You are on page 1of 11

EFEKTIFITAS DEREGULASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DALAM

MENDUKUNG PENYEDIAAN PERUMAHAN BAGI MASYARAKAT


BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA MEDAN DAN MAKASSAR

EFFECTIVENESS OF DEREGULATION OF BUILDING PERMIT IN SUPPORTING


PROVISION OF HOUSING FOR LOW-INCOME COMMUNITIES
IN MEDAN AND MAKASSAR
Nino Heri Setyoadi
Balai Litbang Penerapan Teknologi Permukiman
Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi Balitbang PUPR
ninososekkim@hotmail.com

Tanggal diterima : 13 Agustus 2018 ; Tanggal disetujui : 28 November 2018

ABSTRACT
Provison of housing for low income community in Sejuta Rumah Programme constrained by licensing administration. The
government deregulated licensing through the Regulation of the Minister of Public Works and Housing Number 05 / PRT / M
/ 2016 concerning Building Permit (IMB). Conditions in the field indicate that deregulation cannot run optimally. This paper
aims to evaluate the effectiveness of IMB licensing deregulation in supporting the provision of housing for low income
communities in Medan and Makassar cities. The method used is qualitative descriptive. Data collection used interviews with
local policy makers, IMB organizers, and housing developer associations, field observations of the IMB process and
documentation of secondary data. The results of the analysis show that the implementation of IMB licensing deregulation in
both cities has not been effective. The first factor that influences is in the form of regulations in areas that are not in
accordance with the provisions of PUPR Regulation No. 05 / PRT / M / 2016 both in terms of IMB requirements, mechanisms
and procedures. The second factor is the absence of a field review stage in the PUPR Permen No. 05 / PRT / M / 2016 without
risk mitigation. The third factor is that IMB licensing providers are still burdened with interests outside the matters of
building reliability and spatial suitability. In order to increase the effectiveness of the IMB deregulation, it is necessary to
eliminate the latest proof of land and building tax (PBB) requirements and target regional retribution. In addition, it is
necessary to issue a regulation at the level of a Government Regulation to protect local officials as a risk mitigation to
eliminate the stages of field review.

Keywords : building permit, deregulation, effectiveness, and low income communities

ABSTRAK
Penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui program sejuta rumah terkendala oleh
perizinan di daerah. Untuk mengatasi kendala tersebut, pemerintah melakukan deregulasi perizinan melalui Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2016 tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung
(IMB). Kondisi dilapangan menunjukkan deregulasi tersebut tidak dapat berjalan optimal. Tulisan ini bertujuan
mengevaluasi efektifitas deregulasi perizinan IMB dalam mendukung penyediaan rumah bagi MBR di kota Medan dan
Makassar. Metode yang digunakan dekriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan pengambil
kebijakan daerah, instansi penyelenggara IMB, dan asosiasi pengembang perumahan, pengamatan lapangan proses IMB dan
dokumentasi data sekunder. Hasil analisis menunjukkan implementasi deregulasi perizinan IMB dikedua kota belum efektif.
Faktor pertama yang mempengaruhi berupa regulasi di daerah yang belum sesuai dengan ketentuan Permen PUPR No.
05/PRT/M/2016 baik dalam aspek persyaratan IMB, mekanisme, dan prosedur didalamnya. Faktor kedua berupa ketiadaan
tahapan peninjauan lapangan dalam Permen PUPR No. 05/PRT/M/2016 yang belum ada mitigasi resikonya. Faktor ketiga,
penyelenggara perizinan IMB masih dibebani dengan kepentigan diluar urusan keandalan bangunan dan kesesuaian tata
ruang. Untuk meningkatkan efektifitas deregulasi IMB maka harus dilakukan penghapusan syarat bukti pajak bumi
bangunan (PBB) terakhir dan target retribusi daerah. Selain itu perlu di keluarkan regulasi setingkat Peraturan Pemerintah
untuk melindungi pejabat daerah sebagai mitigasi resiko dihilangkannya tahapan peninjauan lapangan.

Kata Kunci : izin mendirikan bangunan, deregulasi, efektifitas, dan masyarakat berpenghasilan rendah

120
PENDAHULUAN Nomor 05/PRT/M/2016 tentang Izin Mendirikan
Program sejuta rumah merupakan Bangunan Gedung. IMB merupakan perizinan
kebijakan Pemerintah untuk mewujudkan yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kebutuhan akan hunian, khususnya bagi
semua jenis bangunan gedung kecuali bangunan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), yaitu
masyarakat yang berpenghasilan per bulan 2,5 - 4 gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada
juta rupiah. Program sejuta rumah ini pemilik bangunan gedung untuk membangun
dilatarbelakangi oleh dua hal, yang pertama baru, mengubah, memperluas, mengurangi,
adalah rendahnya daya beli masyarakat dan/atau merawat bangunan gedung sesuai
berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki dengan persyaratan administratif dan persyaratan
rumah subsidi melalui KPR. Kedua, kurang teknis yang berlaku.
kondusifnya regulasi yang terkait dengan
Dalam peraturan ini, target penyelesaian IMB
pertanahan dan perizinan yang memberatkan
pelaksanaan pembangunan perumahan paling cepat 3 (tiga) hari untuk bangunan gedung
khususnya bagi MBR. sederhana 1 lantai dan paling lama 30 (tiga puluh)
Permasalahan perizinan merupakan salah hari untuk bangunan gedung tidak sederhana
satu hambatan krusial yang mempengaruhi untuk kepentingan umum dan bangunan gedung
pelaksanaan program sejuta rumah selain khusus dengan ketinggian lebih dari 8 lantai.
masalah penyediaan tanah, pembiayaan, Berbagai ketentuan terkait persyaratan, tahapan,
penyediaan prasarana dan sarana serta
mekanisme dan prosedur IMB disederhanakan.
kelembagaan perumahan. Terdapat 33 izin atau
syarat yang perlu diurus untuk membangun Kondisi dilapangan menunjukkan, bahwa
rumah. Berdasarkan perhitungan Kemenko perijinan di daerah-daerah masih menjadi kendala
Perekonomian, penyelesaian perizinan klasik yang menghambat penyediaan perumahan
pembangunan perumahan memerlukan waktu bagi MBR. Dengan demikian timbul pertanyaan
753 hingga 916 hari dengan biaya sebesar Rp. 3,5 terkait efektifitas deregulasi IMB. Tulisan ini
Milyar rupiah untuk perumahan dalam kawasan bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas
seluas 5 Ha. implementasi deregulasi penyelenggaraan IMB
Pada bulan Agustus 2016, Pemerintah dalam mendukung penyediaan rumah bagi MBR.
merilis paket kebijakan ekonomi ke-13 yang Dengan menjawab tujuan tersebut diharapkan
isinya menitikberatkan pada percepatan dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan guna
penyediaan rumah untuk masyarakat meningkatkan efektifitas deregulasi perijinan IMB
berpenghasilan rendah (MBR). Melalui paket di daerah.
kebijakan ini, pemerintah telah menyederhanakan
regulasi sekaligus menekan pajak bagi KAJIAN PUSTAKA
pengembang kawasan perumahan. Permen PUPR No. 05/PRT/M/2016
Penyederhanaan regulasi tersebut terkait dengan Untuk mengurus IMB sesuai Peraturan
penghapusan dan pemangkasan izin yang Menteri PUPR 05/PRT/M/2016 terdapat
sebelumnya pengembang harus melewati 33 beberapa persyaratan administrasi dan teknis
tahapan perizinan, kini pengembang hanya perlu yang harus dipenuhi. Persyaratan administrasi
melewati 11 tahapan perizinan. yang di harus dipenuhi oleh semua kategori
Khusus untuk perizinan Izin Mendirikan pemohon baik perorangan, badan usaha, dan
badan hukum meliputi data pemohon, data tanah
Bangunan (IMB), Kementerian Pekerjaan Umum
serta dokumen dan surat terkait. Adapun
dan Perumahan Rakyat telah melakukan perincian ketiga data dan dokumen tersebut dapat
deregulasi perizinan IMB melalui Peraturan dilihat pada tabel 1 :
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

121
Tabel 1. Persyaratan administrasi dan teknis IMB
Data Pemohon Data tanah Dokumen dan surat terkait Syarat teknis
1. Formulir data 4. Surat bukti status 7. Fotocopy Keterangan 11. Data umum
pemohon hak atas tanah Rencana Kabupaten/Kota bangunan gedung
2. Identitas pemohon 5. Data kondisi dan (KRK) 12. Dokumen rencana
(KTP atau lainnya) situasi tanah 8. Surat pernyataan teknis (arsitektur,
3. Surat kuasa pemilik 6. Surat pernyataan mengikuti KRK struktur dan
bangunan (apabila tidak dalam 9. Surat pernyataan utilitas)
pemohon bukan status sengketa menggunakan
pemilik bangunan) tanah persyaratan pokok tahan
gempa
10. Surat pernyataan
menggunakan desain
prototype
Sumber : Permen PUPR 05/PRT/M/2016
Berdasarkan persyaratan administrasi berupa advice planning. Secara normatif, Advice
tersebut, terdapat prasyarat yang harus di Planning atau Keterangan Rencana Kota sesuai
tuntaskan sebelum pemohon melakukan dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005
pendaftaran IMB ke PTSP. Prasyarat yang tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun
dimaksud adalah tanah yang akan di jadikan 2002 tentang Bangunan Gedung memberikan
lokasi pembangunan tidak dalam status sengketa. arahan tentang fungsi bangunan, koefisien dasar
Surat pernyataan tidak sengketa yang disyaratkan bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan
dalam Permen ini berasal dari pemilik tanah. (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), garis
Surat ini merupakan jaminan dari pemilik tanah sempadan bangunan, jaringan utilitas kota dan
yang sah bahwa tidak ada pertentangan dari pihak keterangan lainnya sebagai salah satu prasyarat
manapun terkait status tanah dan dalam memperoleh izin mendirikan bangunan
pemanfaatannya. Dalam surat ini, terdapat klausul (IMB).
apabila ternyata di kemudian hari terjadi sengketa Pada lampiran III Permen PUPR No.
tanah, maka pemohon IMB harus menyetujui 05/PRT/M/2016 dijelaskan tahapan
pembatalan IMB tanpa menuntut pengembalian penyelenggaraan IMB sesuai dengan jenis
seluruh biaya pengurusan IMB. Selain itu apabila bangunan gedung. Untuk bangunan gedung
pemerintah daerah sewaktu-waktu menetapkan sederhana 1 lantai, tahapan penyelenggaraan
peraturan dan ketentuan berkenaan dengan tata terdiri dari proses pra permohonan IMB,
ruang yang berlaku seperti pelaksanaan rencana permohonan IMB dan penerbitan IMB. Proses pra
jalan, penerbitan garis sempadan, jalur permohonan di isi dengan kegiatan permohonan
hijau/ruang terbuka hijau, dan sebagainya maka KRK dan penyerahan surat pernyataan untuk
pembuat pernyataan harus bersedia membongkar mengikuti ketentuan KRK oleh pemohon kepada
sendiri bangunan/bagian bangunan yang terkena PTSP atau dinas teknis. PTSP atau dinas teknis
dan meyesuaikan penggunaan bangunan terhadap menyampaikan informasi persyaratan teknis dan
ketentuan peruntukkan yang diberlakukan. administratif serta informasi KRK kepada
Prasyarat berikutnya berupa KRK yang pemohon. Dengan informasi tersebut, pemohon
diperoleh dari SKPD terkait, seperti dari Dinas diharapkan segera menyiapkan segala dokumen
Tata Ruang dan Bangunan atau sejenisnya. KRK persyaratan secara benar dan lengkap. Secara
merupakan informasi tentang persyaratan skematis, bagan alir tahapan penyelenggaraan
bangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh IMB sesuai Permen PUPR No. 05/PRT/M/2016
Pemerintah Kabupaten/kota pada lokasi tertentu. adalah sebagai berikut.
KRK ini diperoleh pada perizinan tata ruang

122
Gambar 1. Tahapan IMB gedung sederhana 1 lantai
Sumber : Kementerian PUPR, 2016 (lampiran III Permen PUPR No. 05/PRT/M/2016)

Pelayanan IMB harus direncanakan secara komprehensif dan


Kajian mengenai pelayanan IMB di berbagai detail sehingga benar-benar menghasilkan
daerah sudah banyak dilakukan dengan berbagai kualitas pelayanan yang memudahkan
sudut pandang seperti kualitas pelayanan, inovasi penyelenggara layanan dan penerima manfaat
pelayanan, sistem informasi, dampak pelayanan pelayanan IMB (Albaar dan Achmad, 2013).
dan respon serta partisipasi masyarakat. Berbeda Dampak inovasi pelayanan IMB di kabupaten
dengan kajian-kajian yang lain, sebagai suatu Lamongan telah meningkatkan respon
kebaruan, tulisan ini lebih fokus pada potensi dan masyarakat dengan meningkatnya jumlah
resiko setiap aspek dalam pelayanan IMB seperti pemohon IMB secara signifikan. Meningkatnya
persyaratan, mekanisme dan prosedur, waktu dan respon masyarakat disebabkan oleh membaiknya
biaya. Setiap upaya untuk meningkatkan sejumlah atribut inovasi pelayanan meliputi
efektifitas pelayanan sebagai contoh kemudahan keunggulan komparatif, kesesuaian, kemudahan
persyaratan selain berdampak positif, tentu dan pengamatan yang dapat diobservasi
mengandung resiko tertentu yang harus perubahannya oleh masyarakat (Besthari, 2015).
diantisipasi. Sudirman dan Farid (2016) mengkaji aspek
Mustagfiri dan Susiloadi (2017) menyatakan penerimaan dan pemahaman masyarakat
kualitas pelayanan IMB di kota Surakarta dari terhadap informasi IMB di Kabupaten Maros.
indikator reliability, responsiveness, assurance dan Penerimaan dan pemahaman masyarakat
empati sudah berkualitas. Untuk meningkatkan terhadap informasi IMB cukup baik, namun belum
kualitas pelayanan yang harus di perbaiki pada mampu mendorong perilaku tertib masyarakat
indikator tangibles (bukti fisik) berupa untuk mematuhi ketentuan IMB. Partisipasi
peningkatan sarana ruang tunggu pelayanan. masyarakat dalam bentuk pengamatan,
Inovasi pelayanan IMB dilakukan oleh pemerintah penyampaian masukan, dan pengaduan pelayanan
kota Surabaya melalui IMB Delivery berupa IMB di kota Semarang kurang baik. Hal ini
layanan antar pengurusan IMB langsung ke rumah disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran
pemohon tanpa dipungut biaya. Menurut Octavia masyarakat terhadap tujuan dan manfaat IMB.
dan Meirinawati (2018) inovasi yang dilakukan Selain itu pemerintah kota Semarang kurang
oleh pemerintah kota Surabaya harus cermat dalam menerbitkan IMB dimana masih
ditingkatkan dengan melakukan pembenahan terdapat kesalahan-kesalahan gambar
pada manajemen organisasi dan manajemen (Aruminingtyas, 2014).
resiko. Terkait dengan rendahnya kesadaran masyarakat
Perkembangan teknologi informasi yang sangat untuk mengurus IMB berkaitan dengan kurangnya
pesat dapat menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat IMB.
kualitas pelayanan IMB. Pemanfaatan teknologi ini Manfaat IMB adalah untuk mengesahkan
123
kepemilikan hak atas bangunan sebagai syarat persyaratan dengan tujuan IMB. Dari aspek
transaksi. Selain itu apabila bangunan terkena kualitas pelayanan di rumuskan dalam indikator
dampak pembangunan seperti jalan, bukti kemudahan persyaratan, kesederhanaan SOP,
kepemilikan IMB menjadi kekuatan untuk kesesuaian waktu dan biaya.
menuntut ganti rugi sesuai dengan peraturan yang
berlaku (Damanik, et.al, 2016). METODE PENELITIAN
Kajian terhadap deregulasi perijinan daerah Dengan mempertimbangkan tujuan yang telah
meliputi empat aspek yang saling terkait satu ditetapkan, metode yang digunakan adalah
dengan lainnya. Deregulasi atau penyederhanaan dengan metode deskriptif kualitatif. Pemilihan
perizinan meliputi penyederhanaan dalam hal metode kualitatif dilandasi oleh alasan bahwa
jenis perizinan, persyaratan memperoleh ijin, dalam memahami berbagai aspek terkait
proses penerbitan ijin dan pengendalian biaya perizinan, yang meliputi persyaratan, mekanisme
pengurusan ijin (KPPOD, 2016). dan prosedur serta kelembagaan perizinan
Dalam konteks pengendalian biaya perijinan membutuhkan deskripsi secara eksplanatif.
berperan penting guna meningkatkan daya beli Penjelasan deskriptif eksplanatif akan secara
MBR dalam pembangunan perumahan. Daya beli efektif memberikan pemahaman terhadap
MBR yang rendah membuat mereka lebih memilih berbagai ketentuan perizinan IMB, proses
tinggal di hunian seadanya yang cenderung tidak implementasi, dampaknya dan pilihan-pilihan
layak huni atau menyewa rumah (Hutapea dan solusi yang dapat direkomendasikan sebagai
Suwandono, 2014). suatu kebijakan.
Berdasarkan kajian pustaka tersebut dapat di Pada setiap aspek yang di evaluasi terdapat
ambil beberapa variabel dan indikator penting variabel dan indikator yang digunakan dalam
yang berguna dalam melihat implementasi proses pengambilan data maupun proses analisis
deregulasi perijinan IMB. Terkait dengan data. Adapun variabel dan indikator yang
informasi IMB dipilih indikator kejelasan digunakan, metode pengumpulan data dan
persyaratan dan prosedur IMB serta relevansi analisis data yang digunakan meliputi :

Tabel 2. Metode penelitian


Variabel Indikator Pengumpulan Data Analisis Data
Prakondisi dan  Kemudahan persyaratan  Dokumentasi Deskriptif kualitatif
Persyaratan  Relevansi persyaratan peraturan daerah
terkait IMB
 Wawancara mendalam
Mekanisme dan  Kesederhanaan SOP IMB  Dokumentasi SOP IMB Deskriptif kualitatif
prosedur  Kejelasan prosedur IMB  Pengamatan lapangan
 Wawancara
Waktu dan Biaya  Waktu yang di butuhkan  Dokumentasi Deskriptif kualitatif
 Biaya retribusi IMB peraturan SOP IMB
 Target waktu deregulasi  Pengamatan lapangan
IMB  Wawancara
Sumber : BLPT Permukiman, 2016 (Laporan Penelitian)
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan perizinan dan kualitas pelayanan. Pengamatan
menggunakan teknik dokumentasi data sekunder, dilakukan di kantor dinas Dinas Tata Ruang dan
pengamatan lapangan dan wawancara mendalam. Tata Bangunan (DTRTB) dan BPN Kota Medan,
Dokumentasi data sekunder yang dilakukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
meliputi ; peraturan daerah tentang Satu Pintu (DPMPTSP) kota Makassar dan Dinas
penyelenggaraan IMB, tata ruang, dan pertanahan, Tata Ruang dan Bangunan (DTRB) kota Makassar.
peraturan Walikota terkait tata cara perizinan Wawancara mendalam dilakukan dengan berbagai
IMB, dan SOP IMB. Pengamatan lapangan yang pemangku kepentingan penyelenggaraan IMB
dilakukan untuk mendapatkan gambaran proses meliputi unsur pengambil kebijakan, instansi
penyelenggaraan IMB khususnya dari tahapan pelaksana perizinan, dan asosiasi pengembang
124
perumahan, dan di kedua kota meliputi ; DTRTB dan kepemilikan tanah dan gambar rencana
kota Medan, DPMPTSP dan DTRB kota Makassar, peruntukkan. Selain itu terdapat syarat-syarat
REI Provinsi Sumatera Utara, ASPERSI cabang seperti fotocopy pajak terutang atau lunas PBB
kota Medan, dan ASPERSI cabang kota Makassar. tahun berjalan, surat tidak keberatan dari
tetangga, dan sebagainya. Adapun persyaratan
HASIL DAN PEMBAHASAN administratif IMB di kota Medan dan Makassar
Prakondisi dan persyaratan dapat dilihat pada tabel 3.

Persyaratan administrasi di kota Medan dan


Makassar memuat identitas pemohon, data status

Tabel 3. Persyaratan administrasi Medan dan Makassar


Persyaratan Adminitrasi IMB
Medan Makassar
1. Fotocopy KTP 1. Foto copy KTP pemohon yang berlaku;
2. Fotocopy pajak terutang & bukti pelunasan PBB 2. Foto copy surat bukti pemilikan atau
3. Surat kepemilikan tanah (sertifikat, akta penguasaan tanah;
kepemilikan tanah, surat tidak saling sengketa 3. Surat pernyataan pemohon bahwa lokasi
dari Kelurahan, rekomendasi bank untuk tanah atau tanah tidak dalam keadaan sengketa
yang sedang diagunkan) dan diketahui Lurah dan Camat setempat;
4. Rekomendasi instansi terkait rumah ibadah, 4. Gambar rencana bangunan dan perhitungan
pemakaman, SPBU, fasum & fasos konstruksi 5 (lima) rangkap dengan
5. Izin dari warga yang berbatasan bagi rumah melampirkan Surat Izin Perencana Bangunan
ibadah, pemakaman, SPBU, fasum & fasos (SIPB);
6. Fotocopy akte perusahaan atau instansi yang di 5. Pas foto ukuran 3×4 cm sebanyak 2 lembar.
legalisasi
7. Gambar keterangan rencana peruntukan untuk
bangunan pagar
Sumber : DTRTB Kota Medan dan Makassar, 2016
Pada tabel 2 jika dilihat dari aspek kemudahan tergantung dari kecepatan pelayanan di kantor
persyaratan, terdapat beberapa persyaratan kelurahan dan kecamatan.
administrasi yang tidak mudah dalam Adapun ketentuan dalam Peraturan Menteri PUPR
pemenuhannya. Untuk memperoleh persyaratan 05/PRT/M/2016 yang mensyaratkan surat
tertentu harus melalui birokrasi pemerintahan, pernyataan tidak ada sengketa tanah dari pemilik
badan hukum, dan masyarakat sekitar lokasi tanah, menyerahkan sepenuhnya pada
pembangunan. Pada kasus di kota Medan, sebagai tanggungjawab mutlak pemohon. Dalam logika
bukti bahwa lokasi tanah yang akan didirikan hukum Permen PUPR, dokumen IMB murni untuk
bangunan tidak dalam status sengketa, maka jaminan keandalan bangunan dan kesesuaian
harus ada surat pernyataan tidak ada silang dengan tata ruang, bukan merupakan bukti
sengketa yang dikeluarkan oleh Lurah. Hal yang kepemilikan tanah sehingga apabila dikemudian
sama terjadi pada kasus penyelenggaraan IMB di hari terdapat sengketa tanah maka IMB dapat
kota Makassar dimana surat pernyataan tidak dibatalkan. Segala resiko dibebankan kepada
dalam sengketa tanah harus diketahui oleh Lurah pemohon, namun konsekuensinya persyaratan
dan Camat setempat. Alasan yang diajukan oleh administrasi IMB menjadi lebih sederhana bagi
kedua pemerintah kota adalah untuk memastikan setiap pemohon.
bahwa kondisi tanpa sengketa diketahui dengan Jika dicermati dari aspek relevansi persyaratan,
sebenar-benarnya oleh pejabat pemerintah kota terdapat persyaratan administrasi yang tidak
dilevel paling bawah. Konsekuensi dari terkait langsung dengan keandalan, keselamatan,
kententuan ini, penyiapan persyaratan dan kenyamanan bangunan. Persyaratan tersebut
administrasi status tanah bisa lebih lama, berupa fotocopy surat pemberitahuan pajak
terhutang dan surat tanda terima setoran atau

125
bukti pelunasan PBB tahun terakhir di kota untuk menyertakan Keterangan Rencana Kota
Medan. Foto copy lunas PBB tahun berjalan (KRK). Padahal KRK berguna untuk memastikan
menjadi syarat administrasi yang diwajibkan lokasi pembangunan perumahan sesuai dengan
dalam IMB ini karena Pemerintah Daerah tata ruang kota.
dibebani target Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Oleh sebab itu, IMB dijadikan sebagai salah satu Mekanisme dan Prosedur
alat kontrol untuk memastikan tanah yang akan Penyelenggaraan IMB di kota Medan masih
dibangun sudah melunasi pajak tahun berjalan. mengacu pada Peraturan Daerah Kota Medan No.
Terkait relevansi persyaratan, terdapat beberapa 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan.
aspek yang belum jelas disyaratkan. Dalam Pelaksanaan Perda tersebut diatur melalui
persyaratan administrasi di kedua kota mengenai Keputusan Walikota Medan No. 34 Tahun 2002
tanah, tidak mensyaratkan para pemohon untuk tentang Pelaksanaan Perda No. 9/2002 dan
memberi data kondisi atau situasi tanah. Data Keputusan Walikota Medan No. 62 Tahun 2002
kondisi atau situasi tanah ini penting karena berisi tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan
informasi penting mengenai letak/lokasi dan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002. Adapun
topografi dari tanah yang akan dilakukan prosedur yang masih berlaku sesuai dengan bagan
pembangunan rumah. Selain itu kedua berikut :
pemerintah kota tidak mewajibkan para pemohon

Gambar 2. Prosedur IMB kota Medan


Sumber : DTRTB Kota Medan, 2016

Berdasarkan aspek kesederhanaan prosedur, pada dibantu oleh BPN kota Medan. Pada saat
tahapan pengukuran persil tanah dan pengukuran persil, pemohon harus hadir dan
perencanaan tata letak serta situasi bangunan pembuatan peta bidang/peta situasi tanah sebagai
bukan merupakan proses yang sederhana. Dalam dasar perencanaan tata letak bangungan dan
tahapan tersebut, perencanaan teknis bangunan pengembangan situasi bangunan.
oleh pemohon diletakkan didalam proses Prosedur IMB di kota Makassar di atur melalui
penerbitan IMB, bukan sebelum pemohon Peraturan Walikota Makassar No. 60 tahun 2015
mengajukan permohonan IMB (gambar teknis tentang pelaksanaan pelayanan satu pintu kota
sebagai persyaratan teknis). Tahap pengukuran Makassar. Berikut bagan alir prosedur
persil dan situasi bangunan merupakan kegiatan penyelenggraan IMB di kota Makassar.
pemeriksaan lapangan yang dilakukan DTRTB

126
Gambar 3. Prosedur IMB kota Makassar
Sumber : KPAP Kota Makassar, 2015
Pada bagan tersebut pemohon harus penyelenggaraan IMB, namun mengandung resiko
mendapatkan surat bebas sengketa tanah dari yang tidak ringan. Resiko tersebut berupa potensi
kelurahan dimana lokasi bangunan yang akan ketidakakuratan dalam perhitungan GSB dan GSP,
didirikan harus disahkan oleh pihak kecamatan ketidaktepatan dalam penilaian gambar
sebelum melakukan pendaftaran di Kantor rencana/dokumen teknis, dan potensi kesalahan
Pelayanan Administrasi Perizinan (KPAP) Kota gambar perencanaan yang disetujui hingga
Makassar. Dengan adanya prosedur tersebut, praktek pembangunan dilapangan. Apabila hal ini
rantai birokrasi untuk mengajukan permohonan terjadi, pihak pemohon tentu tidak mau
IMB lebih panjang untuk satu urusan syarat disalahkan karena semua sudah berjalan sesuai
administrasi. Selain itu Berdasarkan survey prosedur dan atas persetujuan pejabat yang
kepuasan masyarakat (SKM) yang dilakukan oleh berwenang.
Pusat Informasi dan Pengembangan PTSP
Kawasan Timur Indonesia di tahun 2016, Waktu dan Biaya
kesederhanaan prosedur IMB dikota Makassar Waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan IMB
masih menjadi catatan kelemahan yang harus dikota Medan adalah 34 hari kerja. Untuk proses
diperbaiki (PIP-PTSP, 2016). pendaftaran permohonan, penelitian
Dalam Permen PUPR No. 05/PRT/M/2016, tidak peruntukkan, penelitian perencanaan,
ada tahapan pemeriksaan lapangan. Untuk administrasi pembayaran retribusi dan
memastikan situasi dan kondisi tanah dan situasi penerbitan IMB membutuhkan waktu 16 hari
bangunan hanya berbasis pada dokumen/data kerja. Sementara untuk tahapan pengukuran
yang disampaikan oleh pemohon dengan jaminan persil dan peta situasi bangunan dikota Medan
surat pernyataan pemohon untuk mengikuti membutuhkan waktu 18 hari kerja. Proses
ketentuan KRK, menggunakan persyaratan pokok pengukuran persil dan pembuatan peta situasi
tahan gempa, menggunakan desain prototipe, memerlukan kegiatan kunjungan lapangan.
menggunakan perencana, pelaksana dan Sementara untuk perencanaan tata letak
pengawas, konstruksi bersertifikat. Ketentuan ini bangunan dan pengembangan situasi bangunan
memang menjamin kecepatan proses merupakan proses yang iterative (berulang-ulang)

127
agar rencana teknis dan peta yang dihasilkan pengendalian kegiatan usaha secara terus
sesuai dengan standar yang berlaku. menerus di lapangan, dalam keterjangkauan
Untuk mengurus IMB di kota Medan untuk sesuai tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.
pembangunan rumah tipe 36 dengan luas tanah Retribusi IMB kota Makassar dirumuskan dengan
72 m² komponen retribusi terdiri dari retribusi pendekatan perkalian luas lantai, indeks
hunian, pagar dan carport. Dengan menggunakan terintegrasi, indeks pembangunan rumah baru
aplikasi hitung retribusi secara online, retribusi dan harga satuan retribusi bangunan gedung (Rp.
hunian sebesar Rp. 478.270,-, retribusi pagar 15.750,-) ditambah biaya administrasi. Untuk
senilai Rp. 731.500,-, dan carport sebesar 41.250,-. pembangunan rumah baru dengan tipe 36 m2
Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa total sesuai pendekatan diatas, retribusi yang harus
estimasi biaya dalam izin mendirikan bangunan dibayarkan sebesar Rp. 323.190,-.
adalah Rp. 1.250.920.00,-. Jika dihitung lebih Meskipun biaya perizinan IMB pada dasarnya
lanjut lagi dengan asumsi dalam sebuah kawasan untuk membiayai proses penerbitan IMB, namun
perumahan MBR yang dikembangkan developer pemerintah daerah juga dibebani dengan target
terdapat 100 unit rumah, maka total retribusi IMB penerimaan retribusi termasuk dari IMB. Target
untuk kawasan perumahan MBR tersebut sebesar penerimaan IMB tersebut menjadi kontribusi
Rp. 125.092.000,-. terhadap pendapatan asli daerah (Irfansyah,
Dalam pengurusan IMB, Pemerintah Kota 2015). Padahal pada hakekatnya spirit dari
Makassar telah menetapkan bahwa proses perijinan adalah pengendalian. Pengendalian ini
pelayanan IMB rumah tinggal yaitu 10 (sepuluh) tidak lagi menjadi ruh utama perijinan jika dilihat
hari kerja. Sepuluh hari kerja mulai dari dari kasus-kasus pelanggaran IMB.
pendaftaran di Dinas Penanaman Modal dan Kasus pelanggaran IMB di kota Medan marak
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) sampai terjadi seperti bangunan sudah terbangun atau
dengan diterbitkannya IMB tersebut. Berdasarkan bahkan sudah beroperasi namun tidak memiliki
standar, operasional dan prosedur (SOP) yang IMB. Sebagai contoh Gedung Podomoro, RS Murni
ditetapkan Kepala DPMPTSP, dari tahap Teguh, Hotel Karibia, dan Mal Lottemart dan
pendaftaran, pemeriksaan kelengkapan berkas Apartemen 29 sedang dibangun tanpa disertai
dan penyampaian berkas kepada tim pelayanan IMB. Bangunan Center Point Medan bahkan sudah
belakang teknis dan non teknis hanya beroperasi meskipun belum memperoleh IMB.
membutuhkan waktu 44 menit. Meski demikian, Gedung Podomoro
Tahapan yang membutuhkan waktu cukup lama memenangkan perkara gugatan dengan keluarnya
berupa pemeriksaan gambar dan peninjauan kasasi di MA. Kalangan anggota DPRD kota Medan
lapangan. Hal teknis yang diperiksa berupa juga menganggap wajar jika ada bangunan yang
kesesuaian luas lahan dan bangunan dengan belum memiliki IMB sudah dibangun.
peruntukan lahan. Pada saat peninjauan lapangan Pelanggaran IMB juga terjadi di Makassar dimana
dilakukan kegiatan pemeriksaan kesesuaian Bangunan gedung baru Poltekpar belum memiliki
antara luas tanah yang ada pada surat tanah IMB namun sedang dibangun. Selain itu beberapa
(sertifikat) dengan di lapangan (lokasi) dengan café, ruko, dan toko juga belum memiliki IMB
pengukuran. Pada titik ini tim teknis melihat meskipun telah beroperasi. Pemda kota Makassar
kesesuaian syarat-syarat teknis dari bangunan telah memberikan surat teguran kepada para
yang direncanakan dengan kondisi lahan, pemilik café, ruko dan toko yang telah terbukti
persyaratan arsitektur, struktur bangunan, dan tidak mentaati aturan. Dengan contoh kasus
perlengkapan mekanikal serta elektrikal. Waktu tersebut terlihat bahwa para pemilik bangunan
yang dibutuhkan untuk peninjauan lapangan dan stakeholder seperti DPRD meremehkan IMB
hingga menghasilkan laporan peninjauan sebagai instrumen pengendalian sekaligus
lapangan (LPL) dan KPL adalah 4 hari. jaminan keamanan, kenyamanan dan keselamatan
Biaya retribusi di kota Makassar mengacu kepada bangunan. Para pemilik bangunan lebih memilih
Perda Kota Makassar No. 5 Tahun 2012 tentang terus membangun meski belum ada IMB karena
Retribusi Perizinan Tertentu. Pemungutan mereka melihat penegakkan hukum yang masih
sejumlah biaya retribusi yang dikenakan lemah dan adanya celah yang dapat diterobos.
Pemerintah Kota Makassar kepada pemohon pada Setelah melihat implementasi deregulasi IMB di
dasarnya bertujuan untuk menutup biaya Medan dan Makassar dari aspek persyaratan,
penyelenggaraan pemberian izin yang meliputi mekanisme, dan prosedur terlihat jelas bahwa
penerbitan dokumen izin, pengawasan dan tidak ada satupun yang dapat mencapai target
128
pemenuhan waktu 3 hari. Target waktu tersebut 4. Belum adanya unsur perlindungan bagi
tidak tercapai karena dari segi persyaratan pejabat yang berwenang di daerah
administrasi khususnya surat pernyataan tidak apabila akan melakukan terobosan untuk
ada sengketa lahan, resiko yang seharusnya mendukung deregulasi penyelenggaraan
dibebankan kepada pemohon dibebankan juga IMB khususnya apabila terjadi kesalahan
kepada pejabat pemerintah kota secara proses perijinan.
berjenjang. Birokrasi berjenjang ini secara umum Untuk meningkatkan efetifitas deregulasi IMB
menjadi salah satu kendala dalam mencapai target dalam mendukung penyediaan perumahan bagi
waktu yang telah ditetapkan (Jefrisen, 2016). MBR, maka direkomendasikan hal-hal sebagai
Selain itu dari aspek mekanisme dan prosedur berikut :
terdapat tahapan peninjauan lapangan untuk
pengukuran persil dan penyusunan peta situasi 1. Perijinan IMB khususnya untuk MBR
bangunan. harus dibebaskan dari urusan beban
Pengukuran persil dan penyusunan peta situasi pendapatan daerah dan pengendalian
bangunan tetap dibutuhkan untuk meminimalisir pajak. Syarat adminitrasi terkait pajak
terjadinya kesalahan perencanaan dan (bukti PBB) dihilangkan dari syarat
pembangunan rumah. Para pelaksana perizinan administrasi.
IMB di kedua kota tidak berani mengambil resiko
hukum apabila terjadi tuntutan dari pemohon atas 2. Perlunya regulasi setingkat Peraturan
kesalahan perencanaan yang sudah di legalisasi Pemerintah yang melindungi pejabat
akibat tidak adanya tahapan peninjauan lapangan. daerah yang berwenang dalam
Secara regulasi harus ada perlindungan hukum menerbitkan IMB apabila hendak
kepada pejabat didaerah yang berwenang dalam menghilangkan proses peninjauan
menandatangi persetujuan administrasi, teknis, lapangan dalam proses penerbitan IMB.
dan penerbitan IMB.
Dengan melihat kecenderungan tersebut,
penyederhanaan proses dan pengurangan waktu
semata tidak bisa dijadikan sarana efektif dalam DAFTAR PUSTAKA
deregulasi perijinan. Hal mendasar yang justru Albaar dan Achmad, 2013. Analisis Sistem
harus diperhatikan adalah bagaimana mitigasi Informasi Pelayanan Izin Mendirikan
resiko penyimpangan dalam proses perijinan. Bangunan Menggunakan Pendekatan
Framework ITPOSMO (Studi Kasus Dinas
KESIMPULAN DAN SARAN Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate),
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut Prosiding Seminar Nasional Teknologi
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini : Informasi dan Multimedia 2013 STMIK
1. Implementasi deregulasi AMIKOM Yogyakarta, 19 Januari 2013, hal
penyelenggaraan IMB belum efektif 7-12
mendukung penyediaan perumahan dan
sarana-prasarana permukiman bagi MBR. Aruminingtyas, 2014. Model Partisipasi
2. Kurang efektifnya deregulasi bersumber Masyarakat Dalam Implementasi
dari dalam Permen PUPR No. Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan
05/PRT/M/2016 berupa ketiadaan (IMB) Berdasarkan Perspektif Asas-Asas
tahapan pemeriksaan lapangan dan dari Umum Pemerintahan Yang Baik di Kota
peraturan-peraturan di daerah yang Semarang. Unnes Law Journal 3 (2) 2014:
belum sesuai dengan Permen PUPR 1-8
terbaru baik dalam ketentuan
persyaratan, mekanisme dan prosedur. Besthari, 2015. Studi Deskriptif tentang Dampak
3. Penyelenggaraan IMB di lokasi studi Inovasi Pelayanan Izin Mendirikan
dibebani dengan kepentingan diluar Bangunan dan Respon Masyarakat
urusan keandalan bangunan dan Pemilik Bangunan dalam Pengurusan Izin
kepastian hukum seperti untuk Mendirikan Bangunan di Badan
pemasukkan pendapatan daerah, Penanaman Modal dan Perijinan
pengendalian pajak, dan sebagainya. Kabupaten Lamongan. Jurnal Kebijakan

128
129
dan Manajemen Publik 3 (2) Mei-Agustus KPPOD, 2016. Penyederhanaan Perizinan Usaha di
2015 : 152-164 Daerah. Penelitian Kerjasama British
Embassy Jakarta dan KPPOD
Damanik, et.al, 2016. Kajian Yuridis Terhadap
Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Mustagfiri dan Susiloadi, 2017. Kualitas Pelayanan
Bangunan (IMB) Dalam Upaya Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan di
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dinas Penanaman Modal dan Perizinan
(PAD) Kota Semarang. Diponegoro Law Terpadu Satu Pintu Kota Surakarta, Jurnal
Journal 5 (3): 1-11 Wacana Publik 1(2): 24-32

Hutapea dan Suwandono, 2014. Perencanaan Octavia, 2018. Inovasi Pelayanan Publik Izin
Pembangunan Perumahan Baru dan Mendirikan Bangunan (IMB) Delivery di
Strategi Pengadaan Tanah Bagi Kecamatan Jambangan Kota Surabaya.
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Jurnal Publika 6 (2)
Kecamatan Banyumanik. Jurnal Ruang 2
(4): 371-380 PIP-PTSP, 2016. Laporan Survey Kepuasan
Masyarakat Pelayanan Perizinan Pada
Irfansyah, 2015. Studi Tentang Kontribusi Badan Pelayanan Terpadu dan
Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Penanaman Modal Kota Makassar tahun
Bangunan (IMB) Dalam Peningkatan 2016
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kabupaten Penajam Paser Utara. Jurnal Pemda Kota Makassar, 2015. Peraturan Walikota
Ilmu Administrasi Negara 3 (5) :1409-1422 Makassar No. 60 tahun 2015 tentang
Pelaksanaan Pelayanan Satu Pintu Kota
Jefrisen, 2016. Studi Tentang Pelayanan Makassar
Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Di
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Pemda Kota Medan, 2002. Peraturan Daerah Kota
Pintu (KP2TSP) Kabupaten Kutai Barat. Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Izin
eJournal Ilmu Pemerintahan 4 (1):555-569 Mendirikan Bangunan

Kementerian PUPR, 2016. Peraturan Menteri Sudirman dan Farid, 2016. Analisis Penerimaan
Pekerjaan Umum dan Per umahan Rakyat dan Pemahaman Masyarakat Terhadap
Nomor 05/PRT/M/2016 tentang Izin Informasi Izin Mendirikan Bangunan di
Mendirikan Bangunan Gedung Kabupaten Maros, Jurnal Komunikasi
KAREBA 5(1) Januari - Juni 2016 :104-117

128
130

You might also like