You are on page 1of 21

KULIAH KERJA LAPANGAN

LAPORAN KELOMPOK
Disusun Guna Melengkapi Tugas Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan
Dosen Pembimbing : AKHMAD HABIBULLAH, S IP

Oleh:

KELAS 5 A ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2022
PENGESAHAN

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BALI

Oleh:

Kelas V A ILMU PEMERINTAHAN

Dosen Pembimbing, Wakil Dekan

AKHMAD HABIBULLAH S.IP ????


NDN NIDN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya
akhirnya terselesaikan penyusunan pedoman Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Kegiatan KKL ini dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Prodi Ilmu Pemerintahan pada semester V, yang diharapkan dapat
memberikan bekal dan pengenalan kepada mahasiswa tentang penerapan ilmu yg
dipelajari selama perkuliahan di lapangan kerja. Penerbitan pedoman ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi dan arahan bagi mahasiswa, Dosen
Pembimbing Lapangan, dan pembimbing lapangan serta institusi terkait dengan
KKL sehingga kegiatan KKL ini lebih terarah serta dapat membantu dan
mempermudah mahasiswa dalam penyusunan laporan KKL. Akhirnya dengan ini
kami mengharapkan agar buku pedoman ini dapat dijadikan petunjuk dan
dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar dapat menyempurnakan demi
perbaikan penerbitan berikutnya.

Tegal, 26 Desember 2022

Kelas V A
ILMU PEMERINTAHAN

2
DAFTAR ISI

PENGESAHAN...................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Tujuan KKL..................................................................................................................
C. Manfaat KKL...............................................................................................................
D. Waktu Pelaksanaan KKL............................................................................................
BAB II..................................................................................................................................
RINGKASAN MATERI KULIAH KERJA LAPANGAN.............................................
DI LOKASI KKL I.............................................................................................................
A. Desa Adat Panglipuran................................................................................................
BAB III.................................................................................................................................
STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA PANGLIPURAN............................................
A. Adat Dan Kebiasaan Di Desa Paglipuran Menjadi Objek Pariwisata....................
B. Tata Ruang Desa Adat...............................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................................
1. Desa Adat Panglipuran............................................................................................
B. Saran KKL ke Depan.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bali merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di sebelah
timur Pulau Jawa, terkenal sebagai destinasi wisata yang telah mendunia
dikenal sebagai pulau yang sangat kuat dengan agama Hindunya.
Pengunjungnya bukan hanya wisatawan domestik saja namun juga manca
negara. Bali juga sering dipilih sebagai tempat dilakukannya pertemuan-
pertemuan kenegaraan yang dapat menjadi keuntungan dan kebanggaan
tersendiri bagi masyarakat Bali yang berdampak bagi tingkat perekonomian
daerah yang semakin maju.Bali juga dapat dijadikan tempat observasi yang
sangat kompleks bagi mahasiswa yang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL). Mahasiswa dapat melaksanakan observasi tentang berbagai
fenomena di Bali yang menjadi obyek KKL. Seperti KKL yang dilaksanakan
oleh Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik program studi Ilmu
Pemerintahan Angkatan 2022 Universitas Pancasakti Tegal, obyek kajian
KKL meliputi 2 obyek yaitu Desa Panglipuran, Dinas Pariwisata serta ilmu
pengetahuan yang didapatkan dari destinasi wisata yang dikunjungi. Namun
kelas kami di bagi menjadi 2 kelompok dengan laporan KKL yang berbeda
antara keduanya, kelas kami mengambil Desa Panglipuran sebagai laporan
KKL kami.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan salah satu kegiatan mahasiswa
untuk memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa di lapangan sesuai
dengan bidang ilmu yang dipelajari. Kegiatan KKL juga merupakan suatu
proses pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan
oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan Misi dan Bobot pendidikan
bagi mahasiswa dan untuk mendapat nilai tambah yang lebih besar pada
pendidikan tinggi. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah mata kuliah yang
memberi pengalaman spesifik di masyarakat dan dunia nyata dalam rangka
meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa. Dengan

4
adanya KKL ini diharapkan mahasiswa mampu memperdalam
pengetahuannya akan semua obyek KKL yang ada di Bali dan mampu
menghasilkan produk berupa buku laporan KKL yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai tugas untuk memenuhi matakuliah KKL
serta dapat menghasilkan produk tambahan mengenai KKL yang telah
dilaksanakan.

B. Tujuan KKL
Tujuan yang diperoleh dari pelaksanaan mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan
ini antara lain, sebagai berikut:
1. Memberikan pengenalan kepada Mahasiswa tentang dunia kerja sesuai
bidang ilmu Pemerintahan
2. Memberikan pengenalan kepada Mahasiswa tentang dunia kerja sesuai
bidang Ilmu Pemerintahan
3. Memberi pengetahuan kepada Mahasiswa tentang berbagai permasalahan
yang terjadi dilapangan

C. Manfaat KKL

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang dunia kerja sesuai


dengan bidang Ilmu Pemerintahan
2. Mahasiswa dapat mengenali dan mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang terjadi dilapangan
3. Meningkatkan wawasan Mahasiswa mengenai penerapan
ilmu dan teori yang dipelajari diperkuliahan dalam praktik
di lapangan

D. Waktu Pelaksanaan KKL


Hari / Tanggal : Minggu – Kamis / 4 – 7 Desember 2022
Tempat KKL : Desa Panglipuran, Dinas Pariwisata Bali

5
BAB II

RINGKASAN MATERI KULIAH KERJA LAPANGAN

DI LOKASI KKL I

A. Desa Adat Panglipuran


Desa Adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli. Luas Desa Adat Penglipuran kurang lebih 112 hektar,
dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Desa Adat
Penglipuran terletak pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 kilo meter dari
pusat kota Bangli, dan 45 kilo meter dari Kota Denpasar. Desa ini merupakan
satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa
tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah desa yang asri. Penataan
fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakatnya
yang sudah berlaku turun temurun. Desa Adat Penglipuran merupakan daya
tarik wisata pedesaan yang bernuansa budaya.
Keunggulan dari Desa Adat Penglipuran ini terletak pada penampakan
struktur fisik desa serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai ke
bagian hilir desa. Topografi desa tersusun sedemikian rupa dimana pada
daerah utama desa kedududukannya lebih tinggi demikian seterusnya
menurun sampai daerah hilir. Pada daerah desa terdapat Pura Penataran dan
Pura Puseh yang merupakan daerah utama desa unik dan spesifik karena
disepanjang jalan koridor desa hanya digunakan untuk pejalan kaki, yang
kanan kirinya dilengkapi dengan atribut-atribut struktur desa seperti : tembok
penyengker, angkul-angkul (candi bentar khas), dan telajakan yang seragam.
Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping adanya keseragaman
bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk tembok
penyengker dan angkulangkul dan atap dari bambu yang dibelah untuk
seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap, dinding, maupun

6
lain-lain merupakan keharusan untuk digunakan karena Desa Adat
Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan territorial
Desa Penglipuran. Pada bagian hilir dari Desa Adat Penglipuran terdapat
Taman Makam Kapten Mudita yang keberadaannya ditata dengan baik,
sehingga dapat tampil juga sebagai daya tarik wisata sejarah.
Keunikan budaya yang khas di Desa Adat Penglipuran adalah
tersedianya lahan khusus bagi orang yang berpoligami yang disebut karang
memadu, lahan ini disediakan bagi penduduk desa yang beristri lebih dari
satu, namun sampai sekarang lahan tersebut tidak pernah ada yang
menempati, ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Penglipuran tidak
pernah berpoligami. Dalam upaya melestarikan budaya, adat istiadat yang
masih relevan dengan perkembangan jaman, tata ruang dan bangunan yang
ramah lingkungan seperti angkul-angkul, dapur dan bale saka enam yang
beratapkan bambupara pemuka masyarakat penglipuran bekerjasama dengan
Universitas Udayana Denpasar, berinisiatif merancang Desa Penglipuran
menjadi desa konservasi pada tahun 1990. Upaya ini disambut baik oleh
masyarakat juga Pemerintah Kabupaten Bangli di bawah pimpinan Bupati
Bangli Drs. Ida Bagus Gede Agung Ladip SH, dengan berbagai kebijakan dan
penataan fisik maupun non fisik serta berbagai promosi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten akhirnya Desa Tradisional Penglipuran mulai dilirik
dan dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing. Mata
pencaharian penduduk di Desa Adat Panglipuran bermacam-macam.
Adayang berprofesi sebagai petani, pegawai negeri, pengrajin dan pedagang.

7
BAB III

STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA PANGLIPURAN

A. Adat Dan Kebiasaan Di Desa Paglipuran Menjadi Objek Pariwisata


Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat diandalkan
dalam pembangunan nasional karena pariwisata dapat meningkatkan
pendapatan nasional dan pendapatan daerah serta devisa negara. Bali
sebagai pusat pengembangan kepariwisataan Indonesia Bagian Tengah, bagi
Daerah Bali sektor kepariwisataan merupakan penghasilan utama setelah
pertanian. Desa adat adalah sebuah desa yang dinaungi oleh UUD Tahun
1945 pasal 14. Namun Desa Panglipuran keberadaanya dalam struktur
Pemeritahan tidak di atur lebih oleh UUD melainkan di atur dengan Peraturan
Daerah (PERDA) yang berlaku di desa tersebut mengenai kedudukan desa
adat.
Desa Adat memiliki aturan yang menjadi kokohnya sistem struktur
pemerintahan di desa tersebut, aturan adat yang ada di desa Penglipuran yaitu
bernama awig-awig. Awig – awig adalah aturan yang dibuat oleh karma desa
pakraman masing – masing. Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3
Tahun 2003 disebutkan bahwa Hukum Adat (awig – awig dan pararem)
adalah hukum adat Bali yang hidup dalam masyarakat Bali yang bersumber
dari Catur Dresta serta dijiwai oleh Agama Hindu Bali. Jadi pada
dasarnya awig-awig berfungsi mengatur mengenai hak dan kewajiban krama
desa yang berhubungan dengan falsafah Tri Hita Karana, yaitu hubungan
krama dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Prahyangan), hubungan krama
dengan krama (pawongan), dan hubungan antara krama dengan alam
lingkungan (palemahan).

8
Struktur pemerintahan di desa adat bukan lagi pada sistem formal, sesuai
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan,
Fungsi Dan Peranan Desa Adat Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
Dalam Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Dizaman Reformasi pada aturan Perda
no 3 tahun 2001 diubah nama adat dijadikan pakraman pada tahun 2001-
2019.
Desa adat itu berdiri sendiri atau di sebut republik kecil, syarat
membentuk desa adat minimal ada 3 tempat ibadah, 112 hektar untik hutan
bambu dan 5 tegalan. Sumber desa adat, iuran, baik bentuk barang atau uang/
tenaga.sumber dana yg lain kalau didesa formal/desa dines ada disebut
prebekel, kelurahan. Didesa adat tidak mendapat dana desa, karena tidak diat.
Di Desa adat itu tidak ada Bumdes, tetapi di desa adat harta kekayaanya
itu diperoleh dari usaha, Perda no 4 tahun 2019 mengatur kegiatan ekonomi
selain LPD, LPD pada Perda no 3 tahun 2017 berkecimpung di simpan
pinjam, aset yang digunakan sekarang 27 miliar dan untuk modal 6 miliar
dengan deposit dari masyarakat dan tabungan dari pembagian SHU 60%
untuk pembangunan desa adat 20%.
Desa adat walaupun otonom tapi tidak boleh ditakuti pemerintah karena
kami harmonis, Falsafah yang menjiwai adalah prihita Karana ( harmoni,
damai, seimbang sejahtera, kebahagiaan) yang selalu di tuju oleh desa adat
Desa adat juga sebagai suplay terbesar dalam menyumbang BAT sebesar
10 miliar ke Pemerintah. Basic Attention Token, atau BAT, adalah token
yang memberi tenaga platform periklanan digital berbasis blockchain baru
yang dirancang untuk memberi imbalan yang adil kepada pengguna atas

9
perhatian mereka, sambil memberikan imbalan yang lebih baik kepada
pengiklan atas pengeluaran iklan mereka
Dibanding dengan desa lain terdapat organisasi pemuda di desa adat,
layaknya provinsi jawa dalam satu desa organisasi di sebut Karang Taruna
Sagiat Paran, namun beda lagi di desa adat ada organisasi tersebut dinamakan
Seke Terune ( pemuda yang tidak akan menikah dari umur 13 tahun ).
Kemudian ada Sekepetalang yang artinya keamanan, Sekebaris yang artinya
sudah nikah, Sekegong artinya suka musik, dan Sekerutengah artinya juru
masak
Konservasi budaya sebagai bentuk peningkatan dalam pemberdayaan
desa Penglipuran disebut Desa kalah patah, dalam Konservasi berhubungan
dengan keturunan kepada anak cucu ( pemuda ) "SESANE MANUT
LINGGIH, LINGGIH MANUT SESANE" keluarga jadi hormat, hormat pada
keluarga.

B. Tata Ruang Desa Adat

Pak Wayan Supat ssebagai Ketua Adat Desa Panglipuran menyebutkan


bagian dari tata ruang desa adat.Sebagai ketua adat tidak dibolehkan untuk
memerintah saja, namun ikut bergerak.
Tata Ruang Desa Adat (TRI MANDALA) Tri Mandala adalah panduan
dan konsep dasar optimalisasi fungsi tempat suci sebagai pusat pembinaan
dan pengembangan sumber daya manusia secara utuh, menyeluruh dan
terintegrasi demi tercapainya kemerdekaan dan kesejahteraan rohani yang
sesuai dengan spirit dan maksud yang terkandung dalam konsepsi Tri
Mandala tersebut, yaitu:
 Uttama mandala (area utama), 
 Madhyama mandala (area tengah) dan 
 Kanistama mandala (area luar), 
Tempat suci pura hendaknya difungsikan untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitas suci sesuai ajaran dharma yang memiliki dua dimensi utama, yaitu:

10
 Dimensi vertikal, yaitu komunikasi dan hubungan vertikal warga Hindu
dengan Brahman/Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa melalui aktivitas-
aktivitas ritus-spiritual,
 Dimensi horisontal, yaitu komunikasi dan hubungan antar-manusia sesama
warga Hindu khususnya dan masyarakat luas umumnya melalui aktivitas-
aktivitas ritus-sosial.
Ke dua dimensi aktivitas-aktivitas tersebut hendaknya dilaksanakan
secara serasi, selaras, seimbang dan saling melengkapi secara harmonis
sebagai bentuk penghayatan dan implementasi nilai-nilai dan ajaran Hindu
Dharma. Pelaksanaan ke dua dimensi aktivitas-aktivitas tersebut pun
hendaknya disesuaikan dengan :
 tempat (desa), 
 waktu (kala) dan 
 ruang (patra) 

Dalam Tata Ruang Tidak seperti candi atau kuil Hindu di India yang
berupa bangunan tertutup, pura dirancang sebagai tempat ibadah di udara
terbuka yang terdiri dari beberapa zona yang dikelilingi tembok. Masing-
masing zona ini dihubungkan dengan gerbang atau gapura yang penuh ukiran.
Lingkungan atau zonasi yang dikelilingi tembok ini memuat beberapa
bangunan seperti pelinggih yaitu tempat suci bersemayam hyang, meru yaitu

11
menara dengan atap bersusun, serta bale (pendopo atau paviliun). Struktur
tempat suci pura mengikuti konsep Trimandala, yang memiliki tingkatan
pada derajat kesuiannya yaitu : nista mandala atau jaba pisan, madya mandala
atau jaba tengah, dan utama mandala atau jeroan.
1. Nista Mandala atau jaba pisan merupakan zona terluar yang
merupakan pintu masuk pura dari lingkungan luar. Pada zona ini
biasanya berupa lapangan atau taman yang dapat digunakan
untuk kegiatan pementasan tari atau tempat persiapan dalam
melakukan berbagai upacara keagamaan.
2. Madya Mandala atau jaba tengah merupakan zona tengah tempat
aktivitas umat dan fasilitas pendukung. Pada zona ini biasanya
terdapat Bale Kulkul, Bale Gong (Bale gamelan), Wantilan (Bale
pertemuan), Bale Pesandekan, dan Perantenan.
3. Utama Mandala atau jeroan merupakan zona paling suci di dalam
pura Di dalam zona tersuci ini terdapat Padmasana, Pelinggih
Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale
Pawedan, Bale Murda, dan Gedong Penyimpenan.

Tangga dan teras menuju Candi Bentar yang membelah gapura Pura
Penataran Agung Besakih. Meskipun demikian, tata letak zona Nista Mandala
dan Madya Mandala kadang tidak mutlak seperti demikian, karena beberapa
bangunan seperti Bale Kulkul atau Perantenan (dapur) pura dapat pula
terletak di Nista mandala.
Pada aturan zona tata letak pura maupun puri (istana) di Bali,
baik gerbang Candi yang di sebut Candi
bentar maupun Paduraksa merupakan satu kesatuan rancang arsitektur. Candi

12
bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar yang membatasi
kawasan luar pura dengan Nista mandala zona terluar kompleks pura.
Sedangkan gerbang Kori Agung /Gelung Agung atau Paduraksa digunakan
sebagai gerbang di lingkungan dalam pura, dan digunakan untuk membatasi
zona  Madya mandala dengan Utama mandala sebagai kawasan tersuci pura
Bali. Maka disimpulkan baik untuk kompleks pura maupun tempat tinggal
bangsawan, candi bentar digunakan untuk lingkungan terluar Universal
Umum, sedangkan paduraksa untuk lingkungan dalam atau Pribadi Private .
Ada beberapa jenis pura, masing-masing melayani fungsi tertentu dari
ritual Bali di seluruh kalender Bali. Pura-pura Bali diatur sesuai dengan dunia
fisik dan spiritual orang-orang Bali, yang sesuai dengan poros suci kaja-
kelod, dari gunung di puncak dunia para dewa, arwah hyang, dataran subur
tengah di dunia manusia dan makhluk lain, sampai ke pantai dan lautan, dan
banyak alam di Indonesia.
a) Pura Kahyangan Jagad
adalah pura yang universal. Seluruh umat ciptaan Tuhan sejagat boleh
bersembahyang ke sana. Pura Kahyangan Jagat tersebar di seluruh dunia. Di
Bali karena berkaitan dengan sejarah yang berusia panjang, pura Kahyangan
Jagat digolong-golongkan dengan beberapa kerangka (konsepsi). Misalnya
kerangka Rwa Bineda, kerangka Catur Loka Pala dan sebagainya. Pura ini
biasanya terletak di daerah pegunungan pulau, dibangun di atas lereng
gunung atau gunung berapi. Gunung-gunung dianggap sebagai dunia magis
suci dan berhantu, tempat tinggal para dewa atau hyang. Pura kahyangan
yang paling penting di Bali adalah kompleks Pura Besakih di lereng Gunung
Agung. Contoh lain adalah Pura Parahyangan Agung Jagatkarta di
lereng Gunung Salak, Jawa Barat.
1. Pura Tirta
disebut juga "Kuil Air", sejenis pura yang selain berfungsi keagamaan,
juga memiliki fungsi pengelolaan air sebagai bagian dari sistem irigasi Subak.
Para pendeta di kuil-kuil ini memiliki wewenang untuk mengelola alokasi air
di sawah di desa-desa yang mengelilingi candi. Beberapa kuil tirta terkenal

13
karena air keramatnya dan memiliki 'petirtaan' atau kolam pemandian suci
untuk ritual pembersihan. Kuil air lainnya dibangun di dalam danau,
seperti Pura Ulun Danu Bratan. Contoh terbaik dari jenis pura ini adalah Pura
Tirta Empul.
2. Pura Desa
Tipe pura yang didedikasikan untuk menyembah Dewa Brahma dan para
Dewa, yang terletak di dalam desa atau kota bersangkutan, berfungsi sebagai
pusat kegiatan keagamaan orang Bali.
3. Pura Puseh
Tipe pura yang didedikasikan untuk menyembah Dewa Wisnu
4. Pura Dalem
Tipe pura yang didedikasikan untuk menyembah Dewa Siwa, Dewi
Durga, ibu pertiwi, Banaspatiraja (barong), Sang Bhuta Diyu, Sang Bhuta
Garwa, dan dewa-dewa lainnya, Biasanya shakti Siwa, Dewi Durga,
dihormati di kuil ini. Dalam siklus hidup manusia, kuil ini terhubung dengan
ritual tentang kematian. Adalah umum juga untuk pura dalem memiliki pohon
besar seperti pohon beringin atau kepuh yang biasanya juga digunakan
sebagai tempat suci. Pura Dalem biasanya terletak di sebelah kuburan para
leluhur sebelum upacara 'ngaben' (kremasi).
5. Pura Mrajapati
Tipe pura yang didedikasikan untuk menyembah prajapati (penguasa
orang) atau kekuatan kosmik. Paling sering, di kuil ini Siwa disembah dalam
bentuknya sebagai prajapati .
6. Pura Segara
"Kuil laut", sebuah pura yang terletak di tepi laut untuk menenangkan
Dewa laut. Biasanya penting selama ritual Melasti. Salah satu contoh dari
jenis pura ini adalah Pura Tanah Lot dan Pura Uluwatu.
7. Pura Dang Kahyangan
Pura yang digunakan untuk Pemujaan kepada para Dang Guru Suci yang
telah berjasa dalam penyebaran Agama Hindu di Bali seperti Pura Agung
Pulaki, Pura Ponjok Batu, Pura Silayukti, dll

14
8. Pura Swagina
pura yang memiliki keterikatan dengan karya/pekerjaan manusia
sehingga sering disebut pura fungsional. Pemuja dari pura-pura ini disatukan
oleh kesamaan di dalam kekaryaan atau di dalam mata pencaharian
seperti; Pura Melanting untuk para pedagang, Pura Segara untuk
nelayan, Pura Subak, Pura Bedugul, Pura Ulundanu, Pura Ulunsuwi untuk
para Petani tanah basah maupun kering.

b) Sad Kahyangan atau Sad Kahyangan Jagad,


adalah enam pura utama yang menurut kepercayaan masyarakat Bali
merupakan sendi-sendi pulau Bali. Menurut kepercayaan Bali, pura-pura ini
adalah poin penting dari pulau itu, dan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan spiritual bagi Bali.
Selain pura-pura Sad Kahyangan tersebut di atas, masih banyak pura-
pura di lainnya di berbagai tempat di pulau Bali, sesuai salah satu julukan
pulau Bali sebagai Pulau Seribu Pura.
c) Dang Kahyangan
Berdasarkan pengusiran Dwijendra Tattwa, yang dalam penelitian
ditentukan sebagai sejarah Dang Hyang Nirartha, yang dalam masyarakat
Bali biasa disebut juga Sejarah Gede, menyebutkan Pura Parama Dharma,
yang berpura-pura sebagai pura Dang Kahyangan yang dibangun oleh Dang
Hyang Nirartha atau dibangun oleh masyarakat untuk menghormati dan
mengingat Dharmayatra (perjalanan suci agama) Dang Hyang Nirartha
menyebutkan sejumlah 34 pura, beberapa di antaranya:
d) Pura Kawitan
adalah tempat melakukan sembah bhakti yang ditentukan berdasarkan
keturunan atau ikatan keluarga. Pura ini umumnya terletak di dekat rumah
penyungsungnya, misalnya:
 Sanggah atau merajan, diusung oleh satu atau lebih keluarga yang
mempunyai garis keturunan yang paling dekat

15
 Pura Dadia, diusung oleh sejumlah keluarga yang mempunyai satu garis
keturunan. Umumnya masih berada dalam satu desa.
 Pura Pedharman, diusung oleh sejumlah keluarga yang merupakan satu garis
keturunan, dan keluarga tersebut telah berpencar ke berbagai desa atau
kabupaten.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Desa Adat Panglipuran
Desa Adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli. Luas Desa Adat Penglipuran kurang lebih 112 hektar,
dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Desa Adat
Penglipuran terletak pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 kilo meter dari
pusat kota Bangli, dan 45 kilo meter dari Kota Denpasar. Desa Adat
Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan territorial
Desa Penglipuran. Pada bagian hilir dari Desa Adat Penglipuran terdapat
Taman Makam Kapten Mudita yang keberadaannya ditata dengan baik,
sehingga dapat tampil juga sebagai daya tarik wisata sejarah. Mata
pencaharian penduduk di Desa Adat Panglipuran bermacam-macam.Adayang
berprofesi sebagai petani, pegawai negeri , pengrajin dan pedagang.

B. Saran KKL ke Depan


Dari pelaksanaan KKL yang telah dijalani, penulis memiliki beberapa saran
yang diharapkan dapat menjadi masukan demi perbaikan pelaksanaan
program ini di masa mendatang, diantaranya:

16
1. Sebelum pelaksanaan KKL, sebaiknya mahasiswa diberikan pembekalan
yang lebih terperinci terlebih dahulu tentang tujuan pelaksanaan serta apa
kewajiban yang harus dilakukan mahasiswa selama program
berlangsung.
2. Pihak fakultas seharusnya melakukan pemantauan di tempat KKL agar
memastikan semua mahasiswa masuk dalam tempat KKL.
3. Di harapkan untuk KKL tahun selanjutnya agar lebih memprioritaskan
tujuan KKL sebenarnya, tidak mendominasi ke tempat wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber ;
Data Tertulis dari kelas V A Ilmu Pemerintahan Agung Sunarto, M Taufik F A, Alwi
Hamdani, Lukyana Rahmadani
Data Internet
SIMDOS. (2015).https://simdos.unud.ac.id. laporan akhir hibah udayana.
https://tarubali.baliprov.go.id/pedoman

17
LAMPIRAN

1. DOKUMENTASI DESA PANGLIPURAN

18
19
20

You might also like