Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
ABSTRACT
The objectives of this study were (1) to determine the effectiveness of the implementation of
Land Technical Considerations in the location permit through OSS in the Office of Land /
Agrarian Affairs and Spatial Planning, Sragen Regency. (2) The ideal legal solution in
implementing Land Technical Considerations in the location permit through OSS in the Office
of Land / Agrarian Affairs and Spatial Planning, Sragen Regency. Integrated electronic business
licensing services or can be called Online Single Submission (OSS), is an achievement in
reforming the business licensing process by using technological advancement transformations
including those related to location permits and land technical considerations. The speed of time
in the business licensing process, one of which is constrained by the problem of location permits
and technical considerations of land. In the National Land Agency of Sragen Regency, there are
often problems, especially the implementation aspect and the inconsistency between the
issuance of location permits and the fulfillment of commitments which then creates obstacles in
the issuance of Land Technical Considerations in terms of Location Permits.
Keywords : land Technical Considerations, Location Permit, Online Single Submission.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui efektivitas pelaksanaan Pertimbangan Teknis
Pertanahan dalam izin lokasi melalui OSS di Kantor Pertanahan/Agraria dan Tata Ruang
Kabupaten Sragen. (2) Solusi hukum yang ideal dalam pelaksanaan Pertimbangan Teknis
Pertanahan dalam izin lokasi melalui OSS di Kantor Pertanahan/Agraria dan Tata Ruang
Kabupaten Sragen. Pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau dapat
disebut pula Online Single Submission (OSS), merupakan pencapaian dalam mereformasi
proses perizinan berusaha dengan menggunakan transformasi kemajuan teknologi termasuk
berkaitan dengan izin lokasi dan pertimbangan teknis pertanahan. Kecepatan waktu dalam
proses perizinan berusaha, satu diantaranya terkendala dengan masalah izin lokasi dan
pertimbangan teknis pertanahan. Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sragen seringkali
terjadi permasalahan khususnya aspek implementasi dan ketidakselarasan antara penerbitan izin
lokasi dengan pemenuhan komitmen yang kemudian menjadikan hambatan dalam penerbitan
Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam hal Izin Lokasi.
Kata kunci : Pertimbangan Teknis Pertanahan, Izin Lokasi, Online Single Submission
PENDAHULUAN
Secara teknis OSS merupakan aplikasi berbasi web yang berfungsi untuk membantu
proses pengajuan pengaduan dan perizinan untuk selanjutnya dilakukan proses penindakan yang
dilakukan oleh peran pengambil keputusan, aplikasi web OSS ini menyediakan informasi
seperti data permohonan berusaha, data perizinan, yang ada data instansi daerah, data perizinan
daerah, dan lain-lain.4 Online Single Submission (OSS) yang diluncurkan pemerintah indonesia
bertujuan untuk membuat proses mendapatkan perizinan usaha lebih singkat dan mudah, akan
tetapi ada tahapan prosedur yang wajib dipenuhi agar izin yang didapat berlaku efektif,
diantaranya adalah izin lokasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, ada yang disebut dengan
komitmen. Menurut aturan ini, komitmen diartikan sebagai pernyataan pelaku usaha untuk
memenuhi persyaratan izin usaha dan/atau izin komersial atau operasional. 5 Persoalan sistem
yang belum sepenuhnya dapat terintegrasi dengan daerah. Izin yang diberikan melalui OSS
tetap terbit, tetapi secara sistem belum terintegrasi dengan daerah. Catatan penting dalam
penerbitan perizinan berusaha bahwa meskipun izin usaha sudah diterbitkan para pelaku usaha
1
N.M.Spelt Dan J.81M. Ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya, 1992, Hlm.12.
2
Philipus M. Hadjon, Et.Al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia , Gadjah Mada University Press, 2002, Hlm
126.
3
Ibid, Pasal 1 (Angka 5).
4
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Online Single Submission (Panduan
Penggunaan Registrasi OSS Version 1.00 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia .
2018. Hlm 7.
5
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik,
Pasal 1(Angka 10).
tidak berarti bisa langsung beroperasi. Pelaku usaha harus memperoleh izin operasional
dan/atau izin komersial terlebih dahulu sebagai syarat-syarat pemenuhan izin.
Kecepatan waktu dalam pemberian perizinan berusaha, salah satunya terkendala oleh
masalah izin lokasi yang berkaitan dengan Pertimbangan Teknis Pertanahan. Pada Badan
Pertanahan Nasional Sragen seringkali terjadi permasalahan dari aspek sistem, regulasi, maupun
implementasi dan ketidakselarasan antara penerbitan pertimbangan Teknis Pertanahan berkaitan
Izin Lokasi dengan pemenuhan komitmen. Hal ini terjadi karena secara prasyarat input data
pada system OSS sudah terpenuhi, izin sudah dapat diterbitkan meskipun komitmen belum
semua lengkap. Pada beberapa kasus ada permasalahan kelengkapan komitmen yang belum
selesai dari dinas terkait karena dinas tersebut belum sepenuhnya mengikuti tatalaksana
pembaharuan system yang mendasar pada OSS ini.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah yuridis empiris,
yaitu mengkaji ketentuan hokum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya
dimasyarakat.6 Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum empiris, meliputi 2 jenis
data, yaitu: Data Primer, data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas. 7 Sumber data diperoleh dari
lapangan secara langsung dengan wawancara dengan pegawai kantor ATR/BPN Kabupaten
Sragen berikut dengan Pemohon, Dan Data Sekunder, yaitu data-data tersebut diperoleh dari
buku-buku kepustakaan, peraturan perundang-undangan, browsing internet, dan dokumen-
dokumen lainnya.
6
Bambang Waluyo, Penelitian Hokum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2002, Hlm 15.
7
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2006, hlm 30.
8
Muhammad Iqbal Fitra Asegaf, Henny Juliani& Nabiatus Sa’adah, “Pelaksanaan Online Single Submission (OSS)
Dalam Rangka Percepatan Perizinan Berusaha Di Dinas Penanaman Modal Dan Peyanan Terpadu Satu Pintu Jawa
Tengah”, Diponegoro Law Journal Vol 8 No 2,2019, Hlm 1333.
9
Ibid, Pasal 1 (Angka 13).
komersial) baru yang belum dimiliki, memperpanjang izin berusaha yang sudah ada,
mengembangkan usaha, mengubah dan/memperbarui data perusahaan.
Pelaku Usaha perseorangan yang telah mendapatkan akses dalam laman OSS, melakukan
Pendaftaran dengan mengisi data paling sedikit:
a. nama dan NIK;
b. alamat tempat tinggal;
c. bidang usaha;
d. lokasi penanaman modal;
e. besaran rencana penanaman modal;
f. rencana penggunaan tenaga kerja;
g. nomor kontak usaha dan/atau kegiatan;
h. rencana permintaan fasilitas fiskal, kepabeanan,
dan/atau fasilitas lainnya; dan
i. NPWP Pelaku Usaha perseorangan.
Pelaku Usaha non perseorangan yang telah mendapatkan akses dalam laman OSS,
melakukan Pendaftaran dengan mengisi data paling sedikit:
a. nama dan/atau nomor pengesahan akta
pendirian atau nomor pendaftaran;
b. bidang usaha;
c. jenis penanaman modal;
d. negara asal penanaman modal, dalam hal
terdapat penanaman modal asing;
e. lokasi penanaman modal;
f. besaran rencana penanaman modal;
g. rencana penggunaan tenaga kerja;
h. nomor kontak badan usaha;
i. rencana permintaan fasilitas perpajakan,
kepabeanan, dan/atau fasilitas lainnya;
j. NPWP Pelaku Usaha non perseorangan; dan
k. NIK penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Setelah seluruh syarat-syarat di isi atau input data selesai, maka pelaku usaha mendapatkan NIB
(Nomor Induk Berusaha) serta Izin Lokasi berdasarkan pemenuhan komitmen. Yang pemenuhan
komitmen tersebut termasuk pula dalam hal pengurusan Pertimbangan Teknis Pertanahan
berkaitan Izin Lokasi.
Apabila persyaratan permohonan dari pelaku usaha telah lengkap, petugas loket
menerbitkan Surat Perintah Setor kepada pemohon untuk pembayaran biaya layanan,
terhadap Surat Perintah Setor ini juga mengalami hambatan, ketika petugas loket menerbitkan
Surat Perintah Setor tersebut pada isi surat terdapat kode pembayaran simponi dan jangka waktu
pembayaran maksimal 3 (tiga) hari semenjak surat perintah setor diterbitkan, dalam hal jangka
waktu pada Surat Perintah Setor merupakan SOP dari Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen.
Para pemohon sering kurang meneliti jangka waktu tersebut sehingga terjadi daluwarsa yang
mana pelaku usaha harus memperbaharui kembali melalui system OSS.
Dari sumber informasi Fathoni, Pegawai Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen, sering
terjadi dari pihak pemohon yang kurang teliti dalam membaca Surat Perintah Setor yang
mengakibatkan pemohon harus memperbaharui ke system OSS, yang kemudian pihak pegawai
Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen tidak akan mengeksekusi Pertimbangan Teknis Pertanahan
untuk pemohon yang melewati jangka waktu dari surat perintah setor tersebut. 11 Dan menurut
salah satu pemohon yang bertindak untuk dan atas nama PT. Superior Prima Sukses yang di
wawancara penulis hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pihak pemerintah dari
segi regulasi yang premature berdampak masyarakat masih belum dapat beradaptasi dengan
baik atas peraturan yang berkaitan dengan system OSS ini dan ambiguitas dari Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang OSS dimana isi dari pasal-pasalnya belum
memperlihatkan sepenuhnya system ini berjalan menggunakan digital elektronik yang
terintegrasi, sehingga sering terjadi kendala- kendala yang dialami oleh pelaku usaha. 12
Dari sumber informasi Bapak Lilik Budi Raharjo S.ST, M.H Kepala Sub Seksi
Penatagunaan Tanah Pada tahapan pengolahan dan analisis data seperti diatas, apabila system
Rencana Detail Tata Ruang Daerah Sragen disinkronkan dengan system OSS dan Kantor
ATR/BPN Kabupaten Sragen maka seharusnya Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan tidak perlu
mengolah dan menganalisa data terkait diatas yang dapat meringkas waktu dan mempercepat
penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan. Akan tetapi pemerintah daerah belum terbuka dan
transparan perihal Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) daerah Sragen sehingga mekanisme
prosedur pengurusan Pertimbangan Teknis Pertanahan Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen
hanya menggunakan Rencana Tata Ruang Wilayah dengan pedoman waktu 10 hari penerbitan
Pertimbangan Teknis Pertanahan, sedangkan apabila Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dapat
disinkronkan maka efisiensi penyelesaian Pertimbangan Teknis Pertanahan dapat lebih cepat
analisa waktu tidak lebih dari 5 hari penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan terkait Izin
Lokasi tersebut.13
Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang OSS yang
berbunyi :
Pasal 45
(1) Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penataan ruang
menyampaikan rencana tata ruang kabupaten/kota dan/atau RDTR kabupaten/kota dalam
bentuk digital ke Lembaga OSS.
(2) Lembaga OSS memuat rencana tata ruang kabupaten/kota dan/atau RDTR
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam sistem OSS.
(3) Rencana tata ruang kabupaten/kota dan/atau RDTR kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar penetapan tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan
dalam penerbitan Izin Lokasi.14
13
Wawancara dengan Lilik Budi Raharjo, pada tanggal 03 Oktober 2020 Di Kantor PT. Superior Prima Sukses.
14
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik,
Pasal 45
15
Peraturan Menteri Agraria Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan pasal 27 ayat 2
Realisasinya dari wawancara Bapak Joko Nugroho, Kepala Seksi Penataan Pertanahan
Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen menyampaikan bahwa dalam hal penetapan ini masih
dilakukan secara manual, yang mana pemohon atau pelaku usaha harus mendatangi ke Kantor
ATR/BPN Kabupaten Sragen guna membayar pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dan
mengambil berkas Pertimbangan Teknis Pertanahan. Ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan
terkait dengan kenyataan yang ada inilah yang menjadikan timbulnya hambatan-hambatan dan
disinformasi khususnya bagi pelaku usaha dan meski OSS memberikan kepastian waktu untuk
pemenuhan komitmen izin lokasi, tetapi tidak ada perubahan dalam hal besaran biaya.16
Terhadap aturan biaya pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan tersebut Pertanahan dikenai
biaya dengan hitungan :
2. Solusi Hukum Yang Ideal Dalam Pelaksanaan Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam
Izin Lokasi Melalui OSS Di Kantor Pertanahan/Agraria Dan Tata Ruang Kabupaten
Sragen.
Online single submission atau OSS adalah suatu sistem perizinan berbasis teknologi
informasi yang dapat mengintegrasikan perizinan di daerah dan pusat dalam rangka untuk
mempermudah kegiatan usaha di dalam negeri. Walaupun dinilai banyak kemudahan pada
system OSS ini, tetapi juga mempunyai kendala yang dihadapi. sehingga sangat perlu evaluasi
terhadap kebijakan terkait OSS tersebut. Terutama pada persoalan sistem yang belum
sepenuhnya terintegrasi dengan daerah. Dari penelitian yang penulis lakukan, system OSS ini
belum dapat dikatakan sebagai Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Karena
secara keseluruhan belum terlaksana secara online didaerah. Jika menelaah Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang OSS pada pasal 19 :
(1) Pelaksanaan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 termasuk penerbitan dokumen lain yang
berkaitan dengan Perizinan Berusaha wajib dilakukan melalui Lembaga
OSS.
(2) Lembaga OSS berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini untuk
dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota
menerbitkan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penerbitan Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan dalam bentuk Dokumen Elektronik sesuai dengan
16
Wawancara dengan Joko Nugroho, pada tanggal 03 Oktober 2020 di Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen.
17
Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku pada Kementerian ATR/BPN, bagian Penjelasan pasal 14.
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan transaksi
elektronik.
(4) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai dengan
Tanda Tangan Elektronik. (5) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), berlaku sah dan mengikat berdasarkan hukum serta
merupakan alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang informasi dan transaksi elektronik. 18
Dari pasal tersebut diatas menunjukkan perizinan melalui OSS ini seharusnya dilakukan
menggunakan digital elektronik secara keseluruhan. Sesuai dengan tujuan diterbitkannya system
OSS yang diperuntukkan memberi kemudahan kepada pelaku usaha dalam pengurusan izinnya
yang difasilitasi melalui online dengan sistem yang terintegrasi dan terhubung dengan semua
stakeholder/instansi-instansi terkait dan memperoleh izin secara aman, cepat, dan real time.
Terutama perhatian penulis membahas berkaitan dengan izin lokasi berdasarkan komitmen yang
pemenuhannya harus memperoleh Pertimbangan Teknis Pertanahan, dimana persyaratannya
dilakukan diluar system OSS.
Fokus solusi hukum yang perlu diperhatikan, pertama adalah membenahi sistem OSS
dari proses input hingga output pengurusan perizinannya dapat terselesaikan melalui website
OSS, dimana sistem ini harus segera di integrasikan pada seluruh lembaga atau kementerian
terkait. Tanpa perlu melakukan pemenuhan syarat-syarat secara manual, melengkapi fitur-fitur
Pada aplikasi OSS terutama apabila tujuan hadirnya OSS ini untuk menghilangkan KKN
(Korupsi, Kolusi, Nepotisme) wajib menambah aplikasi E-payment, penambahan fitur
penentuan lokasi usaha yang belum tersambung dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
serta ketersediaan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Ketiadaan ini dapat menyebabkan
pendirian lokasi usaha yang tidak sesuai dengan perencanaan daerah dan bahkan tak berbasis
lokasi blok peruntukan usaha karena RDTR nya tidak ada. Fokus solusi hukum yang kedua
adalah terhadap regulasi yang berkaitan dengan perizinan melalui OSS perlu penyempurnaan
yang matang, dimana aturannya harus benar-benar terkonsep sepenuhnya secara digital
elektronik, bukan diibaratkan setengah jalan seperti aturan saat ini yang mana dari aturannya
terlihat berbasis online tetapi esensi dari pasal-pasalnya belum menunjuukkan sepenuhnya
dilakukan secara mekanisme digital elektronik, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
perizinan melalui OSS ini juga belum mengatur secara lebih detail respresif action apabila
pelaku usaha secara administratif belum lengkap dan termasuk apabila melampaui batas jangka
waktu daluwarsa pengajuan permohonan oleh pelaku usaha. Sehingga sangat perlu evaluasi dan
penyempurnaan terhadap regulasi tersebut.
Focus solusi hukum yang ketiga adalah implementasinya kesiapan pemerintah pusat
dan daerah bahwa OSS yang masih dalam tahap sosialisasi dan tentunya membutuhkan waktu,
trial and error pada penerapannya, dimana dalam perancangan dan pengesahannya atas
peraturan perizinan melalui OSS ini hanya dalam waktu 5 bulan saja, sehingga tumpang tindih
kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan pemerintah daerah masih perlu diselaraskan,
Hal ini menjadi tantangan pemerintah pusat dan daerah untuk segera terus melakukan sosialisasi
kepada pelaku usaha di daerah tentang penerapan OSS termasuk peran instansi-instansi terkait
salah satunya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, khususnya di
daerah yaitu penulis berfokus pada Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen. Sesuai dengan
wawancara yang dilakukan penulis kepada para pegawai ATR/BPN Kabupaten Sragen, mereka
18
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara elektronik
membenarkan bahwa masih minimnya informasi kepada para pelaku usaha terhadap
pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau OSS ini sehingga para pelaku usaha masih
mengalami kebingungan atas prosedur pengurusan perizinannya salah satunya pemohon PT.
Superior Prima Sukses yang penulis juga wawancarai, pemohon justru mendaftarkan
perizinannya dibantu oleh dinas terkait dikarenakan minimnya informasi dan pemahaman. Dari
pihak instansi pun juga menyadari kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat.
Dari uraian tersebut dapat dicari solusi hukum yang ideal dimana perlu adanya penyuluhan
aturan hukum yang berjangka dan sifatnya continue ke desa-desa apabila setiap ada aturan baru
yang berlaku, publikasi dan updgrade informasi dan pada website instansi-instansi terkait
khususnya pada Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen, memiliki akun media sosial instansi
terkhusus Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen yang dikelola secara berkala, baik itu Instagram,
Facebook, Telegram, maupun youtube yang kegunaannya untuk share informasi dan transfer
knowledge kepada masyarakat.
KESIMPULAN
Akan tetapi terdapat tiga masalah utama yang menjadikan ketidakefektifan dalam
pelaksanaan OSS yakni yang pertama, aspek sistem, mayoritas daerah di Indonesia khususnya
di Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen masih kesulitan mengintegrasikan OSS, database
perizinan masih belum terklarifikasi, yakni belum tersedia fitur E-Payment, mayoritas
daerah belum memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR). Yang kedua, aspek tataran
regulasi, perizinan melalui OSS perlu penyempurnaan yang matang, dimana aturannya harus
benar-benar terkonsep sepenuhnya secara digital elektronik, bukan diibaratkan setengah jalan
seperti aturan saat ini yang mana dari aturannya terlihat berbasis online tetapi esensi dari pasal-
pasalnya belum memperlihatkan sepenuhnya dilakukan secara mekanisme digital elektronik.
Tak dapat dipungkiri perizinan melalui OSS memang meringkas tata laksana perizinan saat
memulai usaha, OSS memberikan kepastian waktu untuk pemenuhan komitmen, namun tidak
ada perubahan dalam hal besaran biaya dan faktanya waktu pemenuhan komitmen bervariasi
antar tiap daerah (SOP).
Yang ketiga, dari sisi tataran implementasi, minimnya informasi kepada para pelaku
usaha terhadap pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau OSS ini sehingga para pelaku usaha
masih mengalami kebingungan atas prosedur pengurusan perizinannya, ada dikarenakan
minimnya informasi dan pemahaman. Dari pihak instansi pun juga menyadari kurangnya
sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat. Solusi hukum terkait kendala implementasi ini
perlu adanya penyuluhan aturan hukum yang berjangka dan sifatnya continue ke desa-desa
apabila setiap ada aturan baru yang berlaku, publikasi dan updgrade informasi dan pada website
instansi-instansi terkait khususnya pada Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen, memiliki akun
media sosial instansi terkhusus Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen yang dikelola secara
berkala.
SARAN
Menjadi terobosan baru yang mana jangka panjang nanti sistem OSS ini akan
berperan sebagai gerbang utama sistem pelayanan perizinan berbasis digital elektronik dari
pemerintah Indonesia. Seluruh perizinan elektronik akan dilakukan melalui OSS. Cakupan
sistem ini pun nasional, artinya semua perizinan usaha yang sebelumnya dikeluarkan oleh
kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah bisa diperoleh melalui layanan terpadu ini.
Meski perizinan dilakukan dengan sistem digital elektronik yang terintegrasi atau dapat
disebut juga (OSS) akan tetapi realitanya system ini belum sepenuhnya memberi solusi
integritas, sehingga pemerintah benar-benar harus mengkaji kembali serta upgrade
peraturan secara matang dan sempurna. Sarana sistem aplikasi OSS harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memudahkan pihak instansi-instansi terkait dan pelaku usaha untuk
mengakses dan memperoleh data yang dibutuhkan terkait perizinannya khususnya dalam izin
lokasi yang pemenuhan komitmennya melalui Kantor ATR/BPN Kabupaten Sragen, dimana
dalam hal prosedur pemenuhan perizinan masih sering terjadi banyak hambatan. Lebih
diperbaharui dan diperbaiki kembali dari aspek system, regulasi maupun implementasi,
sehingga antara instansi pemerintah pusat dan daerah serta pelaku usaha dapat berjalan
beriringan yang berdampak positif guna mnciptakan stabilitas iklim yang kondusif bagi dunia
usaha di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
N.M.Spelt Dan J.81M. Ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya, 1992
Philipus M. Hadjon, Et.Al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia , Gadjah Mada
University Press, 2002.
Bambang Waluyo, Penelitian Hokum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2002.
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2006.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Online Single Submission
(Panduan Penggunaan Registrasi OSS Version 1.00 Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian Republik Indonesia . 2018.
Muhammad Iqbal Fitra Asegaf, Henny Juliani& Nabiatus Sa’adah, “Pelaksanaan Online Single
Submission (OSS) Dalam Rangka Percepatan Perizinan Berusaha Di Dinas
Penanaman Modal Dan Peyanan Terpadu Satu Pintu Jawa Tengah”, Diponegoro
Law Journal Vol 8 No 2,2019.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik
Peraturan Menteri Agraria Nomor 17 Tahun 2019 tentang Izin Lokasi
Peraturan Menteri Agraria Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Wawancara dengan Itsnaini, pada tanggal 02 Oktober 2020 di Kantor ATR/BPN Kabupaten
Sragen.
Wawancara dengan Fathoni, pada tanggal 03 Oktober 2020 di Kantor ATR/BPN Kabupaten
Sragen.
Wawancara dengan Joko Nugroho, pada tanggal 03 Oktober 2020 di Kantor ATR/BPN
Kabupaten Sragen.
Wawancara dengan Hendra, pada tanggal 03 Oktober 2020 Di Kantor PT. Superior Prima
Sukses.