You are on page 1of 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353399681

Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

Article  in  Jurnal Studi Pemuda · July 2021


DOI: 10.22146/studipemudaugm.62533

CITATIONS READS

12 3,743

4 authors, including:

Irin Oktafiani Marya Yenita Sitohang


Indonesian Institute of Sciences National Research and Innovation Agency
16 PUBLICATIONS   36 CITATIONS    21 PUBLICATIONS   40 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Rahmat Saleh
Indonesian Institute of Sciences
5 PUBLICATIONS   23 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Medical Anthropology View project

Ekspedisi Nusa Manggala 2018 View project

All content following this page was uploaded by Irin Oktafiani on 23 July 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Studi Pemuda
Volume 10 Nomor 1 Tahun 2021
http://doi.org/10.22146/studipemudaugm.62533

Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda


Irin Oktafiani1, Marya Yenita Sitohang1, Rahmat Saleh1,2
1
Researcher in Research Center for Population, Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Indonesia
2
Master Program in Sociology, University of Indonesia, Indonesia
irin.oktafiani@gmail.com | maryayenita19@gmail.com | rahmat.saleh01@ui.ac.id

ABSTRACT
Youth generation in the agrarian sector is needed to maintain food production and the
possibility of discovering or developing new technologies. This article aims to describe the
development of studies on farm children's existence, especially in Indonesia, and why many
have decided not to become farmers. This article uses a qualitative research approach based on
digital methods. Data were obtained through a literature review of 42 journal articles from
previous research regarding children and young people in farming families. All data collected
was processed using NVivo software. The findings of this study indicate that farmer
regeneration in Indonesia faced various complex problems. Children's education factors,
including dropping out of school, access to limited land, poverty, and migration activities,
dominate the difficulty of regenerating farmers in farming families. This article also shows the
need for intervention from various parties to support increased food security.
Keywords: Family Farming | Regeneration | Youth

Kontribusi: Dalam artikel ini, Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, dan Rahmat Saleh berperan
sebagai Kontributor Utama.

PENDAHULUAN di sektor pertanian ini terus terjadi hingga


tahun 2018. Data Kementerian Pertanian
Sektor pertanian sangat menunjukkan bahwa terjadi penurunan
berkontribusi dalam penyerapan tenaga jumlah tenaga kerja di sektor pertanian
kerja di Indonesia. Setidaknya, satu dari sebesar 1.080.722 jiwa dari tahun 2017 ke
tiga orang tenaga kerja di Indonesia tahun 2018 (Arvianti dkk., 2019).
berkecimpung dalam dunia pertanian Penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja
(Kementerian Pertanian, 2015). Namun di sektor pertanian menjadi hal yang cukup
demikian, data Badan Pusat Statistik memprihatinkan mengingat ketahanan
menunjukkan telah terjadi penurunan pangan nasional yang bertumpu pada sektor
tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor ini.
pertanian, yaitu dari sekitar 44,51% pada
tahun 2004, menjadi 34,28% di tahun 2014 Upaya peningkatan penyerapan
(Pranadji dan Hardono, 2015). Fenomena tenaga kerja di sektor pertanian merupakan
penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja hal yang kompleks. Tenaga kerja di sektor

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 1


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

pertanian kerap menghadapi berbagai non-pertanian (Pranadji dan Hardono,


permasalahan yang mencakup rendahnya 2015)
produktivitas, daya beli, tingkat
kesejahteraan serta meningkatnya alih Proses regenerasi petani berkaitan
fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor juga dengan keluarga. Anak-anak muda
non pertanian (Rusastra dan Suryadi, 2004; yang terjun ke dunia pertanian umumnya
Nugroho et al., 2018). Hal ini menyebabkan terjadi melalui proses regenerasi petani
terjadinya peralihan tenaga kerja dari sektor dalam keluarga yang berarti pengelolaan
pertanian ke sektor non-pertanian (Nugroho usaha pertanian diwariskan dari orang tua
et al., 2018). Begitu pula dengan golongan kepada anaknya (Anwarudin dan Satria,
muda yang seharusnya menjadi roda 2020). Upaya pertanian keluarga ini telah
penggerak dalam sektor pertanian. Sensus terjadi sejak puluhan tahun yang lalu.
pertanian di tahun 2013 menunjukkan Geertz (1963) melakukan kajian mengenai
rendahnya proporsi petani berusia di bawah involusi pertanian di Jawa dan menemukan
35 tahun di Indonesia, yaitu sebesar 12,9% bahwa kehidupan keluarga petani Jawa
(BPS, 2013). Penurunan angka penyerapan berkaitan dengan budaya sekaligus terdesak
tenaga kerja di sektor pertanian dari tahun oleh kehidupan ekonomi. Pandangan untuk
ke tahun menunjukkan bahwa belum memiliki banyak anak tidak diiringi dengan
banyak generasi muda yang masuk dalam banyaknya lahan yang bisa diwariskan
sektor pertanian menggantikan kelompok kepada anak-anak petani membawa dilema
tenaga kerja sebelumnya. tersendiri dalam kehidupan mereka.
Kuantitas tenaga kerja tidak didukung
Permasalahan regenerasi petani ini dengan luasnya lahan pertanian keluarga.
juga dialami negara-negara lain yang Padahal, lahan yang diwariskan dari
bergerak di bidang agraria. Zapico, et al. keluarga mendorong terjadinya proses
(2019) dalam tulisannya memaparkan regenerasi petani dan munculnya petani-
bahwa nilai terhadap kehidupan pertanian petani muda.
yang dianggap tidak ‘bergengsi’ juga
berdampak terhadap aspirasi generasi muda Proses regenerasi petani yang terjadi dalam
di pedesaan, yang cenderung memilih keluarga merupakan proses yang kompleks.
bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat
yang dianggap lebih menjanjikan beberapa penelitian yang berupaya untuk
memberikan penghasilan, selain juga untuk menggambarkan lebih dalam kompleksitas
tujuan pendidikan. Minimnya regenerasi permasalahan regenerasi petani di
petani dari kalangan muda menjadi stressor Indonesia maupun secara global
atau tekanan yang cukup ‘mengguncang’ (Anwarudin, Satria, dan Fatchiya, 2018;
dunia pertanian. Sejalan dengan kajian Wardani dan Anwarudin, 2018; Anwarudin
Zapico et al., Rodríguez et al. (2018) dalam et al., 2019; Nazaruddin dan Anwarudin,
tulisannya juga menyinggung tentang 2019; Dayat, Anwarudin dan Makhmudi,
pudarnya nilai-nilai terkait tradisi lokal 2020). Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan
petani, hilang atau pudarnya minat generasi untuk mendeskripsikan perkembangan
muda terhadap kegiatan pertanian, studi-studi mengenai regenerasi petani
merupakan beberapa faktor sosial yang secara nasional maupun global serta
dapat mempengaruhi ketahanan sosial menganalisis faktor dibalik minimnya
ekologi rumah tangga petani. Selain itu, peran generasi muda dalam sektor
karakteristik keluarga berupa jumlah anak, pertanian.
umur anak, dan ukuran keluarga
METODE PENELITIAN
mempengaruhi keputusan petani muda
untuk beralih dari sektor pertanian ke sektor Artikel ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif, berbasis

2 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

metode digital baik dalam pengumpulan penelitian tersebut, kami memilih 42


data maupun pengolahan data. Penelitian literatur yang dianggap sesuai dengan
ini menggunakan hasil penelitian- tujuan dari studi ini yaitu berkaitan dengan
penelitian terdahulu sebagai sumber data. regenerasi petani dan alasan dibalik
Pencarian artikel jurnal menggunakan keputusan anak dari keluarga petani. Dari
search engine google secara umum, google 42 literatur tersebut, 20 penelitian berlokasi
scholar, dan situs pencarian jurnal di Indonesia sedangkan 22 lainnya
internasional yaitu JSTOR, Elsevier, dan mengambil tempat di negara lain. Data
Wiley online library dengan kata kunci literatur yang terpilih merupakan data
keluarga petani, petani muda, regenerasi terkait regenerasi petani di Indonesia yang
keluarga petani, dan pertanian pemuda. dianalisis sejak 2014 hingga 2020,
Selanjutnya dalam bahasa inggris, kata sedangkan tulisan terpilih dari negara lain
kunci yang digunakan adalah family merupakan hasil penelitian sejak tahun
farmers, young farmers, farmers’ 1994 hingga 2020. Tidak ada konsekuensi
regeneration. Penggunaan kata kunci ini signifikan dalam pemilihan tahun literatur
bertujuan untuk membatasi topik penelitian karena perbedaan waktu tersebut tidak
secara umum dan sebagai pemetaan awal berdampak pada kasus-kasus regenerasi
pada isu regenerasi petani. Setelah petani secara umum.
membaca judul dan abstrak dari penelitian-

Sumber: Data Olahan Peneliti (2020)


Sebagian besar literatur yang analisis terkait isu-isu aktual yang dalam
didapatkan berbentuk artikel jurnal, diikuti hal ini terkait regenerasi petani. Setelah
dengan buku dan jenis naskah akademik literatur terkumpul kemudian kami
lainnya berupa tesis dan laporan. Dominasi melakukan penelaahan dengan melihat
artikel jurnal yang digunakan dapat konsep-konsep yang paling banyak muncul
menggambarkan dengan lebih baik dari 42 literatur tersebut menggunakan
bagaimana dinamika fenomena dalam software Nvivo untuk dibuat crosstab dan
regenerasi petani muda. Kecepatan proses matriks. Melalui crosstab dan matriks,
penulisan dan penerbitan naskah serta penulis kemudian dapat melihat dan
dinamisnya isu yang bisa diangkat dalam menganalisis isu-isu yang paling sering
suatu jurnal menjadi beberapa faktor yang muncul dalam keluarga petani dari 42
mendukung jurnal dalam menyajikan literatur tersebut.

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 3


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

VISUALISASI OUTPUT LITERATUR sekolah, dan migrasi. Kata kunci ini


REVIEW [SOFTWARE NVIVO] menggambarkan isu-isu yang sering
dibahas dalam menggambarkan petani
Beberapa konsep kunci yang sering muda atau regenerasi di dunia pertanian.
muncul dalam literatur-literatur terkait Apabila dilihat dalam kurun waktu tertentu,
petani muda adalah akses, keterbatasan perkembangan isu tersebut terlihat pada
lahan, pendidikan, kemiskinan, petani gambar 2 berikut.
muda, regenerasi, keluarga, resiliensi, putus

Gambar 2. Perkembangan Studi Regenerasi Petani

Sumber: Data Olahan Peneliti (2020)

Isu terkait akses (seperti akses terhadap sekolah, regenerasi dan petani muda.
lahan, pembiayaan, pasar, dan infrastruktur Namun demikian, isu terkait kemiskinan,
produksi –irigasi, pupuk, peralatan, jalan, keterbatasan lahan dan migrasi cenderung
transportasi–), kemiskinan, migrasi dan kurang dibahas dalam literatur apabila
petani muda merupakan isu-isu awal yang dibandingkan dengan isu lain seperti akses,
sering muncul dalam kurun waktu 1999- pendidikan dan putus sekolah. Dalam hal
2010. Sedangkan dalam sepuluh tahun ini, petani muda menjadi subjek yang akan
terakhir, isu yang dibahas semakin dibahas dan keluarga merupakan sistem
berkembang yaitu membahas tentang dimana petani muda diharapkan
keterbatasan lahan, keluarga, isu bermunculan.
pendidikan yang lebih spesifik yaitu putus

4 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

Gambar 3. Frekuensi Munculnya Kata Kunci

Sumber: Data Olahan Peneliti (2020


Dari sepuluh kata kunci tersebut kami kesulitan dalam membiayai pendidikan
mendapatkan hasil bahwa isu mengenai anak-anaknya. Hal demikian membuat
petani muda/young farmer paling banyak keluarga petani tidak mampu untuk
dibicarakan dari 42 literatur yang melanjutkan pendidikan anak-anaknya
dikumpulkan. Petani muda dalam hal ini (putus sekolah atau tidak lanjut ke jenjang
merupakan anak dari keluarga petani yang yang lebih tinggi). Selain itu, keluarga
memutuskan untuk berkontribusi di sektor petani menganggap bahwa menjadi petani
pertanian dan masih berusia muda. kurang menjanjikan bagi masa depan anak-
Sedangkan regenerasi merupakan kata anaknya, sehingga orangtua tidak
kunci yang paling sedikit digunakan untuk mewariskannya. Keluarga petani
menjelaskan fenomena petani muda dalam mendorong anak-anaknya untuk bekerja di
sektor pertanian. Hal ini dikarenakan luar sektor pertanian. Oleh karena itu, hal
regenerasi lebih sering dibahas secara ini menjadi salah satu penghambat dalam
implisit dalam sebuah penelitian sehingga regenerasi petani.
mempengaruhi kemunculan kata kunci ini
(sedikit muncul). Apabila dilihat lebih Dari hasil olahan data ini, penulis akan
lanjut, pendidikan, putus sekolah dan akses menggambarkan lebih dalam fenomena
menjadi isu yang sering dibahas para petani muda dan alasan dibalik generasi
peneliti dalam menggambarkan petani muda atau anak dari keluarga petani
muda. Studi Leavy dan Sally (2010) memutuskan untuk menjadi petani
menyatakan bahwa pendidikan merupakan sehingga terjadi regenerasi dalam sektor
isu yang sering dibahas pada saat meneliti pertanian. Berikut pada tabel 1 di bawah ini
tentang petani muda.Tingkat kesejahteraan adalah hasil crosstab literatur menurut kata
keluarga petani yang tergolong rendah kunci.
membuat keluarga petani mengalami

Tabel 1. Crosstab Literatur


No. Kata kunci Penulis / Referensi

1. Akses (Abrahams, 1992; Wolf, 2001; Brandth, 2002; Leavy and


Sally, 2010; Price, 2012; Gutmann et al., 2012; Lehmann-
horn et al., 2014; Fischer and Burton, 2014; Kontogeorgos et
al., 2014; Moreno-Pérez and Lobley, 2015; Schewe, 2015;
Susilowati, 2016; The European Access to Land Network,

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 5


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

2018; Carolan, 2018; Djurfeldt, 2018; Anwarudin et al.,


2019; May et al., 2019; Nazaruddin and Anwarudin, 2019;
Valliant et al., 2019, 2020; Korzenszky, 2019; Magagula and
Tsvakirai, 2020; Valliant and Freedgood, 2020; Dayat,
Anwarudin and Makhmudi, 2020)

2. Keterbatasan Lahan (Susilowati, 2016; Suryati and Yuniati, 2017; Pamungkaslara,


2017; Arimbawa and Rustariyuni, 2018; Laa, 2018; Pranata,
2018; Arvianti et al., 2019; Kusumo and Mukti, 2019;
Anwarudin and Satria, 2020; Santoso, Effendy and
Krisnawati, 2020)

3. Keluarga (Rahayu, 2014; Anshar and Syukur, 2016; Musrah, 2016;


Susilowati, 2016; Pamungkaslara, 2017; Suryati and Yuniati,
2017; Mua, Manginsela and Baroleh, 2017; Pranata, 2018;
Wardani and Anwarudin, 2018; Wehantouw, Manginsela and
Moniaga, 2018; Arimbawa and Rustariyuni, 2018; Laa, 2018;
Nazaruddin and Anwarudin, 2019; Anwarudin et al., 2019;
Arvianti et al., 2019; Kusumo and Mukti, 2019; Anpersya
and Wirdanengsih, 2020; Anwarudin and Satria, 2020; Dayat,
Anwarudin and Makhmudi, 2020)

4. Resiliensi (Abrahams, 1992; Djurfeldt, 1996, 2018; Wolf, 2001; Fischer


and Burton, 2014; Lehmann-horn et al., 2014; Carolan, 2018;
The European Access to Land Network, 2018; Anwarudin et
al., 2019; Nazaruddin and Anwarudin, 2019; Anwarudin and
Satria, 2020)

5. Kemiskinan (Abrahams, 1992; Wolf, 2001; Leavy and Sally, 2010; Price,
2012; Djurfeldt, 2018; The European Access to Land
Network, 2018; Magagula and Tsvakirai, 2020)

6. Migrasi (Abrahams, 1992; Moxnes Jervell, 1999; Wolf, 2001; Leavy


and Sally, 2010; Price, 2012; Gutmann et al., 2012;
Susilowati, 2016; Mua, Manginsela and Baroleh, 2017; The
European Access to Land Network, 2018; Carolan, 2018;
Arvianti et al., 2019; Korzenszky, 2019; May et al., 2019;
Magagula and Tsvakirai, 2020)

7. Pendidikan (Moxnes Jervell, 1999; Wolf, 2001; Brandth, 2002; Leavy


and Sally, 2010; Lehmann-horn et al., 2014; Rahayu, 2014;
Fischer and Burton, 2014; Kontogeorgos et al., 2014;
Moreno-Pérez and Lobley, 2015; Schewe, 2015; Anshar and
Syukur, 2016; Musrah, 2016; Susilowati, 2016; Mua,
Manginsela and Baroleh, 2017; Pamungkaslara, 2017; Suryati
and Yuniati, 2017; Laa, 2018; Pranata, 2018; The European
Access to Land Network, 2018; Arimbawa and Rustariyuni,
2018; Wardani and Anwarudin, 2018; Wehantouw,

6 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

Manginsela and Moniaga, 2018; Carolan, 2018; Korzenszky,


2019; Kusumo and Mukti, 2019; May et al., 2019;
Anwarudin et al., 2019; Nazaruddin and Anwarudin, 2019;
Valliant et al., 2019, 2020; Arvianti et al., 2019; Anpersya
and Wirdanengsih, 2020; Magagula and Tsvakirai, 2020;
Santoso, Effendy and Krisnawati, 2020; Dayat, Anwarudin
and Makhmudi, 2020)

8. Putus Sekolah (Rahayu, 2014; Moreno-Pérez and Lobley, 2015; Anshar and
Syukur, 2016; Musrah, 2016; Susilowati, 2016; Mua,
Manginsela and Baroleh, 2017; Suryati and Yuniati, 2017;
Pranata, 2018; The European Access to Land Network, 2018;
Wardani and Anwarudin, 2018; Wehantouw, Manginsela and
Moniaga, 2018; Arimbawa and Rustariyuni, 2018; Carolan,
2018; Laa, 2018; Nazaruddin and Anwarudin, 2019; Arvianti
et al., 2019; Kusumo and Mukti, 2019; Anpersya and
Wirdanengsih, 2020; Anwarudin and Satria, 2020; Magagula
and Tsvakirai, 2020)

9. Regenerasi (Rahayu, 2014; Anshar and Syukur, 2016; Musrah, 2016;


Mua, Manginsela and Baroleh, 2017)

10. Petani Muda (Abrahams, 1992; Moxnes Jervell, 1999; Wolf, 2001;
Brandth, 2002; Leavy and Sally, 2010; Gutmann et al., 2012;
Price, 2012; Fischer and Burton, 2014; Kontogeorgos et al.,
2014; Lehmann-horn et al., 2014; Moreno-Pérez and Lobley,
2015; Schewe, 2015; Susilowati, 2016; Pamungkaslara, 2017;
Laa, 2018; Pranata, 2018; The European Access to Land
Network, 2018; Wardani and Anwarudin, 2018; Wehantouw,
Manginsela and Moniaga, 2018; Arimbawa and Rustariyuni,
2018; Carolan, 2018; Djurfeldt, 2018; Korzenszky, 2019;
Kusumo and Mukti, 2019; May et al., 2019; Nazaruddin and
Anwarudin, 2019; Anwarudin et al., 2019; Valliant et al.,
2019, 2020; Arvianti et al., 2019; Anpersya and
Wirdanengsih, 2020; Magagula and Tsvakirai, 2020;
Anwarudin and Satria, 2020; Santoso, Effendy and
Krisnawati, 2020; Valliant and Freedgood, 2020; Dayat,
Anwarudin and Makhmudi, 2020)

Sumber: Data Olahan Peneliti (2020)


KRISIS PADA SEKTOR PERTANIAN: miliar orang, yang berarti terjadi
KONDISI DEMOGRAFI DAN LUAS peningkatan lebih dari 100 persen sejak
LAHAN tahun 1960-an. Beberapa wilayah
mengalami fenomena yang disebut transisi
Populasi penduduk terus bertambah, demografi, dimana terjadi peningkatan
walaupun dengan kecepatan yang menurun. angka harapan hidup yang sekaligus
Jumlah penduduk saat ini mendekati 7,5 dibarengi dengan penurunan angka

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 7


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

fertilitas secara perlahan. Walaupun pertanian harus terus dijaga. Karena sektor
demikian, fenomena ini tidak terjadi di ini menghasilkan bahan pangan yang
seluruh wilayah. Di beberapa wilayah dikonsumsi setiap hari oleh seluruh umat
seperti di Asia Selatan dan Sub-Sahara manusia di dunia. Namun faktanya, data
Afrika misalnya, populasi penduduk muda pada tabel 2 di bawah ini menunjukkan
memiliki tingkat fertilitas yang tinggi, yang kondisi sebaliknya. Pada tahun 2017, sektor
mengakibatkan angka pertumbuhan pertanian hanya menggunakan 37% dari
penduduk yang tinggi. Pergerakan luas daratan global. Secara regional,
penduduk dari area rural ke urban proporsi ini merupakan lebih dari 50% dari
sepertinya masih terus berlanjut. Saat ini total tanah di Asia, dan kurang dari 25% di
hanya 45% dari total penduduk dunia yang Eropa. Secara keseluruhan, baik global
masih terklasifikasi rural, berdasarkan maupun regional di Asia, trennya adalah
definisi rural di masing-masing negara terjadi penurunan minat untuk menjadi
(FAO, 2019). pekerja di sektor pertanian (petani,
persoalan regenerasi) meskipun luas lahan
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, yang pertanian cenderung stabil dari tahun 1997-
mana penduduk membutuhkan makan 2017.
setiap hari maka sektor pangan dan

Tabel 2. Tenaga Kerja dan Lahan pada Sektor Pertanian

WORLD 1997 2007 2017

Employment in agriculture (%) 40.3 35.0 28.5

Agricultural land area (% of total land area) 37.6 37.3 37.1

ASIA 1997 2007 2017

Employment in agriculture (%) 49.0 41.8 31.9

Agricultural land area (% of total land area) 53.4 52.9 53.6

Sumber: FAO (2019), diolah oleh peneliti


Lebih rinci di tingkat global, sekitar 1,5 Kondisi sektor pertanian di tingkat Asia
miliar petani hidup dari lahan kecil kurang Tenggara, meskipun lahan pertanian
dari 2 hektar, 410 juta orang cenderung mengalami perluasan tetapi
mengumpulkan hasil hutan dan padang terjadi tren penurunan pada minat
rumput, 100–200 juta orang menjadi pekerjanya (petani, persoalan regenerasi).
penggembala ternak, 100 juta orang Data pada tabel 3 di bawah ini
berprofesi sebagai nelayan kecil, serta 370 menunjukkan kondisi demikian. Jumlah
juta lainnya merupakan kelompok masyarakat yang bekerja sebagai petani
masyarakat adat yang sebagian besar cenderung terus mengalami penurunan.
bertani (FAO 2017). Ditambah lagi masyarakat yang hidup di
desa pindah ke kota karena pekerjaan

8 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

sebagai petani dirasa kurang menjanjikan. makanan yang lebih beragam dibanding
Penurunan pekerja sektor pertanian ini penduduk desa. Artinya, penduduk desa
tentu mempengaruhi produksi pangan. yang sebagai petani, harus memberi makan
Sementara jumlah masyarakat di perkotaan penduduk di seluruh negeri, jumlah pangan
yang bukan bekerja di sektor pertanian, yang diproduksi juga harus lebih banyak
terus bertambah. Selain itu, penduduk ragamnya.
perkotaan juga cenderung mengkonsumsi

Tabel 3. Tenaga Kerja dan Lahan pada Sektor Pertanian

ASEAN 1997 2007 2017

Employment in agriculture (%)

- Brunei Darussalam 1.4 0.8 1.4

- Kamboja 75.0 50.9 30.8

- Indonesia 41.2 41.3 30.8

- Laos 83.2 75.2 68.4

- Malaysia 17.3 14.8 11.2

- Myanmar 63.3 56.0 50.6

- Filipina 40.4 34.5 25.4

- Singapore 1.0 1.0 0.5

- Thailand 50.4 39.5 30.9

- Vietnam - - -

ASEAN 1997 2007 2017

Agricultural land area (% of total land area)

- Brunei Darussalam 1.9 2.2 2.7

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 9


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

- Kamboja 25.9 30.3 31.5

- Indonesia 24.0 29.3 33.2

- Laos 7.6 8.9 10.4

- Malaysia 21.2 21.6 26.1

- Myanmar 16.1 18.3 19.7

- Filipina 38.0 39.5 41.7

- Singapore 1.8 1.2 0.9

- Thailand 40.0 38.8 43.3

- Vietnam - - -

Sumber: FAO (2019), diolah oleh peneliti


Terkait persoalan regenerasi, stereotip kuat mengenai petani, yang
golongan muda merupakan masalah pertama adalah pertanian erat dengan
sendiri. Saat ini dengan populasi lebih eksistensi laki-laki. Bagi Brandth (2002, p.
kurang seperlima populasi dunia, namun 184), pertanian keluarga adalah patriarki
mereka enggan berkarir di sektor pertanian. karena laki-laki dekat dengan kepemilikan
Ide yang berkembang untuk menarik lahan, sedangkan perempuan hanya bisa
mereka ke dalam pertanian, selain berusaha berkontribusi sejauh pengorganisasian
mendorongnya menjadi petani secara lahan dan strategi penjualan hasil produksi.
langsung, juga ditawarkan untuk profesi Pewarisan lahan umum diberikan kepada
lain yang tidak langsung, yakni pengusaha anak laki-laki sedangkan perempuan hanya
pangan (food entrepreneurs), ilmuwan, dan bisa menjadi istri dari pemilik lahan. Dalam
penyuluh pertanian (extension agents). laporannya Li (2015:3-14) pada pertanian
Namun, untuk mendapatkan hasil yang kelapa sawit di Kalimantan Barat dijelaskan
lebih signifikan, maka pemerintah perlu posisi perempuan sebagai istri pemilik
membantu petani muda untuk akses kepada lahan pun tetap tereksklusi. Ia menemukan
lahan, kredit perbankan, pendidikan, serta bahwa perempuan tidak memiliki hak untuk
keterampilan teknis yang memadai (FAO ikut menentukan pada saat suami memilih
2014). untuk menggadaikan lahan atau
menjualnya. Padahal, dalam proses
PERMASALAHAN REGENERASI produksi perempuan memiliki beban kerja
PETANI DI INDONESIA yang sama. Sayangnya, tetap saja kerja
Stereotip dan Sulitnya Regenerasi Petani pertanian dianggap sebagai kerja laki-laki.
Oleh karena itu anak-anak perempuan
Pada konteks ini dapat dikatakan jarang yang mau melanjutkan pekerjaan
bahwa sulitnya regenerasi petani erat sebagai petani karena pekerjaan ini
kaitannya dengan stereotip yang ada di dianggap berada di domain laki-laki.
masyarakat. Setidaknya terdapat dua
10 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

Stereotipe kedua yaitu petani adalah 2001). Melalui transmisi nilai dalam
profesi yang dekat dengan kemiskinan. keluarga, anak belajar untuk menilai apa
Bertani dianggap menjadi pekerjaan yang yang dianggap lebih baik untuk dilakukan.
jauh dari kemapanan dan kesejahteraan Ditambah lagi dengan peranan lingkungan
karena sering dikaitkan dengan kondisi sosial yang dapat memberikan konteks
kehidupan masyarakat desa (Leavy and nilai, norma, budaya lokal di dalam suatu
Sally, 2010:7-10). Menjadi petani dianggap masyarakat. Nilai-nilai yang
tidak menguntungkan karena kadang kala ditransmisikan, baik yang dilakukan oleh
ongkos produksi melampaui harga jual dari keluarga maupun lingkungan sosial,
hasil tanam. Bayang-bayang kemiskinan kemudian mempengaruhi perkembangan
menghantui para generasi muda, baik yang personal anak atau individu dalam
berasal dari keluarga petani maupun bukan. kesiapannya untuk ‘terjun’ di masyarakat.
Ditambah lagi karena pertanian erat dengan Peran keluarga dan lingkungan kemudian
bisnis keluarga, maka para (calon) petani melegitimasi bagaimana stereotip
muda ini hanya bisa bergantung kepada kehidupan petani yang sulit sejahtera
peran keluarga/kerabat dibandingkan menjadi hal yang lumrah terjadi dalam
kepada pemerintah. masyarakat. Sehingga berprofesi sebagai
petani merupakan opsi terakhir untuk
Terkait dengan regenerasi petani, dipilih bahkan di dalam keluarga petani itu
Arimbawa dan Rustariyuni (Arimbawa and sendiri.
Rustariyuni, 2018:1565) menjelaskan
bahwa tingkat pendidikan tinggi Sementara itu di tengah sulitnya
berbanding terbalik dengan keputusan anak regenerasi petani mulai bermunculan
muda untuk meneruskan menjadi petani. gerakan-gerakan pendukung bagi anak
Hal ini ternyata didukung oleh keinginan petani dan generasi muda petani.
dari orangtua agar anak mereka tidak Setidaknya di Eropa dan Amerika Utara
menjadi petani lagi. Wehantouw, gerakan dukungan kepada young farmers
Manginsela dan Moniaga, (2018:9), dalam mulai bergairah kembali. Dukungan-
penelitian di Desa Treman, Minahasa dukungan dilakukan mulai dari edukasi
Utara, menyatakan bahwa alasan generasi petani pemula dan dukungan pinjaman serta
muda bekerja di sektor non-pertanian sistem pengelolaan tanah yang dipermudah
adalah ingin memiliki status ekonomi yang (Gutmann et al., 2012; Price, 2012; Fischer
lebih tinggi daripada menjadi petani, seperti and Burton, 2014; Carolan, 2018; The
memiliki pendapatan tetap. Dari kedua European Access to Land Network, 2018;
tulisan dapat terlihat bahwa keengganan Korzenszky, 2019; May et al., 2019;
untuk menjadi petani muncul tidak hanya Valliant et al., 2019; Valliant and
dari dalam diri sendiri akan tetapi juga Freedgood, 2020). Di Indonesia, percepatan
dibentuk oleh lingkungan. Generasi muda regenerasi petani dilakukan diantaranya
merasa bahwa menjadi petani bukanlah dengan memperbanyak dukungan baik dari
keputusan yang baik karena tidak bisa segi edukasi, diantaranya perbaikan
menaikkan status sosial mereka ditambah persepsi orangtua mengenai status ekonomi
lagi, tingkat pendidikan yang tinggi petani, penyuluhan terkait produksi dan
dianggap tidak sepadan dengan profesi ini. distribusi hasil pertanian, hingga dukungan
ekonomi berupa bantuan-bantuan dari
Kedua stereotip tersebut di atas pemerintah (Anwarudin, Satria and
dapat terbentuk dan langgeng di masyarakat Fatchiya, 2018; Wardani and Anwarudin,
tidak terlepas dari adanya transmisi nilai 2018; Anwarudin et al., 2019; Anwarudin
atau yang dikenal sebagai sosialisasi. and Satria, 2020; Dayat, Anwarudin and
Peranan ini dipegang oleh keluarga sebagai Makhmudi, 2020). Dari beberapa studi
unit sosial terkecil yang memiliki fungsi terkait percepatan regenerasi tersebut,
sosialisasi kepada anak (Georgas dkk.,

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 11


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

penulis melihat bahwa dukungan tanpa menempuh proses pendidikan tinggi


masyarakat non-petani juga tidak kalah (Musrah, 2016). Intervensi dari orang tua
penting untuk membantu regenerasi petani. tersebut, ditambah dengan kondisi ekonomi
Hal ini terkait dengan usaha-usaha yang kurang memadai sering menjadi
menaikkan kesejahteraan petani sehingga alasan dibalik kejadian putus sekolah di
akan banyak orang yang bisa tertarik untuk antara anak-anak petani (Anshar and
mengembangkan sektor pertanian. Oleh Syukur, 2016; Mua, Manginsela and
karena itu dukungan semua pihak sebagai Baroleh, 2017). Dalam suatu penelitian di
faktor eksternal penting untuk mendukung suatu desa, fenomena putus sekolah anak
percepatan regenerasi petani. yang berasal dari keluarga petani
ditemukan mencapai 70% (Pranata, 2018).
Dilema Pendidikan Tinggi Petani Muda Selain itu, dalam keluarga petani, anak-
anak memang sering dimanfaatkan sebagai
Keluarga petani merupakan sistem sumber daya untuk bekerja dalam sektor
yang menjalankan berbagai fungsi pertanian dengan alibi memberi
keluarga, seperti fungsi ekonomi dan kesempatan pada mereka untuk
pengasuhan pada anak (Laa, 2018). Fungsi- mengembangkan potensi diri (Suryati and
fungsi yang dijalankan petani sebagai orang Yuniati, 2017).
tua akan berdampak pada proses
pendidikan anak-anak dalam keluarga Di lain pihak, terdapat petani yang
tersebut (Rahayu, 2014; Musrah, 2016; menganggap pendidikan setinggi-tingginya
Mua, Manginsela and Baroleh, 2017; sebagai upaya meningkatkan taraf hidup
Anpersya and Wirdanengsih, 2020). (Musrah, 2016). Petani yang mendukung
Meskipun ada yang mengungkapkan bahwa pendidikan anaknya akan memberikan
tingkat pendidikan petani tersebut tidak bimbingan, keteladanan tidak hanya dalam
berpengaruh pada tingkat pendidikan anak- pendidikan intelektual tetapi juga psikis dan
anaknya (Dayat, Anwarudin and sosial, serta memberi motivasi pada
Makhmudi, 2020), tetapi menurut Santoso, anaknya agar lebih giat belajar (Rahayu,
dkk ( 2020) tingkat pendidikan, baik formal 2014). Tidak heran terdapat sebagian kecil
maupun informal, berpengaruh nyata petani muda yang memiliki gelar sarjana
terhadap percepatan regenerasi petani. (Kusumo and Mukti, 2019). Meski ada
Menurut penelitian yang dilakukan kemungkinan jurusan yang diambil para
Nazaruddin dan Anwarudin (2019), terjadi petani muda tidak terkait dengan sektor
peningkatan pendidikan di kalangan petani pertanian (The European Access to Land
yang dulunya didominasi oleh Sekolah Network, 2018).
Dasar saat ini menjadi Sekolah Menengah Generasi muda sebagai sumber
Pertama. Namun, bila dibedakan antara daya manusia di bidang pertanian memang
petani di desa dan di kota, petani desa memerlukan perbaikan dan peningkatan
memiliki tingkat pendidikan yang lebih pendidikan dan keterampilan agar sesuai
rendah daripada petani kota dengan kebutuhan dan mampu melakukan
(Pamungkaslara, 2017). inovasi yang meningkatkan produktivitas
Pola pengasuhan petani yang pertanian (Susilowati, 2016; Anwarudin et
berkaitan dengan pendidikan anaknya al., 2019; Kusumo and Mukti, 2019;
cukup beragam. Beberapa petani bersifat Anwarudin and Satria, 2020). Pendidikan di
netral dan membebaskan pilihan bidang pertanian dan aplikasi pada usaha
menempuh pendidikan pada anaknya. tani oleh petani muda menjadi contoh
Namun, ada petani yang merasa pendidikan suksesnya regenerasi petani meski orang
tidak terlalu penting karena hanya berujung tua tidak memberikan pengetahuan dan
pada mencari kerja yang sebenarnya bisa pengalaman di bidang pertanian
langsung dilakukan di sektor pertanian (Korzenszky, 2019). Salah satu penelitian

12 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

menunjukkan gagalnya regenerasi petani di menjelaskan fenomena petani muda dalam


daerah perdesaan karena kurangnya sektor pertanian.
pengetahuan dan pendidikan tentang
pertanian (Dayat, Anwarudin and Tulisan ini juga menunjukkan
Makhmudi, 2020). Pendidikan yang terkait bahwa fenomena sulitnya regenerasi petani
dengan sektor pertanian juga perlu muda bukan semata-mata terkait dengan
didukung secara ekonomi agar generasi keengganan anak-anak petani melainkan
muda dapat terjun ke sektor pertanian juga dibentuk oleh nilai-nilai yang berlaku
(Magagula and Tsvakirai, 2020). pada keluarga dan masyarakat pertanian.
Beberapa nilai tersebut diantaranya adalah
Peralihan dari sektor pertanian ke stereotip bahwa dunia pertanian dekat
sektor non-pertanian sering terjadi karena dengan dunia laki-laki, kemiskinan,
generasi muda memilih pekerjaan yang rendahnya tingkat pendidikan, dan
sesuai dengan bidang pendidikan tinggi tingginya tingkat putus sekolah dalam
yang diambil (Susilowati, 2016; keluarga petani. Keluarga memiliki peranan
Wehantouw, Manginsela and Moniaga, penting dalam proses regenerasi petani
2018). Menumbuhkan minat dan karena fungsinya dalam mentransmisikan
keterampilan generasi muda pada bidang nilai dan fungsi ekonomi yang berkaitan
pertanian telah dilakukan sejak zaman dengan pendidikan anak (termasuk
penjajahan Belanda melalui Sekolah pembiayaan). Tingkat pendidikan anak
Pertanian Rendah, Sekolah Tani Rakyat petani berperan penting dalam
dan banyak upaya pemerintah lainnya yang meningkatkan kesejahteraan keluarga
dilakukan hingga saat ini baik dalam bentuk petani. Akan tetapi di dalam keluarga petani
pendidikan formal maupun informal terdapat anggapan bahwa untuk terjun ke
(Anwarudin, Satria and Fatchiya, 2018; sektor pertanian tidak memerlukan
Arvianti et al., 2019; Anwarudin and Satria, pendidikan yang mumpuni. Seharusnya
2020). Selain itu, upaya menumbuhkan keluarga petani perlu meyakinkan anaknya
minat dan ketertarikan generasi muda ke bahwa pendidikan tinggi dibutuhkan agar
sektor pertanian dapat dilakukan sejak petani muda mampu melakukan inovasi.
pendidikan dasar dan melalui peran orang Selain itu, masyarakat berperan penting
tua yang mendukung anaknya untuk dalam membangun optimisme terhadap
berkontribusi di sektor pertanian meskipun masa depan dunia pertanian apabila anak-
berpendidikan tinggi (Susilowati, 2016; anak mereka tertarik untuk berkontribusi di
Arimbawa and Rustariyuni, 2018). sektor tersebut. Pada konteks ini, keputusan
untuk tidak menjadi petani juga terkait
KESIMPULAN dengan transmisi nilai dari orangtua yang
Sulitnya regenerasi petani muda tidak menginginkan anaknya untuk
merupakan sebuah fenomena global. Secara meneruskan profesi tersebut.
keseluruhan, baik global maupun regional Di sisi yang lain, keberhasilan
di Asia terjadi penurunan minat untuk regenerasi petani muda bisa didapatkan
menjadi pekerja di sektor pertanian apabila adanya dukungan keuangan serta
meskipun luas lahan pertanian cenderung pendidikan tinggi sehingga anak dari
stabil. Temuan penelitian ini menunjukan keluarga petani mau melanjutkan profesi ini
bahwa dalam dua dekade terakhir isu yang dan mampu melakukan inovasi-inovasi di
terkait regenerasi petani muda antara lain dunia pertanian. Beberapa pihak baik
akses (termasuk keterbatasan lahan), pemerintah maupun komunitas telah
kemiskinan, keluarga, dan pendidikan. melakukan upaya dukungan berupa edukasi
Akan tetapi term regenerasi ini sendiri dan pemberian sumberdaya seperti lahan
paling sedikit digunakan untuk dan pinjaman modal untuk mendukung
kontribusi generasi muda dalam sektor

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 13


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

pertanian. Hal ini tentunya menjadi angin masyarakat. Terakhir, penulis menyaranlan
segar bagi sektor pertanian dan studi agraria untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan
secara umum. Oleh karena itu, apabila secara empiris dan lebih mendalam terkait
upaya dukungan terhadap petani muda upaya-upaya regenerasi petani yang
semakin meluas, regenerasi petani akan dilakukan di tingkat keluarga petani dan
bisa dilakukan secara optimal dan menjadi pemangku kebijakan di Indonesia.
sebuah gerakan yang berkelanjutan dalam

14 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

DAFTAR PUSTAKA Gambaran Krisis Petani Muda


Indonesia. Agriekonomika, 8(2),
Anpersya, F. O. & Wirdanengsi, W. 2020. 168–180.
Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan https://doi.org/10.21107/agriekono
Dalam Keluarga Petani yang mika.v8i2.5429
Memiliki Anak Putus Sekolah
Tingkat SLTP di Jorong IV Rotan Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Hasil
Getah. Jurnal Perspektif : Jurnal Sensus Pertanian. Jakarta: BPS.
Kajian Sosiologi dan Pendidikan, Brandth, B. 2002. Gender identity in
3(3), pp. 528–534. European family farming: A
Anshar, H. & Syukur, M. 2018. Strategi literature review. Sociologia
Keluarga Petani Dalam Ruralis, 42(3), 181–200.
Melanjutkan Pendidikan Anak Ke https://doi.org/10.1111/1467-
Perguruan Tinggi I Desa Pebaloran 9523.00210
Kecamatan Curio Kabupaten Dayat, D., Anwarudin, O., & Makhmudi,
Enrekang. Jurnal Sosialisasi M. 2020. Regeneration of farmers
Pendidikan Sosiologi-FIS UNM, through rural youth participation in
pp. 57–62. chili agribusiness. International
Anwarudin, O. et al. 2019. Factors Journal of Scientific and
influencing the entrepreneurial Technology Research, 9(3), pp.
capacity of young farmers for 1201–1206.
farmer succession. International Food and Agriculture Organization. 2020.
Journal of Innovative Technology FAO Statistical Yearbooks - World
and Exploring Engineering, 9(1), food and agriculture 2019. Rome:
pp. 1008–1014. doi: Food and Agriculture
10.35940/ijitee.A4611.119119. Organization.
Anwarudin, O. & Satria, A. 2020. Proses http://www.fao.org/economic/ess/e
dan Pendekatan Regenerasi Petani ss-publications/ess-
Melalui Multistrategi di Indonesia. yearbook/en/#.X3Hrs2gzbIU
Jurnal Litbang Pertanian, 39(2), Food and Agriculture Organization. 2020.
pp. 73–85. doi: Selected Indicators. Rome: Food
10.21082/jp3.v39n2.2020.p73-85. and Agriculture
Organization.http://www.fao.org/fa
Anwarudin, O., Satria, A., & Fatchiya, A. ostat/en/#country
2018. A Review on Farmer Food and Agriculture Organization. 2020.
Regeneration and Its Determining Food and agriculture data. Rome:
Factors in Indonesia. International Food and Agriculture
Journal of Progressive Sciences Organization.
and Technologies, 10(2), pp. 218– http://www.fao.org/faostat/en/#ho
230. me
Arimbawa, I. P. E. & Rustariyuni, S. D. Food and Agriculture Organization. 2020.
2018. Respon Anak Petani FAO Publications Series 2019.
Meneruskan Usaha Tani Keluarga FAO Office For Corporate
di Kecamatan Abiansemal. E- Communication
jurnal EP Unud, 7(7), pp. 1558– http://www.fao.org/3/ca6126en/ca6
1586. 126en.pdf
Arvianti, E. Y., Masyhuri, M., Waluyati, Geertz, C. 1963. Agricultural Involution:
L. R., & Darwanto, D. H. 2019. The Process of Ecological Change
Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 15
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Sulitnya Regenerasi Petani pada Kelompok Generasi Muda

in Indonesia, American Larson, N. C. & Dearmont, M. 2002.


Anthropologist. California: Strengths of Farming Communities
University of California Press. doi: in Fostering Resilience in
10.1525/aa.1968.70.3.02a00550. Children.
Georgas, J., Mylonas, K., Bafiti, T., Leavy, J. & Smith, S. 2010. Future
Poortinga, Y. H., Christakopoulou, Farmers : Youth Aspirations ,
S., Kagitcibasi, C., Kwak, K., Expectations and Life Choices.
Ataca, B., Berry, J., Orung, S.,
Sunar, D., Charalambous, N., Magagula, B. & Tsvakirai, C. Z. 2020.
Goodwin, R., Wang, W.-Z., Youth perceptions of agriculture:
Angleitner, A., Stepanikova, I., influence of cognitive processes on
Pick, S., Givaudan, M., participation in agripreneurship.
Zhuravliova-Gionis, I., Development in Practice. Taylor &
Konantambigi, R., Gelfand, M. J., Francis, 30(2), pp. 234–243. doi:
Marinova, V., McBride-Chang, C., 10.1080/09614524.2019.1670138.
& Kodiç, Y. (2001). Functional Moniaga, A. D., Pauline, W. E., & B., M.
relationships in the nuclear and V. R. 2018. Faktor Beralihnya
extended family: A 16-culture Tenaga Kerja Anak Petani Ke
study. International Journal of Sektor Non-Pertanian Di Desa
Psychology, 36(5), 289-300. Treman Kecamatan Kauditan
https://doi.org/10.1080/002075901 Kabupaten Minahasa Utara. Agri-
43000045 Sosio Ekonomi Unsrat, 14(2), pp.
JPPN.com. 2017. FAO: Jumlah Petani 1–12.
Terus Berkurang. Mua, V. B., Manginsela, E. P., & Baroleh,
https://www.jpnn.com/news/fao- J. 2017. Faktor-Faktor Penyebab
sayangkan-jumlah-petani-terus- Putus Sekolah Dari Anak Petani
berkurang Dan Non-Petani Di Desa Sea Dan
Korzenszky, A. 2019. Extrafamilial farm Desa Warembungan Kecamatan
succession: an adaptive strategy Pineleng Kabupaten Minahasa.
Agri-SosioEkonomiUnsrat,
contributing to the renewal of 13(November), pp. 313–322.
peasantries in Austria. Canadian
Journal of Development Studies, Musrah, E. 2016. Persepsi Keluarga Petani
40(2), pp. 291–308. doi: Mengenai Pendidikan Di Desa
10.1080/02255189.2018.1517301. Lalabata Riaja Kecamatan Donri-
Donri Kabupaten Soppeng. Jurnal
Kusumo, R. A. B. & Mukti, G. W. 2019. Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-
Potret Petani Muda (Kasus Pada FIS UNM, pp. 1–6.
Petani Muda Komoditas
Nazaruddin and Anwarudin, O. 2020.
Hortikultura di Kabupaten Pengaruh Penguatan Kelompok
Bandung Barat). Jurnal Agribisnis, Tani Terhadap Partisipasi Dan
5(2). doi: 10.30997/jagi.v5i2.2323. Motivasi Pemuda Tani Pada Usaha
Pertanian Di Leuwiliang, Bogor.
Laa, R. 2018. Pola Asuh Anak dalam Jurnal Agribisnis Terpadu, pp. 1–
Keluarga Petani di Domloli 14
Kabupaten Alor. Al-Asasiyya:
Journal Basic of Education, Nugroho, A. D., Waluyati, L. R., &
03(01), pp. 76–104. Jamhari, J. 2018. Upaya Memikat
Generasi Muda Bekerja Pada

16 Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Irin Oktafiani, Marya Yenita Sitohang, Rahmat Saleh

Sektor Pertanian di Daerah Rusastra, I. W., & Suryadi, M. (2004).


Istimewa Yogyakarta. JPPUMA: Ekonomi tenaga kerja pertanian
Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan dan implikasinya dalam
Sosial Politik Universitas Medan peningkatan produksi dan
Area, 6(1), 76. kesejahteraan buruh tani. Jurnal
https://doi.org/10.31289/jppuma.v6 Litbang Pertanian, 23(3).
i1.1252
Santoso, A. W., Effendy, L., &
Pamungkaslara, S. B. 2017. Regenerasi Krisnawati, E. 2020. Percepatan
Petani Tanaman Pangan di Daerah Regenerasi Petani Pada Komunitas
Perkotaan dan Perdesaan Usahatani Sayuran Di Kecamatan
Kabupaten Grobogan. Bumi Samarang Kabupaten Garut
Indonesia, 6(3). Provinsi Jawa Barat. Jurnal Inovasi
Penelitian, 1(3).
Pertanian, B. P. & P. S. D. M. 2015.
Rencana Strategis Tahun 2015- Scott, J. C. 1976. The Moral Economy of
2019. Jakarta: Kementerian the Peasant: Rebellion and
Pertanian RI. Subsistence in Southeast Asia. New
Haven: Yale University Press.
Pranadji, T. & Hardono, G. S. 2015.
Mobilitas dan Produktivitas Tenaga Suryati, D. & Yuniati, M. 2017. Analisis
Kerja Perdesaan. Panel Petani Pemanfaatan Sumber Daya Anak
Nasional: Mobilisasi Sumber Daya Dalam Keluarga Untuk Mencapai
Dan Penguatan Kelembagaan Kesejahteraan Islami Pada Rumah
Pertanian, 209–221. Tangga Petani Di Kecamatan Sape
Kabupaten Bima. GaneC Swara,
Pranata, J. B. 2018 Hubungan Pendidikan 11(2), pp. 111–117.
Anak dengan Kondisi Petani di
Desa Pasirmae Kecamatan Susilowati, S. H. 2016. Fenomena Penuaan
Cipeucang Kabupaten Pandeglang. Petani dan Berkurangnya Tenaga
Universitas Pendidikan Indonesia. Kerja Muda Serta Implikasinya
Bagi Kebijakan Pembangunan
Rahayu, Y. 2014. Peran Orang Tua dalam Pertanian. Forum Penelitian Agro
Pendidikan Anak pada Keluarga Ekonomi, 34(1), pp. 35–55.
Petani di Desa Mekar Baru. Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan The European Access to Land Network.
Humaniora, 5(2). 2018. Europeʼs new farmers :
Innovative ways to enter farming
Ranzez, M. C., Anwarudin, O., & and access land.
Makhmudi, M. 2020. Peranan
Orangtua Dalam Mendukung Zapico, F., Hernandez, J., Borromeo, T.,
Regenerasi Petani Padi (Oryza Mcnally, K., Dizon, J., Baños,
Sativa L) Di Desa Srikaton L., & Fernando, E. 2019.
Kecamatan Buay Madang Timur. Traditional agro-ecosystems in
Jurnal Inovasi Penelitian, 1(2), pp. the Southern Philippines :
117–128. Vulnerabilities, threats and
Rodríguez, L. C., Antonio, J., & González, interventions. 10(4), 289–300.
C. 2018. How to make prosperous https://doi.org/10.1108/IJDRBE-
and sustainable family farming in 06-2019-0036
Cuba a reality.

Jurnal Studi Pemuda 10(1), 2021 17


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda

View publication stats

You might also like