Professional Documents
Culture Documents
Sate Bandeng
Sate Bandeng
Nama Anggota :
Shalmy Nurma Melliyanti (F24180052)
Shella Putri Intan Sabak Aji (F24180067)
Laili Indah Permatasari (F24180115)
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
2 Pengikiran lid kaleng Pengikiran lid kaleng dilakukan agar lid 0:15
bisa dilepas dan double seam bisa
ditarik
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
2. Tightness Rating
Persentase dari bagian end hook yang
tidak menempel dan mengakibatkan
kerutan pada body
3. Actual Overlap
Jumlah body hook overlap dan end
hook (secondary seal)
5. Seam Gap
Jarak internal antara body kaleng
dengan penutup kaleng (end) di bagian
paling atas double seam. Jarak ini
harus dibuat seminimal mungkin
Evaluation 4.55
Evaluasi harus dilakukan terhadap
setiap sesi pembuatan
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
Link : https://www.youtube.com/watch?v=clVPodjXYxg
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
Video 5 : Working process of automatic steam air mixing retort sterilizer machine for canned
food
Link : https://www.youtube.com/watch?v=A2uDuyi6wrQ
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
Link : https://www.youtube.com/watch?v=bA1mNu_yK0k
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
Link : https://www.youtube.com/watch?v=xTA6PQtC2YA
Tabulasikan informasi yang anda jumpai pada video – video yang telah disaksikan (lihat
contoh di bawah) :
Link : https://www.youtube.com/watch?v=8KxVlqgVT-c
No Informasi Penjelasan/Keterangan Sekuen waktu
(menit ke)
Penutupan wadah kaleng dilakukan dengan alat khusus, mesin seamer. Proses
penutupan kaleng harus sempurna, karena kebocoran dapat merusak produk (Tangke et al.
2018). Setelah pegisian media, kaleng segera ditutup agar dicapai kondisi vakum dalam
kaleng. Proses penutupan kaleng dilakukan secara double seam yaitu menggabungkan
badan kaleng dan tuutp kaleng menjadi dua lipatan anatara badan dan tutup kaleng. Proses
penutupan dijalankan dengan dua operasi dasar. Operasi pertama untuk menggulung ujung
pinggir dan badan kaleng sedangkan operasi kedua untuk meratakan gulungan pada operasi
pertama.
Mesin penutup kaleng memiliki empat bagian penting yang berhubungan langsung dengan
proses penutupan, yaitu:
- Seaming chuck
Merupakan bagian yang berbentuk lempeng atau piringan bulat yang ukurannya
tepat seperti tutup kaleng (memiliki ukuran sama seperti bagian counetr sink).
Fungsi seaming chuck adalah menahan body kaleng agar tidak meleset pada operasi
penutupan oleh rol pertama dan kedua.
- Can lifter plate
Merupakan lempengan bulat yang menyangga kaleng dari bawah sehingga bagian
atas kaleng menempel pada seaming chuck dan tepat berada pada posisi operasi rol
pertama dan kedua.
- First operation seaming roll
Proses penutupan dilakukan oleh dua pasang roll yang posisinya bersilangan. Rol
pertama ada sepasang yang posisinya diagonal. Rol perama memiliki lekukan yang
lebih dalam dan lebar, berfungsi untuk membentuk kelima awal.
- Second operation seaming roll
Rol kedua berfungsi untuk menyempurnakan hasil dari rol pertama. Rol kedua ini
memiliki lekukan yang dnagkal dan sempit sehingga menghasilkan keliman ganda
yang lebih rapat (Wardana 2018).
Syarat kemasan hermetis (tahan uap dan gas) adalah kemasan yang secara sempurna tidak
dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak
dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu (Sucipto et al. 2017).
2. Teknis dan cara evaluasi terhadap kesempurnaan double seam untuk penutupan kaleng
Inspeksi Penutupan: Cacat Eksternal
Selama produksi berjalan, pengamatan untuk cacat eksternal kemasan seharusnya
dilakukan secara rutin pada interval dengan frekuensi yang cukup untuk memastikan
penutupan, operator, pengawas penutupan, atau personel lain yang kompeten
seharusnya memeriksa seambagian atas dari kaleng yang dipilih secara acak dari
setiap seaming head, atau penutup dari tipe kemasan lain yang digunakan. Catatan
pengamatan seharusnya dibuat. Inspeksi penutupan visual tambahan seharusnya
dilakukan jika terjadi penumpukan kaleng pada mesin penutup, setelah pengaturan
mesin penutup, atau setelah menghidupkan kembali mesin yang tidak digunakan
dalam waktu lama. Seam samping seharusnya diperiksa secara visual untuk cacat
atau kebocoran produk.
Seluruh pengamatan seharusnya dicatat. Ketika ditemukan ketidaksesuaian,
tindakan koreksi seharusnya dilakukan dan dicatat.
Inspeksi dan Pembongkaran Seam Ganda
Selain pengamatan reguler untuk cacat eksternal kemasan dengan pemeriksaan
visual, inspeksi dengan pembongkaran seharusnya dilakukan oleh individu yang
berkompeten dan hasilnya dicatat pada frekuensi yang cukup untuk setiap lokasi
seaming untuk memastikan pemeliharaan integritas seam. Pada kasus reformed can,
kedua double seam seharusnya diamati dan diperiksa. Ketika ditemukan
ketidaksesuaian, tindakan koreksi yang dilakukan seharusnya dicatat.
Salah satu dari kedua sistem berikut harus digunakan untuk mengevaluasi seam
kaleng: Pengukuran micrometer:
Pengukuran berikut harus dilakukan ke 0.1 mm terdekat (0.001 inch) menggunakan
micrometer yang sesuai. Sebelum membongkar double seam, dilakukan pengukuran
dan pencatatan terhadap parameter sebagai berikut:
a. Kedalaman countersink (A)
b. Lebar double seam (panjang atau tinggi) (W)
c. Ketebalan double seam (S)
Pengukuran dan evaluasi berikut harus dilakukan pada seam yang dibongkar:
a. Panjang body hook (BH)
b. Panjang cover hook (CH)
c. Ketebalan end plate (Te)
d. Ketebalan body plate (Tb)
e. Overlap (OL)
f. Tightness rating
g. Juncture rating
h. Pressure ridge (chuck impression)
Untuk evaluasi kerapatan, juncture (internal droop) dan pressure ridge, referensi
yang diberikan di atas harus dikonsultasikan. Untuk kaleng berbentuk lingkaran,
pengukuran-pengukuran di atas harus dibuat pada minimal tiga titik yang terpisah
kira-kira 120° di sekitar double seam, (diluar titik juncture dengan side seam). Free
space dan body hook butting juga merupakan pengukuran yang berguna dalam
evaluasi kualitas double seam.
Pengukuran optis: panjang body dan cover hook dapat terlihat langsung pada titik
persilangan double seam. Dimensi yang tidak dapat diukur secara optis dapat diukur
dengan micrometer. Keriput dan tanda visual lainnya dapat diamati dengan melucuti
coverhook.
Inspeksi Segel Panas
Inspeksi dan uji visual yang sesuai seharusnya dilakukan setiap hari oleh personel
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman pada interval yang frekuensinya cukup
untuk menjamin kondisi penyegelan yang hermetis, handal, dan konsisten.
Seharusnya dilakukan pencatatan terhadap pengujian dan tindakan koreksi yang
dibutuhkan.
Kekuatan segel panas dapat berkurang pada suhu tinggi dalam retort, maka penting
bagi segel tersebut untuk memiliki kekuatan yang seragam sebelum memasuki retort.
Kebocoran kecil atau segel yang tidak sempurna dapat berpotensi terhadap
hilangnya integritas kemasan dapat diperparah dengan beban fisik selama proses
retort dan memungkinkan kontaminasi mikrobiologi setelah proses panas. Inspeksi
seharusnya mencakup beberapa uji fisik terkait keseragaman kekuatan segel panas.
Ada beberapa cara untuk mengecek integritas segel, misalnya, uji burst-pressure dan
pengukuran ketebalan segel. Metode yang sesuai seharusnya didapat dari produsen
bahan kemasan.
Parameter kualitas pada inspeksi segel panaspada kemasan retortable pouch antara
lain pengujian gaya tarik (Newton) sesaat setelah produk disegel panas dan secara
periodik dilakukan pengukuran terhadap rasio transmisi oksigen (OTR) dan atau
visible light transmition (untuk flexible pouch tanpa lapisan alumunium foil) sehingga
produk terlindung dari kontaminasi dan atau penurunan kualitas selama proses
penyimpanan.
(BPOM-RI 2016)
3. Jenis – jenis cacat double seam dan apa penyebabnya
- Cut Over.
Penyebab : tutup pada sisi double seam sobek karena seam terlalu tajam
- False Seam
Penyebab : body dan cover (tutup) tidak saling terkait
- Sharp seam
Penyebab : Terdapat bagian tajam pada permukaan
- Droop.
Penyebab : Terdapat penyok yang menyebabkan tonjolan halus dan panjang yang
mengarah kearah body kaleng
- Vee
Penyebab : Bagian bawah seam terdapat defect yang menyerupai huruf “V”
- Bad lip
Penyebab : kondisi dimana pada bagian tertentu antara body kaleng dan tutup tidak
saling terkait sehingga secara visual akan terlihat seperti lipatan ganda
- Wringkle
Penyebab : kondisi terdapat gelombang pada seam karena adanya tekanan yang terlalu
keras pada seam
- Puncture
Penyebab : kondisi dimana pada body kaleng terdapat lubang kecil.
- Can code
Penyebab : kondisi dimana can code terlalu tajam atau terlalu tipis. Can code yang
terlalu tajam dapat menyebabkan kebocoran
4. Tata cara pengoperasian steam retort agar proses sterilisasi berjalan sempurna
Proses sterilisasi terbagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut dengan fase
pemanasan yaitu suhu autoklaf ditingkatkan dari suhu ambien menuju suhu sterilisasi yang
dibutuhkan. Fase kedua merupakan holding phasing dimana suhu akan dipertahankan untuk
waktu yang telah ditentukan. Fase tiga disebut fase pendinginan yaitu suhu di kaleng akan
berkurang dengan bantuan air dingin di dalam autoklaf (Hendriaswari 2017).
Berdasarkan Hendriaswari (2017) dan video yang telah ditonton, tata cara pengoperasian
steam retort adalah :
- Sebelum dimasukkan, setiap keranjang diberi label yang juga berfungsi sebagai
indikator sterilisasi.
- Kaleng-kaleng yang akan di sterilisasi dimasukkan ke dalam retort dan ditutup rapat.
- langkah awal untuk masuk ke fase pertama yaitu fase pemanasan, kertas
thermometer recording dipasang dan disesuaikan dengan waktu pada jam dinding
atau jam tangan. Kegunaan thermometer recording untuk mengetahui suhu saat
tahap venting dilakukan.
- Uap diinjeksikan dari bagian bawah retort pada suhu 100 οC dengan tekanan 0 Pa
untuk memulai tahap venting. Tahap venting berguna untuk mencapai suhu yang
digunakan untuk sterilisasi.
- Proses venting dipengaruhi oleh stabilitas tekanan uap panas dari boiler. Ketika suhu
dicapai, pipa venting dan kran pembuangan uap ditutup sehingga suhu naik hingga
suhu proses sterilisasi (Come Up Time). Suhu dan tekanan standar dipertahankan
dengan mengatur kran uap selama waktu standar.
- Proses steriliasi. Proses ini juga disebut dengan holding phasing dimana suhu
dipertahankan selama waktu yang ditentukan.
- Tahap pendinginan kaleng dilakukan. Pendinginan diawali dengan menutup kran uap
dan kran blider (steam off). Tekanan dapat diatur dengan membuka tutup kran
kompresor angin. Tekanan dalam retort sama dengan tekanan proses sterilisasi.
Penyemprota air dengan membuka kran air. Pendinginan dilakukan hingga suhu 45oC
- 50oC.
- Water off, pembukaan katup drain untuk membuang sisa air pendingin
- Selanjutnya retort dibuka dan keranjang-keranjang dikeluarkan.
5. Proses pengalengan komoditi berikut ini (lengkapi dengan bagan alir proses):
a. Jamur merang
Menurut SNI 01-2742-1992 tentang jamur merang dalam kaleng atau botol, jamur
merang yang dipergunakan harus yang masih segar, baik dan aman, serta sesudah dibersihkan
maupun dipangkas masih dalam keadaan baik. Berikut syarat mutu jamur merang dalam
kaleng atau botol:
Tabel 2 syarat mutu jamur merang dalam kaleng atau botol
No. Uraian Satuan Persyaratan
1. Keadaan pengemas sebelum dan
sesudah pengeraman
Normal (tidak cembung, dan
tidak berkarat atau
1.1 Kaleng
berlubang/pinhole serta
lipatan/scamnya
Normal (tertutup baik dan
1.2 Botol tidak mengandung gelembung
udara)
2. Kehampaan
mmHG atau inch
2.1 kaleng ukuran 603 x 700 Min. 102 atau 4
Hg
mmHG atau inch
2.2 kaleng ukuran 401 x 411 Min. 127 atau 5
Hg
2.3 kaleng ukuran 301 x 407 mmHG atau inch
Min. 130 atau 5.9
atau lebih kecil Hg
mmHG atau inch
2.4 botol Min. 381 atau 15
Hg
3. Rongga udara atau bagian
kaleng yang tidak terisi (head
space)
% dari tinggi
3.1 Kaleng kaleng bagian Maks. 10
dalam
3.2 Botol mm Maks. 15
4. Keadaan isi
Khas jamur merang, seragam
4.1 Warna coklat sampai coklat tua dan
bebas dari setiap warna terang
Khas jamur merang dan bebas
4.2 Aroma
dari bau asing
4.3 Tekstur Kenyal dan cukup empuk
Harus bersih dari kotoran atau
4.4 Larutan medium
endapan
4.5 Ukuran
85% ukuran yang palig
seragam harus berada di dalam
perbedaan diameter 3 mm dan
4.5.1 Keseragaman perbedaan panjang dari tudung
yang terbesar dengan tudung
terkecil tidak boleh lebih dari
6 mm
4.5.2 diameter ukuran kecil (S) mm 10-16
4.5.2 diameter ukuran medium
mm 16-22
(M)
4.5.2 diameter ukuran besar (L) mm Lebih besar dari 22
5. Cacat
5.1 Jenis utuh dengan kulit
(volva)
5.1.1 Kerusakan oleh penyakit
% jumlah Maks. 6
atau insekta
5.1.2 Potongan jamur % jumlah Maks. 30
5.1.3 Jamur pecah kulit (volva) % jumlah Maks. 20
5.1.4 Gabungan jumlah cacat % jumlah Maks. 25
5.2 Jenis utuh tanpa kulit
(volva)
5.2.1 Jamur yang patah, jamur % jumlah Maks. 5
tanpa batang, batang yang
terpisah atau potongan-
potongan batang dan jamur
yang rusak karena penyakit atau
insekta
5.2.2 Tudung yang sobek
melebihi setengah panjang % jumlah Maks. 25
tudung
5.2.3 Gabungan jumlah cacat
% jumlah Maks. 25
(5.2.1 + 5.2.2)
6. Noda Tidak boleh ada
7. Bahan asing (tanah, pasir dan
Tidak boleh ada
sebagainya)
8. Bobot tuntas % (b/b) Min. 60
9. pH medium Min. 5
10. Bilangan Mite mite/100g Maks. 75
11. Bilangan Maggot
11.1 Untuk maggot ukuran di
maggot/100g Maks. 20
bawah 2 mm
11.2 Untuk maggot ukuran 2
maggot/100g Maks. 5
mm atau lebih
12. Cemaran logam
12.1 Timbal (Pb) mg/Kg Maks. 2,0
12.2 Tembaga (Cu) mg/Kg Maks. 5,0
12.3 Seng (Zn) mg/Kg Maks. 40,0
Maks. 250,0 (untuk kemasan
kaleng)
12.4 Timah (Sn) mg/Kg
Maks. 40,0 (untuk kemasan
botol)
12.5 Raksa (Hg) mg/Kg Maks. 0,03
13. Arsen (As) mg/Kg Maks. 1,0
14. Cemaran mikroba
14.1 Bakteri aerob termofilik
Koloni/g Maks. 102
pembentuk spora
14.2 bakteri coliform APM/g <3
14.3 Clostridium perfringens negatif
Menurut Yuliana (2018), kandungan gizi yang ada pada 100 g jamur merang dapat
dilihat pada Tabel 3.
Buah Nanas
Bahan yang dikalengkan harus memenuhi syarat antara lain sudah masak, ukuran
volume maksimal dan tekstur masih keras.
Untuk semua kelas buah nenas, ketentuan minimum yang harus dipenuhi (SNI 3166:2009)
adalah :
- layak dikonsumsi;
- bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal kecuali pengembunan sesaat setelah
pemindahan dari tempat penyimpanan dingin;
- kelas super;
- kelas A;
- kelas B
- grade A (100%)
- grade B (50-75%)
- grade C (25-50%)
Beberapa ukuran buah yang digunakan dalam produksi nanas kaleng yaitu:
Dari segi bentuk potongannya, produk nanas kaleng ini memiliki 4 style :
- Slice : Slice (S) merupakan jenis potongan berbentuk irisan tipis bulat dan sudah dibuang
hatinya (core).
- Tidbit : Tidbit (TB) merupakan jenis potongan slice yang dipotongan kembali dengan
ukuran 1/4, 1/5, 1/10 dan 1/18
- Crush : Crush (CR) merupakan jenis potongan yang hancur menyerupai bubur.
Jenis media (syrup) yang digunakan dalam produk nanas kaleng ada 4 jenis :
- Natural juice : Natural juice merupakan media yang berasal dari sari-sari nanas dan
memiliki brix sebesar 11- 14 o brix.
- Light syrup : Light syrup merupakan jenis media yang berasal dari larutan gula dan
memiliki brix sebesar 14-17 o brix.
- Heavy syrup extra brix : Heavy syrup extra brix merupakan jenis media yang juga berasal
dari larutan gula namun memiliki nilai brix yang lebih tinggi dari light syrup yaitu 24-27 o
brix.
- Heavy syrup low brix : Media heavy syrup low brix merupakan jenis media seperti heavy
syrup extra brix namun memiliki nilai brix yang lebih rendah dari heavy syrup extra brix
yaitu sebesar 17-24 o brix.
Mentimun
Persyaratan mutu untuk semua kelas mutu mentimun, berdasarkan SNI 7784:2013 adalah:
- utuh, kompak (firm), penampilan segar
- bentuk, warna dan rasa sesuai dengan karakteristik varietas
- layak dikonsumsi dan bersih
- bebas dari kerusakan mekanis dan fisiologi
- bebas dari hama dan penyakit
- bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim
- bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, kecuali pengembunan sesaat setelah
pemindahan dari tempat penyimpanan dingin
- bebas dari aroma dan rasa asing
- apabila terdapat tangkai mentimun tidak boleh lebih dari 2 cm
- mentimun dipanen sesuai karakteristik varietas dan lokasi tanam
[BPOM-RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2016. Pedoman
CPPOB – Proses Program Manajemen Risiko Industri Pangan Berasam Rendah dalam
Kaleng. Jakarta (ID): Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-2742-1992. Jamur Merang dalam Kaleng
atau Botol. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-6945-2003. Jamur Merang. Jakarta (ID):
Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 3166:2009. Nenas. Jakarta (ID): Badan
Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 7784:2013. Mentimun. Jakarta (ID): Badan
Standarisasi Nasional.
Hendriaswari. 2017. Proses pengalengan ikan dalam saus tomat di PT. Maya food industries
[Skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Katolik Soegijapranata.
Sucipto NI, Suriasi K, Kencana PKD 2017. Pengemasan pangan kajian pengemasan yang
aman, nyaman, efektif dan efisien. Denpasar (ID) : Universitas Udayana Press.
Tangke U, Bafagih A, Daeng RA. 2018. Teknik pengolahan dan pengalengan ikan rica-rica
pada program ppupik rumah ikan program studi teknologi hasil perikanan fakultas
pertanian ummu Ternate. JURNAL PengaMAS. 1(1): 32-38.
Wardana IW. 2018. Analisis pengendalian kualitas cacat produk sarden kaleng kemasan 425
gram dengan menggunakan metode six sigma [skripsi]. Jember (ID): Universitas
Jember.
Yuliana. 2018. Karakteristik fisik dan kimia tepung jamur merang (Volvariella volvacea) dan
tepung jamur tiram (Pleurotus ostreatus) tervariasi perlakuan blansir [skripsi]. Jember
(ID): Universitas Jember.