You are on page 1of 18

MAKALAH

PERAN KADER POSYANDU DALAM PERCEPATAN


PENURUNAN STUNTING

AYU MIATI
KADER POSYANDU

KECAMATAN CULAMEGA
KABUPATEN TASIKMALAYA
JAWA BARAT
2023
BIODATA

AYU MIATI adalah nama penulis makalah ini. Penulis lahir dari
pasangan Bapak Aang Sunandar dan Ibu Delis yang merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara. Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada
24 Oktober 1999. Penulis beralamat di Desa Cipicung, Kecamatan
Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 2002 penulis lulus pendidikan formal di SD Negeri 1 Cibeunteur (2012), SMP
Nurul Huda (2015), SMA Almukarom (2018). Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus
belajar, berusaha dan berdo'a serta tekad yang kuat untuk membantu meningkatkan derajat
kualitas kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan desa Cipicung khususnya penulis
tergabung sebagai kader posyandu pada tahun 2020 di posyandu Arwana Desa Cipicung,
Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya. Dan peraih Juara 1 (satu) tingkat kecamatan
dalam kegiatan JAMBORE kader Posyandu yang didalamnya terdapat beberapa lomba yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Semoga dengan makala ini mampu memberikan
kontribusi positif bagi dunia kesehatan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan serta
bermanfaat dan berguna bagi sesama.

Culamega, Juli 2023

Mengetahui,

Ketua PKK Desa Cipicung Kader Posyandu

Ny. Ai Nurainilah Ny. Ayu Miati

2
KATA PENGANTAR

Makalah Peran Kader Posyandu Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan


Culamega ini merupakan gambaran Hasil pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Percepatan
Penurunan Stunting di Kecamatan sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting dan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting
Indonesia (RAN-PASTI) Tahun 2021-2024. Dimana Kecamatan culamega menjadi salah satu dari
39 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dan terdapat 3 (tiga) desa yang masuk ke dalam
LOKUS Stunting Tahun 2023. Laporan ini menyajikan hasil pelaksanaan strategi nasional 5 Pilar
percepatan penurunan stunting dan 8 aksi konvergensi serta 5 kegiatan prioritas percepatan
penurunan stunting yang melibatkan semua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kecamatan
Culamega, 5 TPPS Tingkat Desa. TPPS Kecamatan Culamega telah mendorong TPPS Desa untuk
terlibat aktif, meningkatkan koordinasi antara Pihak-Pihak terkait, meningkatkan keaktifan dalam
pengalokasian program dan anggaran terkait dengan intervensi Gizi Spesifik dan intervensi Sensitif
serta mengalokasikan anggaran dana desa dalam upaya TPPS melalui mekanisme bantuan
Pemberian Makanan Tambahan bagi bayi dan balita, pelatihan-pelatihan kader dan kegiatan
lainnya. TPPS Kecamatan Culamega telah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, baik
Pemerintah,Akademisi, Masyarakat, Dunia Usaha dan Media Massa. Dalam pelaksanaannya,
menunjukkan adanya kemajuan baik dalam hal partisipasi penimbangan balita serta terjadi
penurunan angka stunting hasil pendataan e-PPGBM. Laporan ini dapat melengkapi informasi
mengenai target TPPS Kecamatan Culamega dan memberikan kontribusi data dalam percepatan
penurunan stunting untuk mencapai target nasional sebesar 14% pada tahun 2024.

Culamega, Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDU

L
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................5
1.4 Manfaat.........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................................6
Pembahasan............................................................................................................................................................6
2.1 Tinjauan Teori...............................................................................................6
2.2 Kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting.........................................9
2.2.1 Capaian Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi di Kecamatan Culamega........................................................9
2.2.2. Data Stunting Desa di Kecamatan Culamega.......................................................................................9
2.2.3 Realisasi Rapat Koordinasi (Rembuk) Stunting Di Kecamatan Culamega Kabupaten
Tasikmalaya............................................................................................................................................................9
Realisasi Rapat Koordinasi (Rembuk) Stunting Di Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya........................9
2.3 Umpan balik bagi kemajuan pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan..............10
2.3.1 Dukungan Regulasi Stunting Kecamatan Culamega......................................................................................10
2.4 Strategi Dan Kebijakan Bidang Pelaksanaan Koordinasi, Konvergensi Dan Perencanaan Percepatan
Penurunan Stunting:............................................................................................................................................10
BAB III.................................................................................................................................................................... 1
PENUTUP...............................................................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan...................................................................................................1
3.2 Saran..............................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................2
LAMPIRAN............................................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN68

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kader posyandu merupakan penggerak utama dalam pelaksanaan kegiatan posyandu yang
sangat penting dan strategis. Pelayanan posyandu dapat menimbulkan implikasi positif terhadap
kepedulian dan partisipasi masyarakat. Kader posyandu juga menjadi pendorong, motivator serta
penyuluhan masyarakat. Masalah yang dapat dilihat dari kegiatan posyandu adalah kurangnya
pengetahuan kader dalam meningkatkan pelayanan yang optimal, maka diperlukan penyesuaian
pengetahuan dan keterampilan kader sehingga dapat melaksanakan kegiatan posyandu sesuai dengan
standar, norma, prosedur dan pengembangan Posyandu.
Pos Pelayanan Terpadu atau yang disebut posyandu ini merupakan salah satu bentuk upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk menurunkan prevalensi
stunting di Kecamatan Culamega sehingga sehingga dapat dirumuskan masalah mengenai
“Bagaimana peran kader posyandu dalam upaya percepatan penurunan stunting?”
1.3 Tujuan Penulis
1. Mengetahui kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di
Tingkat Kecamatan;
2. Memberikan umpan balik bagi kemajuan pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di
Kecamatan.
3. Strategi Dan Kebijakan Bidang Pelaksanaan Koordinasi, Konvergensi Dan Perencanaan
Percepatan Penurunan Stunting
4. Strategi Dan Kebijakan Bidang Pelaksanaan Koordinasi, Konvergensi Dan Perencanaan
Percepatan Penurunan Stunting
5. Inovasi dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan Culamega
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis,
pembaca dan masyarakat terkait peran kader posyandu dalam upaya percepatan penurunan
stunting.

5
BAB II
Pembahasan

2.1 Tinjauan Teori


Pos Pelayanan Terpadu atau yang disebut posyandu ini merupakan salah satu bentuk upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu dalam perannya dapat mencegah stunting
seperti Pelatihan gizi untuk meningkatkan pengetahuan pemahaman dan keterampilan petugas gizi
dan masyarakat dalam upaya penurunan stunting yang berkualitas. Yang ikut serta dalam pelatihan
gizi adalah;
a. Desa Siaga,
b. PKK tingkat Desa,
c. Posyandu,
d. PAUD
Upaya peningkatan peran dan Sanding fungsi Posyandu bukan semata-mata tanggungjawab
pemerintah saja,tetapi seluruh komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. peran kader
dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain menjadi pemberi isu kesehatan pada
masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Keberhasilan pengelolaan Posyandu membutuhkan dukungan yang
kuat dari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil maupun finansial. Selain dari dukungan
tersebut, diperlukan kerjasama, tekanan dan dedikasi dari pengelola, termasuk kader Posyandu. Jika
kegiatan Posyandu diselenggarakan dengan baik, maka akan memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap penurunan angka stunting pada balita.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat gizi kronis dan
infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
(sumber : Perpres 72 tahun 2021). Nutrition report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di
Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Data menunjukkan bahwa penurunan
prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun yaitu dari 37,2% (tahun
2013) menjadi 30,8% (tahun 2018). Selanjutnya,menjadi 27,7 % (tahun 2019) dan 26,9% (tahun
2020) dan 24,4%(tahun 2021). Untuk mencegah dan menurunkan stunting, pemerintah telah
menetapkan kerangka kebijakan yang diputuskan melalui rapat tingkat menteri tanggal 12 juli 2017
dipimpin oleh Wakil Presiden dan memutuskan bahwa pencegahan stunting dilakukan dengan
pendekatan multi-sektor melalui sinkronisasi program-program nasional, lokal, masyarakat di
tingkat pusat dan daerah.
Pada rapat koordinasi tingkat Menteri tanggal 9 agustus 2017 memutuskan lima pilar
pencegahan stunting, yaitu: (i) Komitmen dan visi kepemimpinan,(ii)Kampanye nasional dan
perubahan perilaku, (iii) Konvergensi, koordinasi,dan konsolidasu program pusat, daerah dan desa,
(iv)Gizi ketahanan pangan, (v) Pemantauan dan evaluasi.
Pada tanggal 5 agustus 2021 terbit Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021. Tujuan strategi
penurunan stunting mempunyai tujuan sebagai berikut:(a) menurunkan prevalensi stunting, (b)

6
meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, (c) menjamin pemenuhan asupan gizi; (d)
memperbaiki pola asuh; (e) meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan; dan (f)
meningkatkan akses air minum dan sanitasi. Dengan menyasar kelompok sasaran yaitu remaja, calon
pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan.
Pada tanggal 21 Desember 2021 telah terbit Peraturan Kepala BKKBN (Perkaban) no 12
tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN-PASTI) tahun 2021-2024,intinya terdiri dari:(a)
Rencana Aksi Nasional (RAN-PASTI); (b) Mekanisme dan Tata Kerja pelaksanaan TPPS; (c)
Pemantauan,evaluasi dan pelaporan. Dalam mekanisme dan tata kerja diatur tentang struktur dan
tugas fungsi TPPS pada seluruh tingkatan.Perban ini merupakan rujukan bagi
Kementerian/Lembaga Dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Program Percepatan Penurunan
Stunting.
1. Pengertian Peran
Pengertian peran menurut Edy Suhardono (2018) bahwa “peran merupakan seperangkat patokan,
yang membatasi apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang, yang menduduki suatu posisi.”
Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki
oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.
2. Kader Posyandu
Menurut Depkes RI (2003) Kader Kesehatan atau Posyandu yaitu anggota masyarakat yang
dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatansecara sukarela.
Kader menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang diharapkan akan memegang
peran yang penting dalam pemerintahan, partai dan sebagainya. Kader Posyandu selain menjadi
pelaksana kegiatan diharapkan juga menjadi pengelola Posyandu karena kader mengenal kondisi
kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Kader selaku pengelola Posyandu bertugas untuk
merencanakan kegiatan dan mengaturnya. Menurut Depkes RI (2003), terdapat beberapa syarat untuk
menjadi kader posyandu, antara lain sebagai berikut:
1. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat
2. Bersedia dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin.
4. Sabar dan memahami usia lanjut
3. Stunting
Stunting adalah suatu kondisi dimana anak-anak berada di bawah usianya. Di Indonesia, stunting
masih merupakan masalah kesehatan yang cukup besar, yang disebabkan oleh kegagalan
pertumbuhan (growth arrest) yang dimanifestasikan dengan malnutrisi kronis sejak kehamilan hingga
masa kanak-kanak. 2 tahun, yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, yang bermanifestasi
sebagai gangguan pertumbuhan (keterbelakangan pertumbuhan) dari masa kehamilan sampai anak
berusia 2 tahun. Ada kesepakatan internasional bahwa anak-anak stunting jika panjang/tingginya di
bawah 2 SD dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO untuk usia dan jenis kelamin yang sama
(WHO 2008; de Onis et al. 2013). Demikian pula, anak-anak dianggap sangat terhambat jika
panjang/tingginya di bawah 3 SD dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO untuk usia dan jenis
kelamin yang sama.
4. Pencegahan Stunting

7
Pemerintah telah menerbitkan Presiden (Perpres) No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Gizi Buruk Stunting. Perpres ini merupakan kerangka hukum dari Strategi Nasional (Stranas)
Percepatan Penurunan Gizi Buruk yang telah ada dan dilaksanakan sejak tahun 2018. Perpres ini juga
bertujuan untuk Penguatan kerangka intervensi yang harus dilakukan dan pelaksanaannya dalam
mempercepat penurunan stunting.
Pemerintah memiliki target untuk mengurangi stunting sebesar 14% pada tahun 2024 dan target
pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030 untuk membangun pencapaian pada tahun
2024.Berdasarkan lima pilar percepatan pengurangan stunting kekurangan gizi fisik, rencana aksi
nasional (RAN) akan dikembangkan untuk mendorong dan meningkatkan konvergensi antar program
melalui pendekatan terhadap keluarga berisiko stunting. Perpres 72 Tahun 2021 juga menetapkan tim
percepatan penurunan stunting yang terdiri dari direktur dan pelaksana. Wakil presiden menjadi
pengawas, yang didampingi oleh menteri koordinator pembangunan manusia dan budaya dan menteri
lainnya. Sekaligus mengangkat jabatan Dirjen Ditjen Kependudukan dan Keluarga Berencana. Tim
akselerasi penurunan stunting juga telah dibentuk di tingkat provinsi,kabupaten/kota dan
desa/kelurahan.
5. Peran Kader Posyandu dalam Pencegahan Stunting
Menurut Ririn Novianti, Hartuti P,& Ari Subowo (2021) Peran kader posyandu yang dapat
menangani stunting merupakan peran posyandu dalam memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu balita agar terjadi
perubahan perilaku yang lebih baik. Salah satu bidang kajian ilmu pemerintahan, dengan
menggunakan pendekatan teori peran menurut Sedarmayanti (2004:33) yaitu: Peranan merupakan
sebuah landasan persepsi yang digunakan setiap orang yang berinteraksi dalam suatu kelompok atau
organisasi untuk melakukan suatu kegiatan mengenai tugas dan kewajibannya.
Berdasarkan teori diatas maka peran kader posyandu Marunda sangat diperlukan untuk
kelancaran posyandu dalam kegiatannya. Peran kader posyandu dalam melayani kesehatan
masyarakat dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan posyandu.
Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori peran dalam faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku seseorang sebagaimana yang dikemukakan oleh Lawrence Green yang dikutip
dalam buku Notoatmodjo 2014.
Predisposising Factor,Enabling Factor, dan Reinforcing Factor merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi peran kader posyandu:
1. Predisposising Factor : Faktor untuk memberi kemudahan dan memotivasi seseorang atau
kelompok untuk mengambil suatu tindakan.
2. Enabling Factor : Faktor pemungkin berupa fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan,
memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik (pelatihan dan pembimbingan),
memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.
3. Reenforcing Factor : Faktor penguat menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh
agama, serta petugas, termasuk petugas kesehatan. Tujuannya agar sikap dan perilaku petugas
dapat menjadi ccontoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).

8
2.2 Kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting
2.2.1 Capaian Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi di Kecamatan Culamega
Tabel 1. Capaian Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi di Kecamatan Culamega
Jumlah Realisasi Keterangan
No Aksi Konvegensi
Desa Belum Selesai
1 Master Ansit 5 5 100%
2 Aksi 1:Analisis Situasi 5 5 100%
3 Aksi 2:Rencana Kegiatan TPPS Kecamatan 1 1 100%
4 Aksi 3: Rembuk Stunting 5 5 100%
5 Aksi 4:Peraturan Cama tentang Percepatan 1 1 100%
Penurunan Stunting
6 Aksi 5:Pembinaan Pelaku dan Pemerintahan 5 5 100%
Desa/Kelurahan
7 Aksi 6: Sistem Manajemen Data Stunting 5 5 100%
8 Aksi 7: Pengukuran dan Publikasi Stunting 5 5 100%
9 Aksi 8 : Reviuw Kinerja Tahunan 5 5 100%

2.2.2. Data Stunting Desa di Kecamatan Culamega


Tabel 4. Jumlah Stunting Di Kecamatan Culamega Agustus Tahun 2022 –
Februari 2023
BALITA STUNTING 2022 BALITA STUNTING 2023
Jumlah Jumlah
NO DESA Balita Balita
Seluruh % Seluruh %
Stunting Stunting
Balita Balita
1 Bojongsari 61 334 18% 49 365 13%
2 Cintabodas 45 236 19% 42 252 17%
3 Cikuya 46 380 12% 43 467 9%
4 Cipicung 69 373 18% 63 413 15%
5 Mekarlaksana 34 194 18% 18 187 10%

2.2.3 Realisasi Rapat Koordinasi (Rembuk) Stunting Di Kecamatan Culamega


Kabupaten Tasikmalaya
Realisasi Rapat Koordinasi (Rembuk) Stunting Di Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya
Tabel 3.Realisasi Rapat Koordinasi (Rembuk) Stunting Tingkat Kecamatan

No Waktu Tempat Agenda Pelaksana Desa

1 12-10-2022 Ged.Multi Guna Rembuk Stunting CIKUYA


2 18-10-2022 Aula Kantor Desa Rembuk Stunting CIPICUNG

9
3 12-11-2022 Kantor Desa Rembuk Stunting BOJONGSARI
4 16-11-2022 Ged. Serba Guna Rembuk Stunting MEKARLAKSANA
5 19-11-2022 GOR Desa Rembuk Stunting CINTABODAS

10
2.3 Umpan balik bagi kemajuan pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan
2.3.1 Dukungan Regulasi Stunting Kecamatan Culamega
Tabel 5.Dukungan Regulasi Stunting Kecamatan Culamega
No Kecamatan Jenis
1 Culamega 1. Keputusan Camat Culamega Tentang Pembentukan Satuan
Tugas (Satgas) Gerakan Penurunan Angka Stunting Kecamatan
Culamega Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2021 ;
2. Keputusan Camat Culamega Tetang Pembentukan Satuan Tugas
(Satgas) Gerakan Penurunan Angka Stunting Kecamatan
Culamega Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2022

2.4 Strategi Dan Kebijakan Bidang Pelaksanaan Koordinasi, Konvergensi Dan Perencanaan
Percepatan Penurunan Stunting:
1. Penguatan kelembagaan TPPS secara berjenjang melalui kegiatan bimbingan teknis, rapat
koordinasi, webinar dan kegiatan lainnya.
2. Rapat koordinasi rutin bersama anggota TPPS Kecamatan dan Kabupaten untuk evaluasi
kegiatan di masing-masing bidang

3. Memastikan Program Rencana Kegiatan Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan dan


Desa terakomodir pada dokumen RKPD, RENJA, APBD 2023.
4. Mendorong Desa melakukan monitoring sistem manajemen data dan pelaporan capaian
indikator sebagai bahan evaluasi target capaian di akhir tahun.
5. Diperlukan komitmen lintas sektor dalam intervensi dan integrasi dalam penurunan stunting
6. Penyusunan database big data
7. Diperlukan pendampingan/monitoring dan evaluasi dalam setiap program kegiatan
8. Pemenuhan sarana dan prasarana posyandu yang terstandarisasi yang belum tersedia.

2.5 Inovasi dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan Culamega


Inovasi dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan Culamega sebagai berikut:
1. Culamega Asik (Culamega Atasi Stunting Dengan Kolaborasi).
2. Bunga ASOKA (Bunda Nganjang KaSakola-Sakola) Oleh TP-PKK Kecamatan
Culamega.
3. Bunda Genre serta Duta Genre Kecamatan sebagai Duta Penurunan Stunting
4. Data Penting (Deteksi Atasi Anak Peduli Stunting)
5. Germani Canting (Gerakan Makan Ikan Cegah Stunting)
6. Desa Giat (Desa Sadar Gizi Masyarakat)
7. Yuk Jaim, (Yuk,Jadi Remaja Anti Anemia)
8. Babar Bahagia,(Bayi Dan Ibu Cageur,Bawa Akte Kelahiran,Kartu Keluarga Dan Kartu
Indonesia Sehat
9. Bantuan Pangan B2sa (Beragam,Bergizi, Seimbang, Aman) Untuk Balita Stunting
10. Kurbakala (Paud), (Ukur Berat Dan Tinggi Badan SecaraBerkala
11. Posyandu Remaja
12. Pendampingan Keluarga Stunitng Dan Edukasi Kesehatan Reproduksi Pada Rematri
13. Pagiku Pantas (Pantau Gizi Kurang Pantau Stunting)
14. Milea (Milenial Anti Anemia)Tablet Tambah Darah Untuk Remaja Putri
15. Kelas Ibu Hamil Resiko Tinggi
16. Sosialisasi Stunting Pada Remaja Dan Calon Pengantin.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Peran kita sebagai kader yaitu bisa mengajak masyarakat untuk datang
ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang anak.
2. Pendampingan terhadap keluarga yang mempunyai remaja, calon
pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, dan bayi balita. Sehigga di
kabupaten Tasikmalaya tahun 2024 bebas dari stunting.
3.2 Saran
Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik dan kompak bersama lintas
sektor lainnya untuk penurunan stunting.
DAFTAR PUSTAKA
Melik, Nurjaman, et. al. “Peran Kader Posyandu Marunda Dalam Pencegahan
Stunting Di Desa Sanding Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut”.
Universitas Galuh, Ciamis, Indonesia
LAMPIRAN
FOTO-FOTO KEGIATAN

KEGIATAN RAPAT-RAPAT KOORDINASI DAN KOMUNIKASI TPPS


KECAMATAN CULAMEGA

KEGIATAN MONITORING KE POSYANDU DAN SEKOLAH / PAUD


CULAMEGA ASIK

CULAMEGA AKSI PEMANFAATAN PEKARANGAN UNTUK


PEMENUHAN GIZI

ROAD SHOW RUMAH DESA SEHAT DAN PEMBAGIAN MAKANAN


BERGIZI DAGING TELUR DAN SUSU

PELAKSANAAN IVA TEST UNTUK KSEHATAN ALAT REPRODUKSI


WANITA

You might also like