You are on page 1of 14

PERATURAN TERKAIT PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KONSUMEN

BELANJA ONLINE

[Ditulis dalam bahasa Inggris, Palatyno lynotype font 12, cetak miring, justify, 1 spasi,
terdiri dari 100-125 kata, memuat latar belakang masalah, urgensi penulisan, metode
penelitian (untuk artikel hasil penelitian) dan hasil penelitian atau kesimpulan].

Keywords:[Ditulis dalam bahasa Inggris, Palatyno lynotype 12, italic, terdiri dari 3-5 kata
kunci, diakhiri dengan tanda baca titik (.)]

Abstract

This study aims to determine the rules and procedures used by the
Pemalang Regency Land Office in issuing replacement certificates after damage
occurs. The Pemalang District Land Office issues replacement certificates when
the original certificates are lost or damaged, and the purpose of this research is to
identify and evaluate the obstacles that hinder the implementation of these
regulations. Primary and secondary data for this study were collected from the
Pemalang District Land Office. Apart from literature study with document
analysis, direct observation and interviews were also used to obtain data. Hasil
Penelitian menunjukan bahwa: 1) Research results show that:1) Regulations
related to the issuance of replacement certificates for land rights, at the Pemalang
Regency Land Office are guided by Law Number 5 of 1960 concerning Basic
Agrarian Regulations and in particular all regulations concerning replacement
certificates, namely in accordance with Article 57 and Article 58 of Government
Regulation Number 24 of 1997 concerning Land Registration, Government
Regulation of the Republic of Indonesia Number 128 of 2015 concerning Types
and Rates of Types of Non-Tax State Revenues that apply to the Ministry of
Agrarian Affairs & Spatial Planning/National Land Agency and Regulation of the
Head of the National Land Agency of the Republic of Indonesia Number 1 of
2010 concerning Service Standards and Land Arrangements. 2) Implementation
of the Ministerial Regulation on the Issuance of Replacement Certificates has
caused a number of problems, including exorbitant costs, complicated processes
and long waiting times. Inadequate human resources and technology, which are
required to properly run operational processes, can cause service delays.
Keywords: Certificate, Damaged and Land Office

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peraturan dan proses
yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang dalam menerbitkan
sertipikat baru untuk menggantikan sertipikat yang rusak. Selain itu untuk
mengidentifikasi dan menganalisis hambatan-hambatan dalam menerapkan aturan
yang mewajibkan Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang untuk menerbitkan
sertipikat pengganti jika sertipikat asli rusak. Data primer dan sekunder untuk
penelitian ini dikumpulkan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang. Selain
studi kepustakaan dengan analisis dokumen, observasi langsung dan wawancara
juga digunakan untuk memperoleh data. Hasil Penelitian menunjukan bahwa: 1)
Regulasi yang berkaitan dengan penerbitan sertipikat pengganti rusak, di Kantor
Pertanahan Kabupaten Pemalang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan khususnya segala
peraturan yang menyangkut tentang sertipikat pengganti yaitu sesuai dengan Pasal
57 dan Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 128 tahun 2015 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Kementerian Agraria & Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. 2) Regulasi tentang
Penerbitan Sertipikat Pengganti karena rusak menimbulkan sejumlah masalah,
termasuk biaya yang terlalu tinggi, proses yang rumit, dan waktu tunggu yang
lama. Sumber daya manusia dan teknologi yang tidak memadai, yang diperlukan
untuk menjalankan proses operasional dengan baik, dapat menyebabkan
penundaan layanan.

Kata kunci: Sertipikat , Rusak Dan Kantor Pertanahan.


Pendahuluan
Republik Indonesia adalah negara hukum yang mengedepankan kesejahteraan
umum, sebagaimana dijelaskan dalam UUD 1945. Namun demikian, sengketa
hukum atas tanah yang menjadi masalah mendasar dalam masyarakat,
khususnya di bidang pertanahan, tidak dapat dilepaskan dari Republik Indonesia.
Sementara individu memiliki kecenderungan alamiah untuk melindungi hak-hak
mereka, masyarakat secara keseluruhan menaruh harapan pada pemerintah
untuk memenuhi kewajibannya. Hanya dengan dukungan hukum, kepentingan
umum dapat tercapai. Hal ini dapat terwujud jika masyarakat mematuhi
seperangkat hukum atau aturan.
Semua kebijakan pemerintah dalam sistem konstitusional kontemporer disusun
sesuai dengan Konstitusi dan tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan
yang sudah ada. Mendefinisikan apa yang harus dilakukan dan mengarahkan
tatanan hukum yang relevan membutuhkan adanya peraturan. Pemerintah
membuat peraturan untuk menegakkan hukum dan ketertiban.
Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi, sebagian, bahwa
"Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat."
Ketentuan ini diberlakukan oleh UUPA.
Aturan ini mengharuskan pemerintah Indonesia untuk menyelenggarakan
pendaftaran tanah untuk kepentingan warganya. Demi terciptanya kepastian
hukum, pemerintah bertanggung jawab atas pendaftaran tanah, seperti yang

[1]
dinyatakan dalam Pasal 19(1) UUPA .

Sertipikat merupakan Penyediaan bukti hukum yang kuat yang

[2]
mendukung hak atas tanah . Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 24
tahun 1997 (peraturan yang mengawasi pendaftaran tanah) menyatakan bahwa
bukti-bukti dianggap dapat dipercaya jika sesuai dengan informasi yang
tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Sertipikat hak
milik harus disimpan dengan aman karena merupakan dokumen hukum yang
penting.
Sertipikat sebagai bukti hak atas tanah dapat membantu mencegah
terjadinya sengketa, namun tidak semua orang memahami cara menjaga dan
merawatnya dengan baik. Kerusakan yang tidak disengaja akibat bencana alam,
degradasi akibat usia, atau pemeliharaan yang buruk dapat membuat sertipikat
hak atas tanah menjadi tidak berguna, sehingga tidak dapat digunakan sebagai

[3]
bukti kepemilikan .

Adapun penyelesaian dari pemerintah terhadap kerusakan


sertipikat tanah dengan penerbitan sertipikat pengganti. Pemegang
hak yang mengalami kerusakan pada sertipikat tanah dapat
mengajukan permohonan sertipikat pengganti karena rusak di Kantor
Pertanahan sesuai objek hak atas tanah tersebut. Sertipikat yang
rusak nantinya akan dimusnahkan dan diganti dengan pembaharuan
blanko sertipikat baru.
Karena merupakan rangkap persis dari buku tanah dan surat ukur yang
asli, surat keterangan pengganti memberikan tingkat kepastian hukum yang
sama. Data yang digunakan untuk membuat sertipikat pengganti harus tepat
guna mencegah pemalsuan dan penyalahgunaan sertipikat. Penting untuk
mengukur kembali permohonan sertipikat yang rusak untuk memperbarui data
jika telah terjadi perubahan antara sertipikat pengukuran sebelumnya dengan
keadaan fisik tanah dan bangunan saat ini.

[1] Bha’iq Roza Rakhmatullah, Problematika Pendaftaran Peralihan Hak atas Tanah, Pekalongan:
Penerbit NEM, 2022, hlm. 1

[2] Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian Hak atas
Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II-Sertipikat dan Permasalahannya, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2002, hlm. 123
[3] Ibid., hlm. 124

Selain itu, proses ini menciptakan transaksi pembelianterselesaikan melalui


internet.Ini Suatu bentuk bisnis virtual karena pengguna berinteraksi secara online
dan tidak terlibat dalam transaksi keuangan komersialnormal. Di sana juga
memesanmendistribusikan Ini banyak digunakan dansaya memeluknya melalui
masyarakat, tetapi juga melalui metodekeuangan Sangat populer di masyarakat.
Tujuan Hubungan Hukum yang Dewasa adalah menjadikan Internet sebagai
media komunikasi yang bebas dan cerdas, memungkinkan pengguna untuk
berinteraksi dengannya tanpa prasangka dan ketidaktahuan. Menurut Pasal 113
KUH Perdata dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, banyak peraturan
perundang-undangan yang telah dinyatakan efektif dan dilaksanakan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Namun yang paling
penting adalah membangun hubungan positif antara konsumen dan penyedia
layanan dan menyediakan sumber daya untuk mencapai tujuan mereka. Ada
undang-undang yang menekankan hak dan tanggung jawab konsumen, dan ada
proses untuk mendidik konsumen tentang cara memilih produk yang berkualitas,
menanggapi kekhawatiran konsumen, mendesain produk, dan pada akhirnya
mematuhi standar yang ditetapkan. Kedua komponen ini membentuk inti dari
konsep pendidikan konsumen.

Cash on Delivery (COD) sering dilakukan secara diam-diam sementara konsumen


terus menggunakan produk tersebut. Namun, cara ini tidak efektif karena
konsumen tidak mengerti cara menggunakannya sehingga tidak terlatih. Cash on
delivery banyak digunakan karena mengurangi biaya baik untuk penjual maupun
konsumen. Namun, hal ini tidak selalu terjadi ketika produk kehabisan stok atau
konsumen tidak memiliki cukup uang untuk membayar. Sementara COD memiliki
kelebihan tertentu, ia juga memiliki kekurangan yang signifikan yang perlu
diperhatikan.

[2]

Sebagian besar penduduk Indonesia berpartisipasi dalam e-commerce melalui


platform online seperti pasar dan pusat perbelanjaan. Ada perbedaan penting
antara pasar online dan pasar offline tradisional. Pasar online adalah tempat di
mana orang membeli dan menjual barang dan jasa dan berinteraksi dengan penjual
dan pembeli lainnya. Pasar konsumen online berbeda dengan pasar tradisional
karena banyak orang menggunakan platform ini untuk bertransaksi. Pasar online
seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee bertindak sebagai perantara,
memfasilitasi pertemuan dan transaksi yang sah antara penjual dan pembeli. Tidak
seperti toko batu bata dan mortir, toko online adalah toko online virtual. Produk
dapat dibeli grosir dan eceran melalui komunikasi online yang menghadap publik.
Platform e-commerce terkemuka di Indonesia termasuk Zalora dan Blibli.com.
Selain keunggulan pasar dan toko online, juga memiliki reputasi yang diakui oleh
media online mainstream.

Menurut data yang dihimpun oleh Badan Teknologi Informasi Indonesia,


sebanyak 78 orang terlibat aktif dalam e-commerce, yang menunjukkan bahwa
Indonesia memiliki banyak sekali marketplace dan platform Internet. Karena e-
commerce adalah cara kerja yang praktis dan efisien. Namun, pengalaman
konsumen dalam membeli produk dengan menggunakan cash on delivery dapat
bervariasi, termasuk ketidakakuratan dan ketersediaan produk. Dalam konteks e-
commerce, pendekatan ini dapat menarik pelanggan dan dapat meningkatkan
kepuasan mereka.

Belanja online dengan cash on delivery merupakan pilihan yang menarik karena
konsumen umumnya lebih suka berbelanja online, yang pada gilirannya
memungkinkan mereka untuk membelanjakan lebih banyak setelah melakukan
pembelian. Selain itu, pelanggan yang menggunakan cash on delivery dapat
memilih untuk menolak belanja online, karena online shopping delivery memiliki
batasan yaitu tidak dapat membeli produk lain selain pemesanan awal. Jika barang
yang dipesan habis, pelanggan tidak dapat membayar perusahaan pengiriman. Jika
pelanggan harus melaporkan keluhan atau masalah kepada operator, kemungkinan
terjadinya masalah hampir pasti meningkat. Informasi tentang transaksi online
antara pembeli dan penjual tidak muncul hingga saat-saat terakhir. Karena cara ini
digunakan dari awal hingga akhir kejadian, maka keabsahan hukum penggunanya
biasanya rendah.[3]

Berdasarkan UU No. 1 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Perdana


Menteri memiliki kewenangan untuk membeli tanah untuk menjamin keamanan
dan kepuasan konsumen. Hukum berperan sebagai penghubung antara konsumen
dengan produk yang mereka beli. Faktor yang mempengaruhi keputusan untuk
menerapkan UU tersebut adalah pengaruh globalisasi di Indonesia. Dalam hal ini,
globalisasi berdampak negatif terhadap perekonomian, karena toko online tidak
selalu menghasilkan keuntungan maksimal dan, dalam jangka panjang, penjualan
produk tidak ideal karena biaya bahan baku. Tujuan dari program percontohan ini
adalah untuk memastikan bahwa para peserta memiliki keterampilan yang
dibutuhkan untuk mewakili Amerika Serikat di kompetisi internasional dan
domestik. Selain itu, konsumen perlu mengetahui bagaimana memenuhi
kebutuhannya saat menjual produk atau jasa sehingga kebutuhannya dapat
terpenuhi tanpa mengorbankan kebutuhan pribadinya.

Namun, sangat sedikit uang yang dihabiskan untuk undang-undang tersebut


karena konsumen tidak memiliki ekspektasi yang pasti tentang apa yang akan
mereka dapatkan ketika mereka membeli suatu produk. Hal ini menjadi masalah
ketika harga produk yang bersangkutan tinggi sehingga sulit dipahami mengapa
produk tersebut dianggap inferior. Tidak jarang COD digunakan sebagai sarana
pelatihan dan mekanisme perlindungan hak sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.[4]
Ada banyak alasan mengapa orang berbelanja online, namun ada juga undang-
undang yang lebih fokus pada kepuasan konsumen, baik secara online, brick-and-
mortar, atau komersial. Posisi ini digunakan untuk menjelaskan istilah “Uji
Peninjauan Kembali berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Pembelian
Produk Cash On Delivery (COD) Untuk Perlindungan Konsumen”.

[1] ok

[2] ok

[3] ok

[4] ok

].
A. Metode Penelitian

Metode pencodelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif,


dimana penelitian dilakukan dengan meninjau literatur terkait aturan yang
melidungi konsumen saat transaksi jual beli online dengan pembayaran
langsung di tempat atau pembayaran cash on delivery, dan pendekatan
terhadap prinsip hukum dan undang-undang terkait, seperti regulasi
pendukung transaksi jual beli online. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif yang tujuannya adalah untuk mengungkapkan
masalah sesuai dengan posisi para pihak yang terlibat dalam belanja online
dan tanggung jawab hukum yang timbul dari kontrak elektronik yang
dibuat dalam kontrak elektronik.

B. Hasil dan Pembahasan


[Palatyno lynotype 12, justify, 2 spasi, setiap paragraf diawali dengan penulisan
menjorok 1 cm, penulisan kalimat antar paragraf dengan tanpa spasi (no before
and after space). Hasil penelitian (scientific finding) dan pembahasan dijelaskan
secara deskriptif ilmiah, analitis dan kritis. Uraian pembahasan disesuaikan
dengan urutan permasalahan yang terdiri dari sub bab-sub bab]. Penulisan judul
sub bab Palatyno lynotype, font 12, bold, dengan menggunakan penomoran
angka Arab

Zaman yang maju berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi, begitu pula
kemampuan usia untuk memproduksi barang melalui pasar Maya. Itu tidak
berarti tidak akan ada risiko atau masalah dengan media e-commerce, seperti
yang telah ditunjukkan. Tren yang diikuti orang membuat mereka menggunakan
belanja online sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka, dengan fokus pada
faktor-faktor yang bermanfaat bagi konsumen. Jadi sementara tidak ada penjual
atau pembeli, hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pembeli karena
kurangnya kesadaran akan barang tersebut

Menurut Az Nazution, istilah "konsumen" mengacu pada setiap barang rumah


tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan, aturan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan, atau aturan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
atau minat yang digunakan. oleh konsumen. Menurut Pasal 1 UU No. 1
“Perlindungan Konsumen” No. 8 Tahun 1999, “Perlindungan Konsumen” adalah
bentuk pemenuhan kebutuhan konsumen tanpa melemahkan hak-hak konsumen.

Hak-hak konsumen yang diatur dalam UU Perlindungan Konsumen Nomor 8


Tahun 1999 Republik Indonesia berdasarkan Pasal 5(1), Pasal 21(1), dan Pasal
27(33) UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Hak untuk memilih barang Konsumen tertarik dengan kualitas produk yang
dibeli atau dikonsumsinya. Tidak ada yang rusak, tapi tidak ada yang bisa
digunakan untuk meningkatkan kualitas makanan yang tidak diketahui atau
dikonsumsi oleh negara ini.
2. Hak atas Kompensasi dan Kompensasi Konsumen tertarik dengan kompensasi
dan/atau kompensasi untuk transaksi taruhan tertentu yang telah mereka
selesaikan. Pelanggan menggunakan banyak produk ketika tidak ada masalah
dengan kualitas atau kuantitas.
3. Hak memperoleh barang/jasa yang layak, konsumen berhak memperoleh
produk dan jasa sesuai dengan perjanjian tertulis. Namun, jika Anda melakukan
transaksi online, pembayaran Anda akan tertunda meskipun Anda akan
mendapatkan gratis ongkos kirim. Konsumen akan kecewa jika tidak.
4. Hak untuk mengetahui kebenaran semua informasi adalah pasti, dan hal
terpenting yang dapat dilakukan konsumen adalah mengetahui apa yang mereka
beli. Produk digunakan untuk menyediakan atau memperoleh informasi tentang
produk atau pelanggan. Produk ini akan digunakan untuk memberikan informasi
kepada konsumen jika ada cacat atau kekurangan tape.
5. Hak atas layanan tanpa diskriminasi: Salah satu bentuk pelecehan konsumen
yang paling umum adalah diskriminasi konsumen. Kemasan produk tidak
mungkin menjadi pembatas antara konsumen dengan produk yang sudah ada di
pasaran.

Prinsip-prinsip perlindungan konsumen yang diatur dalam Pasal 2 UU No.8


Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1. Asas manfaat, baik konsumen maupun pelaku usaha atau produsen berhak atas
manfaat yang diberikan. Tidak boleh salah satu pihak sehingga tidak ada
keuntungan atau kerugian yang dirasakan oleh salah satu pihak.
2. Asas keadilan Konsumen dan operator dapat memperoleh hak dan kewajiban
secara seimbang atau adil, sehingga tercapai perilaku yang adil.
3. Prinsip keseimbangan. Menyeimbangkan hak dan kewajiban produsen dan
konsumen dalam hukum perlindungan konsumen. 4. Asas jaminan keamanan,
yaitu memastikan konsumen memperoleh manfaat dari produk yang
dikonsumsi/digunakannya, jika tidak maka produk tersebut tidak akan
mengganggu keselamatan jiwa dan harta bendanya.
5. Asas kepastian hukum, yaitu memberikan kepastian hukum bagi produsen dan
konsumen untuk memenuhi dan melaksanakan hak dan kewajibannya
berdasarkan hukum. Dengan demikian, tidak ada pihak yang dimintai
pertanggungjawaban, dan Negara menjamin kepastian hukum.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


dapat diartikan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian perlindungan diri
konsumen
2. Untuk meningkatkan martabat konsumen dengan menghindari penggunaan
atau layanan yang negatif.
3. Memberdayakan konsumen untuk memilih, menentukan dan menuntut haknya
4. Membangun sistem perlindungan konsumen yang mencakup unsur kepastian
hukum, keterbukaan informasi, dan akses informasi 7.

Yang paling populer adalah cash on delivery (COD) untuk transaksi pembelian
online. Selain itu, pada hari sebelumnya, sistem transaksi pay to cash akan
menampilkan status pembayaran pembeli setelah pemasangan pita. Berikut ini
adalah contoh masalah yang muncul selama transaksi ini:
1. "Pengecer" berarti Perangkat Lunak Terkait Pasar. Istilah "penjual" digunakan
untuk memberikan informasi tentang produk mana yang dijual dengan harga
lebih tinggi atau lebih rendah.
2. Istilah "pembeli" berarti orang yang memberikan bantuan kepada orang yang
dirugikan, dan istilah "pembeli" berarti orang yang memberikan bantuan kepada
orang yang dirugikan. Akibatnya, para pihak cenderung mengabaikan hal-hal
yang disebutkan oleh para pihak.

Jika perselisihan panjang digunakan, proses pemilihan taruhan online harus


diselesaikan sesuai dengan undang-undang perlindungan konsumen. Menurut
Pasal 45 UUPK, konsumen dapat menentukan pilihan antara transaksi pertama
dan terakhir sesuai dengan nilai kerelaan kedua belah pihak yang bersengketa.
Selain itu, sengketa seleksi dapat dilakukan dengan cara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), namun tidak timbul tanggung jawab hukum. Proses seleksi kedua
(kedua) berdasarkan UUPK adalah sebagai berikut:
1. Pengadilan
Konsumen yang membeli atau menerima sengketa tertentu dapat
mendefinisikannya dengan cara yang berbeda. Pilihan Tindakan Keberatan
Konsumen Berdasarkan Survei Angka Puas terhadap 45 UUPK
2. Di luar pengadilan (melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)),
gugatan konsumen dapat diselesaikan melalui BPSK. Jadi itu proses untuk
memastikan konsumen yang lebih cenderung membeli dari BPSK bisa lolos.

Namun, transaksi taruhan online tidak rentan terhadap penipuan seperti bandar
taruhan tradisional dan BPSK karena sebagian besar pelanggan lebih suka
bertaruh dengan uang tunai. Ada beberapa perbedaan antara sistem penawaran
instan dan sistem penawaran pasar dalam hal rumor, rumor, dan waktu rumor.
Pasar mengalami banyak kesulitan untuk membeli atau membeli apa yang saya
lakukan.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Tahun 1999 (Underdang UU No. 8)


mengatur perlindungan konsumen terkait dengan transaksi pembelian secara
online, termasuk keterbukaan informasi pembeli dan penjual. Pertanyaan-
pertanyaan di atas dapat dimanfaatkan untuk melakukan berbagai tugas saat
melakukan transaksi. Selain itu, UUPK meningkatkan biaya seleksi melalui
seleksi langsung atau tidak langsung (BPSK)8.

C. Simpulan

Dalam hal ini, transaksi bisnis di pasar Indonesia dilakukan melalui e-commerce.
Karena hukum tidak. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Indonesia masih memiliki undang-undang perlindungan
konsumen dan undang-undang perlindungan konsumen yang sama masih berlaku.
Akibatnya, konsumen akan merasakan tingkat kepuasan yang lebih tinggi karena
berbagai faktor lain, termasuk kemudahan dalam melakukan transaksi online
serta biaya yang lebih rendah. Plus, sebagian besar konsumen akhirnya menjadi
tidak dewasa. Ketika konsumen dan bisnis milik konsumen menghadapi masalah
selama proses transaksi, kemampuan UUPK dapat menjadi sarana utama
konsumen untuk menyelesaikan masalah tersebut. Perusahaan komersial tidak
perlu menggunakan produk yang tidak cocok untuk bisnisnya, tetapi untuk tujuan
pemilihan barang. Sejauh menyangkut peraturan perlindungan konsumen, tidak
ada bukti bahwa peraturan tersebut mengatasi kesenjangan antara konsumen dan
pelanggan yang dituju. Berbagai metode perbaikan dan modifikasi berbasis
material digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Ada dua metode
dalam proses seleksi perguruan tinggi, yaitu seleksi langsung dan seleksi tidak
langsung (BPSK).

Daftar Pustaka
[Nama pengarang dibalik, Judul kutipan ditulis miring, nama kota: nama
penerbit, tahun terbit……………….
Disperindag,ttps://disperindag.sumbarprov.go.id/details/news/
9218#:~:text=PERLINDUNGAN%20KONSUMEN%20MENURUT%20UU%20NO
%208%20TAHUN%201999,-27%20Desember%202021&text=Konsumen%20adalah
%20setiap%20orang%20yang ,lain%20dan%20tidak%20unuk%20diperdagangkan .
Diakses pada tanggal 20 Juni 2023, pukul 12.59 WIB.

Gede Nanda Radithya, I Nyoman Putu Budiartha, dan Ni Made Puspasutari Ujianti,
‘Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Barang Tiruan Pada Transaksi
ECommerce (Studi Kasus Pada Toko Stridwear.Id Bali)’, Integrasi Hukum, 3.2
(2022), 334–35

Kirana, Indra, and Rahmi Ayunda, ‘Sistem Belanja Cash On Delivery (COD) Dalam
Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen Dan Transaksi Elektronik’, Jurnal Surya
Kencana Satu : Dinamika Masalah Hukum Dan Keadilan, 13.1 (2022), 70–71
Saputra, Ardhan Ardiyanto Arikha, ‘ANALISIS UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL
BELI ONLINE MELALUI SHOPEE’, JURNAL META-YURIDIS, 5.2 (2022), 96

Silviasari, ‘PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DAN PELAKU


USAHA DALAM JUAL BELI ONLINE SECARA CASH ON DELIVERY’,
November, 2018, 1

Tomy erwanto, S.H Tomy erwanto,


https://www.balitbangham.go.id/detailpost/perlindungan-hukumkonsumen-dalam-
transaksi-e-commerce-di-marketplace-dengan-sistempembayaran-cod-com Diakses
pada tanggal 25 november 2022, pukul 11.38 WIB

]
1. Artikel Gagasan Konseptual
A. Pendahuluan
[Palatyno lynotype 12, justify, 2 spasi, paragraf pertama menjorok 1 cm,
penulisan kalimat antar paragraf dengan tanpa spasi (no before and after space).
Berisi deskripsi latar belakang masalah yang akan diteliti dengan disertai
permasalahan yang dituliskan pada paragraf terakhir bab ini].
B. Pembahasan
[Palatyno lynotype 12, justify, 2 spasi, setiap paragraf diawali dengan penulisan
menjorok 1 cm, penulisan kalimat antar paragraf dengan tanpa spasi (no before
and after space).Penulisan pembahasan secara deskriptif ilmiah, analitis dan
kritis. Uraian pembahasan disesuaikan dengan urutan permasalahan yang terdiri
dari sub bab-sub bab. Penulisan judul sub bab Palatyno lynotype, font 12, bold,
dengan menggunakan penomoran angka Arab].
C. Simpulan
[Palatyno lynotype 12, justify, 2 spasi, setiap paragraf dan diawali dengan
penulisan menjorok 1 cm. Berisi simpulan jawaban dari rumusan permasalahan.
Penulisannya disesuaikan dengan urutan permasalahan penelitian].
Daftar Pustaka
Ketentuan Umum Penulisan:
1. Font yang digunakan dalam panduan penulisan jurnal “DIKTUM” Palatyno
Lynotype, 1.5 spasi, font 12 pt.
2. Khusus untuk penulisan judul artikel menggunakan Palatyno Lynotype, 12 pt, bold,
centre, huruf capitalize each word, dan maksimal 12 kata.
3. Penulisan kutipan dipersilahkan dapat menggunakan menggunakan model footnotes
atau bodynote dengan style APA.
RENCANA TAMBAHAN
Ketentuan Penulisan Kutipan dan Sumbernya:
Kutipan langsung
Kutipan tidak melebihi 4 baris : [Palatyno lynotype 12, justify, 2 spasi, penulisan
mengikuti teks, diawali dan diakhiri dengan tanda (“..”)].
Kutipan melebihi 4 baris: [Palatyno lynotype 12, justify, 1 spasi, penulisan kutipan
dimulai setelah 7 ketukan dari batas tepi kiri].
Kutipan tidak langsung
[Palatyno lynotype 12, justify, 2 spasi, penulisan kutipan mengikuti teks].

Sumber kutipan
[Palatyno lynotype 12, body note, gaya American Pscychological Association 6th
Edition]: <nama akhir penulis>, <tahun penerbitan>.
Contoh Penulisan: (Irianto, 2006) ; (Purdy,Kenter,Hardley & Kinch, 2015).

Ketentuan Penulisan Daftar Pustaka:


[Penulisan daftar pustaka menggunakan gaya American Pscychological Association 6th
Edition. Penulisandaftarpustakadikelompokkansesuaidenganjenisreferensi].

1. Penulis 1 orang dalam buku


<Nama belakang>, <singkatan nama depan>. <tahun penerbitan dalam tanda
kurung> . <Judul buku (italic)>. <tempat penerbitan: nama penerbit>.
Contoh:
Rahardjo, S. (2006). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

2. Penulis terdiri dari 2 orang dalam buku


<Nama belakang>, <nama depan penulis pertama>., &<nama belakang>, <nama
depan penulis kedua> . <tahun penerbitan dalam tanda kurung> . <Judul buku
(italic)>. <tempat penerbitan: nama penerbit>.
Contoh:
Kusnardi Muhammad., & Saragih, B. (1994). Susunan Pembagian Kekuasaan
Menurut Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

3. Penulis dari kelompok atau lembaga tertentu


<Nama kelompok/lembaga> . <tahun penerbitan dalam tanda kurung> . <Judul buku
(italic)> . <tempat penerbitan: nama penerbit>.
Contoh:
Bank Indonesia. (2016). Optimizing Macroprudential Policy to Support the Financial
Stability. Jakarta: Bank Indonesia.

4. Artikel dalam Jurnal


<nama belakang> , <singkatan nama depan penulis> . <tahun penerbitan dalam tanda
kurung> . <judul artikel> . <judul jurnal dengan huruf miring(italic)>, < Vol. nomor
(italic) (nomor penerbitan dan atau issue: nomor , bulan) , <nomor halaman disingkat
pp. , p>.
Contoh:
Saraswati, R. (2014). Arah Politik Hukum Pengaturan Desa ke Depan (Ius
Constituendum). Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Vol.43(No.3), pp.313-321.
Samekto, A. (2010). Pembangunan Berkelanjutan dalam Tatanan Sosial yang
Berubah. Jurnal Hukum Progresif, Vol.1(Issue:2), p.15.
Hayat. (2014). Korelasi Pemilu Serentak Dengan Multi Partai Sebagai Penguatan
Sistem Presidensiil. Jurnal Konstitusi, Vol.11(No.3, September), pp.461-469, p.271.

5. Artikel dalam Prosiding


<nama belakang>, <singkatan nama depan penulis> . <tahun penerbitan dalam tanda
kurung> . <Judul artikel> . <nama prosiding dalam huruf miring (italic)>, <tempat
pelaksanaan: nama penerbit (jika ada)>, <halaman dalam tanda kurung> . <tempat
penerbitan : penerbit>.
Contoh:
Hidayat, A. (2012). Negara Hukum Pancasila (Suatu Model Ideal Penyelenggaraan
Negara Hukum). In Prosiding Konggres Pancasila IV:Strategi Pelembagaan Nilai-
Nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia (pp.56–65).
Yogyakarta: PSP Press Universitas Gadjah Mada.
Harkes, I. (1999). An Institutional Analysis of Sasi Laut, a Fisheries Management
System in Indonesia. In Proceedings of the International Workshop on Fisheries Co-
Management (pp. 1–9). Netherlands: ICLARM.

6. Artikel sebagai bagian dari Buku


<nama belakang>, <singkatan nama depan penulis> . <tahun penerbitan dalam tanda
kurung> . <Judul artikel> . <nama editor (jika ada)> , <Judul buku ditulis dalam huruf
miring (italic)><halaman dengan menggunakan p. atau pp. dalam tanda kurung> .
<tempat penerbitan: nama penerbit>.
Contoh:
Irianto, S. (2009). Praktik Penelitian Hukum:Perspektif Sosiolegal. In Shidarta. & S.
Irianto (Eds.), Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi (pp. 297–315).
Jakarta: Yayasan Obor.

7. Artikel dalam Surat kabar (newspaper)


<nama belakang> , <singkatan nama depan penulis> . <dalam tanda kurung ditulis
tahun penerbitan> , <bulan tanggal> . <Judul artikel> . <nama surat kabar ditulis
miring (italic)>.
Contoh:
Sukirno. (2014, Januari 16). Diskriminasi Masyarakat Adat. Harian Kompas.
Surbakti, R. (2016, September 22). Sistem Pemilu dan Konsekuensi. Harian Kompas.

8. Tesis atau Disertasi


<nama belakang penulis> , <singkatan nama depan> . <tahun dalam tanda kurung> .
<Judul tesis atau disertasi cetak miring (italic)> . <nama universitas>.
Contoh:
Hidayat, A. (2006). Kebebasan Berserikat di Indonesia: Suatu Analisis Pengaruh
Perubahan Sistem Politik Terhadap Penafsiran Hukum. Universitas Diponegoro.
Roisah, K. (2013). Membangun Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Kekayaan
Intelektual Berbasis Kearifan Lokal (Studi Perlindungan Hukum terhadap Ekspresi
Budaya Tradisional Indonesia. Universitas Diponegoro.

9. Artikel dari Sumber online


<nama belakang penulis> , <singkatan dari nama depan> . <dalam tanda kurung
tahun> . <Judul artikel> . <Retrieved from nama website>.
Contoh:
Nurjaya, I. N. (2008). Kearifan Lokal dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Retrieved
from http://blogmanifest.wordpress.com/2008.
United Nations High Commissioner for Human Rights. (2016). Combating
Discrimination Against Indigenous Peoples. Retrieved from
http://www.ohchr.org/EN/Issues/Discrimination/Pages/discrimination_indigenous.asp
x,accesed 15th April 2016.

10. Pendahuluan atau Pengantar dalam Buku


<nama belakang> , <singkatan nama depan penulis> . <tahun dalam tanda kurung> .
<Judul tulisan> . <In judul buku> . <tempat penerbitan : nama penerbit>.
Contoh:
Ismail, N. (2016). Masih Adakah Ruang Politik Hukum Negara Bagi Implementasi
Hak Ulayat. In Perkembangan Hak Ulayat Laut di Kepulauan Kei. Semarang: Undip-
Press.

Ketentuan Pembuatan Tabel dan Gambar


Setiap tabel dan gambar yang masuk dalam artikel, diberi nomor dengan angka Arab, dan
judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan judul gambar di sebelah bawah
gambar tersebut. Jarak antara nomor dan judul dengan tabel, 1 (satu) spasi. Tabel dan
Gambar diletakkan di dalam kelompok teks sesudah tabel atau gambar tersebut dirujuk.
Gambar-gambar dalam artikel harus dipastikan dapat tercetak dengan jelas (ukuran font,
resolusi dan ukuran garis harus yakin tercetak jelas). Gambar dan tabel dan
diagram/skema sebaiknya diletakkan sesuai kolom diantara kelompok teks atau jika
terlalu besar diletakkan di bagian tengah halaman. Pembuatan tabel tidak boleh
mengandung garis-garis vertikal, sedangkan garis-garis horisontal diperbolehkan tetapi
hanya yang penting-penting saja.
Contoh :

Tabel 1. Kewenangan Hakim

KolomJudul/nama Kolom A (t) Kolom B (T)

1 2

3 4

5 6

You might also like