Professional Documents
Culture Documents
a) Lokasi
b) Stadium
RETINOPATI DIABETIK
(Proliferatif)
Referensi:
Yanoff, Myron & Duker, Jay S. 2018. Ophthalmology 5th Edition. Germany: Elsevier.
American Optometric Association. Evidence-based Clinical Practice Guideline: Eye
Care of the Patient with Diabetes Mellitus.
Referensi:
Ilyas, S, Yulianti, SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI
Hartono. 2012. Ringkasan Anatomi Fisiologi Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata FK UGM 8.
Suhardjo, Agni, AN. 2017. Buku Ilmu Kesehatan Mata. Edisi ke 3. Yogyakarta:
Departemen IlmuKesehatan Mata FK UGM.
Kamari, F., Hallaj, S., Dorosti, F., Alinezhad, F., Taleschian-Tabrizi, N., Farhadi, F., &
Aslani, H. (2019). Phototoxicity of environmental radiations in human lens: revisiting
the pathogenesis of UV-induced cataract. Graefe’s Archive for Clinical and
Experimental Ophthalmology.
Gong, Y., Feng, K., Yan, N., Xu, Y., & Pan, C.-W. (2015). Different Amounts of
Alcohol Consumption and Cataract. Optometry and Vision Science, 92(4), 471–479.
b) Katarak
c) Retinopati diabetikum
4 Jalur:
1) Jalur Poliol akumulasi poliol masuk ke lensa dan N. II poliol tdk dpt
tembus membrane basal tertimbun dlm jumlah banyak hiperosmolatitas
terjadi perubahan fisiologi sel Sel dengan kadar sorbitol yang tinggi
menunjukan aktivitas penurunan aktivitas protein kinase C dan Na+, K+ -
ATPase membran
kelainan morfologi (penumpukan sorbitol sel perisit bengkak menekan
pembuluh darah penyempitan pembuluh darah memicu terjadinya
microaneurisma) kebocoran eritrosit (perdarahan pada retina), plasma
(edema), lipoprotein plasma (eksudat) STADIUM NON-
PROLIFERATIF
Microaneurisma dan penyumbatan hipoksia dan inflamasi memicu
faktor angiogenik (pembentukan pembuluh darah) neovaskularisasi
neovaskularisasi dia rapuh dan tidak sekuat pembuluh darah normal
karena cuman terdiri dari selapis sel endotel saja rawan tjd perdarahan
berulang memicu terbentuknya jar. fibrosis dan sikatrik
Ketika neovaskularisasi tjd pada retina tjd perdarahan berulang
terbentuk jar. Fibrosis dam sikatrik jar. Fibrosis & sikatrik akan
menarik permukaan retina sehingga tjd ablasio retina
Neovaskularisasi pada iris disebut “rubeosis iridis” ketika
neovaskularisasi tsb mengalami perdarahan berulang & terbentuk jar.
Fibrosis & sikatrik bisa membuat iris nempel ke lensa glaucoma
d) Retinopati hipertensif
Referensi:
Ilyas, S, Yulianti, SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI
Hartono. 2012. Ringkasan Anatomi Fisiologi Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata FK UGM 8.
Suhardjo, Agni, AN. 2017. Buku Ilmu Kesehatan Mata. Edisi ke 3. Yogyakarta:
Departemen IlmuKesehatan Mata FK UGM
Diabetes - Pasien dengan diabetes memiliki resiko tinggi mengalami katarak dan
risiko komplikasi post operasi lebih tinggi. Peningkatan gula darah secara
cepat dapat menyebabkan pembengkakan lensa akut dan pseudomyopia.
Akan tetapi fenomena ini bersifat reversible. Tipe yang umum pada pasien
diabetes adalah katarak subkapsular posterior, kortikal, dan campuran.
Penggunaan - Berdasarkan laporan, orang yang mengonsumsi lebih banyak alkohol
alkohol memiliki risiko katarak lebih tinggi. Mekanismenya kemungkinan karena
adanya efek kataraktogenik yang dimediasi oleh malnutrisi akibat
kekurangan asupan makanan, atau inhibisi langsung dari penyerapan nutrisi
makanan oleh alkohol.
Riwayat
keluarga
Trauma
Pengunaan - Kemungkinan kortikosteroid memiliki efek kataraktogenik yang dapat
kortikosteroid menyebabkan katarak tipe subkapsular posterior
jangka
Panjang
Merokok - Merokok dapat menyebabkan kekeruhan pada inti lensa. Mekanisme yang
menjelaskan hal tersebut masih belum diketahui
Paparan sinar - Pada penelitian dikatakan bahwa pasien yang terpapar dengan UV-B
UV memiliki risiko lebih tinggi terkena katarak. Dikatakan bahwa adanya
radikal bebas pada retina merupakan penyebab kerusakan lensa. Radiasi
sinar UV ini menyebabkan katarak subkapsular posterior
Nutrisi - Kekurangan nutrisi seperti vitamin C, E, dan karotenoid dikatakan akan
meningkatkan kejadian katarak.
Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan menjadi faktor individu, lingkungan, dan
faktor protektif. Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin, ras, serta faktor
genetik.1,2 Faktor lingkungan termasuk kebiasaan merokok, paparan sinar ultraviolet,
status sosioekonomi, tingkat pendidikan, diabetes mellitus, hipertensi, penggunaan
steroid, dan obat-obat penyakit gout.2,7,8 Faktor protektif meliputi penggunaan aspirin
dan terapi pengganti hormon pada wanita.
Faktor resiko Katarak Usia lanjut diatas 40 tahun
Riwayat keluarga
Dapat disebabkan oleh penyakit mata lain (missal : glaucoma,
uveitis, trauma)
Kelainan sistemik (diabetes Melitus)
Pemakaian tetes mata steroid secara rutin
Kebiasaan merokok
Paparan sinar ultraviolet
Alkohol
Defisiensi vitamin E,
infeksi menahun pada mata,
polusi asap yang mengandung timbal
Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan menjadi
faktor individu, lingkungan, dan faktor protektif.
Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin, ras, serta
faktor genetik.
Faktor lingkungan termasuk kebiasaan merokok, paparan
sinar ultraviolet, status sosioekonomi, tingkat pendidikan,
diabetes mellitus, hipertensi, penggunaan steroid, dan obat-
obat penyakit gout.
Faktor protektif meliputi penggunaan aspirin dan terapi
pengganti hormon pada wanita.
Faktor resiko DM tipe II yang tidak terkontrol pengobatan dan kronik
Retinopati Hiperlipidemia
Hipertensi tidak terkontrol pengobatan
Referensi:
Hudson, Chris. 2008. A Clinical Perspective of Diabetic Retinopathy. Geriatric and
Aging, Vol. 11, No 6.
Sugawa H, Matsuda S, Shirakawa JI, Kabata K, Nagai R. [Preventive Effects of
Aphanothece sacrum on Diabetic Cataracts]. Yakugaku Zasshi. 2019;139(3):381-384.
Damawiyah,Noventi. 2018. FAKTOR RESIKO RETINOPATI DIABETIKA : A
CASE – CONTROL: THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE. Vol.
10, No. 2, Desember 2018.
Prilly Astari.2018. Katarak: Klasikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. CDK-
269/ vol. 45 no. 10 th. 2018. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
MODUL DETEKSI DINI KATARAK 2017 KEMENKES RI
6. (fanindy) apa saja kelainan pada retina dan vitreus yang ditemukan pada kasus di
skenario?
Jawab:
a. Px Visus
b. Px P. intraocular palpasi
a) Diabetic retinopathy
- Mikroaneurisma: penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dg bentuk
berupa bintik merah kecil yg terletak dekat pembuluh darah terutama polus
posterior.
- Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yg biasanya terletak dekat
mikroaneurisma di polus posterior.
- Dilatasi pembuluh darah dg lumennya ireguler dan berkelok-kelok, seakan-akan
ada perdarahan.Hard exudate: infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya:
ireguler, kekuning-kuningan.
- Soft exudate / cotton wool patches: iskemik retina. Pada oftalmoskopi: bercak
kuning difus dan berwarna putih.
- Pembuluh darah baru pd retina biasanya terletak di permukaan jaringan.
Neovaskularisasi: terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Gambaran:
berkelok-kelok, berkelompok, ireguler.
- Edema retina: tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula sangat
mengganggu tajam penglihatan pasien.
Mild, Moderate, Severe
(Proliferatif)
(HT)
b) Katarak
Shadow test
1) Pasien diminta melihat lurus ke depan
2) Pemeriksa menyenteri mata pasien pada sudut 45o dari samping
3) Tampak bayangan iris yg dibiaskan dari humor aqueous.
4) Interpretasikan hasilnya.
+ bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil
- bayangan iris lensa terlihat kecil dan letaknya dekat terhadap pupil
Referensi:
Yanoff, Myron & Duker, Jay S. 2018. Ophthalmology 5th Edition. Germany: Elsevier.
American Optometric Association. Evidence-based Clinical Practice Guideline: Eye
Care of the Patient with Diabetes Mellitus.
Hartono. 2012. Ringkasan Anatomi Fisiologi Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata FK UGM
Buku keterampilan klinis FK Unissula 2021/2022
Ilyas, S, Yulianti, SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI
8. (zulfa) bagaimana alur penegakan diagnosis kasus di skenario? Apa diagnosis dan
diagnosis banding di skenario?
Jawab:
- Katarak
A) Anamnesis
Keluhan Pasien datang dengan keluhan penglihatan menurun secara perlahan seperti
tertutup asap/kabut. Keluhan disertai ukuran kacamata semakin bertambah, silau, dan
sulit membaca.
Faktor Risiko
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Riwayat penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus
3. Pemakaian tetes mata steroid secara rutin
4. Kebiasaan merokok dan pajanan sinar matahari
B) PF
1. Visus menurun yang tidak membaik dengan pemberian pinhole
2. Pemeriksaan shadow test positif
3. Terdapat kekeruhan lensa yang dapat dengan jelas dilihat dengan teknik pemeriksaan
jauh (dari jarak 30 cm) menggunakan oftalmoskop sehingga didapatkan media yang
keruh pada pupil. Teknik ini akan lebih mudah dilakukan setelah dilakukan dilatasi
pupil dengan tetes mata Tropikamid 0.5% atau dengan cara memeriksa pasien pada
ruang gelap.
C) DD
- Retinopati diabetikum
A) Anamnesis
Keluhan:
1. Tidak ada keluhan penglihatan
2. Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi edema makula
3. Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi perdarahan vitreus
dan / atau ablasio retina traksional
Faktor Risiko
1. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol dengan baik
2. Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik
3. Hiperlipidemia
B) PF
1. Riwayat diabetes mellitus (tipe I / tipe II).
2. Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus.
3. Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada retina dapat ditemukan perdarahan
retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan mikroaneurisma (pada NPDR), yang pada
kondisi lebih lanjut disertai neovaskularisasi di diskus optik atau di tempat lain di retina
(pada PDR).
4. Pada keadaan berat dapat ditemukan neovaskularisasi iris (rubeosis iridis).
5. Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas dapat ditemukan
RAPD (Relative Aferent Pupilary Defect), serta penurunan refleks pupil pada cahaya
langsung dan tak langsung normal.
C) DD
- Presbiopia
A) Anamnesis
Keluhan
C) DD
Referensi:
Ilyas, S, Yulianti, SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI
Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW. 2006. Panduan Manajemen Klinis Perdami.
Jakarta.
9. (bintang) apa indikasi dilakukan laser fotokoagulasi dan mengapa dilakukan laser
fotokoagulasi dan injeksi intravitreal VEGF?
Jawab:
INJEKSI INTRAVITREAL ANTI VEGF
Indikasi:
FOTOKOAGULASI LASER
Terapi fotokoagulasi laser pada retinopati diabetika adalah untuk meningkatkan tekanan
oksigen retina sehingga memperbaiki suplai oksigen, menghilangkan vasokonstriksi dan
neovaskularisasi sehingga terjadi aliran oksigen dari daerah jejas laser ke dalam lapisan
inti retina dalam. Laser fotokoagulasi bertujuan untuk menghentikan kebocoran darah
dan cairan ke retina. Sinar laser digunakan untuk membuat luka bakar kecil di daerah
retina dengan pembuluh darah abnormal bagi menutup kebocorannya.
Indikasi:
- Diabetik Retinopathy Prtoliferatif
- Diabetic macular Edema
- Central Retinal Vein Occlusion
- Branch Retinal Vein Occlusion
- Retinal break/tear
- Lattice degeneration.
- Eals disease
- Subyaloid bleeding
- Central Serous Chorio Retinopathy
Referensi:
Evans JR, Michelessi M, Virgili G. Laser photocoagulation for proliferative diabetic
retinopathy. Cochrane Database Syst Rev. 2014 Nov 24;2014(11):CD011234.
Houston, S. K., Wykoff, C. C., Berrocal, A. M., Hess, D. J., & Murray, T. G.
(2012). Lasers for the treatment of intraocular tumors. Lasers in Medical Science,
28(3), 1025–1034.
Wu, L. et al. (2007). Twelve-month safety of intravitreal injections of bevacizumab
(Avastin®): results of the Pan-American Collaborative Retina Study Group
(PACORES). Graefe’s Archive for Clinical and Experimental Ophthalmology, 246(1),
81–87.
katarak
Teknik Operasi
Terapi definitif dari katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat 3
prosedur yang biasa digunakan yaitu ekstraksi katarak intrakapsular,
ekstraksi katarak ekstrakapsular dan fakoemulsifikasi.
Ekstraksi katarak
intrakapsular Pada teknik ini, seluruh lensa akan dikeluarkan bersama kapsul lensa
termasuk kapsul posterior. Saat ini teknik tersebut sudah mulai
ditinggalkan karena tingginya kejadian komplikasi pascaoperasi, seperti
ablasio retina, edema makular sistoid, astigmatisme, robekan iris, dan
edema kornea.
teknik operasi katarak dimana seluruh masa lensa dikeluarkan bersama
kapsulnya. Teknik ini memerlukan irisan kornea yang lebih besar dan
jahitan lebih banyak. Saat ini hanya dipakai pada keadaan khusus
seperti luksasi lensa.
Ekstraksi katarak Pada teknik ini, lensa dikeluarkan bersama kapsul anterior, sedangkan
ekstrakapsular
kapsul posterior ditinggalkan. Oleh sebab itu, terdapat ruang bebas di
tempat bekas lensa yang memungkinkan untuk ditempatkan lensa
pengganti (lensa intraokuler ruang posterior). Insisi dilakukan di limbus
atau sebelah perifer kornea
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi menggunakan vibrator ultrasonik yang berguna untuk
menghancurkan nukleus lensa yang keras sehingga bahan nukleus dan
korteks dapat diaspirasi melalui insisi sebesar + 3mm. Keuntungan dari
insisi kecil ini adalah bekas sayatan tidak perlu dijahit, penyembuhan
luka lebih cepat dengan distorsi kornea lebih sedikit, mengurangi
inflamasi intraokuler pascaoperasi, dan pemulihan fungsi visual lebih
cepat. Risiko terlepasnya bahan posterior lensa melalui robekan
kapsular posterior dapat dihindari.
SICS
Edukasi
a. Katarak
- Proteksi sinar ultraviolet dan konsumsi antioksidan memperlambat
progresivitas dari katarak
- Kontrol factor risk DM, rokok, HT
- Perlu intervensi bedah
- Pre-op
Menggunakan obat tetes mata yang telah diresepkan sesuai dengan instruksi
dokter. Cuci tangan dengan air dan sabun sebelum menggunakan obat tetes
mata
Mengonsumsi obat pengurang rasa nyeri yang telah diresepkan oleh dokter
Kenakan pelindung mata (dop mata), termasuk saat tidur. Dop mata dilepaskan
saat kontrol dan tidak perlu menggantinya di rumah
Menghindari mata dari paparan air, debu, dan angin, terutama pada 1 minggu
pertama. Hindari berenang selama 4-6 minggu setelah operasi katarak
Hindari penggunaan make up di area sekitar mata selama 1 minggu pertama
Hindari mengusap mata atau memberikan penekanan pada mata
Hindari mengedan dan posisi kepala menunduk
Setelah dop mata dibuka, gunakan kacamata untuk melindungi mata. Pada 1
minggu pertama kacamata dapat digunakan bahkan saat tidur untuk mencegah
pasien menggaruk daerah mata atau benturan yang tidak disengaja saat tidur.
Kacamata harus dicuci dengan air dan sabun setiap hari
Hindari batuk terlalu keras, gerakan menunduk, mengedan, dan mengangkat
barang berat >4,5 kg selama minimal 2 minggu
Aktivitas seperti membaca dan menonton televisi diperbolehkan. Olahraga
atau aktivitas yang berisiko terjadi benturan pada mata sebaiknya dihindari
sampai 4-6 minggu setelah operasi katarak
- Post-op
Pasien harus membersihkan kelopak mata pagi dan sore hari dengan kain
muka yang lembab dan bersih dengan menghindari tekanan pada bola mata.
Lindungi mata yang dioperasi selama minggu pertama dengan memakai
pelindung mata saat tidur dan kacamata hitam atau kacamata pada siang hari.
Obat tetes yang diresepkan paska bedah katarak harus digunakan sesuai resep.
Pasien dapat makan sesuai pola makan normal setelah operasi dengan
diisarankan mengkonsomsi cukup air dan serat dari buah, sayur dan biji-bijian
untuk menghindari susah buang air besar.
Pasien dapat mencuci rambut sehari setelah operasi tetapi hindari sabun, air
atau sampo yang masuk ke mata yang di operasi.
Pasien tidak boleh memakai riasan mata setidaknya selama seminggu dan
pemakaian kapas yang dibeli di toko tidak dianjurkan untuk kelopak mata
pasien karena partikel kapas yang tertinggal dapat menjadi tempat akumulasi
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Pasien disarankan untuk menghindari tidur pada sisi mata yang dioperasi.
Pasien disarankan untuk tidak melakukan aktivitas atau olahraga berat dan
tidak mengangkat beban berat di atas 5 kg selama 2 minggu pasca operasi serta
hindari olahraga renang selama 2 minggu pasca bedah katarak.
b. Retinopati diabetikum
- Komplikasi
1) Perdarahan vitreous
2) Edema macula diabetic
3) Ablasio retina traksional
4) Glaukoma neovasskular
- Komplikasi karena medikasi anti VEGF
1) Formasi katarak
2) Posterior capsular tear robekan pada capsula posterior
3) Perdarahan vitreous
4) Rhegmatogenous retinal detachment lepasnya retina karena cairan yang
terakumulasi di bawah retina, memisahkan retina dari jaringan dibawahnya
- Komplikasi karena fotokoagulasi laser
1) Perdarahan vitreous
2) Exudative retinal detachment apabila sinar lasert terlalu banyak diberikan
pada sekali tembak
3) Pengurangan pada penglihatan perifer, penglihatan malam / gelap setelah
fotokoagulasi laser di daerah macula perifer
- Komplikasi vitrectomy
1) Pembentukan katarak
2) Rhegmatogenous retinal detachment
c. Retinopati hipertensi
a) Oklusi vena & arteri pada retina
b) Makroaneurysm pada arteriole retina
c) Glaucoma
d) Age related macular degeneration (AMD)
d. Presbiopi
a) Astigmatisma
Referensi:
Astari, P. 2018. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. CDK-269/
Vol. 45, No. 1.
Nizami AA, Gulani AC. Cataract. [Updated 2021 Aug 1]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539699/
Modi P, Arsiwalla T. Hypertensive Retinopathy. [Updated 2021 Jul 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/
Shukla UV, Tripathy K. Diabetic Retinopathy. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560805/
Ilyas, S, Yulianti, SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI
Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW. 2006. Panduan Manajemen Klinis Perdami.
Jakarta.