You are on page 1of 11

LAPORAN OBSERVASI DESA CENANG DALAM KESIAPAN DESA INKLUSI

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategis


Yang diampu oleh Arif Zainudin, M.IP

DISUSUN OLEH
1. Darin Sabina Marsanda 2120600006
2. Dimas Rizki Al-Faidzi 2120600010
3. Leni Suciatun Soleha 2120600015
4. Nabilahtun Husna Nurjahri 2120600019
5. Afid Maulana 2120600040

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU PEMERINTAHAN
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i
BAB I.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Manfaat Observasi..............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................8
B. Saran....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, dampak pembangunan yang berorientasi pertumbuhan dilihat dari tingginya


tingkat disabilitas dari tahun ke tahun mengalami track yang meningkat. Menurut survei Badan
Pusat Statistik (BPS) mengungkap jumlah penduduk penyandang disabilitas di Indonesia
mencapai sekitar 22,5 juta orang pada tahun 2022. Jumlah tersebut telah meningkat dari tahun
2021 yang sebesar 16,5 juta. Di beberapa negara maju, disabilitas telah menjadi bagian dari
prinsip keberagaman. Di Indonesia, masih terdapat beberapa persoalan mengenai persepsi yang
salah terkait penyandang disabilitas, apalagi untuk perempuan penyandang disabilitas, mereka
mengalami multidiskriminasi atas perspektif gender yang mereka sandang. Banyak kebijakan
pemerintah yang menempatkan penyandang disabilitas sebagai objek dan penerima manfaat
pembangunan. Pemberdayaan desa dalam membangun desa inklusi harus dimulai dari penguatan
organisasi desa itu sendiri. Desa haruslah dipandang sebagai subjek berdaulat dalam batas
wilayahnya yang memiliki wewenang mengatur urusan pemerintahan dan masyarakatnya
berdasarkan prakarsa masyarakat dan kewenangan lokal. Pemenuhan dan perlindungan hak
penyandang disabilitas harus dimaksukkan dalam daftar kewenangan lokal berskala desa dan
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul. Inilah yang kemudian mendasari desa inklusi yang
tetap menghormati hak tradisional desa dan hak penyandang disabilitas.
Disabilitas merupakan isu kompleks pada semua lapisan masyarakat. Disabilitas
mencakup orang-orang dengan kekurangan fisik maupun psikis yang ada dalam masyarakat.
Maka penyebutan orang-orang disabilitas dapat lebih familiar dengan menyebut dengan difabel.
Dengan adanya predikat difabel, maka masyarakat dengan mudahnya membagi strata sosialnya
dengan orang normal‟ dibandingkan dengan orang cacat/difabel‟.
Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
menjelaskan bahwa “Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya
untuk melakukan kegiatan secara layaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang
cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental.”.
Aksesibiltas bagi difabel diutamakan dalam hal ketersediaan dan kelayakan fasilitas yang
ramah difabel. Pemerintah sebagai penyedia layanan utama harus mampu memenuhi hak yang
sama bagi difabel. Pada hakekatnya pelayanan publik merupakan tugas utama dalam administrasi
Negara yang dilakukan oleh Aparatur Negara. Perkembangan yang muncul di sejumlah negera
dalam bidang pelayanan publik menunjukkan adanya pergeseran lebih ke arah penerapan prinsip
orientasi pasar dalam penyediaan pelayanan. Penelitian tentang pelayanan publik dan disabiltas
yang dilakukan oleh (Gray, 2020) menyimpulkan bahwa disabiliti dalam pelayanan publik sangat
terkait dengan variabel demografis, dan bahwa ada disparitas dalam pengungkapan disabilitas
tergantung pada sumber data yang digunakan untuk mengidentifikasinya. Secara umum, tren
penyandang disabilitas di sektor publik federal di Australia mencerminkan populasi khususnya
1
mengenai jenis kelamin dan usia, meskipun beberapa temuan tidak dapat dijelaskan dengan
mudah berdasarkan data pada saat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan terkait kesiapan Desa Cenang dalam
memasuki Desa Inklusif, Desa Cenang juga memiliki hambatan yang menyulitkan Desa dalam
memasuki Desa Inklusif.

B. Manfaat Observasi

1. Mendapatkan hasil yang bisa digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan
kualitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas pada Desa Cenang.
2. Mendapatkan hasil yang bisa digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
kekurangan dalam penyediaan desa inklusif
3. Untuk memberikan gambaran secara umum kepada pembaca terkait kondisi Desa
Cenang dalam kesiapanya menuju Desa Inklusif

2
BAB II
PEMBAHASAN

Observasi ini dilakukan di Desa Cenang Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes.


Observasi ini dilakukan dalam rangka pemenuhan tugas akhir mata kuliah manajemen strategis
yang diampu oleh Arif Zainudin M.IP.
Desa Cenang adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Songgom Kabupaten
Brebes. Desa ini masih dalam tahap kesiapan desa inklusi sehingga kami memilih desa tersebut
sebagai objek observasi penelitian kelompok kami. Dalam observasi ini melakukan wawancara
terhadap perangkat desa, adapun hasil wawancara tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Keterangan *B*/cetak tebal jawaban dipilih
1. Apakah dalam melakukan pelayanan dengan perangkat desa, mudah diakses oleh penyandang
disabilitas fisik?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

2. Apakah dalam melakukan pelayanan dengan perangkat desa, mudah diakses oleh penyandang
disabilitas mental?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

3. Apakah jalan menuju pelayanan mudah untuk dilalui oleh penyandang disabilitas fisik?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

4. Apakah dalam penyedian jalur pedestrian bagi penyandang disabilitas sensorik di Desa
Cenang memadai untuk dibangun?
a. Sangat tidak memadai
b. Tidak memadai
c. Cukup memadai
d. Memdai
e. Sangat memadai

5. Apakah jalur pedestrian yang tersedia mudah dilalui oleh penyandang disabilitas fisik?
a. Sangat tidak mudah

3
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

6. Apakah akses dari rumah ke tempat pelayanan mudah dilalui oleh penyandang disabilitas
fisik?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

7. Apakah akses dari rumah ke tempat pelayanan mudah dilalui oleh penyandang disabilitas
sensorik?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

8. Apakah akses pintu masuk bagi penyandang disabilitas fisik mudah untuk dilalui?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

9. Apakah akses transportasi hak penyandang disabilitas mudah diterapkan didesa cenang?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

10. Apakah jalur kuning mudah diakses oleh penyandang disabilitas tuna netra?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

11. apakah penyandang disabilitas fisik mudah untuk menggunakan kursi roda menggunakan
trotoar untuk mengakses fasilitas pelayanan publik?
a. Sangat tidak mudah

4
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

12. Apakah akses warning block memudahkan untuk penyandang disabilitas tunanetra?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

13. Apakah dalam melakukan pelayanan akses perangkat desa dalam mengatur janji temu kepada
penyandang disabilitas mental mudah untuk filakukan?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

14. Apakah kondisi lingkungan mudah untuk dilakukan pembuatan jalur khusus untuk
penyandang disabilitas fisik?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

15. Apakah dalam penyediaan parkir khusus bagi penyandang disabilitas di Desa Cenang
memadai untuk dibangun?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

16. Apakah dalam penyediaan Ram atau tangga landai mudah diakses bagi pengguna kursi roda
atau penyandang disabilitas netra?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

17. Apakah dalam penyediaan Ram atau tangga landau bagi pengguna kursi roda atau

5
penyandang disabilitas netra mudah untuk disediakan oleh desa?
a. Sangat tidak mudah
b. Tidak mudah
c. Cukup mudah
d. Mudah
e. Sangat mudah

Data diatas merupakan skala likert yang diajukan kepada bapak Sugeng Mulyono selaku
sekertaris desa. Kami mengajukan tujuh belas pertanyaan dimana terdapat lima jawaban yang
harus dipilih. Pertama jawaban nomor satu yaitu mudah. Hal ini komitmen dari perangkat desa
mudah diakses oleh penyandang disabilitas fisik. Pada pertanyaan nomor dua, menunjukan
bahwa perangkat desa dalam melakukan pelayanan tidak mudah diakses oleh menyandang
dissbilitas mental, hal ini karena penyandang disabilitas mental memerlukan pelayanan dengan
keahlian khusus yang dimiliki oleh perangkat desa. Pada pertanyaan nomor tiga, menunjukan
jalan menuju pelayanan mudah untuk dilalui untuk penyandang disabilitas fisik, karena pada
desa tersebut akses jalan yang dilalui mudah dilewati khususnya penyandang disabilitas fisik.
Pertanyaan nomor empat, dalam penyediaan jalur pendestrian bagi penyandang
disabilitas sensorik menunjukan sangat tidak memadai untuk dibangun, hal ini karena desa
tersebut belum mampu membangun jalur pedestrian dikarenakan kontur tanah yang tidak rata
dan terkait anggaran dalam pembangunan yang sulit untuk disediakan. Pada pertanyaan nomor
lima, menunjukan jalur pedestrian yang tersedia tidak mudah dilalui oleh penyandang disabilitas
fisik karena kondisi tanah tidak rata. Pada pertanyaan nomor enam, menunjukan akses dari
rumah ke tempat pelayanan cukup mudah dilalui oleh penyandang disabilitas fisik karena kondisi
jalan yang sudah memadai. Sedangkan pada pertanyaan nomor tujuh menunjukkan akses dari
rumah menuju tempat pelayanan tidak mudah dilalui oleh penyandang disabilitas sensorik karena
penyandang disabilitas sensorik perlu dibantu seseorang untuk melakukan pelayanan.
Pertanyaan nomor delapan menunjukkan akses pintu masuk mudah dilalui oleh
penyandang disabilitas fisik karena model pintu yang dibangun sudah ramah dan nyaman bagi
penyandang disabilitas fisik. Pada pertanyaan nomor sembilan menunjukkan akses transportasi
hak penyandang disabilitas tidak mudah diterapkan hal ini karena dipengaruhi oleh kurangnya
anggaran desa karena tidak adanya juga BUMDES milik Desa cenang. Pada pertanyaan nomor
sepuluh menunjukkan bahwa jalur kuning yang tersedia tidak mudah dilalui oleh penyandang
disabilitas tuna netra.
Pertanyaan nomor sebelas menujukkan bahwa bagi penyandang disabilitas fisik tidak
mudah dalam penggunaan kursi roda melalui trotoar, hal ini karena area yang tersedia sangat
sempit dan tidak mungkin untuk dibangun. Pada pertanyaan dua belas menunjukkan bahwa akses
warning blok sangat tidak mudah diakses oleh penyandang disabilitas tunanetra. Pada pertanyaan
tiga belas menunjukkan bahwa tidak mudah dalam mengatur waktu janji temu dengan perangkat
desa bagi penyandang disabilitas mental, hal ini karena kemampuan perangkat desa dalam
melayani disabilitas mental tersebut tidak ada keahlian khusu yang dimiliki oleh perangkat desa.
Pertanyaan nomor empat belas menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang tidak
mudah untuk pembuatan jalur khusus bagi penyandang disabilitas fisik, hal ini karena

6
lingkungan pada desa tersebut rawan bagi penyandang disabilitas fisik karena banyak kendaraan
yang lalu lalang. Pertanyaan nomor lima belas menunjukkan bahwa tidak mudah dalam
penyediaan lahan parkir khusus bagi penyandang disabilitas, hal ini karena lahan yang ada pada
kantor kepala desa sangat sempit sehingga tidak mudah untuk dibangun. Pertanyaan nomor enam
belas menunjukkan bahwa dalam penyediaan ram atau tangga landai sangat tidak mudah diakses
oleh penyandang disabilitas netra, karena jika dilihat kondisi kantor kepala desa tersebut sangat
tidak memungkinkan dikarenakan bangunannya yang kecil juga areanya yang sempit. Pertanyaan
nomor tujuh belas menunjukkan bahwa dalam penyediaan ram tersebut juga tidak mudah
disediakan oleh desa, hal ini karena dipengaruhi juga oleh anggaran desa yang sedikit sehingga
tidak mampu membangun fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas.
Dilihat dari jawaban pertanyaan diatas dapat dipahami kekuatan (Strengths) yang dimiliki
pada Desa Cenang yaitu akses untuk membuat janji temu untuk melakukan pelayanan serta
pelayanan yang mudah untuk diakses, dalam pelayananya perangkat desa sudah memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat yang menjadikan kekuatan dalam pelayanan di
Desa Cenang. Kelemahan (Weaknesses) dalam penyediaan fasilitas bagi penyandang disabilitas
Desa Cenang belum bisa dikarenakan tidak ada anggaran yang dianggarkan dalam pembangunan
fasilitas pelayanan bagi penyandang disabilitas. Peluang (Opportunities) yang ada dalam
kesiapan menuju desa inklusi pada Desa Cenang yaitu dalam hal lingkungan masih bisa diakses
dan mudah untuk dibangun jalur pedestrian ataupun jalur kursi roda. Ancaman (Threats) yang
ada dalam kesiapan Desa Cenang menjadi desa inklusi yaitu pada penerimaan masyarakatnya,
masyarakat Desa Cenang masih menganggap penyediaan fasilitas untuk aksesibilitas
penyandang disabilitas tidaklah penting, hal tersebut dikarenakan penyandang disabilitas pada
Desa Cenang tergolong sedikit.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan diatas, dapat kami ambil
kesimpulan bahwa Desa Cenang belum siap dalam penyediaan aksesibilitas bagi penyandang
disabilitas hal tersebut dikarenakan kondisi desa serta letak tempat tinggal menuju pelayanan
desa masih mudah untuk dilalui, serta kecilnya angka disabilitas pada Desa Cenang menjadikan
penyediaan aksesibilitas dirasa belum perlu untuk dibangun. Hambatan juga terdapat dalam hal
pendanaan untuk pembangunan aksesibilitas yang sulit direalisasikan. Akan tetapi, Desa Cenang
berkomitmen dalam menjadikan desa inklusif di Kabupaten Brebes.

B. Saran
Diharapkan kedepannya Desa Cenang dapat membangun pelayanan desa yang mudah
untuk diakses semua masyarakat khususnya penyandang disabilitas dan dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat untuk menyamaratakan semua manusia dalam hal pelayanan dan
fasilitas pelayanan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Pasciana, R. (2020). Pelayanan Publik Inovatif Bagi Penyandang Disabilitas. Sawala: Jurnal


Administrasi Negara, 8(2), 192-204.

Mumpuni, S. D., & Zainudin, A. (2018). Aksesbilitas Penyandang Disabilitas dalam Pelayanan
Publik di Kabupaten Tegal. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 1(2).

Syafi'ie, M. (2014). Pemenuhan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Inklusi, 1(2), 269-308.

You might also like