analisis data dilakukan memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis

penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi anlisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Analisa univariat

dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang

karakteristik responden sebagai variabel independen dalam penelitian ini

berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap, umur, tingkat pendidikan,

pelayanan KB, partisipasi suami, dan efek samping. Sedangkan variabel

dependen yaitu penggunaan AKDR.


5

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variable dependen dan independen. yaitu variabel tingkat pengetahuan,

sikap, pelayanan KB, partisipasi suami, dan efek samping dengan

penggunaan AKDR sebagai variabel dependen.

Tehnik analisa yang dilakukan dengan analisa Chi-Square ( ),

yaitu untuk melakukan analisa hubungan antara variabel kategorik dengan

kategorik. Analisa ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua

atau lebih kelompok sampel, sehingga diketahui ada atau tidaknya

hubungan yang bermakna secara statistic. Derajat kepercayaan yang

digunakan adalah 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai p ≤ α (0,05)

berarti terdapat hubungan bermakna (signifikan) antara variabel yang

diteliti. Jika nilai p ≥ α (0,05) berarti tidak ada hubungan antara variabel

yang diteliti.

I. Etika Penelitian

1. Prinsip Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan subjek penelitian manusia, maka

peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan

dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilaksanakan benar-

benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian

pada manusia yang harus dipahami antara lain:


5

a. Prinsip manfaat

Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk

penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan

membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada

manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian

yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan

antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang

dilakukan dapat mengalami dilema etik (Hidayat, 2007).

b. Prinsip menghormati manusia

Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia

yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan

pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek

penelitian (Hidayat, 2007).

c. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan

manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara

adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan

terhadap manusia (Hidayat, 2007).

2. Masalah Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus


5

diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut:

a. Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Subjek penelitian harus

menandatangani lembar persetujuan, ketika bersedia menjadi

responden. Peneliti harus menghormatinya, jika responden menolak

(Hidayat, 2007).

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007).

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).


BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian setelah dilakukan

pengumpulan data pada tanggal 26 September sampai dengan 5 Oktober 2012 di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo tepatnya di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Gedong dan Kelurahan Cijantung, Jakarta Timur.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo membawahi lima

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan, yaitu Puskesmas Kelurahan Kalisari,

Puskesmas Kelurahan Pekayon, Puskesmas Kelurahan Cijantung, Puskesmas

Kelurahan Baru, dan Puskesmas Kelurahan Gedong. Jumlah Penduduk di

wilayah Kecamatan Pasar Rebo pada tahun 2010 adalah 190.840 jiwa. Luas

dan batas wilayah kecamatan Pasar Rebo yaitu 1.297,70 Ha yang terletak di

Kota Administrasi Jakarta Timur, dimana batas-batas wilayah Kecamatan

Pasar Rebo yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kramatjati,

Jakarta Timur, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciracas, Jakarta

Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Penelitian ini dilakukan di dua wilayah kerja Puskesmas Kelurahan,

yaitu Kelurahan Gedong dan Kelurahan Cijantung. Kelurahan Gedong terdiri

dari 12 RW dan 117 RT dengan jumlah penduduk keseluruhan 37.382 jiwa.

Jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di di Kelurahan Gedong yaitu 9.567

KK, sedangkan luas wilayah di Kelurahan tersebut adalah 263,40 Ha.

58
5

Kelurahan Cijantung terdiri dari 11 RW dan 109 RT dengan jumlah

keseluruhan penduduk sebanyak 40.905 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK)

yang ada di Kelurahan Cijantung yaitu 6.064 KK, sedangkan luas wilayah di

Kelurahan tersebut adalah 238,57 Ha.

B. Gambaran Umum Responden

Responden yang di ambil di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Gedong

dan Kelurahan Cijantung adalah perempuan yang sudah menikah. Karakteristik

lain dari populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang menggunakan KB

AKDR dan KB jenis lain seperti pil, suntik, implant, dan kondom. Pada

penelitian ini, usia responden tidak dibatasi. Jumlah populasi pada penelitian

ini yaitu sebanyak 110 responden yang dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama yaitu 55 perempuan yang menggunakan KB AKDR dan

kelompok kedua yaitu 55 perempuan yang menggunakan KB jenis

lain.responden di ambil secara acak dari masing-masing wilayah yang telah

ditentukan dengan metode cluster.

C. Analisis Univariat

1. Variabel Independen

a. Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan

Kategori Frekuensi (N= 110) Persentase (%)


Kurang Baik 9
Cukup Baik 48 8.2
Baik 53 43.6
48.2
Jumlah 110 100
6

Dari tabel 5.1 diketahui bahwa perempuan yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 9 res
b. Sikap

Distribusi F

Kategori Sikap Negatif Sikap Positif


Frekuensi (N= 110) Persentase (%)
Jumlah 55 50.0
55 50.0
110 100

Dari tabel 5.2 diketahui bahwa perempuan yang memiliki sikap negatif sebesar 55 responde
c. Usia

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Kategori Frekuensi (N= 110) Persentase (%)


< 30 tahun 13 11.8
> 30 tahun 97 88.2
Jumlah 110 100.0

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa perempuan yang berusia < 30 tahun

sebesar 13 responden (11,8%) dan perempuan yang berusia > 30 tahun

sebesar 97 responden (88,2 %).


6

d. Tingkat Pendidikan

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kategori Frekuensi (N= 110) Persentase (%)


SD 8 7.3
SMP 9 8.2
SMA 58 52.7
Perguruan Tinggi 35 31.8
Jumlah 110 100

Dari tabel 5.4 diketahui bahwa perempuan yang memiliki tingkat pendidikan SD sebesar 8 re
responden (35%).

e. Pelayanan KB

Distribusi Frekuensi Res

Kategori Frekuensi (N= 110) Persentase (%)


Tidak tersedia 47 42.7
Tersedia 63 57.3
Jumlah 110 100.0

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa pelayanan KB yang tidak tersedia di

wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pasar Rebo sebesar 47 pelayanan

(42,7%) dan pelayanan KB yang tersedia sebesar 63 pelayanan

(57,3%).
6

f.Partisipasi Suami

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Partisipasi Suami

Kategori Frekuensi (N= 110) Persentase (%)


Tidak 54 49.1
Mendukung
Mendukung 56 50.9
Jumlah 110 100.0

Dari tabel 5.6 diketahui bahwa perempuan yang tidak didukung oleh suaminya sebesar 54 respon
Variabel Dependen

Penggunaan AKDR

Tabe
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan AKDR

Kategori Frekuensi Persentase (%)


(N=110)
Tidak 55 50.0
Menggunakan
Menggunakan
55 50.0
Jumlah 100 100

Dari tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang tidak menggunakan

AKDR yaitu sebanyak 55 responden (50%), sedangkan responden

yang menggunakan AKDR sebanyak 55 orang (50%).


6

D. Analisis Bivariat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penggunaan AKDR

Tabel 5.8
Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan AKDR

Penggunaan AKDR
Tidak p-value
Tingkat Menggun Total
mengguna
Pengetahuan akan
kan
n % n % n %
Kurang baik 7 12.7 2 3.6 9 8.2
0,151
Cukup Baik 25 45.4 23 41.8 48 43.6
Baik 23 41.8 30 54.5 53 48.2
Total 55 100 55 100 110 100

Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan perempuan tentang AKDR dengan pengg
menggunakan AKDR mempunyai pengetahuan cukup baik, dan 23 orang

(41,8%) perempuan yang tidak menggunakan AKDR mempunyai

pengetahuan baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,151

(p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan AKDR.


6

b. Hubungan Sikap Dengan Penggunaan AKDR

Tabel 5.9
Analisis Hubungan Sikap dengan Penggunaan AKDR

Penggunaan AKDR
Tidak Total OR p-
Sikap Menggunakan
Menggunakan (95% CI) value
n % n % n %
Negatif 39 70.9 16 29.1 55 50.0
5,941 0.000
Positif 16 29.1 39 70.9 55 50.0
Total 55 100 55 100 110 100

Hasil analisis hubungan antara sikap perempuan dengan penggunaan AKDR diperoleh bahwa
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000

(p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara sikap perempuan dengan penggunaan AKDR. Nilai OR = 5,941

dapat disimpulkan bahwa perempuan yang memiliki sikap negatif beresiko

5,941 kali lebih tinggi memilih untuk tidak menggunakan AKDR

dibandingkan perempuan yang memiliki sikap positif.


6

c. Hubungan Usia Dengan Penggunaan AKDR

Tabel 5.10
Analisis Hubungan Usia dengan Penggunaan AKDR

Penggunaan AKDR
Tidak Total OR p-
Usia Menggunakan
Menggunakan (95% CI) value
n % n % n %
< 30 th 15 27.3 3 5.5 18 16.4
6.500 0.002
> 30 th 40 72.7 52 94.5 92 83.6
Total 55 100 55 100 110 100

Hasil analisis hubungan antara umur dengan penggunaan AKDR diperoleh bahwa terdapat 15
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,002

(p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara usia dengan penggunaan AKDR. Nilai OR = 6,500 dapat

disimpulkan bahwa perempuan yang berusia < 30 tahun beresiko 6,500

kali lebih tinggi memilih untuk tidak menggunakan AKDR dibandingkan

perempuan yang berusia > 30 tahun.


6

d. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan AKDR

Tabel 5.11
Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan AKDR

Penggunaan AKDR
Tingkat Tidak Total p-
Menggunakan
Pendidikan Menggunakan value
n % n % n %
SD 3 5.5 5 9.1 8 7.3
SMP 8 14.5 1 1.8 9 8.2 0.000
SMA 37 67.3 21 38.2 58 52.7
Perguruan 7 12.7 28 50.9 35 31.8
Tinggi
Total 55 100 55 100 110 100

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan AKDR diperoleh b
berpendidikan SMA, dan 7 orang (12,7%) perempuan berpendidikan

tinggi .

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000

(p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan dengan penggunaan AKDR.


6

e. Hubungan Pelayanan KB Dengan Penggunaan AKDR

Tabel 5.12
Analisis Hubungan Pelayanan KB dengan Penggunaan AKDR

Penggunaan AKDR
OR
Pelayanan Tidak Total p-
Menggunakan (95
KB Menggunakan value
%
n % n % n %
CI)
Tidak
Tersedia 24 43.6 23 41.8 47 42.7
1.077 0.847
Tersedia 31 56.4 32 58.2 63 57.3
Total 55 100 55 100 110 100

Hasil analisis hubungan antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR diperoleh bahwa
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,847

(p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR.


6

f.Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan AKDR

Tabel 5.13
Analisis Hubungan Partisipasi Suami dengan Penggunaan AKDR

Penggunaan AKDR
OR
Partisipasi Tidak Total p-
Menggunakan (95
Suami Menggunakan value
%
n % n % n %
CI)
Tidak 41 74.5 13 23.6 54 49.1
Mendukung 9.462 0.000

Mendukung 14 25.5 42 76.4 56 50.9


Total 55 100 55 100 110 100

Hasil analisis hubungan antara partisipasi suami dengan penggunaan AKDR diperoleh bah
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000

(p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR. Nilai OR = 9,462

dapat disimpulkan bahwa perempuan yang tidak mendapat dukungan

dari suami berisiko 9,462 kali lebih tinggi memilih untuk tidak

menggunakan AKDR dibandingkan perempuan yang mendapat

dukungan dari suami.


BAB VI

PEMBAHASA

Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang

dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR di

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Dalam pembahasan ini

kegiatan yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil penelitian dengan

konsep teoritis dan penelitian sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan

tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan

AKDR menurut Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010), yaitu faktor

predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, usia, tingkat pendidikan), faktor

pemungkin (pelayanan KB), dan faktor penguat (partisipasi suami). Berikut

merupakan pembahasan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan penggunaan AKDR.

A. Hubungan Antara Faktor Predisposisi dengan Penggunaan AKDR

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perempuan dengan Penggunaan

AKDR

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki

tingkat pengetahuan baik lebih banyak memilih menggunakan AKDR

dibandingkan dengan perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi square

didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan

AKDR dengan p-value 0,151 (>0,05). Hal tersebut dapat disebabkan


69
7

karena mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik dan tingkat

pendidikan yang tinggi.

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya pendidikan, pengalaman, paparan media masa, ekonomi, dan

hubungan sosial. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat memungkinkan

seseorang dengan mudah memperoleh berbagai informasi yang didapat

dari berbagai sumber media, seperti media cetak, media elektronik, dan

media masa (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-

faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan

sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui,

dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi serta niat untuk

bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku

(Annisa, 2011). Pengalaman juga merupakan guru yang paling baik, sebab

pengalaman dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan

menyebutkan bahwa manusia telah mampu menggunakan penalarannya

dalam memperoleh pengetahuan (Herminaju, 2010). Berdasarkan teori

tersebut dapat dimungkinkan banyak faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang sehingga hasil penelitian ini menghasilkan

hubungan yang tidak signifikan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori

Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan

salah satu faktor yang mendasari terjadinya perilaku kesehatan pada

seseorang. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil


7

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata (indera

penglihatan) dan telinga (indera pendengaran) (Notoatmodjo, 2010).

Dengan demikian, pengetahuan responden tentang AKDR di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Pasa Rebo diharapkan menjadi dasar dalam

menentukan perilaku untuk menggunakan AKDR.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup

pengetahuan tentang pengertian dan tujuan dari program Keluarga

Berencana (KB), pengertian dan tujuan dari penggunaan AKDR, efek

samping dan manfaat dari AKDR yang diketahui responden. Dengan

meningkatnya pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang dimaksud diatas akan terjadi perubahan perilaku positif

yaitu menggunakan AKDR. Responden yang memiliki pengetahuan baik,

berarti ia mampu menjawab semua pertanyaan pengetahuan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indrawati (2010)

dan Daniati (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

pengetahuan dengan pemilihan AKDR. Hal tersebut dapat disebabkan

karena adanya minat dan keinginan yang besar pada responden untuk

mencari tahu informasi, mudahnya responden mendapatkan informasi

melalui buku-buku atau media cetak lainnya, dan tersedianya pelayanan

KB disekitar tempat tinggal responden sehingga memudahkan mereka

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.


7

2. Hubungan Sikap dengan Penggunaan AKDR

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang

memiliki sikap positif terhadap AKDR lebih banyak memilih untuk

menggunakan AKDR dibandingkan perempuan yang memiliki sikap

negatif terhadap AKDR. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji

statistik Chi-Square didapatkan terdapat hubungan antara sikap dengan

penggunaan AKDR dengan p-value 0,000 (>0,05). Hal tersebut dapat

disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

untuk memilih menggunakan AKDR.

Sikap tidak sepenuhnya merupakan faktor utama terbentuknya

perilaku. Hal ini kurang tepat bila mengharapkan adanya hubungan

sistematis yang langsung antara sikap dengan perilaku nyata, dikarenakan

sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya bagi perilaku. Banyak

faktor yang mempengaruhi sikap tersebut, diantaranya pengalaman

pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi

dalam diri individu (Azwar, 2009).

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan. Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan

pernyataan kepribadian seseorang (Notoatmodjo, 2010). Sikap terbentuk

karena adanya interaksi seseorang terhadap lingkungan fisik maupun


7

sosial di sekitarnya. Sikap belum merupakan suatu aktivitas atau tindakan,

akan tetapi predisposisi tindakan atau suatu perilaku (Tazkiyya, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulastin (2010) di

Kabupaten Jepara dan penelitian Henny (2009) di Kecamatan Tanjung

Morawa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan

keikutsertaan perempuan menggunakan AKDR. Hal ini dapat disebabkan

karena responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang macam-

macam alat kontrasepsi sehingga mendukung AKDR. Pengetahuan

mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai

dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap

objek tersebut. Sikap ini dapat bersifat positif dan negatif. Hal ini juga

sesuai dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2003) yang

menyatakan bahwa penerimaan sikap dan perilaku didasari oleh

pengetahuan. Tingginya pengetahuan responden juga mempengaruhi sikap

positif terhadap AKDR.

Pada responden yang memiliki sikap yang baik yaitu mendukung

dan memilih AKDR, dapat disebabkan karena responden tersebut

memiliki kondisi emosional, psikologi atau kepercayaan positif terhadap

AKDR, sikap seseorang ditentukan oleh reaksi emosional atau

kepercayaan mengenai apa yang dianggap benar tentang sesuatu objek

termasuk pemilihan AKDR. Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan

suatu objek, psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap

objek tersebut. Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam


7

kehidupan sosial sengat berpengaruh dalam pembentukan sikap (Azwar,

2000).

3. Hubungan Usia dengan Penggunaan AKDR

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang

berusia lebih dari 30 tahun lebih banyak memilih untuk menggunakan

AKDR. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square

didapatkan nilai p-value 0,002 (p<0,05) yang artinya ada hubungan antara

usia dengan penggunaan AKDR. Hal tersebut dapat disebabkan karena

mayoritas responden adalah perempuan yang usianya dalam kategori

dewasa, periode ini merupakan periode perkembangan dari masa dewasa

awal menuju dewasa tua. Nursalam (2001) mengatakan bahwa semakin

bertambah usia, tingkat kematangan, dan kekuatan, seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja. Pada diri seseorang, semakin

bertambahnya usia maka akan bertambah pula kedewasaan dalam berpikir

dan bertindak sehingga akan mempermudah penerimaan informasi baru.

Nasution (2011) mengatakan bahwa perempuan yang berusia lebih

tua cenderung empat kali mempunyai peluang menggunakan AKDR

dibandingkan dengan perempuan yang lebih muda dan perempuan PUS

yang berusia kurang dari 30 tahun dominan menggunakan Non MKJP

(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) seperti kondom, pil KB, dan suntik,

sedangkan Perempuan PUS yang berusia lebih dari 30 tahun dominan

menggunakan MKJP, seperti implant, kontap, dan AKDR. Usia dapat

menjadi indikator kematangan seorang perempuan secara biologis


7

terutama mempengaruhi kesuburan. Masa reproduktif seorang wanita

adalah antara 15-49 tahun, karena usia 15 tahun dianggap sudah mulai

berada dalam masa reproduktif dan usia 50 tahun dianggap sudah

melewati masa reproduktif. Risiko tinggi kehamilan dapat timbul bila usia

≤ 18 tahun atau ≥ 35 tahun, untuk itu perlu dilakukan usaha pencegahan

kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Hartanto, 2004).

Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko untuk

hamil, melahirkan, dan menggunakan kontrasepsi sehingga berhubungan

erat dengan keikutsertaannya dalam KB (BKKBN, 2008). Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junita (2009) di

Kabupaten Rokan Hulu yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

usia dengan pemakaian alat kontrasepsi. Notoatmodjo (2003) juga

mengungkapkan hal yang sama dalam penelitiannya, bahwa usia

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

dalam keikutseraan KB, mereka yang berusia tua mempunyai peluang

lebih kecil untuk menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan yang

muda.

Usia berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi, semakin

bertambahnya usia istri maka pemilihan alat kontrasepsi yang memiliki

tingkat efektifitas lebih tinggi yaitu menggunakan metode kontrasepsi

jangka panjang. Jenis kontrasepsi harus mempertimbangkan usia akseptor,

bila usia lebih dari 35 tahun makan lebih efektif menggunakan metode

kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 1999).


7

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Richi (2010) dan Sri Umiyani (2010) yang menyatakan bahwa tidak

ada hubungan antara faktor usia dengan pemilihan alat kontrasepsi. Pada

penelitian tersebut dikatakan bahwa perempuan yang berusia muda (< 30

tahun) lebih banyak menggunakan kontrasepsi hormonal seperti suntik dan

pil KB.

4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan AKDR

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang

berpendidikan tinggi lebih banyak memilih untuk menggunakan AKDR

dibandingkan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan sebatas SD,

SMP, dan SMA. Hasil dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square

didapatkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

penggunaan AKDR dengan p-value 0,000 (p<0,05). Tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keikutsertaan seseorang

dalam program KB. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan dan kesadarannya akan

program KB.

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kehidupan

sosialnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan

semakin banyak informasi yang diperoleh, sehingga akan membuka

kesadaran untuk memilih kontrasepsi yang terbaik dan sesuai dengan

keinginannya dengan mempertimbangkan segi kesehatan serta tidak

merugikan dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan


7

semakin besar kesadaran untuk memilih kontrasepsi yang lebih efektif dan

bersifat jangka panjang (Hartoyo, 2002).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mamik (2008) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

pemilihan menggunakan AKDR. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan juga semakin baik dan

makin mudah seseorang dalam memahami serta menerapkan informasi

yang diterimanya. Dalam menerima informasi baru ternyata tingkat

pendidikan juga berpengaruh, namun minat dari dalam diri individu juga

berperan penting dalam penerimaan informasi yang didapat seseorang

sehingga keduanyapun berperan dalam proses penerimaan informasi.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fiona

(2006), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan keikutsertaan perempuan dalam program KB. Hal

tersebut disebabkan karena perempuan yang mempunyai tingkat

pendidikan yang lebih tinggi belum tentu memiliki kesadaran yang tinggi

tentang kesehatannya dan mandiri untuk datang ke pelayanan kesehatan.

Padahal seharusnya seperti pendapat Gergen (1986) semakin tinggi tingkat

pendidikan jelas akan mempengaruhi secara pribadi dalam berpendapat,

berpikir, bersikap rasional mengambil suatu keputusan dan tindakan. Hal

ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang dalam hal

pengetahuan akan hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya.


7

B. Hubungan Antara Faktor Pemungkin dengan Penggunaan AKDR

1. Hubungan Pelayanan KB dengan Penggunaan AKDR

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang

lebih banyak memilih untuk menggunakan AKDR adalah perempuan yang

di daerah tempat tinggalnya tersedia pelayanan KB. Hasil dari analisis

bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan tidak ada hubungan

antara pelayanan KB dengan penggunaan AKDR dengan p-value 0,847

(>0,05).

Pelayanan KB saat ini dirasakan masyarakat khususnya oleh

pasangan suami istri sebagai salah satu kebutuhannya. Menurut Bruce

(1990) dalam Juliantoro (2000) menyatakan bahwa pelayanan harus

memenuhi enam syarat kualitas pelayanan KB, yaitu tersedianya pilihan

kontrasepsi, pemberian informasi yang cukup, adanya kompetensi atau

kemampuan teknis, hubungan interpersonal yang baik, terpeliharanya

mekanisme kelanjutan pemakaian, dan adanya konstelasi pelayanan.

Hasil penelitian ini sudah sejalan dengan penelitian Fiona (2006),

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pelayanan KB dengan keikutsertaan perempuan dalam program KB. Hal

ini disebabkan karena responden memang sudah memiliki pengetahuan

dan kesadaran yang cukup baik sebelumnya, sehingga keikutsertaan dalam

mengikuti penyuluhan atau pelayanan KB lainnya tidak mempengaruhi

keikutsertaan perempuan dalam program KB.

Bentuk pelayanan KB yang disediakan seperti pemberian edukasi

tentang KB, pemasangan,dan pelepasan KB. Secara faktual, pelayanan KB


7

sudah banyak tersedia di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka bahkan

sampai ke tingkat Kelurahan. Ketersediaannya pelayanan KB disekitar

lingkungan tempat tinggal mereka menyebabkan para perempuan

(akseptor KB) tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi atau

pelayanan KB yang mereka inginkan secara langsung.

C. Hubungan Antara Faktor Penguat dengan Penggunaan AKDR

1. Hubungan Antara Partisipasi Suami dengan Penggunaan AKDR

Partisipasi suami yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu ingin

mengetahui apakah suami mendukung atau tidak istri mereka untuk

menggunakan AKDR atau jenis alat kontrasepsi lainnya. Terdapat

beberapa alasan mengapa suami tidak mendukung istri untuk

menggunakan AKDR, serta hal-hal apa saja yang biasa suami lakukan

dalam mendukung istri menggunakan AKDR.

Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa perempuan yang

mendapat dukungan suaminya untuk menggunakan AKDR lebih banyak

dibandingkan dengan perempuan yang tidak didukung oleh suaminya

untuk menggunakan AKDR. Hal ini menunjukkan bahwa ada respon yang

baik dari pihak suami terhadap istrinya dalam memilih untuk

menggunakan AKDR. Hasil dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-

Square didapatkan terdapat hubungan antara pelayanan KB dengan

penggunaan AKDR dengan p-value 0,000 (p<0,05).

Dukungan sosial merupakan bantuan nyata atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang yang
8

mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku

penerima, dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal dan

non verbal. Salah satu sumber dari dukungan sosial yaitu suami yang

diikat melalui hubungan perkawinan (Lina dkk, 2004).

Partisipasi suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang

sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi perempuan

sebagai istri secara khusus dan di dalam keluarga secara umum. Budaya

patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih

banyak dianut sebagian besar pola keluarga di dunia menjadikan preferensi

suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap

program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam

keluarga untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Diskusi antara

suami istri mengenai bermacam-macam metode KB tidak selalu menjadi

persyaratan dalam pemakaian KB, namun tidak adanya diskusi tersebut

dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB (Suparyanto, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Daniati (2010) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara partisipasi suami dengan

pemilihan menggunakan AKDR. Penelitian ini sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa seorang istri di dalam mengambil suatu keputusan

untuk memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi membutuhkan

persetujuan dari pihak suami karena suami dipandang sebagai kepala

keluarga, pelindung keluarga, pencari nafkah, dan seseorang yang dapat

membuat keputusan dalam suatu keluarga. Pengetahuan yang memadai


8

dapat memotivasi suami untuk menganjurkan istrinya memakai alat

kontrasepsi tersebut.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya. Keterbatasan tersebut yaitu pe
responden mengisi sendiri jawaban yang menurut mereka sesuai.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kelompok usia yang paling banyak menggunakan AKDR yaitu

perempuan yang berusia >30 tahun (88,2%). Tingkat pendidikan rata-rata

responden di daerah tersebut yaitu SMA (52,7%).

2. Pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan di daerah tersebut mengenai

AKDR tergolong baik (48,2%) dan memiliki sikap yang sama besar

antara sikap positif dan negatif (50,0%).

3. Pelayanan KB di daerah tersebut lebih banyak tersedia (57,3%) dan juga

lebih banyak mendapat dukungan dari suami (50,9%) untuk

menggunakan AKDR atau KB jenis lain.

4. Dari faktor predisposisi, hanya variabel tingkat pengetahuan yang tidak

berhubungan (p-value = 0,151) sedangkan variabel sikap (p-value =

0,000) , variabel usia (p-value = 0,002) , dan variabel tingkat pendidikan

(p-value = 0,000) terdapat hubungan dengan penggunaan AKDR.

5. Dari faktor pemungkin yaitu pelayanan KB tidak terdapat hubungan

dengan penggunaan AKDR (p-value = 0,847) dengan nilai OR = 1,077.

6. Dari faktor penguat yaitu partisipasi suami terdapat hubungan dengan

penggunaan AKDR (p-value = 0,000) dengan nilai OR = 9,462.

82
8

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

a. Diharapkan bagi petugas kesehatan di wilayah tersebut untuk

memberikan informasi kesehatan guna meningkatkan pengetahuan

terhadap pasangan suami istri yang ingin ber-KB melalui sosialisasi

tentang program KB dan pemberian paket edukasi tentang KB

terutama AKDR. Diharapkan kepada suami mereka untuk ikut serta

untuk mengikuti sosialisasi tersebut agar para suami dapat mendukung

istrinya untuk menggunakan KB terutama KB AKDR. Pemberian

informasi dapat dilakukan dengan membagikan selebaran-selebaran

seperti leaflet agar PUS tidak hanya sekedar menggunakan alat

kontrasepsi saja tetapi dapat mengetahui pentingnya program KB dan

mereka juga dapat mengetahui alat kontrasepsi yang baik, aman dan

nyaman digunakan.

b. Diharapkan perempuan yang ingin ber-KB membawa serta suami

mereka ke pelayanan KB, agar dapat bersama-sama mendiskusikan

dan berkonsultasi langsung ke petugas kesehatan tentang KB yang

ingin mereka gunakan.

c. Meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memfasilitasi dan

memotivasi pasangan suami istri yang ingin ber-KB.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan

a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat maternitas dalam

pelaksanaan program KB dengan memberikan informasi tentang KB

terutama AKDR kepada pasangan suami istri yang ingin ber-KB.


8

b. Menambah bahan literatur mengenai AKDR dan faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan AKDR.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa yang terbukti

berhubungan dengan penggunaan AKDR yaitu faktor sikap, usia, tingkat

pendidikan, dan partisipasi suami. Oleh karena itu peneliti menyarankan

perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan meneliti variabel-variabel

lain yang diduga berhubungan dengan penggunaan AKDR yang tidak

diteliti dalam penelitian ini serta perlu dilakukan analisa multivariat untuk

melihat faktor yang paling dominan dan mempengaruhi kontribusinya

antara variabel independen terhadap dependen.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Richi. “ faktor-faktor yang berhubungan dengan status pemakaian alat


kontrasepsi pada pasangan usia subur di Puskesmas Pancoran Mas
Depok”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
2010

Annisa, Rahma. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan


Kontrasepsi Non IUD Pada Akseptor KB Wanita Usia 20-39 Tahun”.
Arikel Ilmiah. Fakultas Kedoktran Universitas Diponegoro. Semarang.
2011

Arikunto, S. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: Rineka


Cipta. 2006

Azwar, S. “Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya”. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Offset. 2009

Bobak, Lowdermik, & Jensen. “Buku Ajar Keperawatan Maternitas”. Edisi 4.


Jakarta: EGC. 2004

Brooker, Chris. “Ensiklopedia keperawatan”. Cetakan 1. Jakarta; EGC. 2009

Brunner & Suddarth. “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”. Edisi 8. Volume


2. Jakarta: EGC. 2001

BKKBN. “Kebijakan Teknis Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi


Melalui Program KB Nasional”. Jakarta. 2011

BKKBN. “Program KB di Indonesia”. 2008. Diambil dari


http://www..bkkbn..go.id

BKKBN. “Tingkat dan Perkembangan Pemakaian Aalt Kontrasepsi Menurut


Parameter Demografi Sosioekonomi di Indonesia Tahun 1994-1997”.
Jakarta. 1999

Budiman, Chandra. “Ilmu Kedokteran Pencegahan Dan Komunitas”. Cetakan 1.


Jakarta: EGC. 2009

Darmani, Endang Herliyanti. “Hubungan Antara Pemakaian AKDR Dengan


Kandidiasis Vagina Di RSUP Dr. Pirngadi Medan”. Jurnal. Bagian Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. USU Digital Library. 2003

Djajadilaga, dkk. “Langkah-Langkah Praktis Peket Pelayanan Kesehatan


Reproduksi Esensial di Tingkat Pelayanan Dasar”. Edisi 2. Jakarta. Pusat
kesehatan reproduksi FKUI. 2007

85
8

EPO. “Alat kontrasepsi dalam rahim atau intra uterine device (IUD)”. 2008 di
akses di http://pikas.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=2

Everett, Suzanne. “Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita”. Edisi 2. Jakarta:


EGC. 2010

Farrer, Helen. “Perawatan Maternitas”. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2001

Fiona. “Hubungan Faktor Sosio Demografi, Sosio Psikologi, dan Pelayanan KB


Terhadap Keikutsertaan KB di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan
Tembung”. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera
Utara. 2006

Geri morgan and Carole Hamilton. “Obstetri dan ginekologi : panduan praktik”.
Edisi 2. Cetakan 1. Jakarta : EGC. 2009

Gupte, Suraj. “Panduan Perawatan Anak”. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
2004

Hartanto, Hanafi. “Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi”. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan. 2004

Hanafiah, TM. “Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)”. Volume 1. Jurnal


keperawatan Rufaidah Sumatera Utara. 2005

Hidayat, Alimul Aziz. “Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa


Data”. Jakarta: Salemba Medika. 2007

Imbarwati. “Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada


Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”. Tesis.
Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2009

Juliantoro, D. “30 Tahun Cukup Keluarga Berencana dan Hak Konsumen”.


Jakarta. 2000

“Laporan umpan balik pelayanan kontrasepsi bulan agustus 2011”


http:///www.bkkbn.go.id di akses tanggal 7 November 2011 jam 14.20

Lina marliyah, dkk. “persepsi terhadap dukungan orang tua dan pembuatan
keputusan karir remaja”. Jurnal provitae. Fakultas psikologi universitas
tarumanegara Jakarta. 2004

“Keluarga Berencana” diambil dari www.bappenas.go.id/get-file-


server/node/7082/ diakses tanggal 19 April 2012 jam 12.09

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. “Profil Kesehatan Indonesia 2010”.


Jakarta: Pusat Data dan Informasi. 2011
8

Kusumaningrum, Radita. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur”. Skripsi.
Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2009

Kusuma, Kelana Dharma. “Metodologi Penelitian Keperawatan (Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian)”. Jakarta: Trans Info
Media. 2011

Leveno, Kenneth J. et all. “Obstetric Williams: Panduan Ringkas”. Edisi 21.


Jakarta: EGC. 2009

Mamik, dkk. “Pengetahuan WUS Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


Ditinjau Dari Usia, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas”. Buletin
Penelitian. RSU Dr Soetomo. Vol 10. 2008

Manuaba, ida ayu chandradinata. “Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita”.


Cetakan 1. Jakarta: EGC. 2009

Medias Imroni, dkk. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan


Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir”.
Jurnal. 2009

Mulastin. “Hubungan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di RSIA Kumalasiwi Pecangaan
Kabupaten Jepara”. Jurnal Penelitian. 2010

Nasution, Sri Lilestina. “Analisis Lanjut 2011: Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia”. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan KB Dan Keluarga Sejahtera Badan
Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. 2011

Nasution, Yanti. “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Wanita


Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Kb IUD di Desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan”. Skripsi. Sumatera Utara. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2010

Notoatmodjo, Soekidjo. “Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta: Rineka


Cita. 2003

Notoatmodjo, Soekidjo. “Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi”. Cetakan kedua.


Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Nursalam. “Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan”.


Surabaya: Salemba Medika. 2008

Pinem, saroha. “Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi”. Cetakan 1. Jakarta:


Trans Info Media . 2009
8

Pendit, Brahm. “Ragam Metode Kontrasepsi”. Alih bahasa Wulansari, Hartanto.


EGC, Jakarta. 2006

Purba, Junita Tatarini. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat


Kontrasepsi Pada Istri PUS Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten
Rokan Hulu”. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2009

Saifuddin, Abdul Bari. “Perilaku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi”, Jakarta


: Yayasan Bina Pustaka. 2003

Saifuddin, Abdul Bari. “Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi”. Edisi 2. Jakarta:


yayasan bina sarwono prawirohardjo. 2006

Sarwono, S. “Sosiologi Kesehatan : Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya”,


Cetakan 4. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2007

Schwartz, M. William. “Pedoman Klinis Pediatri”. Jakarta. EGC. 2004

Setya Arum. “Panduan Lengkap Keluarga Berencana Terkini”. Edisi 2.


Jogjakarta: Press. 2009

Sinclair, Constance. “Buku Saku Kebidanan”. Jakarta: EGC. 2009

Suratun. “Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi”. Jakarta:


trans info media. 2008

Suwignyo Siswosuharjo dan Fitria Chakrawati. “Panduan Super Lengkap Hamil


Sehat”. Cet 1. Jakarta: Penebar plus. 2010

Staf pengajar departemen farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya.


“Kumpulan Kuliah Farmakologi”. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2009

Simbolon, Desnal. “Analisis Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan


Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa
Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi”. Skripsi. Sumatera
Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2010

Umiyani, Sri. “faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi


pada peserta KB aktif di Desa Rejo Katon Kecamatan Raman Utara
Kabupaten Lampung Timur”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2010

Winda, Nova. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu


Menggunakan Metode Kontrasepsi AKDR Di Desa Kedai Damar
Kecamatan Tebing Tinggi”. Skripsi. Sumatera Utara: Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2011
8

Winarni, dkk. “Partisipasi Pria Dalam Ber-KB”. Puslitbang KB-KR, BKKBN.


2007

diakses tanggal 9 april 2012 jam 05.53


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN


ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO

Assalamualaikum.WR. WB

Saya mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang ”Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo”. Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir
(skripsi) di FKIK UIN Jakarta. Untuk itu saya mohon kepada Ibu untuk bersedia
meluangkan waktunya menjadi responden dalam penelitian ini. Data Ibu dalam
kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya, sehingga kejujuran Ibu dalam
menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terimakasih banyak atas
bantuan dan kerjasama Ibu untuk peran sertanya dalam studi saya.

Wassalamualaikum.WR. WB

Hormat Saya,

Peneliti Responden

(Dewi Fatimah) ( )
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

AKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) D
PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO

No. Kuesinoer : (diisi peneliti)

Tanggal pengisian:

PETUNJUK PENGISIAN

Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan pendapat anda dan berilah tanda cek list ()
Keterangan jawaban: STS: sangat tidak setuju

TS : tidak setuju

S : setuju

SS : sangat setuju

3. Semua pertanyaan harus dijawab dengan jujur dan benar

4. Jika ada yang kurang dimengerti dapat dipertanyakan kepada peneliti


A. DATA UMUM RESPONDEN

1. Nama Ibu (inisial):

2. Umur :

3. Pendidikan terakhir :

4. Apakah menggunakan AKDR : Ya

Tidak

Jika tidak menggunakan AKDR, alat kontrasepsi yang digunakan sekarang adalah :
Pil

Suntik

Implant (susuk)

Kondom

Steril (tubektomi)

Lain-lain, sebutkan……

6. Berapakah biaya yang Ibu keluarkan untuk penggunaan atau pemasangan

alat kontrasepsi yang Ibu gunakan sekarang ? sebutkan Rp…….

7. Berapa lamakah Ibu menggunakan alat kontrasepsi yang sekarang ?

Sebutkan…..
B. Variabel Pengetahuan

No Pertanyaan Penelitian Jawaban Pertanyaan


Benar Salah
1. Keluarga Berencana (KB) adalah usaha-usaha yang
dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu untuk
mengatur jarak kehamilan atau kelahiran dengan
menggunakan alat atau metode kontrasepsi.
2. AKDR adalah alat kontrasepsi berbentuk spiral yang
dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan plastik dan
tembaga yang dipasang oleh dokter atau bidan terlatih.
3. AKDR bisa dipasang di bagian tangan atas
4. Waktu pemasangan AKDR dapat dilakukan saat sedang
haid berlangsung atau segera setelah melahirkan, dalam 48
jam pertama (2 hari) atau setelah empat minggu pasca
melahirkan.
5. AKDR dapat digunakan selama 5-10 tahun.
6. Keuntungan menggunakan AKDR yaitu darah haid
menjadi lebih banyak.
7. Kerugian dari menggunakan AKDR adalah menimbulkan
rasa sakit atau nyeri saat pemasangan.
8. Ibu menyusui boleh menggunakan AKDR
9. Peningkatan berat badan merupakan salah satu efek
samping dari penggunaan AKDR.
10. Ibu yang baru keguguran dan tidak memiliki infeksi
penyakit menular dapat menggunakan AKDR.
C. Variabel Sikap

No Pertanyaan Penelitian Jawaban Pertanyaan


SS S TS STS
1. Saya memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi jangka
panjang
2. Menurut saya, menggunakan AKDR dapat mencegah
kehamilan
3. Menurut saya, tidak ada rasa sakit atau nyeri saat
pemasangan AKDR
4. Saya merasa malu saat dipasang AKDR
5. Menurut saya, efek samping menggunakan AKDR lebih
banyak daripada alat kontrasepsi lain.
6. Menurut saya, AKDR adalah alat kontrasepsi yang aman
digunakan.
7. Saya merasa nyaman menggunakan AKDR
8. Menurut saya, penggunaan AKDR lebih praktis daripada
alat kontrasepsi lainnya..
9. Saya tertarik untuk menggunakan AKDR

D. Variabel Pelayanan KB

No Pertanyaan Penelitian Jawaban Pertanyaan


SS S TS STS
1. Pelayanan KB disediakan di daerah tempat tinggal saya.
2. Jarak pelayanan KB jauh dari rumah saya.
3. Pemasangan AKDR dapat dilakukan di pelayanan KB di
daerah tempat saya tinggal.

4. AKDR diberikan secara gratis.


5 Fasilitas pelayanan KB yang disediakan memuaskan.
6. Sikap petugas kesehatan di pelayanan KB tersebut
memuaskan.
7. Saya mendapat penyuluhan tentang AKDR di pelayanan
KB tersebut.
8. Informasi yang diberikan petugas kesehatan cukup jelas.
9. Tempat pelayanan KB menganjurkan saya untuk
menggunakan AKDR.

E. Variabel Partisipasi Suami

No Pertanyaan Penelitian Jawaban Pertanyaan


SS S TS STS
1. Suami saya setuju dengan alat kontrasepsi yang sekarang
saya gunakan.
2. Suami saya mendukung saya untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
3. Suami saya turut serta dalam konseling pemilihan alat
kontrasepsi.
4. Suami saya turut serta dalam menentukan alat kontrasepsi
yang ingin saya gunakan.
5. Suami saya setuju dengan pilihan saya menggunakan
AKDR.
6. Suami Saya mengeluhkan efek samping dari penggunaan
AKDR.
7. Suami saya mengeluh saat berhubungan karena alat
kontrasepsi yang saya gunakan.
8. Suami saya melarang saya untuk menggunakan AKDR.
9. Suami saya tidak bersedia ikut terlibat dalam pemilihan
alat kontrasepsi yang akan saya gunakan.
10. Suami saya suka mendiskusikan tentang alat kontrasepsi
yang saya gunakan.
UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS

1. Scale: ALL VARIABLES (PENGETAHUAN)

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.791 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .93 .254 30
P2 .97 .183 30
P3 .97 .183 30
P4 .97 .183 30
P5 .97 .183 30
P6 .93 .254 30
P7 .87 .346 30
P8 .97 .183 30
P9 .83 .379 30
P10 .80 .407 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if
Item Correlatio Item
Deleted n Deleted
P1 8.27 1.995 .629 .753
P2 8.23 2.254 .407 .780
P3 8.23 2.461 .028 .809
P4 8.23 2.254 .407 .780
P5 8.23 2.254 .407 .780
P6 8.27 2.202 .324 .788
P7 8.33 1.885 .533 .764
P8 8.23 2.254 .407 .780
P9 8.37 1.689 .688 .738
P10 8.40 1.559 .774 .722

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

9.20 2.510 1.584 10


2. Scale: ALL VARIABLES (SIKAP)

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.817 9

Item Statistics
Mean Std. Deviation N

S1 3.03 .850 30
S2 3.10 .759 30
S3 2.60 .894 30
S4 3.00 .830 30
S5 3.03 .890 30
S6 3.03 .850 30
S7 2.90 .923 30
S8 2.90 .845 30
S9 2.83 .874 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item- Total Alpha if
Item Deleted Correlation Item
Deleted

S1 23.40 19.145 .589 .790


S2 23.33 19.954 .549 .796
S3 23.83 20.764 .330 .822
S4 23.43 20.599 .393 .813
S5 23.40 20.869 .319 .823
S6 23.40 18.593 .673 .780
S7 23.53 18.189 .662 .780
S8 23.53 19.085 .604 .788
S9 23.60 19.214 .558 .794

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

26.43 24.254 4.925 9


3. Scale: ALL VARIABLES (PELAYANAN KB)

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.764 9

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PK1 3.53 .507 30
PK2 3.27 .785 30
PK3 3.23 .626 30
PK4 3.17 .747 30
PK5 3.10 .712 30
PK6 2.77 .679 30
PK7 2.80 .714 30
PK8 3.13 .629 30
PK9 3.40 .563 30
Item-Total Statistics
Scale Scale Correcte Cronbach's
Mean if Variance d Item- Alpha if
Item if Total Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
PK1 24.87 9.913 .737 .710
PK2 25.13 9.637 .466 .740
PK3 25.17 10.626 .369 .753
PK4 25.23 10.461 .312 .765
PK5 25.30 10.217 .395 .751
PK6 25.63 9.895 .508 .733
PK7 25.60 10.179 .402 .750
PK8 25.27 10.202 .480 .738
PK9 25.00 10.552 .452 .742

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

28.40 12.524 3.539 9


4. Scale: ALL VARIABLES (PARTISIPASI SUAMI)

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.862 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PS1 3.07 .691 30
PS2 3.10 .662 30
PS3 2.90 .759 30
PS4 2.97 .669 30
PS5 2.93 .828 30
PS6 2.87 .776 30
PS7 2.93 .740 30
PS8 2.90 .845 30
PS9 2.80 .714 30
PS10 2.77 .728 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if
Item Correlatio Item
Deleted n Deleted
PS1 26.17 20.833 .532 .852
PS2 26.13 20.326 .654 .843
PS3 26.33 19.195 .736 .835
PS4 26.27 20.754 .569 .850
PS5 26.30 19.045 .684 .839
PS6 26.37 20.861 .452 .859
PS7 26.30 20.148 .598 .847
PS8 26.33 21.126 .364 .869
PS9 26.43 19.495 .739 .835
PS10 26.47 21.085 .457 .858

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

29.23 24.668 4.967 10


ANALISA UNIVARIAT

1. Pengguna AKDR

Statistics
AKDR

Valid 110
N
Missing 0
Mean .50
Median .50
Mode 0a
Std. Deviation .502

AKDR

Frequenc Percent Valid Cumulative


y Percen Percent
t
tidak menggunakan
55 50.0 50.0 50.0
AKDR
Valid
menggunakan AKDR 55 50.0 50.0 100.0

Total 110 100.0 100.0


2. Variabel Pengetahuan

Statistics
Pengetahuankat

Valid 110
N
Missing 0
Mean 1.40
Median 1.00
Mode 2
Std. Deviation .638

Pengetahuankat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang baik 9 8.2 8.2 8.2

cukup baik 48 43.6 43.6 51.8


Valid
baik 53 48.2 48.2 100.0

Total 110 100.0 100.0


3. Variabel Sikap

Statistics
Sikap

Valid 110
N
Missing 0
Mean 25.71
Median 25.50
Mode 25
Std. Deviation 3.922

Sikapkat

Frequenc Percent Valid Cumulative


y Percen Percent
t
sikap
55 50.0 50.0 50.0
negativ
e
Valid
sikap positif 55 50.0 50.0 100.0

Total 110 100.0 100.0


4. Variabel Usia

Statistics
Usia

Valid 110
N
Missing 0
Mean .84
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .372

usia

Frequency Percent Valid Cumulative


Percen Percent
t
< 30 tahun 18 16.4 16.4 16.4
Valid > 30 tahun 92 83.6 83.6 100.0

Total 110 100.0 100.0


5. Variabel Tingkat Pendidikan

Statistics
Pendidikan

Valid 110
N
Missing 0
Mean 3.09
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .830

pendidikan

Frequenc Percent Valid Cumulative


y Percent Percent
sekolahn dasar 8 7.3 7.3 7.3
sekolah lanjutan tingkat
9 8.2 8.2 15.5
pertama

Valid sekolah lanjutan tingkat


58 52.7 52.7 68.2
atas

perguruan tinggi 35 31.8 31.8 100.0

Total 110 100.0 100.0


6. Variabel Pelayanan KB

Statistics
Pelayanan

Valid 110
N
Missing 0
Mean 26.49
Median 26.00
Mode 25
Std. Deviation 2.988

pelayanankat

Frequency Percent Valid Cumulative


Percen Percent
t
tidak
47 42.7 42.7 42.7
tersedi
a
Valid
Tersedia 63 57.3 57.3 100.0

Total 110 100.0 100.0


7. Variabel Partisipasi Suami

Statistics
Partisipasi

Valid 110
N
Missing 0
Mean 29.07
Median 29.00
Mode 30
Std. Deviation 4.334

partisipasikat

Frequency Percent Valid Cumulative


Percen Percent
t
tidak
54 49.1 49.1 49.1
mendukun
g
Valid
mendukung 56 50.9 50.9 100.0

Total 110 100.0 100.0


ANALISA BIVARIAT

1. Variabel Pengetahuan

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuankat *
110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%
AKDR

pengetahuankat * AKDR Crosstabulation


Count

AKDR Total
tidak menggunaka
menggunaka n AKDR
n AKDR

kurang
7 2 9
baik
pengetahuankat
cukup baik 25 23 48

Baik 23 30 53
Total 55 55 110
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.


(2-sided)
Pearson Chi-Square 3.786a 2 .151
Likelihood Ratio 3.953 2 .139
Linear-by-Linear
3.214 1 .073
Association
N of Valid Cases 110

2. Variabel Sikap

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

sikapkat *
110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%
AKDR

sikapkat * AKDR Crosstabulation


Count

AKDR Total
tidak menggunaka
menggunaka n AKDR
n AKDR

sikap
39 16 55
negative
sikapkat
sikap positif 16 39 55
Total 55 55 110
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2-sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 19.236a 1 .000
Continuity Correctionb 17.600 1 .000
Likelihood Ratio 19.840 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
19.061 1 .000
Association

N of Valid Cases 110

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for sikapkat
(sikap negatif / sikap 5.941 2.609 13.529
positif)
For cohort AKDR =
tidak menggunakan 2.438 1.560 3.807
AKDR
For cohort AKDR =
.410 .263 .641
menggunakan AKDR
N of Valid Cases 110
3. Variabel Usia

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia *
110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%
AKDR

usia * AKDR Crosstabulation

AKDR Total
tidak mengguna
menggunaka k an
n AKDR AKDR
Count 15 3 18
< 30 tahun
% within 83.3% 16.7% 100.0%
usia
Usia
Count 40 52 92

> 30 tahun 43.5% 56.5% 100.0%


% within
usia
55 55 110
Count
Total 50.0% 50.0% 100.0%
%
within
usia
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2-sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.565a 1 .002
Continuity Correctionb 8.037 1 .005
Likelihood Ratio 10.303 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
9.478 1 .002
Association

N of Valid Cases 110

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for usia (<
6.500 1.760 24.002
30 tahun / > 30 tahun)
For cohort AKDR =
tidak menggunakan 1.917 1.404 2.617
AKDR
For cohort AKDR =
menggunakan AKDR .295 .103 .841
N of Valid Cases
110
4. Variabel Tingkat Pendidikan

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendidikan *
110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%
AKDR

pendidikan * AKDR Crosstabulation

AKDR Total
tidak menggunakan
menggunaka AKDR
n AKDR
Count 3 5 8
sekolahn dasar % within 100.0%
pendidikan 37.5% 62.5%

Count 8 1 9
sekolah lanjutan
tingkat pertama % within 100.0%
pendidika pendidikan 88.9% 11.1%
n Count 58
sekolah lanjutan 37 21
tingkat atas % within 100.0%
pendidikan 63.8% 36.2%
Count 35
perguruan tinggi 7 28
% within 100.0%
pendidikan
20.0% 80.0%
Count 110
Total % within 55 55 100.0%
pendidikan
50.0% 50.0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.


(2-
sided)
Pearson Chi-Square 22.958a 3 .000
Likelihood Ratio 24.667 3 .000
Linear-by-Linear
7.601 1 .006
Association
N of Valid Cases 110

5. Variabel Pelayanan KB

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

pelayanankat *
110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%
AKDR

pelayanankat * AKDR Crosstabulation


Count

AKDR Total
tidak menggunaka
menggunaka n AKDR
n AKDR
tidak tersedia 24 23 47
pelayanankat
tersedia 31 32 63
Total 55 55 110
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2-sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square .037a 1 .847
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .037 1 .847
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear
.037 1 .848
Association

N of Valid Cases 110

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
pelayanankat (tidak 1.077 .506 2.293
tersedia / tersedia)
For cohort AKDR =
tidak menggunakan 1.038 .713 1.511
AKDR
For cohort AKDR =
.963 .659 1.409
menggunakan AKDR

N of Valid Cases 110


6. Variabel Partisipasi Suami

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
partisipasikat *
110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%
AKDR

partisipasikat * AKDR Crosstabulation


Count

AKDR Total
tidak menggunaka
menggunaka n AKDR
n AKDR

tidak
41 13 54
mendukung
partisipasikat
mendukung 14 42 56
Total 55 55 110
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2-sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 28.519a 1 .000
Continuity Correctionb 26.518 1 .000
Likelihood Ratio 29.902 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
28.259 1 .000
Association
N of Valid Cases 110

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper

Odds Ratio for


partisipasikat (tidak
9.462 3.968 22.560
mendukung /
mendukung)
For cohort AKDR =
tidak menggunakan 3.037 1.883 4.898
AKDR
For cohort AKDR =
.321 .195 .528
menggunakan AKDR
N of Valid Cases 110

You might also like