You are on page 1of 13

A.

Pengkajian

Untuk membantu pasien dengan gangguan penggunaan zat adalah


menggunakan proses keperawatan, tahap pertama yang dilakukan adalah
pengkajian. Dalam pengkajian ada beberapa faktor penting untuk diketahui,
yaitu faktor penghubung (predisposition factor), stressor pencetus (stressor
precipitating) terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif, tingkah laku, dan
koping mekanisme.

1. Fator predisposisi
a. Faktor biologis
Yang termasuk faktor ini adalah :
1) Genetik : tendensi keluarga
2) Metabolik : Ethanol dimetabolisme lebih lama, lebih efisien untuk
mengurangi remaja diketergantungan
3) Infeksi pada organ otak : intelegensi rendah (mental-retardasi)
4) Penyakit kronis
b. Faktor psikologis
1) Tipe kepribadian tergantung (dependent)
2) Harga diri yang rendah : depresi, faktor sosial, ekonomi, terutama
untuk ketergantungan alkohol, obat-obatan sedative, hipnotik yang
diikuti rasa bersalah.
3) Disfungsi keluarga : kondisi keluarga yang tidak stabil, role model
yang negatif, anggota keluarga yang kurang dipercaya, tidak mampu
untuk memberikan pendidikan yang sehat pada anggota kelurga dan
orang tua dengan gangguan penggunaan zat adiktif (ketergantungan
zaat adiktif), perceraian orang tua.
4) Remaja mampunyai perasaan tidak aman
5) Remaja yang mempunyai keterampilan penyelesaian masalah yang
menyimpang
6) Rremaja yang mengalami gangguan identitas diri : kecenderungan
homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat adiktif untuk
menyatakan kejantanannya.
7) Rasa bermusuhan dengan orang tua
c. Faktor sosial kultural
1) Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan
penyalahgunaan zat adiktif seperti : tembakau, ganja, dan alcohol.
2) Norma kebudayaan : suku- suku bangsa tertentu menggunakan zat
adiktif (halosinogen, alkohol) untuk upacara adat dan keagamaan.
3) Lingkungan tempat tinggal dan sekolah : banyak teman-teman
sebaya (remaja) mengedarkan zat adiktif dan menyalahgunakan zat
adiktif
4) Persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap pengunaan zat adiktif
5) Remaja yang lari dari rumah
6) Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual usia dini
7) Remaja pada usia dini : melakukan tindak kriminal misalnya
mencuri dan merampok
2. Faktor prespitasi
Stress dalam kehidupan merupakan suatu kondisi pencetus
terjadinya gangguan penggunaan zat. Bagi remaja, penggunaan zat
merupakan suatu cara untuk mengatasi stress yang dialami dalam
kehidupan. Stressor prespitasi untuk terjadinya penyalahgunaan zat adiktif
adalah :
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman-teman sebaya
sebagai pangkuan.
b. Reaksi sebagai suatu prinsip kesenangan, tujuan remaja untuk
menghindari sakit dan mencari kesenangan
c. Kehilangan orang/ sesuatu yang berarti : pacar, orang tua, saudara
terdekat (kakak, adik), drop out dari sekolah
d. Diasingkan oleh lingkungan : rumah, sekolah, dan kelompok teman
sebaya (tidak mempunyai teman)
e. Kompleksitas dan ketegangan dari kehidupan modern :
1) Tersedianya zat adiktif dari lingkungan dimana remaja berada,
khususnya pada remaja yang mempunyai pengalaman dengan
sebagian zat adiktif
2) Pengaruh dan tekanan dari teman sebaya
3) Mudah mendapatkan zat adiktif dan harganya terjangkau
4) “pesan dari masyarakat bahwa zat adiktif dapat menyelesaikan
masalah.
3. Perilaku
Penyalahgunaan zat dapat berkembang menjadi ketergantungan
fisik, psikologik dan toleransi. Ketergantungan fisik adalah tubuh
membutuhkan zat adiktif dan jika tidak dipenuhi maka akan terjadi gejala
putus zat pada fisik. Ketergantungan psikologik adalah efek yang bersifat
subjektif dari si pengguna zat. Perilaku pasien dan kondisi ketergantungan
yaitu :
a. Perilaku pasien penggunaan sedatif hipnotik
1) Menurunnya sifat-sifat menahan diri
2) Jalan tidak stabil
3) Bicara cadel, bertele-tele
4) Sering datang ke dokter untuk minta resep
5) Kurang perhatian
6) Sangat gembira, berdiam ( depresi) dan kadang-kadang bersikap
bermusuhan
7) Gangguan dalam gaya pertimbangan
8) Dalam keadaan yang overdosis, kesadaran menurun, koma dan dapat
menimbulkan kematian
9) Meningkatkan rasa percaya diri
b. Perilaku pasien pada penggunaan ganja
1) Kontrol diri menurun bahkan bisa hilang sama sekali.
2) Menurunnya motivasi perubahan diri
3) Euphoria ringan.
c. Perilaku pasien pada penggunaan alcohol
1) Sikap bermusuhan ( hostilitas )
2) Kadang-kadang bersikap murung, diam (depresi )
3) Kontrol diri menurun
4) Suara keras, bicara cadel dan kacau
5) Agresif
6) Minum alcohol pada pagi hari atau tidak kenal waktu
7) Partisipasi dilingkungan sosial sangat kurang
8) Daya pertimbangan menurun
9) Koordinasi motorik terganggu, akibatnya cenderung mendapat
kecelakaan.
10) Dalam keadaan overdosis, kesadaran menurun dan sampai koma.
d. Perilaku pasien pada penggunaan opioda
1) Terkantuk-kantuk
2) Bicara cadel
3) Koordinasi motorik terganggu
4) Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
5) Perilaku manipulatif untuk mendapatkan zat adiktif
6) Kontrol diri kurang
e. Perilaku pasien pada penggunaan kokain
1) Hiperaktif
2) Euphoria, elasi-agitasi
3) Iritabilitas dan waham
4) Hulisanasi dan waham
5) Waspada yang berlebihan
6) Tegang
7) Gelisah, insomnia
8) Tampak membesar-besarkan sesuatu
9) Overdosis, kejang delirium, paranoid
f. Perilaku pasien pada pengunaan halusinogen
1) Perilaku yang tidak dapat diramalkan
2) Perilaku merusak diri sendiri
3) Halusinasi, ilusi
4) Distorsi jarak dan waktu
5) Merasa diri besar
6) Kewaspadaan meningkat
7) Depersonalisasi
8) Pengalaman yang gaib
4. Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan ego yang khusus biasanya digunakan
adalah :
a. Denial dari masyarakat
b. proyeksi : lepas dari tanggung jawab
c. Disosialisasi
5. Data khusus
a. Jumlah dan kemurnian zat yang digunakan
b. Sering menggunakan
c. Metode penggunaan
d. Dosis terakhhir digunakan
e. Cara memperoleh zat adiktif
f. Dampak jika tidak menggunakan zat adiktif
g. Jika overdosis berapa beratnya
h. Stressor dalam hidupnya
i. Sistem dukungan
j. Tingkat harga diri pasien
k. Tingkah laku manipulasi

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan sehubungan dengan gangguan penggunaan zat
adiktif terutama masalah : gangguan proses pikir, persepsi sensori ( visual,
pendengaran, rasa, raba, kinestetik, penciuman )gangguan konsep diri, koping
individu yang tidak efektif.
Menurut NANDA, diagnosis keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen sehubungan
dengan tekanan teman sebaya dimanesfestasikan menutup telinga dan
berteriak “ jangan katakan itu”. Bila pasien ditinggal sendirian di kamar
2. Gangguan proses pikir penggunaan alcohol sehubungan dengan tekanan dari
hukum, tuntutan dari keluarga dimanesfestasikan bingung dan kurang sadar
3. Gangguan persepsi sensori : visual pada penggunaan alcohol sehubungan
dengan hilangnya pekerjaan dan ditolak keluarga dimanesfestasikan :
berkata pada perawat “bersihkan binatang-binatang kecil ini” sambil
menyikat baju yang dipakainya.
4. Gangguan hubungan sosial : manipulatif sehubungan dengan kondisi putus
adiktif
5. Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan terus menerus
menggunakan zat adiktif
6. Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan hambatan dalam
lingkungan sosial dan keterampilan positif
7. Gangguan konsep diri : harga diri yang rendah sehubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi perasaannya
8. Gangguan konsep diri sehubungan dengan menggunakan mekanisme
pertahanan diri : denial dan lainnya agar tetap menggunakan obat
9. Gangguan konsep diri : harga diri yang rendah sehubungan dengantidak
mampu mengenal kwalitas yang positif dari diri sendiri
10. Gangguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan
zat adiktif
11. Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari ( mandi makan,
tidur) sehubungan dengan pola asuh yang salah
12. Partisipasi keluarga yang kurang dalam program pengobatan pasien
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
13. Menolak mengikuti aktivitas program sehubungan dengan kurang motivasi
untuk sembuh
14. Potensial untuk melarikan diri sehubungan dengan ketergantungan
psikologis terhadap zat adiktif
15. Potensial mengancam keamanan diri sehubungan dengan kondisi
pemutusan zat sedatif hipnotik
16. Potensial memburuknya kesadaran : koma sehubungan dengan overdosis
penggunaan sedatif hipnotik
17. Potensial gangguan kardio vaskuler : postural hipotensi sehubungan
dengan intoksikasi sedative hipnotik
18. Gangguan gatrointestinal : mual, diare sehubungan dengan kondisi
pemutusan zat aploida
19. Gangguan berhubungan sosial manipulatif sehubungan dengan pemutusan
zat aploida
20. Mekanisme koping destruktif : mengamuk sehubungan dengan keluarga
yang kurang atau merasa ditolak keluarga.

C. Perencanaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan pada
pasien dengan gangguan penggunaan zat adiktif adalah :
1. Agar tidak terjadi ancaman terhadap kehidupan
2. Tidak memburuknya keadaan kesadaran pasien
3. Aman dari kecelakaan terutama pada kondisi intolsikasi atau setelah masa
detoksifikasi
4. Termotivasi untuk mengikuti program terapi jangka panjang
5. Mengenal hal-hal posiitif pada dirinya
6. Menggunakan koping yang sehat dalam mengatasi masalah
7. Keluarga bekerja sama dalam program terapi pasien
8. Mempunyai pengetahuan untuk merawat pasien setelah di rumah.

D. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan penggunaan zat
adiktif ditujukan kepada usaha pencegahan supaya tidak terjadi gangguan
penggunaan zat dan tindakan keperawatan pada kondisi intoksikasi, sindroma
putus zat dan setelah detoksifikasi.
Tindakan keperawatan
1. Rencana tindakan/ pendidikan kesehatan jiwa untuk pencegahan zat adiktif

KEGIATAN
ISI EVALUASI
INTRUKSIONAL
Memperoleh persepsi Mengadakan group Pasien belajar
menggunakan zat diskusi tentang menguraikan secara
adiktif penggunaan zat adiktif, benar informasi
pengalaman, dan tantang menggunakan
koreksi interpretasi zat adiktif
yang salah
Mendemontrasikan Memutar film tentang Pasien belajar
akibat negative dampak pada fisik dan menguraikan dan
menggunakan zat psikologis penggunaan mengidentifikasi
adiktif zat adiktif, dampak pada fisik dan
menyediakan bahan psikologis
bacaan tentang hal mengggunakan zat
tersebut adiktif
Menyediakan interaksi Belajar
Mengadaka kelompok
dengan teman sebaya membandingkan
kecil diskusi dengan
yang menggunakan zat secara nyata
teman sebaya yang
adiktif keuntungan dan
sama-sama
menyalahgunakan zat kerugian
yang telah lepas karena menggunakan zat
pengalaman yang tidak adiktif
menyenangkan

Mendapatkan Membahas untuk Belajar persetujuan


persetujuan mengenai rencana selanjutnya secara verbal untuk
pemikiran yang menolak menggunakan dapat menolak jika ada
menggangu untuk zat bila ditawarkan pemikiran yang
menggunakan zat teman menggangu untuk
adiktif menggunakan zat
adiktif

2. tindakan keperawatan pada gangguan penggunaan zat adiktif


Mengganti koping respon yang sehat, pengganti tingkah laku
penyalahgunaan zat
Prinsip :
Perawat dan pasien bekerja sama dalam menyelesaikan masalah dan
merencanakan untuk tindakan keperawatan
Rasional :
a. Memotivasi untuk perubahan adalah mengenal masalah yang
membingungkan pasien
b. Pasien harus bertanggung jawab dengan tingkah laku
Tindakan keperawatan :
a. Membahas dengan pasien tingkah laku menyalahgunakan zat dan resiko
penggunaan
b. Membantu pasien untuk mengidentifikasi masalah penyalahgunaan zat
c. Mendorong pasien agar mau mengikuti untuk berpartisipasi dalam
program terapi
d. Mendorong pasien agar mau mengutarakan hal-hal yang menyebabkan
penyalahgunaan zat
e. Mengadakan kontrak persetujuan dengan pasien
f. Membantu pasien mengenal dan menggunakan koping yang sehat
g. Konsistensi memberikan dukungan.
3. secara berkesinambungan menjaga keamanan dan kenyamanan fisik
yang optimal.
Prinsip :
Ketergantungan fisik harus dirawat di lingkungan yang menjamin keamanan
pasien dan meminimalkan sindrom putus zat.
Rasional :
a. Detoksifitas dari keuntungan fisik dapat membahayakan dan selalu tidak
nyaman.
b. Prioritas utama dalam intervensi keperawatan adalah menjaga keamanan
fisik.
c. Sindrom putus zat memotivasi pasien secara kuat untuk terus
menggunakan zat adiktif.

Tindakan Keperawatan :

a. Memberikan perawatan fisik : Observasi tanda-tanda vital, makan,


keseimbangan cairan dan kejang.
b. Memberikan obat sesuai dengan terapi detoksifikasi.
c. Observasi kondisi sindrom putus zat dan mecatat kemungkinan sindrom
adanya putus zat
4. Mencari system dukungan sosial untuk kepentingan pasien
Prinsip :
a. Dukungan dari individu sebagai pengganti ketergantungan zat.
b. Konfrontasi dan dukungan teman sebaya lebih diterima dari pada tenaga
profesional.
Rasional :
a. Pemakai zat sering kali tergantung dan mereka diisolasi oleh masyarakat,
penggunaan zat untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan.
b. Perilaku penyalahgunaan zat diasingkan oleh keluarga dan pasien akan
terisolasi.
c. Kesulitan untuk memanipulasi orang yang sebelumnya menyalahgunakan
zat adiktif.
d. Sistem dukungan sosial harus selalu tersedia sesuai dengan waktunya dan
kesediaan pasien.
Tindakan Keperawatan :
a. Mengidentifikasi dan mengkaji system dukungan sosial.
b. Menyediakan dukungan dari orang-orang yang berarti.
c. Memberikan pendidikan kepada pasien dan orang yang berarti tentang
masalah penyalahgunaan zat adiktif dan sumber yang tersedia untuk
mengatasi.
d. Mengirim pasien pada sumber yang tepat dan memberikan dukungan
sampai pasien ikut dalam program.
5. Meningkatkan pengembangan alternative metode pemecahan masalah
pada stress atau konflik
Prinsip :
Alternative pemecahan masalah yang mampu dilakukan pasien dan cara
yang sehat untuk mengatasi stress / konfik yang dialami.
Rasional :
a. Pasien akan mengurangi atau tidak lagi menggunakan zat untuk
mengatasi stress dalam hidupnya.
b. Menyediakan pengetahuan dan praktek proses penyesuaian masalah
yang tidak mengancam lingkungan.
c. Mendengarkan pasien dengan baik dan memberikan ujian balik untuk
terus mengekspersikan perasaan.
Tindakan Keperawatan :
a. Menganjurkan untuk menggali cara alternative pemecahan masalah pada
stress dan situasi yang menyulitkan.
b. Menolong pasien untuk mengidentifikasi masalah rencana pendekatan
pemecahan masalah pelaksanaan dan mengevaluasi proses.
c. Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan dengan
cara yang tepat diterima dan memberikan dorongan yang positif.
d. Mengikutsertakan pasien dalam kelompok teman sebaya untuk
mengkonfrontasi, umpan balik positif dan membagi perasaan.
6. Untuk mempersiapkan pasien pulang ke rumah
Prinsip :
Kegiatan yang harus disiapkan untuk bakal melanjutkan kehidupan
merupakan dukungan bagi pasien agar tidak menyalahgunakan zat kembali.
Rasional :
Pasien akan membutuhkan berbagai macam perjalanan atau kegiatan
tergantung kebutuhan secara individu.
Tindakan Keperawatan :
Mengikutsertakan pasien dalam merhabilitasikan vokasional, pelayanan
sosial dan sumber lainnya sesuai dengan kebutuhan secara individu.
Diagnosa I
Gangguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat
sedative hipnotik.
Tujuan : Pasien tidak menurun kesadarannya selama intoksikasi obat
sedative hipnotik.
Tindakan Keperawatan :
a. Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran, gejala kejang terutama
25 menit pada 3 jam pertama, 30 menit pada 3 jam kedua, setiap 1 jam
selama 24 jam berikutnya.
b. Bekerjasama dengan dokter dalam pemberian obat dipezam, perhatikan
dosis, reaksi pasien dan lama pemberian.
c. Memberikan rangsangan fisik secara terus menerus dengan cara
menepuk-nepuk bahu, memanggil nama pasien, mengajak bicara terus
menerus agar pasien tetap sadar dan tidak jatu pada kondisi koma.
d. Memberikan rasa nyaman dan aman. Misalnya : mengurangi bunyi-
bunyi yang merangsang emosional pasien.
e. Menjaga keselamatan pasien selama kesadarannya terganggu dan temani
pasien sampai kesadarannya pulih kembali.
f. Bila gelisah, sulit diatasi kalau perlu fiksasi.

Diagnosa II
Gangguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat
adiktif.
Tujuan : Pasien dapat mengakui program therapy dalam jangka panjang.
Tindakan Keperawatan :
a. Mengkaji dan evaluasi dengan melakukan psikotest intelegensi pasien.
b. Mengkaji sosial ekonomi dan tingkat pendidikan pasien.
c. Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Memberikan pujian bila pasien melakukan / menyelesaikan sesuatu
pekerjaan.
e. Mengikut sertakan pasien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap
pagi diberi tugas suatu berita yang actual misalnya TV, Koran, radio, dan
dibahas bersama-sama pasien lain.

E. Evaluasi

a. Pasien dapat mencapai kebutuhan fisik dan harga diri secara alamiah.
b. Tingkah laku pasien dapat direfleksi melalui tingkat pengertian tentang
adanya hubungan antara stress dengan kebutuhan untuk menggunakan zat.
c. Sumber koping pasien adekuat.
d. Pasien mengenal kecemasan dan sadar akan kesadarannya.
e. Pasien menggunakan sumber koping yang adaktif.
f. Pasien mempunyai alternative untuk mengatasi stess atau cemas.
g. Pasien mampu secara periodic tetap tidak menggunakan zat adiktif.
h. Pasien berpartisipasi dalam program perawatan yang diberikan.

You might also like