You are on page 1of 10

Khutbah Pertama

‫السالم عليكم ورمحة اهلل وبراكته‬


َ ‫ح‬ َ ‫ّ ح‬
ِ‫إِن اْلمد ِهلل‬
Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah
ُ‫ََنح َم ُدهُ َون َ حس َتعِيح ُن ُه َون َ حس َت حغفِ ُره‬
Kita memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan
memohon ampunan kepad-Nya
َ‫سنا‬ ُ‫ح ُ ُ ح َح‬ ُ‫ََُح‬
ِ ‫ونعوذ بِاهللِ مِن ُشورِ أنف‬
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita
َ َ ّ َ ‫َ ح‬
َ‫ات أ حع َماِلِ ا‬ ِ ‫ومِن سيئ‬
Dan dari keburukan-keburukanamal perbuatan kita
ُ‫ض ّل َل‬ ُ َ َ ُ
ِ ‫م حن َيه ِده ِ اهلل فال م‬
‫َ ح‬
Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tiada yang dapat
menyesatkannya
ُ َ َ َ َ َ ‫ََ ح ُ ح ح‬
،‫ومن يضلِل فال هادِي ل‬
Dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tiada yang dapat
memberikan petunjuk kepadanya

ُ َ َ ‫َ ح َُ َ َ ح‬ َّ َ َ َّ َ ُ َ ‫َ ح‬
،‫ُشيك ل‬ ِ ‫أشهد أن ل إِل إِل اهلل وحده ل‬
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang maha esa dan
tiada sekutu bagi-Nya
ُ ُ َ َ ُ ُ ‫َ َ ح َ ُ َ َّ ُ َ َّ ً َ ح‬
،‫وأشهد أن مـحمدا عبده ورسول‬
Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya
‫حابهِ َو َم حن تَب َع ُهمح‬ ‫آلِ وأَ ح‬
َ ‫ص‬ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ‫َ َّ ُ َّ َ ّ َ َ ّ ح َ َ ح‬
ِ ِ ِ ‫س ْو ِل َك ُمم ٍد ولَع‬
ُ ‫اللهم ص ِل وسلِم وبارِك لَع نَـ ِب ِـي َك َو َر‬
‫ح‬ ّ ‫ح‬ َ َ ‫بإ ح‬
َ ‫ح‬
ِ
،‫ان إَِل يوم ادلين‬ ٍ ‫س‬ ِِ
‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
Allah berfirman dalam kitab-Nya yang Mulia
َ ‫َ َ َ ُ حُ ّ ّ ََحُ ح ُ ح ُ ح‬ َُ ّ َ َ ُّ ‫َ َّ َ َّ ح َ َ ُح‬
،‫ ول تموتن إِل وأنتم مسلِمون‬،ِ‫ياأيها اّلين آمنوا اتقوا اهلل حق تقاتِه‬
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati kecuali
dalam keadaan islam (dalam keadaan tunduk dan berserah diri
kepada Allah subhanahu wa ta’aala).

،‫ارف ْوا‬
َ ‫ َو َج َع ْلنك ْم شع ْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ِلتَ َع‬،‫ اِنَّا َخلَ ْقنك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َّوا ْنثى‬،‫يٰٓاَيُّ َها النَّاس‬
،‫ع ِل ْي ٌم َخبِي ٌْر‬ ‫ ا َِّن ه‬،‫ّٰللا اَتْقىك ْم‬
َ َ‫ّٰللا‬ ِ ‫ا َِّن اَ ْك َر َمك ْم ِع ْندَ ه‬
Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah, ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.
ُ ‫ح‬ َ ّ َ
...‫أما بعد‬
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Tiada kalimat termulia yang pantas diucapkan seorang hamba
setelah mendapatkan limpahan nikmat dan karunia dari Allah
subhaanahu wa ta’aala selain dari lafal alhamdu lillah. Dialah yang
masih mengizinkan kita untuk hidup di dunia ini memberi
kesempatan untuk beramal shalih serta menganugeraahi kekuatan
Iman dan Islam hingga kita dapat menghadiri shalat Jum’at ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
uswatun hasanah Suri teladan kita, rahmatan lil’alamiin, penebar
kasih sayang bagi alam semesta, Ya’ni Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, semoga kita semua mendapatkan
Syafaat beliau di yaumil Akhir. Amiin Yaa Robbal 'Alamiin..

MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!


Sudah menjadi keharusan setiap khatib di setiap khutbahnya,
untuk mengingatkan dan mewasiatkan takwa kepada seluruh
jama'ah.
Maka dari itu, melalui mimbar yang mulia ini khatib
mengingatkan kepada diri khatib pribadi dan mewasiatkan kepada
jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah subhaanahu wa ta’aala dengan selalu Mengingat-Nya
dan tidak melupakan-Nya, mensyukuri nikmat yang Allah berikan dan
tidak kufur/ingkar kepada-Nya, serta melaksanakan segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Menjauhi segala yang dilarang oleh Allah subhaanahu wa ta’aala
di antaranya adalah kehati-hatian untuk tidak mudah terpengaruh
pemberitaan atau informasi yang tidak benar yang marak beredar
dewasa ini yang dapat menyeret kita kepada lembah dosa.
Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman dalam Q.S. Al-Hujurat
ayat 6:
ِ ُ ‫ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْٰٓوا اِ ْن َج ۤا َء ُك ْم فَا ِس ٌۢق ِب َن َب ٍا فَتَ َب َّينُ ْٰٓوا ا َ ْن ت‬
‫ص ْيبُ ْوا قَ ْو ًم ٌۢا ِب َج َهالَ ٍة‬
َ‫على َما فَ َع ْلت ُ ْم ند ِِميْن‬ َ ‫ص ِب ُح ْوا‬ ْ ُ ‫فَت‬
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum karena
kecerobohan yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu.”
Ayat tersebut memerintahkan kita untuk melakukan tabayun
(klarifikasi) terhadap segala informasi yang kita terima dan tidak
mudah percaya dan terpengaruh, yang dapat mengakibatkan
musibah bagi diri kita dan orang lain.

MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!


Ada pernyataan yang mengatakan bahwa: Dulu, orang yang
berpengetahuan adalah orang yang memiliki banyak informasi. Tapi
sekarang, orang yang berpengetahuan adalah orang yang mampu
menyaring banyak informasi.
Jika kita renungkan, kalimat ini sangat relevan, sangat sesuai
dengan kondisi di zaman teknologi dan informasi saat ini, di mana
arus informasi mengalir sangat deras silih berganti. Kita dengan
sangat mudah menemukan jutaan informasi hanya dengan
menggunakan peralatan di tangan kita, yang sudah menjadi bagian
dari kehidupan orang modern yakni telepon pintar atau smartphone.
Ditambah lagi dengan aplikasi media sosial seperti Facebook,
Instagram, Twitter, Whatsapp dan sejenisnya, dunia seakan-akan
sudah berada dalam genggaman kita. Apa yang sedang terjadi di
berbagai belahan dunia dan isu apa yang sedang hangat dibicarakan,
dengan mudah kita ketahui.
Namun kondisi ini ternyata memunculkan permasalahan lain
yang cukup memprihatinkan. Derasnya arus informasi yang tidak
dibarengi dengan kesadaran untuk menyaring dan memilahnya,
ternyata mewabah di masyarakat dewasa ini. Ditambah lagi budaya
tabayun sudah mulai hilang dan membuat masyarakat gampang
percaya dan dengan mudah menyebarkannya.
Berita bohong saat ini tidak hanya menyasar kepada masyarakat
berpendidikan menengah ke bawah. Masyarakat dengan pendidikan
tinggipun, termasuk para tokoh dan public figure juga ikut dalam
pusaran arus berita bohong yang diproduksi oleh pihak-pihak
tertentu serta untuk kepentingan tertentu. Kurangnya kehati-hatian
dan kecerobohanlah yang mengakibatkan berita bohong dengan
cepat tersebar dan mengakibatkan rusaknya tatanan dalam
masyarakat.
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!
Perlu kita sadari, saat ini siapa saja bisa membuat dan
menyebarkan berita melalui media sosial. Padahal saat ini media
sosial sudah menjadi pilihan utama masyarakat dalam berkomunikasi
dan mencari informasi. Dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini pula, menjamurnya berita hoaks di media sosial,
merupakan upaya sistematis yang dimanfaatkan oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Oleh karenanya, kita harus ekstra hati-hati, tidak gegabah, tidak
terkejut dan tidak tergesa-gesa dalam menerima sebuah berita. Kita
harus objektif dan menggunakan hati nurani kita dalam memahami
berita. Jangan sampai informasi salah yang datang dari orang yang
kita senangi selalu kita benarkan. Sedangkan informasi benar dari
orang yang tidak kita senangi selalu kita salahkan.
Sudah saatnya kita kembali berpatokan pada Q.S. Al-Hujurat
ayat 6 yang khatib bacakan tadi, yang menunjukkan dengan jelas
tentang larangan mengambil berita dari orang fasik tanpa melakukan
klarifikasi atau tabayyun karena akan membahayakan bagi diri kita
dan orang lain.
Kita seharusnya mengambil berita dari orang yang terpercaya,
bukan dari orang yang fasik yakni orang yang sudah tahu salah
namun sengaja menyebarkannya, orang yang mengambil
keuntungan dari apa yang diviralkannya, yang tidak mengedepankan
adab kesopanan dan norma agama, serta orang yang belum kita
kenali kredibilitasnya sebagai orang yang jujur.
Apalagi terkait dengan persoalan agama. Kita harus belajar dari
ulama-ulama yang sudah jelas kealiman dan silsilah keilmuannya.
Hindari belajar agama melalui media sosial dari orang yang tidak
paham agama walaupun sering tampil di media sosial.
Ironisnya lagi banyak beredar pula dusta atas nama Nabi,
beredar hadis-hadis palsu yang banyak diamalkan oleh orang yang
tidak mengerti keshahihannya. Banyak ghibah ataupun fitnah yang
mencemarkan dan merusak nama baik seseorang ataupun kelompok
yang sungguh sangat berakibat buruk bagi kehidupan.
Setiap umat Muslim jelas tahu bahwa berdusta atas nama
seseorang merupakan suatu dosa. Apalagi, jika mereka berdusta atas
nama Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Itu adalah bentuk
kemungkaran dan dosa besar,
Dari Al-Mughirah, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
َّ َ ُ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ ً ِّ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ََ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ً َ َّ
‫ من كذب عَل متعمدا فليتبوأ مقعده ِمن النار‬، ‫س كك ِذ ٍب عَل أح ٍد‬ ‫ِإن ك ِذبا عَل لي‬

"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan


berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku
secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di
neraka." (HR Bukhari dan Muslim)

MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH!


Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman dalam Q.S. al-Ahdzab ayat
70-71:
ُ َ‫ك حم أَ حع َمال‬
ُ َ‫ك حم َويَ حغف حرل‬
‫كمح‬ ً ‫َ َُحُح َح‬
ُ َ‫ يُ حصل حح ل‬،‫ل َسدي ح ًدا‬ ُّ ‫َ َّ َ ّ ح َ َُح‬
‫ياأيها اّلِين آمنوا اتقوا اهلل وقولوا قو‬
ِ ِ ِ
َ َ َ َ ‫َ َ َ ُ حَُ َ َ ح‬ ُ َ‫ُذنُ حوب‬
،‫ َو َم حن يُ ِطعِ اهلل ورسول فقد فاز فوزا ع ِظيما‬،‫ك حم‬
ً ‫ح‬ ً ‫ح‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah


dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya
ia telah mendapat kemenangan yang besar”.
Ayat ini memberi pesan kepada kita bahwa segala kebenaran
dalam sikap dan tutur kata akan lebih dekat kepada ketakwaan.
Ketakwaan menjadi dasar kebenaran dalam berucap dan bertutur
kata. Ucapan dan tutur kata yang benar akan menjadi salah satu
sebab kebaikan amal. Dan amal yang baik akan menjadi sebab
diampuninya kesalahan dan dosa.
Oleh karenanya marilah kita kedepankan akhlaqul karimah,
adab atau etika yang baik dalam berinternet maupun bermedia
sosial, dengan tidak memperkeruh suasana, seperti mengomentari
suatu berita yang kita tidak tahu duduk permasalahannya.
Kegaduhan yang ada di media sosial salah satunya di akibatkan oleh
orang yang tidak tahu, namun ikut berkomentar karena merasa tahu.
Terlebih lagi terkait masalah agama dan politik, banyak orang
yang tiba-tiba anti kritik dan merasa kelompoknya, alirannya dan
pahammnya yang paling benar. Sehingga tak jarang masyarakat
saling menghina, mengumpat dan mencaci di dunia maya untuk
kepentingan sementara dan mengorbankan ukhuwah,
mengorbankan persaudaraan yang seharusnya dipertahankan
sepanjang masa.
Menyikapi kondisi memprihatinkan ini, Majelis Ulama Indonesia
telah memberikan rambu-rambu agar umat Islam tidak terjerumus
ke dalam arus berita bohong di media sosial. Hal ini termuat dalam
Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman
Bermuamalah melalui Media Sosial yang di dalamnya menegaskan
fatwa tentang haramnya menyebar berita hoaks.
Dalam fatwa ini dinyatakan bahwa memproduksi, menyebar dan
atau membuat informasi tentang hoaks, ghibah, fitnah, namimah,
aib, ujaran kebencian, dan hal-hal lain yang sejenis hukumnya adalah
haram.
Oleh karenanya, jama’ah rahimakumullah. Marilah kita lebih
selektif lagi dalam menerima berita atau konten di media sosial.
Hendaknya kita tidak langsung mempercayai dan membagi-bagikan
berita yang belum jelas kebenarannya.
Saring sebelum sharing. Postinglah hal-hal penting, jangan yang
penting posting. Teliti dan pahami terlebih dahulu karena jika kita
tidak berhati-hati bisa jadi kita akan menjadi orang yang berdosa
dengan menjadi penyebar dosa. Cerdaslah dalam bermedia sosial
dan semoga Allah subhaanahu wa ta’aala senantiasa membimbing
kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amin.

‫َّ ُ ح َ ح ح َ َ ّ ح‬ َ َََ ‫ح‬ َ ‫ََ ُ ح ح ُ ح ح‬ َ ‫ار‬


َ َ‫ب‬
‫ّلك ِر‬
ِ ‫ات وا‬
ِ ‫ ونفع ِِن ِإَوياكم بِمافِيهِ مِن آي‬،‫آن الع ِظي ِم‬
ِ ‫ر‬‫لق‬ ‫ا‬ ‫ِف‬
ِ ‫م‬ ‫ك‬‫ل‬ ‫و‬ ‫َل‬ ِ ‫اهلل‬ ‫ك‬
ُ ‫ح‬ َ ُ ‫ح‬ َّ َ ُ ُ َّ ُ َ َ َ ‫َ َ َ َّ َ ُ َّ َ ح ُ ح‬ ‫ح‬ َ ‫ح‬
،‫ وتقبل اهلل مِنا ومِنكم ت ِالوته إِنه هو الس ِميع العلِيم‬،‫اْلكِي ِم‬

KHUTBAH KEDUA
َ َ َ َ ّ َ َ َ َ َ ‫َّ ح َ ح َ َ َّ ح َ َ َ َ ُ ُ ح ح ُ ح ح َ ُ ح ح‬ ُ ‫اْل حم‬
َ
‫الضياق لَع‬ ِ ‫ وجعل‬،‫ب المسل ِ ِمْي والمؤ ِمنِْي‬ ِ ‫و‬ ‫ل‬‫ق‬ ‫لَع‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ِي‬
‫ك‬ ‫الس‬ ‫ل‬ ‫ز‬‫ن‬‫أ‬ ‫ِي‬‫اّل‬ ِ ‫هلل‬ ‫د‬
َّ َ ُ َ ‫ُ ح َ ُ ح َ ُّ ح ُ ح ُ َ َ ح‬ َّ َ َ َ ‫ُ ُ ح ح ُ َ ح َ َ ح َ ح َ َ ح َ ُ َ ح‬
‫ وأشهد أن‬،‫ الملِك اْلق المبِْي‬.‫ أشهد أن ل إِل إِل اهلل‬،‫ب المنافِقِْي والَكف ِِرين‬ ِ ‫قلو‬
َّ َ ُ َ َ ‫َ َّ ُ َّ َ ّ َ َ ّ ح َ َ ح‬ ‫َ ح‬ ‫ُ َ َّ ً َ ح ُ ُ َ َ ُ ح ُ ُ َّ ُ ح َ ح‬
.‫ اللهم ص ِل و سلِم و بارِك لَع ُمم ٍد‬،‫ِْي‬ ِ ‫ الصادِق الوع ِد األم‬.‫ُممدا عبده ورسول‬
َ ‫ح‬ َّ َ َّ ُ َ َ َ ‫َ َ ح َ َّ ح َ َ َ ح‬ ََ َ َ‫َحُ ح َ حًَ حَ َ ح‬
ِّ ِ ‫ لحول ولقوة إِل بِاهللِ الع‬،‫آلِ وصحبِهِ واتلابِعِْي‬
‫ل‬ ِ ‫ ولَع‬.‫ث رمحة ل ِلعال ِمْي‬ ِ ‫المبعو‬
‫ح‬ َ ‫ح‬
،‫الع ِظي ِم‬

ِ ‫اسََأ ُ ْو‬
َ‫ص ْي ُك ْمََون ْف ِسيََبِت ْقوىَللاَََِوطاعتِ ِهََلعلَّ ُك ْمََت ُ ْف ِل ُح ْون‬ ُ َّ‫فَيَاايُّهاَالن‬
‫آم ُنوا َصلُّوا َعلَيحهِ َو َسلّ ِ ُموا ت َ حسلِيماً‬ ‫ب يَا َأ ُّي َها َّاّل َ‬
‫ِين َ‬ ‫َّ َّ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ُّ َ َ َ‬
‫لَع اِلَّ ّ‬ ‫‪‬إِن اهلل ومالئِكته يصلون‬
‫ِِ‬
‫ض اللَّه َّم‬ ‫ار َ‬ ‫ص ْح ِب ِه أَ ْج َم ِعينَ ‪َ .‬و ْ‬‫علَى آ ِل ِه َو َ‬ ‫س ِي ِدنَا م َح َّم ٍد َو َ‬ ‫علَى َ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫س ِل ْم َو َب ِ‬ ‫اللَّه َّم َ‬
‫ص ِل َو َ‬
‫ص َحابَ ِة‬ ‫ع ْن بَ ِقيَّ ِة ال َّ‬‫ع ِلي ٍ َو َ‬ ‫الرا ِش ِديْنَ ‪ ،‬أَ ِب ْي بَ ْك ٍر َوع َم َر َوعثْ َمانَ َو َ‬ ‫اء َّ‬ ‫ع ِن اْلخلَفَ ِ‬‫َ‬
‫عنَّا َم َعه ْم ِب َر ْح َمتِ َك‬ ‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِدي ِْن‪َ ،‬و ْ‬ ‫س ٍ‬ ‫َوالتَّا ِب ِعيْنَ ‪َ ،‬وتَا ِب ِعي التَّا ِب ِعيْنَ لَه ْم ِبإِ ْح َ‬
‫اح ِميْنَ‬ ‫‪َ ‬يا أَ ْر َح َم َّ‬
‫الر ِ‬
‫ح‬ ‫ُ‬ ‫َ حَ ِ ح‬ ‫َ‬ ‫َ ح حَ َ ح‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َّ ح ح ح ُ ح ح‬
‫ات‪ .‬األحياء مِنهم ‪‬‬ ‫ات‪ .‬والمؤ ِمنِْي والمؤمِن ِ‬ ‫اللهم اغفِر ل ِلمسل ِ ِمْي والمسلِم ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ح‬ ‫َّ َ َ ح ٌ َ ح ٌ ُ‬ ‫ح‬ ‫َ َ‬
‫اِض اْلاجات‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ات‪ .‬يا ق ِ‬ ‫َ‬
‫ُميب ادلعو ِ‬ ‫َ‬
‫ات‪ .‬إِنك س ِميع ق ِريب ِ‬ ‫‪‬واألمو ِ‬

‫س ََل ِم‬‫ات بَ ْينِنَا‪َ ،‬وا ْه ِدنَا سب َل ال َّ‬ ‫ص ِل ْح ذَ َ‬‫ف بَيْنَ قلو ِبنَا‪َ ،‬وأَ ْ‬ ‫‪‬اللَّه َّم أَ ِل ْ‬
‫الش ْر َك َو ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ ‪َ ،‬و َد ِم ِرأَ ْع َدا َء َك أَ ْع َدا َء‬
‫اْل ْس ََل َم َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ ‪َ ،‬وأَ ِذ َّل ِ‬ ‫اَللَّ ُه َّم أَ ِع َّز ْ ِ‬
‫‪‬الدي ِْن‪،‬‬
‫ِ‬
‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل ْال ُم ْس ِل ِميْنَ‬‫الديْنَ ‪َ ،‬و ْ‬
‫ص َر ِ‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْن ُ‬
‫ف ْالم ْخت َ ِلفَةَ‬ ‫عنَّا ْال َغَلَ َء َو ْال َبَلَ َء َو ْال َو َبا َء َو ْالفَ ْحشَا َء َو ْالم ْن َك َر َوال ُّ‬
‫سي ْو َ‬ ‫اللَّه َّم ا ْدفَ ْع َ‬
‫صةً َو ِم ْن ب ْلدَ ِ‬
‫ان‬ ‫طنَ ِم ْن بَلَ ِدنَا َهذَا خَا َّ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫شدَائِدَ َو ْال ِم َحنَ َما َ‬ ‫َوال َّ‬
‫ْئ قَ ِدي ٌْر‬
‫شي ٍ‬‫علَى ك ِل َ‬ ‫عا َّمةً ِإنَّ َك َ‬‫ْالم ْس ِل ِميْنَ َ‬
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ح َ َ َ ًَ َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ ح َ َ َ َ ً‬ ‫َ‬ ‫َ َّ َ َ‬
‫خرة ِ حسنة و ق ِنا عذاب اِلارِ‪،‬‬
‫ِ‬ ‫اْل‬ ‫ِف‬
‫ِ‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬‫ادل‬ ‫ِف‬
‫‪‬ربنا ا ِ‬
‫ا‬ ‫ِن‬ ‫ت‬

‫الر ِحي ُم‬


‫اب َّ‬ ‫نت الت َّ َّو ُ‬ ‫س ِمي ُع ْال َع ِلي ُم‪َ .‬وتُبْ َ‬
‫علَ ْينَا إِنَّ َك أ َ َ‬ ‫نت ال َّ‬ ‫‪‬ربَّنَا تَقَبَّ ْل ِمنَّا ِإنَّ َك أَ َ‬
‫َ‬
‫ب‬ ‫س ِلينَ ‪َ .‬و ْال َح ْم ُد ِ َّ ِ‬
‫ّلِل َر ِ‬ ‫علَى ْال ُم ْر َ‬ ‫صفُونَ ‪َ .‬و َ‬
‫س ََلم َ‬ ‫ع َّما َي ِ‬‫ب ْال ِع َّزةِ َ‬
‫س ْب َحانَ َر ِب َك َر ِ‬ ‫ُ‬
‫ْال َعالَ ِمينَ ‪،‬‬

You might also like