You are on page 1of 26
‘orupsi seperti wabah penyakic yang sudah terjangkit di mana-mana. ukan hanya ‘menyangkut pejabat publik, melainkan juga setiap orang yang sengaja menggunakan kedudukannya untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Korupsi, bukan hanya terjadi di lapisan birokrat saja, tetapi juga di lapisan masyarakat terkecil. Penyalahgunaan ini dapat terjadi bila ada peluang dan keinginan dalam wakcu yang bersamaan. Dengan mudah pelaku akan dapat memperkaya diri sendiri dan kroni-kroninya. Jenis-jenis korupsi pun semakin beragam, mulai dari suap, curang, hingga gratifikasi. A. JENIS-JENIS KORUPSI MENURUT PARA AHLI Korupsi dapat terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Pada tingkat bawah, kuantitas pelaku tergolong besar. Sementara itu, pada tingkat lebih atas melibatkan kuantitas dana yang besar, Seperti yang dinyatakan oleh Poerba (dalam Arsyad, 2013: 22), bahwa kdasifikasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang terjadi di masyarakat dibagi menjadi tiga, korupsi kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas, Berikut penjabaran dari ketiga klasifikasi tersebut.' 1. Kelas bawah merupakan KKN yang dilakukan secara kecil-kecilan, namu" dapat berdampak luas karena menyangkut ujung tombak dari pelaksanaan birokrasi. KKN pada tingkat ini dilakukan untuk sekadar bertahan hidup- 4 Jawade Hafids Arsyad, Korupsi dalam Pei , . egal) (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), him. 22. HAN Os a 14 >) Pendidikan Antikorupsi Biasanya dilakukan dengan mempersulit pelayanan yang seharusnya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Penyebab KKN semacam ini karena minimnya gaji dan kurangnya sarana untuk melakukan fungsinya secara wajar. é 2. Kelas menengah merupakan KKN yang dilakukan oleh pegawai riegeri dan birokrasi dengan menggunakan kekuasaan dan-wewenangnya. KKN pada tingkat ini tidak hanya digunakan untuk sekadar bertahan hidup, tetapi juga untuk mempertahankan posisi dan menambah kekayaan. 3, Kelas atas merupakan KKN yang dilakukan oleh para penentu kebijakan, yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan para konglomerat atau pata pelaku bighis multinasional. Dilakukan dengan cara-cara yang sukar terdeteksi karena biasanya*dilakukan dengan mengakéiiddasi hukum dan perundang-undangan. Selain pergerakan finansial sebagai hasil keuntungan, KKN tingkar ini juga telah memanfaatkan rekening bank internasional sebagai sarana mobilitas dana hasil KKN. Jenis-jenis korupsi yang cukup dikenal lainnya adalah korupsi menurut Choesnon sebagaimana dikutip oleh Alkostar (2008: 74-75). Choesnon juga membagi perbuatan korupsi dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikur.? 1. Korupsi jenis halus, yaitu korupsi yang lazim disebut sebagai uang siluman, uang jasa gelap, komisi gelap, pungutan liar, dan sebagainya. Tindak keja- hatan seperti ini boleh dikarakan tidak termasuk oleh sanksi hukum positif. 2. Korupsi jenis kasar, yaitu korupsi yang masih dapat dijerat oleh hukum jika kebetulan: tertangkap basah. Walaupun demikian, masih saja dapat luput dari jeratan hukum karena ada faktor “ada main”, yaitu faktor cahu sama tahu yang saling menguntungkan. * 3 Korupsi bersifat administratif manipulatif, yaitu jenis korupsi yang lebih sukar untuk diteliti. Seperti. ongkos perjalanan dinas yang sebenarnya tidak sepenubnya digunakan, arau penggunaan biaya yang bersifar manipulasi lainnya. (Yogyakarta: FH UII Press, 2008), him. Bab 2 Jenis-Jenis Korupsi ) 2 Anidjo Alkostar, Korups! Politik di Negara Modem, 74-75. B kan rujuan seseorang melakukan korupsi, Kuimorotome Membed, kan korupsi menjadi dua, yates a politis dan korupsi material. Beriky pemaparn ie ae a : kekuasaan yang mengarah ke pe;. 1. Korupsi politis, yaitu penyclewengan ik : mainan politis, nepotisme, klientelisme (sistem politik yang didasarkan pads ; hubungan pribadi daripada manfaat pribadi), penyalahgunzan pemungura suara, dan sebagainya. Faktor pendorong korupsi jenis ini adalah ailai-nil perbedaan (different values), yaitu merasa bahwa dirinya berbeda dari orang ; Jain, Lavar belakang psikologis tersebut di antaranya sebagai berikuc. a. Keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang Jain. b. Keinginan untuk dituakan (dihormat). c. Keinginan dianggap sebagai pemimpin oleh banyak orang. 2. Korupsi material, yaitu korupsi yang berbentuk manipulasi, penyuapan, penggelapan, dan sebagainya. Faktor pendorong korupsi jenis ini menyang- {cut nilai-nilai kesejahteraan (welfare values). Korupsi material lebih didorong oleh keinginan sebagai berikur. a. Memperoleh kenyamanan hidup. b. Memperoleh kekayaan materi. ¢. Mendapat kemudahan dalam segala aspek., Sementara itu, Alatas sebagaimana dikuti i neaa i ip Chaerudin, mengembangkan je- nis korupsi menjadi tujuh. Berikue rincian ketujuh jenis tersebut.4 1 Korupsi transaktif, yaitu jeni : b ; untungkan kedua belah pil = ™ » Korupsi ekstorsif, yaitu kory; i te psi yang dipaksakan kepada suatu pihak voopr me teror, dan penekanan terhadap kepentingan ignonng 'ngan pelaky korupsi. ™ 8 atyudi Kumerotomo, Etika Admin + Seo, NOH ae: ala Gri, 200 him. 305- (Bandung etka agian é , 3. Korupsi insentif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan cara memberikan pe- nawaran suatu jasa atau barang tertentu kepada pihak lain demi keuntungan masa depan. 4, Korupsi nepotistik, yaitu jenis korupsi yang menyangkut penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan untuk berbagai keuntungan bagi kepada keluarga dekat. 5. Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat men- dapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders information) tentang berbagai kebijakan publik yang scharusnya di- rahasiakan. 6. Korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan cara memberikan dukungan atau perlindungan. 7. Korupsi defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka memper- tahankan diri dari pemerasan. Pihak yang dirugikan terpaksa ikut cerlibat di dalammya atau membuat pihak tertentu terjebak atau babkan menjadi korban perbuatan korupsi. B. JENIS-JENIS KORUPSI MENURUT UNDANG-UNDANG TIPIKOR Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan dengan jelas jenis-jenis tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi dibagi menjadi 7 (tujuh) jenis, yaitu terkait kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Ketujuh jenis ini dipecah lagi menjadi ga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dikelompokkan sebagai berikut. L. Terkait Kerugian Keuangan Negara Jenis tindak pidana korupsi yang pertama adalah korupsi yang berkaitan dengan kerugian keuangan negara. Apakah yang dimaksud dengan keuangan negara? Keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apa pun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk bagian kekayaan negara dan segala hak-dan kewajiban yang timbul karena hal berikut. Bab 2 Jenis-Jenis'Korupsi OC pengurusan, dan pertanggungjawaban asaan, oi a ane raed tingkat pusat nu di daerah. jawaban b ett dalam penguasaan, pengurusan, ¢an pertanggungj a Usaha Milik Negara/ Daerah. me 1 Tahun 2004 tentang Perben, "& iru, Undang-Undang Nomor n ! rd Sementara itu 1 ayat (22) menyebutkan bahwa “Kerugian Negara/Dany haraan Negara Pasal 1 ay: phan adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nya! Past ju, lahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lai” 4 5 Secara lebih jelasnya, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang k., uangan Negara mengemukakan bahwa keuangan negara meliputi hal-hal beriky, * a. Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. ‘ak b. Suaru uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara sehubungan* dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. = Kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak Jain berup.# uuang, surat berharga, piuang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinihi’ dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara ~ daerah, une dalam arti luas meliputi APBN, APBD, keuangan negara L ‘erjan, » PN-P] i tara i et ‘ru 'N, dan sebagainya, Sementara itu, definisi keuangan badan hukum yang berwenang 3 Tabi bahwa “Seiap orn 1999 ada Pasal 2 dan 4 Hegara telah diarur dalam I rang ya . + Pasal 2 "ra dapar dipidana pene Merugikan ketangan ayat (1) menyebutkas Singkar D ny . ne ) tahun dan = Penjata scumur hid wn petckoncatiet i Uy i i °P1.000,099, 200.9 00,00 a lama 2 lua pubaly “tat Pidana palsg 00a mii ps US jta ruplaby tahun dan denda “Piah) atau da 2) dan paling banyak 5 Pat di re ‘hk pana ms. 20 No, 18 8, (Jakarta: ois ‘ Pendidikan 4... 8° Gtatike on. Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menjelaskan kerugian negara/daerah adalah keku- rangan wang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya, sebagai akibat perbuaran melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Dalam hal ini, yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi tidak hanya kerugian rill, rerapi juga perbuatan yang dapat menimbulkan potensi kerugian bagi negara sehingga negara gagal memperoleh pendapatan yang semestinya akan diterima. Selain pidana penjara dan denda, pelaku tindak pidana korupsi juga men- dapat ancaman hukuman mati yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999. Pasal tersebut menyebutkan bahwa dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mari dapat dijaruhkan, Secara garis besar, tindakan korupsi menurut pasal ini adalah tindakan yang meliputi unsur-unsur berikut. a. Setiap orang, termasuk anggota kelompok atau golongan tertentu. b, Dilakukan dengan tujuan. untuk mempetkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi. c. Dilakukan dengan cara.melakukan pelanggaran/melawan hukum. d. Dapat merugikan keuangan negara atau kerugian negara. Pasal yang paling banyak digunakan untuk memidana koruptor adalah Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999. Seorang.koruptor dalam pasal ini adalah orang yang menyalahgunakan jabatan atau kedudukannya untuk melakukan korupsi yang merugikan keuangan negara. Pidana yang dijaruhkan paling singkat 1 (satu) tahun dan. paling lama 20 (dua puluh) tahun penjara, serta denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Berikut ini contoh kasus yang: termasuk jenis korupsi yang merugikan ke- wangan negara menurut Pasal 2 dan 3 UU No. 31 Tahun 1999. 4. Seorang mandor ditugasi dalam proyek pengaspalan jalan di suatu desa yang dibiayai oleh pemerintah daerah. Mandor cersebut diam-diam memanipulasi data jumlah material yang digunakan. Dalam laporan tercatat pasit yang digunakan adalah 200 truk, ternyata yang terpakai hanya 150 truk, Sisa wang pembelian pasir digunakan untuk kepentingan sendiri. Bab 2 Jenis-Jenis Korupsi ) rumah sakit negeri melakukan pencatatan kunjungan juruhan pasien yang berkunjung sehingg, wy ah pasien yang sebenarnya, ; PNS yang menjabat SE eahanten 4 a ad cbuah kabupaten. Ia ti membayarl sjumig bersumber dari APBN. Seharusnya y, . dibayarkan kepada 33 orang gus sebesat Rp543.758.900,00. Perbuatan ig sudah pasti merugikan keuangan negara karena ang persebat berada dalan ' penguasaannya dan dapat digunakan untuk kepentingan pribadi. ny mas b. Seorang pegawai ; Namun, ia tidak menulis kesel - yang diserorkan tidak sesuai dengan jum ¢. Diketahui seorang Dinas Pendidikan di s uang tunjangan Profesi Guru yang 2. Terkait Kasus Suap-menyuap 4 Istilah suap dalam kasus korupsi adalah wang sogok atau. uang yang diberikan w kepada pihak lain untuk memperlancar tujuan tertentu. Masyarakat di Indonesia 44 menyebut suap dengan istilah uang pelicin. Kasus suap sudah terjadi cukup lama di Indonesia. Suap biasanya diberikan kepada pejabat di lingkungan birokeasi za pemerintah yang memiliki petanan penting, para penegak hukum, seta pejabat « bea cukai dan pajak. Kasusnya pun sudah cukup sulit dihitung. Ironisnya, kasus ¥ suap-menyuap ini masih dianggap lazim di masyarakat. ‘ bas Dalam sejarah budaya birokrasi di Indonesia, pemerintah masih mengguna- F = tren a ba dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Belanda, upeti. Upeti dalam bahasa Sanske : . . tanda kesetaan, Menurut sejarah : ta utpatté yang berarti bukti dai adipar neta Epa adalah salah. satu bentuk petsembahan pati atau raja-raja kecil kepada raja penakluk.® ni aturan, 8 http: ir moro, bitokras. 0-8tatf.ugm, Publi , W; -8C.1d/w.c, 28 Moi ne ‘ontent Mei zag Kumorg Muploa " s/201 » “Budaya Upet ‘eS Dudaya-upeti-suap an f 20 i. P, dan Breer Publi. ( Pendiai ndldikanAntieorups Merebaknya kasus suap membuat pemerintah membuat Undang-Undang Tindak Pidana Suap yang disahkan pada 27 Oktober 1980. Pembuatan undang- undang ini bermula dari adanya penyuapan di kalangan olahraga (sepak bola). Namun dalam undang-undang inj terdapat batasan terhadap tindak pidana suap, yaitu menyangkut kepentingan umum sehingga praktik suap yang bersifat individual tidak dapat dipidana.” Praktik suap yang telah terjadi sejak lama dibiarkan terus-menerus membuat suap seolah-olah dibenarkan. Bahkan sudah bukan menjadi rahasia umum bila masyarakat hingga kini masih beranggapan bahwa untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil atau TNI/Polri harus selalu disertai dengan suap yang bernilai hingga racusan juta rupiah, Anggapan inilah merambah hingga ke sektor swasta dan kelas masyarakat ekonomi paling bawah. Ironisnya, suap-menyuap tidak hanya dilakukan olch rakyat kepada pejabat atau pegawai negeri dan penegak hukum, tetapi juga terjadi sebaliknya. Pejabat atau calon pejabat tidak jarang melakukan suap kepada rakyat dengan harapan mereka akan memilihnya dalam pemilihan umum serta mendukung kebijakan- kebijakannya. Hal ini jelas sering terjadi dalam konteks pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan gubernur (pilgub), dan pemilihan presiden (pilpres). Kasus suap sering disamaartikan dengan hadiah (gif) dan gratifikasi. Perlu dicermati bahwa, suap berbeda dengan hadiah dan gratifikasi. Suap adalah pemberian yang diberikan selalu disertai dengan imbalan yang sesuai dengan keinginan si pemberi suap. Hadiah adalah suatu yang diberikan tanpa adanya ekspektasi imbalan atau timbal balik, sedangkan gratifikasi adalah hadiah Pegawai di luar gaji yang telah ditentukan. Dalam tindak pidana korupsi, kasus suap dibedakan dengan kasus gratifikasi. Harus dipahami bahwa transaksi suap dapat terjadi karena keterlibatan dua pibak yang saling menguntungan (simbiosis mutualisme), yairu penyuap dan } Pejabat yang disuap. Transaksi ini disebut dengan istilah resiprokal atau saling | berbalasan. Suap ini dapat terjadi bila telah ada kesepakatan antara kedua belah Pibak atas jumlah uang, kepurusan/kesepakatan, dan bentuk transaksi yang diingin- i, v a5 ante Saleh, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), him. wf van, hukum pidana kasus suap diberikan kedua be} 8 = . balk yang memberi maupun yang menerima suap, ity an, ; ‘ yang bersangkut oy Tahun 1999 j0- UU No. 20 Tahun 2001, tindak p dengan kasus suap~ menyuap, baik penyuap Maupun & rerkalt b, Pasal 5 2 dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, Pasal 5 ayat (2), Pasay 6a,” Pasal 6 ayat (2), Pasal 11, Pasal, 12 haruf a, b,c, dang korupsi Y298 disuap, diatur (1) hurufa dan b, , mm ae Pasal Tindak Pidana Koru or i un abel 2.1 Rumusan Kasus Suap dalam Tin . _— Psi dan Contohny as Seorang pedagang ‘etary antik dari luar Negeri tidak ) Penjara maksimal 5 (lima) tahun 2. Memberi atau janji dan atau pidana memiliki persyaratan piece denda maksimal dokumen sehingga 8. Kepada pegawai | Rp250.000.000,00 | barang antik ditahan a = negeri atau {dua ratus lima puluh | petabuhan. Agar barang- ‘s penyelenggara juta rupiah). barangnya dapat dil x negara; Pedagang tersebut berkata | ¥ 4. Dengan maksud kepada pegawai bea cukai ‘supaya berbuat bahwa ia akan atau tidak berbuat -barang antik dengan nilai sesuai dalam jutaan rupiah apabila mau abetennya membebaskan barang- penage barang dagangannya. dengan kewajibannya. . Setiap orang; M i 7 Seseorang memberikan 3. Kovacs eat Satu mobil kepada pegawai Negeri atau bea cukai agar mobil- - Penyelenggara mobil dagangannya yang | P negara; ditahan dipelabuhan dapat | @ 4. Karena atay dibebaskan. berhubungan yar Sesuaty ¢ntangan kewajiban, dilakukan atau tidak Dari kasus sebelumnya, apabila pegawai bea cukal Menerima barang antik atau mobil dari pedagand dan membebaskan parang” barang yang ditahan maka 4 dapat dipastikan pegawai bea cukai tersebut telah melakukan transaksi suap- menyuap. Agar perkara jual beli tanah dimenangkan di pengadilan, seorang warga memberi uang pelicin kepada hakim dengan nominal yang telah disepakati. 3, Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b. . Setiap orang; 2. Memberi atau menjanjikan sesuatu; 3. Pada hakim; 4, Dengan maksud untuk memengaruhi keputusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili. Setiap orang; 2. Memberi atau menjanjikan sesualu; 8. Kepada advokat yang menghadiri : — sidang pengadilan; 4. Dengan maksud untuk memengaruhi nasihat atau pendapat'yang akan diberikan berhubungan ‘dengan perkara yang diserahkart kepada pengadilan untuk diadili. . Rakim atau advokat; | Yang menerima Penjara maksimal 15 (lima belas) tahun dan denda maksima! Rip750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Agar perkara jual beli tanah dimenangkan di pengaditan, seorang warga meyakinkan advokat untuk memenangkan perkara dengan iming-iming uang |. Yang telah disepakati. burufb Dari kasus sébelumnya, apabila hakim dan advokat petberian atau menerima uang dari seorang Janji; ‘warga agar perkara jual beli 3. Sebagaimana yang tanah dapat dimenangkan dimaksud dalam maka dapat dipastikan pasal 6 ayat (1) hakim dan advokat tersebut burut aatau b. telah manjadi penerima suap. Penjara maksimal 5 (lima) tahun dan denda maksimal Fp250.000.000,00 (dua ratus lima putuh Juta rupiah). Bab2 Jenis-Jenis Korupsi ¢ 23) 4. Patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ‘ada hubungan. |. Pegawai negeri atau penyelenggara Penjara maksimal 20 (dua puluh) tahun negara; dan denda maksimal 2, Menerimahadiah =|: Rpt. -000.000,000,00 ai alat atau janji; (satu miliar rupiah). | dirinya may Telakue 3. Diketahuinya pe hacfah atau atau {| Mobil-mobil dagange. janjitersebut Pelabuhan yang bolum diberikan untuk memenuhi pers) menggerakkannya dokumen, Dalam hatin, maui ia telah melakukan hal yang bertentangan dengan aap oo ‘o tanggung jawab dan . kewajiben jabatan yang bertentangan nya, kewajibannya; 4. Patut diduga” bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk Seorang pegawai bea cukti ‘Mengetahui bahwa hadian ‘Mobil yang diterimanya Merupakan alat agar dit Mencabut penahanan Mobil-mobil dagangan tidak melakukan sesuatu dalam Jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; 4, Patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. 1, Hakim; °2. Menerima hadiah: atau janji; ‘3. Diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut:diberikan untuk memengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, 1. Advokat yang menghadiri sidang di pengadilan; 2. Menerima hadiah atau janji; }3. Diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji dersebut untuk ‘snemengaruhi ‘nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubungan dengan putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, Dalam hal ini, ia telah melakukan hal yang bertentangan dengan tanggung jawab dan kewajiban jabatannya. Seorang hakim menerima sogokan dari seorang warga atas perkara jual beli tanah agar memberikan putusan yang menguntungkan penyuap tersebut. Padahal perkara jual beli tanah | tersebut sangat lemah. Hakim tersebut telah melakukan korupsi. ; Advokat menerima sogokan dari seorang warga atas perkara jual beli tanah memberikan pembelaan yang lemah kepada pihak lawan. Tentu saja hal ini menguntungkan si penyuap dan mamenangkan perkara, Advokat tersebut sudah melakukan korupsi. Masih seperti contoh Pasal 13 : 1, Setiap orang: i belumnya, seoran, hadiah 3 (tiga) tahun dan sel 9 2. vemeni denda maksimal pedagang barang antik ya, lg , ip150.000.000,00 | mau menyuap pegawai "Y, 3. Kepada pegawal bea cukai. Seandainya pedagang barang antik tap, ji persis (atau Menganggap) k (seratus lima puluh negeri; s 4. Doren mengingat | juta rupiah). vasaan atau sowenang yang kalau jabatan yang dipy | melekat pada si pegawai memungkinkan j, jabatan atau untuk membantunya maka ¢; kedudukannya, ini artinya ia sudah termasy ' atau oleh si pemberi | melakukan perbuatan i hadiah atau janji korupsi. ‘e dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, | a 3. Terkait Penggelapan dalam Jabatan a Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggelapan adalah proses, cara, ata! perbuatan menggelapkan. Dalam hal ini penggelapan yang dimaksud adaleh penyelewengan yang dilakukan untuk menutupi, atau membuat falta menjadi tidak nyara. Perbuatan ini dilakukan untule kepentitigan diti sendiri atail kelompok tertentu. Adapun yang dimaksud dengan penggelapan dalam jabatan” adalah kasus penyelewengan atau korupsi i ipsi yang mengakibatkar kerugian keuangan negara yang berkedok pada kedudukan dan jabatan. ” - Tindale pidana isi tendah. ingga | L kasus-kasus korupsi yatt seting terjadi di berbagai tertinggi, P Es feelin ne i. pun merambah dalam ” Penggelapan j “masuk dalam ranah hukum Bnet adalah perbuatan pidana sti Beelapan jaba alam hal ini, ada dua hulum pide 4 Jabatan, Bila yang ~ @ wea bersangkutan adalah bi igunaa, Da 1” Wewey 9h, Yoayakarta: imei 22". Tindak Konpsi so Pidane ¢ 26 ) 2N9 Mediatama, 2008), him. 38-2: pejabat publik maka pelaku penggelapan dalam jabaran diancam pidana penjaca maksimal 5 (lima) tahun sesuai Pasal 374 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi, “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.” Contoh kasus, misalnya seorang karyawan ditahan karena diduga menggelapkan uang perusahaan sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah). Berbeda halnya apabila penggelapan dalam jabatan tersebut dilakukan oleh pejabar umum atau pegawai negeri. Penggelapan oleh pejabac publik diatur dalam pengaturan umum, yaitu Pasal 415 KUHP. Kasus korupsi penggelapan dalam jabatan diarur dalam Pasal 8, Pasal 9, serta Pasal 10 huruf a, b, dane UU No, 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001. ‘abel 2.2 Rumusan Kasus Penggelapan dalam Jabatan dalam Pasal Tindak Pidana Korupsi dan Contohnya : eee = 1, Pegawai negeri Penjara maksimal 15 | Seorang pegawai negeri atau orang selain (lima belas) tahun mengetahui bahwa pegawal negert dan denda.maksimal | atasannya melakukan yang ditugaskan ‘| Rp750,000.000,00 penggelapan surat-surat menjalankan suatu § —_‘|'(tujuh ratus lima. puluh | dan dokumen berharga. jJabatan umum secara | juta rupiah). Ja pun membiarkan dan terus-menerus atau Mmembantu atasannya untuk sementara 4 untuk menggelapkan waktu; i ‘| dokumen tersebut agar 2. Dengan sengaja; H dapat menikmati hasil yang 3. Menggelapkan atau | didapatkan, membiarkan orang ai rant poet: Penjara maksimal ' ca cang selain 5 (lima) tahun dan pegawai neger| denda maksimal yang ditugaskan p250.000.000,00 menjalankan suatu (dua ratus tima, Puluh jabatan umum secara juta Tupiah). terus-menerus atau untuk sementara, waktu; Dengan sengaja; Memalsukan; . Buku-buku atau daftar- daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi. Pegawai negeri atau orang selain Pen ’ Penjara maksimal 7 (tujuh) tahun dan vod Reger denda maksimat és berwen en Hr “00.000,00 kedinasan dengan? fn umm secre. | {2 mupian) ns Puan | membakar ruang nae i MI ‘erus-menerus atay . bukti INAS aay Untuk sementara i Seorang pegawai neget Mengetahui rancana da" aksi yang ditakukan ole tekannya dalam os Pembakaran ruang dit wet yang mengakibatkan 5 data lenyap ditalap aps namun ia E Membiarkan orang tain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakal;, Barang, akta, atau daftar sebagaimana disebut pada Pasal 10 huruf a. . Pegawai negeri Seorang pegawai negeri atau orang selain mengetahui rekannya pegawai neger! akan melakukan aksi yang ditugaskan pembakaran ruang dinas. menjalankan suatu Karena aksi tersebut juga jabatan umum secara_ menguntungkan baginya, terus-menerus atau ~ ja pun membantu rekannya untuk sementara dalam aksi tersebut. waktu; . Membantu orang Jain menghilangkan, 4. Terkait Perbuatan Pemerasan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pemerasan berasal dari kata dasar “peras” yang bermakna meminta. uang dan sejenisnya dengan ancaman. Dalam bahasa Belanda, pemerasan berasal dari kata afpersing, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut blackmail, adalah salah satu bentuk tindak pidana umum. Blackmail diartikan sebagai a threatening demand made without justification, yaita permintaan dengan mengancam tanpa justifikasi (pembenaran/persetujuan). Istilah pemerasan sudah tidak asing bahkan populer di masyarakat. Tujuan Pemerasan sendiri adalah untuk memperkaya diri sendiri dengan merugikan orang lain. Di Indonesia, suatu perbuatan digolongkan sebagai tindak pidana | Pemerasan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 368 KUHP yang menyatakan bahwa “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau Bab 2 Jenis-Jenis Korupsi © ns hukurn, memaksa seseorang dengan kekerasay ay orang lain secara neva vspeikan barang se502tU, Yang sclurchny, ‘ ancaman kekerasan untul —_ itu atau orang lain, atau supaya mend sehagan wah eadeon piutang, diancam karena pemerasan dene apus| | mm oe ~ bilan) tahun.”. pidana penjara paling lama 9 (sem! se dak plana pemersin sy ahami unsur utama : Untuk mem: kehendak pelaku yang memaksa orang lain denga, i danya niat atau kehe m a aileleoes disertai ancaman, Perlu dipahami juga bahwa sejatinya ora * dipens tidak akan memberikan wang atau barang kepada pela Pemerisy ‘pai tidak dipaksa dan diancam. Adapun yang dimaksud tindak pidap, korupsi pemerasan adalah usaha pemaksaan dengan kekerasan. atau ancama kekerasan sehingpa orang itu menyerahkan sesuatu atau mengadakan utang aty menghapus piutang. Pada delik penipuan, korban tergerak untuk menyerahka sesuatu dengan rayuan, martabar palsu, tipu muslihat, serta rangkaian kata-kat, bohong? ‘Tindak pidana korupsi pemerasan diatur dalam Pasal. 12 huruf e, g, dan | UU No. 20 Tahun 2001. Adapun unsur-unsur, pidana, dan contoh kasus tindak pidana korupsi'adalah sebagai berikut. ‘Tabel 2.3 Rumusan Kasus Pemerasan dalam Pasal Tindak Pidana Korupsi. dan Contohnya legeri atau Penjara laksimal Pegawai Balai F : Barvelenagera negara; 20 (dua puluh) tahun Kepuiseges eee ™enguntungkan diti rel coo ooatstnat Ketter iad y 3. Semaitatau orang iain; | (eatu mice eae es at act yana ra Melawan hukum; "| baru altanan ai. 4. Memaksa Seseorang m Sesuai mombayar, tay” 1. Pegawai negeri atau Seorang pegawai suku penyelenggara negara; dinas ketonagakerjaan 2. Pada waktu yang bertugas melayani menjalankan tugas; pambuatan kartu kuning 3. Meminta atau menerima ikut menagih uang denda pekerjaan, atau kepada suatu perusahaan menyerahkan barang; atas perbuatan melanggar Seolah-olah merupakan hukum perusahaan utang kepada dirinya; tersebut kepada tenaga 6. Diketahuinya bahwa kerjanya, seolah-olah ia hal tersebut bukan adalah pegawai bidang merupakan utang. pengawasan. 1. Pegawai negeri atau Seorang pegawai imigrasi penyelenggara negara; meminta pembayaran dari 2, Pada waktu rekannya sesama pegawai menjalankan tugas} imigrasi sebagai imbalan 3. Meminta, menerima, atas jasanya melancarkan atau memotong proses pembuatan paspor pembayaran; terhadap ayahnya yang 4, Kepada pegawai negeri akan berangkat haji. atau penyelenggara negara yang lain atau ‘kas umum mempunyai utang kepadanya; & Diketahuinya bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. 5. Terkait Melakukan Perbuatan Cutang Perbuatan curang identik dengan ketidakjujuran dan lick. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, curang memiliki arti tidak jujur, tidak lurus hati, dan tidak adil. Dalam hal ini, orang yang melakukan perbuatan curang telah mengingkari hati quraninya dan berniat untuk memperoleh keuntungan. Dalam bahasa Inggris, curang adalah fraud yang memiliki arti penipuan. Sikap ini dapat membuat seseorang menjadi serakah, tamak, dan tidak me- medulikan nasib orang lain. Misalnya dalam proses produksi mie basah yang menggunakan bahan bahan baku (cepung) yang kadaluarsa atau dengan meng- gunakan bahan-bahan yang tidak menyehatkan, seperti boraks. Tentu saja kecurangan ini dilakukan untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya de- gan modal seminim mungkin, Sikap apatis ini memang tidak berdampak nyata bagi si pelaku, tetapi sangat jelas merugikan bagi konsumen. Bab 2 Jenis-Jenis Korupsi oleh beberapa penyebab, di antaranya a gakibatkan tindak pidana korupsi. Pry korupsi dengan perbuatan curang semakin marak terjadi. Seiring dengan ~ ‘as erintah untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, ™ . . ' recurangan pun mendapat perhatian khusus. Jenis korupsi dengan melala’™ perbuatan curang diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 12 huruf h UU Ne. 31 Tah, 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001. Berikut Unsy, unsur, pidana, dan contoh kasus korupsi menurut pasal tersebut. ‘Tabel 2.4 Rumusan Kasus Perbuacan Curang dalam Pasal Tindak Pidana Korupsi dan Contohnya Kecurangan ini dapat terjadi faktor ekonomi yang dapat men eS PRI Penjara maksimal Seorang penyedia barang mengirimkan 7 (tujuh) tahun dan 1. Pemborong, bangunan, atau penjual i bahan bangunan; denda maksimal pesanan barang tidak 2. Melakukan perbuatan | Rp350.000.000,00 sesuai dengan jumlah curang; (tiga ratus lima puluh pesanan (ketentuan} 3. toe erent juta rupiah). yang telah isepakey menyerahkan bahan aa Ponyacta bangunan; ” 4. Yang dapat membahayakan keamanan orang atau = barang a atau keselamatan ¥ Negara dalam keadaan Perang, 1. Pengawas bangunan atau pengay penyerahan bahan ae j manner junan; 2 Membiarkan dit terselubung ransaks pede ee cian” | Silakukan bawahannya ¥ang.menjual kemball bahan-bahan yang baru elana pnt — | Material. 4gpe3 Rekanan TNI/Polri berbuat curang dalam mendistribusikan senjata untuk keperiuan tugas. menyeral kepertuan TNi dan’ atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; Dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang. |. Orang yang Pengawas rekanan bertugas mengawasi TNI/ Polri membiarkan penyerahan barang perbuatan curang keperiuan TNI dan/ tersebut. atau Kepolisian Indonesia; Membiarkan perbuatan Pasal 7 ayat (1) hurut o); 3. Dilakukan dengan ‘sengaja. |. Orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan TNI dan/ atau Kepolisian Negara Republik indonesia; , Membiarkan perbuatan curang; . Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(1) huruf c. 6. Terkait Benturan Kepentingan dalam Pengadaan Secara garis besar, yang dimaksud dengan bencuran kepencingan dalam pengadaan adalah keikutsertaan seorang pegawai negeri atau penyclenggara negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan schingga memengaruhi terjadinya kerugian negara. Dalam hal ini, Bab 2 Jenis-Jenis Korupsi 33 wai negeri Yang curut serpy p korupsi bila ia seorang P&B a diange _ sescorang : ; Jam daan diatur pada pgadaan ya"® se kepentingan (ie al dari Pasy lpm Rumusin korupsi ten 20 Tahun 2001 beras i Pasal 435 re (1) huruf ¢ Undang-Undang Nomar 3 7 1) UU No. 31 Tahun 1999. Orang dikarakan melakoukan tings huruf i memenuhi unsur-unsur: be ving peor 1971, dan pidana korupsi menurut Pasal 12 ? = fa. pegawa atau penyelenggara negara a b. dengan sengajas % « epee atau tidak langsung turut serta eal Pemborongan dala g dan atau persewaans . a ome dilakukan perbuaran untuk seluruh atau sebagian ditugashnse untuk mengurus atau mengawasinya. ‘a Ancaman pidana bagi koruptor yang terbukti melakukan tindak Pidana jg diana pesjaramalsimal 0 (dua puluh) tahun penjara, dan denda mabeing® Rp!.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Adapun contoh tindak Pidana korupi* jenis ini misalnya pegawai pemerintah atau pejabat publile Pegawai negeri in ihc pengadaan yang seharusnya ia urus, eee a © it 7 si a ian ee Gratifikasi In n ; : baru. Tidak sediki mma (bonus) atau gratifikasi bukanlah hal yang terbut merpatan hebianas oe nese Pemberian hadiah (bom) Pot kemuanbetkenbang dan nap tt Odava Indonesia. Hadiah ini * = engancam Kerugian negara. Perumusan pol balan ene 2. Sebapai Pegawai pntts Sawai publik yang menerima hadi. Din Kane 8 ene mereka adalah melayani publ day oo Indones: €ndapatkan bonus, 4 tar pai: . Fd, Bratifikasi, fart . i Soe Cc gratifikasi ~ ‘ti tua, bate -Vadang Nomor 20 Tabus 20!0 hanya berbentuk, uang, rabat (aishos us komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.'® Sesungguhnya, praktik gratifikasi atau pemberian hadiah di kalangan m at tidak semua bersifat negatif, tetapi perlu diperhatikan adanya sebuah larangan bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gracifikasi. Masyarakat masih menyamakan penggunaan gratifikasi sebagai hadiah atau suap. Untuk amembedakan antara hadiah dan gratifikasi dari sisi pelaku, ada sebagian orang berpendapat bahwa jika pelaku memberikannya sebelum selesai proses perkara, hal itu dinilai sebagai gratifikasi,"’ Undang-Undang Tipikor mengelompokkan 7 (tujuh) tindak pidana korupsi. Secara jelas, bahwa undang-undang tersebut membedakan jenis tindakan suap dan gratifikasi, Dalam. pasal Undang-Undang Tipikor dijelaskan bahwa pemberian gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara tidak melanggar hukum selama pemberian tersebut tidak berhubungan dengan jabatan atau bertentangan dengan kewajiban dan tugasnya. Di sisi lain, suap selalu memiliki dimensi yang diperuntukkan melawan hukum, yaitu untuk menggerakkan penyelenggara negara agat melakukan atau tidak melakukan sesuatu.”? Pengaturan tentang penerimaan gratifikasi baru muncul setelah perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Pasal 12B ayat (1) yang mengatur gratifikasi dimasukkan ke dalam Undang-Undang Tipikor. Dalam pasal ini terdapat sebuah kewajiban bagi terdakwa melakukan pembuktian bahwa grarifikasi yang direrimanya tidak berhubungan dengan jabatannya dan bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya. Hal ini tercermin dalam ayat (1) Pasal 12B, sebagai berikut, , 0 Wind, Gata Krnas Sloe dln Hacer Pana la tne ah 2, 11 bid. him. 27. 12 Indonesia Corruption Watch, Stud! tentang Penerapan Pasal Gratifikasi yang Dianggap Suap pada Undang-Undang Tipikor, (Jakarta: Edisi Maret 2014), him. 23. ‘ Bab 2 Jenis-Jenis Korupsi ¢ 35) Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 () Seciay graces kepada Pegawai negesi atay dianggap pemberian suap, apabila bethubungan tea yang berlawanan dengan kewajiban atau tugas PER sebagai berikut: nye, dengan pt a“ nilainy 10.000.6 . yang ailainya Rp 000,00 (sepulth jutg a pembuktian bahwa gratifikasi terseb bi 0 Ne . ut bukan mery dilakukan oleh penerima gratifikasi: Pakan ty b. yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 ( ; i. ONY GSepulth juta rp: pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakulean Oleh umum. Pettuniy (2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelengpara negara . dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup pidana penjara paling singkar 4 (empat) tahun dan Paling lama 20 (dq puluh) tahun, dan pidana denda Paling sedikit Rp200.000.000,09 (dm tatus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu mitiay rupiah). Dalam Pasal 12C UU No. 20 Tahun 2001, suacu perbuatan termasuk tindakan korupsi harus memenuhi unsur-unsur: 1, pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2. menerima gratifikasi; 3. yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban amu tugasnya; 4. penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi. Walaupun demikian, pencegahan juga dapat diupayakan dengan melakukan pelaporan penerimaan gratifikasi oleh pegawai negeri atau penyelenggara nega selama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya gratifikasi. Pelaporan inilah : menjadi perhatian sehingga ada pemberatan pidana pada Pasal 12B jo. Pasal | Undang;-Undang Tipikor. Slain cu, pelaporan penesimaan gift’ oh PF gawai negeri atau penyelenggrara kepada KPK dapat disertai dengao pepo harta kekayaan agar lebih maksimal. < 36 Pendidikan Antikorupsi Dalam konteks Pasal 12B Undang-Undang Tipikor, terdakwa memiliki ke- wajiban untuk membuktikan penerimaan pemberian tersebut tidak berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Pembalikan beban pembuktian ini berlaku secara terbacas, artinya jaksa tetap berkewajiban membuktikan bahwa pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut telah menerima gratifikasi yang dianggap suap. Porensi lain yang muncul dari Pasal 12B Undang-Undang Tipikor adalah definisi gratifikasi yang cakupannya cukup luas dan bisa saja berkembang. Bisa jadi segala bentuk pemberian yang tidak disebutkan dalam penjelasan pasal, menjadi kasus yang dapat dikenakan pasal gratifikasi terkait suap pula. Wacana yang paling kuat mengenai bentuk gratifikasi yang akan datang, misalnya gratifikasi scksual, Seperti gratifikasi yang diterima oleh Maharani Suciyono sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dari Ahmad Fathanah, pelaku suap kuota impor daging sapi, setelah melakukan hubungan seksual dengannya. C. TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN KORUPSI Selain ketujuh bentuk tindak pidana korupsi dengan tiga puluh rinciannys, ada beberapa tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Tindak pidana Jain ini juga diatur dalam UU No. 31 Tahun 1999. Berikut beberapa tindak pidana tersebut. ‘Tabel 2.5 Rumusan Kasus Tindak Pidana Lain yang Berkaican dengan Korupsi . dan Contohnya |. Setiap orang; Penjara maksimal Merintangi proses .. Dengan sengaja: 12 (dua belas) tahun | pemeriksaan perkara . Mencegah, merintangl, | dan denda maksima) | korups!. atau menggagalkan; —_| Rp600.000.000,00 . Secara langsung atau | (enam ratus juta tidak langsung; rupiah). . Penyidikan, penun- tutan, dan pemerikeaan i sidang terdakwa Maupun para saksi dalam perkara korups! Bab 2 Jenis-Jents Korupsi ¢ 37 » . Dengan sengaja; . Tidak memberikan keterangan atau memberlkan kete- fangan palsu; }. Tentang keterangan harta bendanya, harta. | benda istri/suaminya, harta benda anaknya, atau harta benda setlap orang atau korporasi yang diketahui atau patut diduga mempunyai hubungan | dengan tindak pidana | korups! yang difakukan tersangka. , Orang memegang rahasia jabatan to memberikan keteo? atau memberikan keterangan pals 4. Saksi; Penjara maksimal Saks! membuka +2. Menyebut nama 3 (tiga) tahun dan identitas pelapor. atau alamat pelapor denda maksimal a atau hal-hal lain Rp160.000.000,00 © yang memungkinkan (seratus lima puluh diketahuinya identitas | juta tupiah). pelapor.

You might also like