You are on page 1of 10

HUBUNGAN KODE ETIK PUSTAKAWAN DENGAN KINERJA

PUSTAKAWAN DI BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI


PROVINSI SULAWESI UTARA

ANTHONIUS MOSES GOLUNG

ABSTRACT : The purpose of librarian’s ethic of conduct is to keep the prestige and moral well,
and the librarian’s moral increases the service to society and profession quality.
Therefore the librarian’s in doing their professional duty must pay attention and apply it as
it must be based on aptitude and behaviour’s norm and politeness as a librarian’s ethic of condutct.
This study is to know the relation betwewn ethic of conduct and librarian’s ethic of
product, documentation and archives of North Sulawesi.
This study covers the 32 respondents. Those are all the librarians.The result of the study
shows that the relation between ethic of conduct of the librarians with their performance in library
board, archives and documentation of North Sulawesi province have strong relation or significant.
This case is shown by “t test” which the mark of “T test” is 73 bigger then the mark of “T
table” that is 2,042 and it is seen more cleary with the mark “r test” which is the same as 0,7 that is
consultated on the guillford table, it shows strong relation (significant).
Furthermore, based on the result of co-efficient determination or determiner power
librarian’s ethic of conduct and their performance in library’s board, archives and documentation of
North Sulawesi is 0,49, so it can be concluded. The influence of librarian’s ethic of conduct toward
librarian’s performance in library’s board, archives and documentation of North Sulawesi province
is 49%. And the rest is 51% is influenced of variable which is not observed in this study.

Keyword : librarian’s ethic of conduct


Pustakawan. Tanpa ada orang yang
PENDAHULUAN
melakukan kegiatan pengadaan,
Perkembangan informasi yang
pengelolaan, penyimpanan dan pelayanan,
sedemikian pesat mengakibatkan tugas
tidak mungkin perpustakaan akan
lembaga yang bergerak dalam bidang
beroperasi dengan baik.
informasi dan perpustakaan menjadi
E. Martono (1991:6) dalam
semakin berat. Untuk menghadapi
bukunya Pengetahuan Dokumentasi dan
tantangan tersebut, perpustakaan harus
Perpustakaan sebagai Pusat Informasi
lebih efektif dan efisien dalam
mengakatan Perpustakaan adalah suatu unit
memanfaatkan sumber dana dan sumber
kerja yang berupa tempat mengumpulkan,
daya manusia.
menyimpan, memelihara koleksi bahan
Perpustakaann yang berfungsi
pustaka yang dikelola dan diatur secara
mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
sistematis dengan cara koleksi, agar dapat
informasi, dituntut untuk selalu
digunakan ileh pengguna untuk menambah
memberikan pelayanan yang terbaik. Tugas
dan fungsi perpustakaan dilaksanakan oleh

63
pengetahuan, penelitian, dan juga untuk unit perpustakaan instansi pemerintah dan
memanfaatkan koleksi bila memerlukan. atau unit tertentu lainnya.
Menurut Basuki (1991:3) Dalam manajemen sumber daya
perpustakaan adalah sebuah ruangan, manusia ada keterkaitan antara faktor
bagian sebuah gedung , ataupun gedung itu psikologis pegawai dengan efektivitas
sendiri yang digunakan untuk menyimpan organisasi. Berbagai faktor tersebut antara
buku atau terbitan lainnya yang biasanya lain berhubungan dengan kepuasan kerja
disimpan menurut tata susunan tertentu (user satifaction), motivasi kerja (work
untuk digunakan pembaca, bukan untuk motivation) dan sikap (attitude) terhadap
dijual. pekerjaan atau profesinya. Salah satu faktor
Profesi pustakawan merupakan yang berhubungan dengan sikap (attitude)
pekerjaan profesional berbasis teknis yang adalah pedoman-pedoman sikap dalam
memiliki otoritas keahlian standar yang melaksanakan tugas dan kewajiban.
sudah ditetapkan. Profesi pustakawan Pedoman ini dalam organisasi profesi
membutuhkan seorang yang menyenangi dikenal dengan istilah kode etik.
tugas dan tanggung jawabnya, bermotivasi Kode etik adalah sistem norma,
tinggi, percaya diri, mampu menyelesaikan nilai dan aturan profesional tertulis yang
masalah, serta menyenangi kesempurnaan secara tegas menyatakan apa yang benar
dalam bekerja. Kondisi ini sebenarnya dan baik dan apa yang tidak benar dan
merupakan aset unggulan yang dimiliki tidak baik bagi profesional. Kode etik
organisasi perpustakaan sehingga dapat menyatakan perbuatan apa yang benar atau
tampil sebagai penyedia informasi salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
(information provider) atau bahkan sebagai dan apa yang harus dihindari.
ahli informasi (information specialist) yang Kode etik pustakawan di Indonesia
dibutuhkan oleh masyarakat pengguna. lahir setelah melalui berbagai
Menurut Soeatminah (1991:161) perkembangan selama dua puluh tahun
pustakawan adalah pegawai negeri sipil melalui kongres yang diadakan di berbagai
yang berijazah dibidang perpustakaan , kota. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)
dokumentasi dan informasi, yang diberi menyadari perlu adanya kode etik yang
tugas secara penuh oleh pejabat yang dapat dijadikan sebagai pedoman perilaku
berwewenang untuk melakukan kegiatan bagi para anggotanya dalam melaksanakan
perpustakaan dan dokumentasi pada unit- tugas melayani masyarakat.

64
Anggaran Dasar dan Rumah penulis mendapati banyak sikap dan
Tangga (AD/ART) Ikatan Pustakawan perilaku kerja dari para pustakawan yang
Indonesia (IPI) menegaskan bahwa kode tidak sesuai dengan kode etik pustakawan
etik pustakawan adalah panduan perilaku Indonesia.
dan kinerja semua anggota pustakawan Anggaran Dasar dan Rumah
Indonesia dalam melaksanakan tugasnya di Tangga (AD/ART) Ikatan Pustakawan
bidang kepustakawanan (IPI, 2006:43). Indonesia (IPI) menegaskan bahwa kode
Dengan kata lain kode etik ini penting bagi etik pustakawan adalah panduan perilaku
pustakawan agar dapat bekerja secara dan kinerja semua anggota pustakawan
teratur dan professional Indonesia dalam melaksanakan tugasnya di
Suwarno (2010:108) bidang kepustakawanan (IPI, 2006:43).
mengemukakan bahwa kode etik Dengan kata lain kode etik ini penting bagi
pustakawan adalah seperangkat aturan atau pustakawan agar dapat bekerja secara
norma yang menjadi standar tingka laku teratur dan professional
yang berlaku bagi profesi pustakawan Suwarno (2010:108)
dalam rangka melaksanakan kewajiban mengemukakan bahwa kode etik
profesionalnya di dalam kehidupan pustakawan adalah seperangkat aturan atau
masyarakat. norma yang menjadi standar tingka laku
Pustakawan adalah aparatur yang berlaku bagi profesi pustakawan
pemerintah atau abdi negara dan pelayanan dalam rangka melaksanakan kewajiban
masyarakat serta sebagai garda profesionalnya di dalam kehidupan
pembangunan bangsa dan negara. Oleh masyarakat.
karena itu pustakawan dituntut untuk Berdasarkan hal itu, penulis tertarik
memiliki kinerja yang baik. Pustakawan untuk meneliti tentang : “Hubungan Kode
akan memiliki kinerja yang baik apabila Etik Pustakawan dengan Kinerja
pustakawan dalam melaksanakan tugasnya Pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip
senantiasa memperhatikan dan dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi
melaksanakan pedoman-pedoman sikap dan Utara”.
tingkah laku diantaranya adalah kode etik
METODE PENELITIAN
pustakawan.
Berdasarkan hasil pengamatan di A. Metode Yang Digunakan
Menurut Mardalis (1994:24)
Badan Perpustakaan, Arsip dan
metode diartikan sebagai “suatu cara atau
Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara,

65
teknis yang dilakukan dalam proses Kualitas yang dihasilkan; Kuantitas
penelitian”. Sedangkan penelitian menurut yang dihasilkan; Kerja sama.
beliau diartikan sebagai “upaya dalam
C. Populasi dan Sampel
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan 1. Populasi
untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip- Populasi adalah wilayah
prinsip dengan sabar, hati-hati dan generalisasi yang terdiri dari obyek/
sistematis untuk menunjukkan kebenaran”. subyek yang mempunyai kualitas

B. Variabel Penelitian dan Definisi dan karakteristik tertentu yang


Operasional Variabel ditetapkan oleh peneliti untuk
Dalam penelitian ini menggunakan dipelajari dan kemudian ditarik
dua variabel yaitu : kesimpulannya (Sugiyono,
1. Variabel Bebas (X) yaitu Kode Etik 2010:90).
Pustakawan, secara operasional Dalam penelitian ini yang
didefinisikan sebagai aturan-aturan menjadi populasi adalah pejabat
yang berlaku bagi profesi fungsional pustakawan sebanyak 32
pustakawan dan menjadi standar orang yang bekerja di Badan
sikap dan perilaku dalam Perpustakaan, Arsip dan
melaksanakan kewajiban atau Dokumentasi Provinsi Sulawesi
tugas-tugas profesionalnya. Utara.
Variabel bebas diukur dengan 2. Sampel
indikator-indikator sebagai berikut : Sampel adalah bagian dari
Sikap dasar pustakawan; Hubungan jumlah dan karakteristik yang
dengan pengguna; Hubungan antar dimiliki oleh populasi tersebut.
pustakawan; Hubungan dengan Suharsimi Arikanto (1993:7)
atasan; Penampilan pribadi. mengatakan apabila subyeknya
2. Variabel Terikat (Y) yaitu kinerja besar dan tidak dapat dijangkau
pustakawan, secara operasional semuanya maka dapat ditarik
didefinisikan bagaimana seseorang sampel antara 10-15% atau lebih,
pustakawan berfunsi dan berperilaku sedangkan jika subyeknya kurang
sesuai dengan tugas dan tanggung dari 100, lebih diambil semuanya.
jawab yang dibebankan kepadanya. Teknik penentuan sampel
Variabel terikat diukur dengan dalam penelitian ini adalah teknik
indikator-indikator sebagai berikut : sampling jenuh. Sampling jenuh

66
adalah teknik penentuan sampel 3. Menghitung koefisien korelasi dengan
bila semua anggota populasi menggunakan rumus korelasi Product
digunakan sebagai sampel. Dengan Moment menurut Jalaluddin Rachmat,
demikian sampel diambil dari sebagai berikut :
keseluruhan populasi yaitu 32 𝑛 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
r=
√{𝑛(∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)2 }{𝑛 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 }
orang pejabat fungsional
Keterangan :
pustakawan yang bekerja di Badan
r = Korelasi X dan Y
Perpustakaan, Arsip dan
n = Besar sampel
Dokumentasi Provinsi Sulawesi
X = Kode Etik Pustakawan
Utara.
Y = Kinerja Pustakawan
D. Teknik Pengumpulan Data
4. Membandingkan nilai r hitung dengan r
Teknik pengumpulan data yang
tabel untuk mengetahui seberapa jauh
digunakan dalam penelitian ini adalah :
hubungan yang ditimbulkan;
1. Data primer yaitu teknik pengumpulan
5. Memberikan interpretasi terhadap
data dengan melakukan penelitian
kuatnya hubungan itu dengan
lapangan (field research) dengan jalan
menggunakan pedoman tabel
menyebarkan kuesionar kepada
Interpretasi Nilai Korelasi dari
responden. Kuesioner yaitu suatu daftar
Guillford;
pertanyaan yang disusun secara
6. Untuk melihat apakah harga tersebut
sistematis dan terencana untuk
signifikan atau tidak maka perlu diuji
mendapatkan data yang aktual dari
signifikansinya dengan rumus t untuk
responden.
mencari nilai “t Uji” yang akan
2. Data sekunder (library research) yaitu
dibandingkan dengan nilai “t Tabel”.
teknik pengumpulan data dari berbagai
Rumus t adalah :
bahan pustaka di perpustakaan yang
𝑟 √𝑛−2
Uji t =
berhubungan dengan penelitian. √1−𝑟 2

E. Teknik Analisis Data 7. Menghitung koefisien determinasi,

Langkah-langkah analisis data yang dengan cara mengkuadratkan koefisien

penulis lakukan adalah : yang ditemukan.

1. Membuat tabel distribusi jawaban


responden;
2. Membuat tabel korelasi pernyataan
skor X dan skor Y;

67
12.084
HASIL PENELITIAN DAN =
√(15.920)(18.830)
PEMBAHASAN 6.042
=
√(7.960)(9.415)
A. Analisis Korelasi Sederhana Hubungan
6.042
Kode Etik Pustakawan dengan Kinerja =
√74.943.400
6.042
Pustakawan di Badan Perpustakaan, = = 0,7
8.657
Arsip dan Dokumentasi Provinsi
Sulawesi Utara
Harga koefisien korelasi tersebut

Penelitian ini mempersoalkan selanjutnya diuji dengan membandingkan

apakah ada hubungan antara kode etik dengan harga “r tabel”. Bila menggunakan

pustakawan dengan kinerja pustakawan di “rtabel” untuk n = 32 dan kesalahan 5%

Badan Perpustakaan, Arsip dan maka “r tabel” = 0,349 sedangkan untuk

Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara. Dari “rhitung” adalah 0,7. Ketentuan bila “r hitung”

permasalahan tersebut maka ditarik lebih kecil dari “r tabel” (rh < r t), maka Ho

hipotesis sebagai berikut : diterima dan Ha ditolak, tetapi sebaliknya

Ha : Ada hubungan antara kode etik “rhitung” lebih besar dari “r tabel” (rh > rt),

pustakawan dengan kinerja maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dari

pustakawan di Badan Perpustakaan, hasil perhitungan ternyata “r hitung” lebih

Arsip dan Dokumentasi Provinsi besar dari “r tabel”, maka Ha diterima dan Ho

Sulawesi Utara. ditolak.

Ho : Tidak ada hubungan antara kode Selanjutnya untuk dapat memberi

etik pustakawan dengan kinerja interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu

pustakawan di Badan Perpustakaan, maka dapat digunakan pedoman seperti

Arsip dan Dokumentasi Provinsi yang tertera pada tabel Interpretasi Nilai

Sulawesi Utara. Korelasi Guillford (dalam Jalaluddin

Setelah dilakukan perhitungan X Rakhmat, 2002).

dan Y dalam tabel kerja, maka kemudian Berdasarkan tabel interpretasi nilai

dilanjutkan ke rumus analisa Korelasi korelasi dari Guillford tersebut maka

Product Moment dengan langkah koefisien korelasi yang ditemukan sebesar

perhitungan sebagai berikut : 0,7 termasuk pada kategori 0,701-0,900

r=
𝑛 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌) yang artinya hubungan tinggi, kuat
√{𝑛(∑ 𝑋 2 )−(∑ 𝑋)2 }{𝑛 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 }

(32)(149.742)−(2.220)−(2.153)
(berarti). Jadi terdapat hubungan yang kuat
=
√{32(154.510)−(2.220)2 }{32(145.445)−(2.153)2 }
(berarti) antara kode etik pustakawan
4.791.744−4.779.660
= dengan kinerja pustakawan di Badan
√{4.944.320−4.928.400}{4.654.240−4.635.400}

68
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi penolakan Ho, sehingga dapat dinyatakan
Provinsi Sulawesi Utara. hipotesis nol (Ho) yang menyatakan tidak
Kemudian untuk melihat apakah ada hubungan antara kode etik pustakawan
harga tersebut signifikan atau tidak maka dengan kinerja pustakawan di Badan
perlu diuji signifikansinya dengan rumus t Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
untuk mencari nilai “t uji” yang akan Provinsi Sulawesi Utara ditolak, dan
dibandingkan dengan nilai “ttabel” sebagai hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan
berikut : ada hubungan antara kode etik pustakawan

Uji t =
𝑟 √𝑛−2 dengan kinerja pustakawan di Badan
√1−𝑟 2
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
0,7√32−2
=
√1−(0,7)2 Provinsi Sulawesi Utara diterima. Dengan
0,7√30 demikian dapat dinyatakan bahwa korelasi
=
√1−(0,7)2
antara kode etik pustakawan dengan kinerja
(0,7)(5,48)
=
√1−0,64 pustakawan sebesar 0,7 adalah signifikan
4,384
= sehingga dapat digeneralisasikan untuk
√0,36
4,384 populasi.
= 0,16
= 7,3
Analisis korelasi kemudian
dilanjutkan dengan menghitung koefisien
Dan untuk mencari nilai “t tabel”
determinasi, yaitu dengan cara
menggunakan rumus :
mengkuadratkan koefisien yang ditemukan.
dk = n – 2
Jadi koefisien determinasi kode etik
= 32 – 2
pustakawan dengan kinerja pustakawan di
= 30
Badan Perpustakaan, Arsip dan
Harga “t uji” selanjutnya
Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara
dibandingkan dengan harga “t tabel”. Untuk
adalah (r2) = 0,72 = 0,49. Hal ini berarti
kesalahan 5% (0,05) uji dua pihak dan dk =
varian yang terjadi pada variabel kinerja
n-2 = 30, maka diperoleh “t tabel” = 2,042.
pustakawan 49% ditentukan oleh varian
Karena “t uji” lebih besar dari harga “t tabel”,
yang terjadi pada variabel kode etik
(7,3 > 2,042) atau jatuh pada daerah
pustakawan. Pengertian ini sering diartikan
penolakan Ho, maka Ha diterima dan Ho
pengaruh Kode Etik Pustakawan terhadap
ditolak.
Kinerja Pustakawan di Badan
Berdasarkan perhitungan, maka
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
dinyatakan bahwa “t uji” jatuh pada daerah
Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar

69
49%, sedangkan sisanya 51% dipengaruhi dengan nilai “t uji” = 7,3 dan nilai “t tabel” =
oleh variabel lainnya yang tidak diteliti 2,042, hal ini mengisyaratkan bahwa nilai
dalam penelitian ini. “tuji” lebih besar dari nilai “t tabel” yaitu 7,3
> 2,042 pada taraf signifikansi 0,05 (5%).
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan
Kode etik pustakawan adalah tersebut, maka “t uji” jatuh pada daerah
norma dan asas tingkah laku yang penolakan Ho sehingga dapat dinyatakan
dirumuskan secara tertulis dan sebagai menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima
pedoman, aturan dan tata krama untuk hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada
dalam bekerja secara profesional oleh para hubungan antara kode etik pustakawan
pustakawan. Tujuan penyusunan kode etik dengan kinerja pustakawan di Badan
pustakawan adalah untuk menjaga martabat Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
dan moral pustakawan meningkatkan Provinsi Sulawesi Utara.
pelayanan kepada masyarakat, dan Hasil penelitian ini kemudian
meningkatkan mutu profesi. Untuk dikaitkan dengan teori yang digunakan
mewujudkan tujuan tersebut kode etik sebagai landasan dalam penelitian yaitu teori
pustakawan telah menetapkan kewajiban- kinerja oleh Simamora. Hasil penelitian ini
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh menunjukkan bahwa kode etik pustakawan
pustakawan dalam melaksanakan tugas berhubungan dengan kinerja pustakawan di
profesionalnya. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
Permasalahan dalam peneliti ini Provinsi Sulawesi Utara. Sementara itu
adalah “Apakah ada hubungan antara Kode dalam teori kinerja Simamora menyatakan
Etik Pustakawan dengan Kinerja bahwa kinerja sangat berhubungan dengan
Pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip beberapa faktor, salah satunya adalah sikap
dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi (attitude). Kode etik pustakawan adalah
Utara?”. Untuk menjawab permasalahan landasan sikap/perilaku pustakawan dalam
tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut : melaksanakan tugasnya dibidang
“Ada hubungan antara Kode Etik kepustakawanan. Dengan demikian dapat
Pustakawan dengan Kinerja Pustakawan di disimpulkan dari hasil penelitian dan teori
Badan Perpustakaan, Arsip dan menunjukkan bahwa ternyata ada hubungan
Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara”. antara kode etik pustakawan berhubungan
Dari hasil perhitungan dan analisis dengan kinerja pustakawan di Badan
diperoleh “r uji” = 0,7 kemudian dilanjutkan

70
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi dengan kinerja pustakawan yang terbukti
Provinsi Sulawesi Utara. memiliki hubungan kuat (berarti), maka
disarankan kepada para pustakawan
KESIMPULAN DAN SARAN khususnya pustakawan di Badan
A. Kesimpulan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
Berdasarkan hasil analisis data Provinsi Sulawesi Utara agar dalam
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan melaksanakan tugas dan tanggung jawab
bahwa ada hubungan signifikan antara kode profesionalnya selalu mengacu pada kode

etik pustakawan berhubungan dengan etik pustakawan Indonesia sehingga dapat


terus meningkatkan kinerja demi
kinerja pustakawan di Badan Perpustakaan,
kepentingan pengguna, perpustakaan dan
Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi
masyarakat.
Utara. Hal ini ditunjukkan melalui uji t
dimana nilai “t uji” = 7,3 jauh lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
dari nilai “t tabel” = 2,042, kemudian lebih
diperjelas lagi dengan nilai “r uji” = 0,7 yang Arikanto, Suharsimi, 1993. Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan
dikonsultasikan pada tabel Guillford Praktek. Bandung : Rineka Cipta.
menunjukkan hubungan yang kuat (berarti).
Basuki, Sulistyo, 1995. Pengantar Ilmu
Selanjutnya berdasarkan hasil Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.

koefisien determinasi atau daya penentu Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen,
2010. Etika Kepustakawanan :
kode etik pustakawan dengan kinerja
Suatu Pendekatan Terhadap
pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip Profesi dan Kode Etik Pustakawan
Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.
dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara
Ikatan Pustakawan Indonesia, 2006.
yaitu 0,49, maka dapat disimpulkan
Anggaran Dasar dan Anggaran
pengaruh kode etik pustakawan terhadap Rumah Tangga Ikatan
Pustakawan Indonesia. Jakarta :
kinerja pustakawan di Badan Perpustakaan, Pengurus Besar Ikatan Pustakawan
Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Indonesia.

Utara adalah sebesar 49%, sedangkan Kasim, Azhar, 1993. Pengukuran


Efektivitas Dalam Organisasi.
sisanya yaitu 51% dipengaruhi oleh Jakarta : Lembaga Penerbit
variabel yang tidak diteliti dalam penelitian Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
ini.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu, 2000.
B. Saran Manajemen Sumber Daya
Sesuai dengan hasil penelitian Manusia Perusahaan. Padalarang :
Remaja Rosdakarya.
hubungan antara kode etik pustakawan

71
Mardalis, 1994. Metode Penelitian : Suatu
Pendekatan Proposal. Jakarta : Rivai, Veizal, 2004. Manajemen Sumber
Bumi Aksara. Daya Manusia. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Pustaka.
Martono, E., 1991. Pengetahuan
Dokumentasi dan Perpustakaan Soetminah, 1991. Perpustakaan,
Sebagai Pusat Informasi. Kepustakawan, dan Pustakawan.
Yogyakarta : Kanisius.
Mulyana, Deddy, 1998. Komunikasi
Organisasi : Strategi Untuk Sudjana, 1983. Teknik Analisa Regresi
Meningkatkan Kinerja. Bandung : dan Korelasi. Bandung : Tarsito.
PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
Pamuntjak, Rusina Sjahrial, 2000. Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan. Jakarta : Sutrisno, Edy, 2010. Manajemen Sumber
Djambatan. Daya Manusia. Jakarta : Kencana.

Rakhmat, Jalaluddin, 2007. Metode Suwarno, Wiji, 2010. Ilmu Perpustakaan


Penelitia Komunikasi. Bandung : dan Kode Etik Pustakawan.
Remaja Rosdakarya. Jogjakarta : Ar-Ruzz.

72

You might also like