You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN IMT DAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN


KEJADIAN KOMORBID TB-DM DI KOTA SEMARANG

Mia Rahmania, Lintang Dian S, M. Arie Wuryanto


Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : miarahmania29@gmail.com

ABSTRACT
Tuberculosis in an infectious disease resulted in a high number of mortality in
Indonesia. Diabetes melitus recognized as an important risk factors to
tuberculosis. The aim of the study was to analyze relationship BMI and physical
activity level with the incidence of comorbid TB-DM in Semarang city. This study
is an analytical observational study with cross sectional study design. The study
population was 286 positive smear TB patients who still TB treatment from April
to August 2018. The sample size in the study was 100 TB patients who selected
using proportional probability with sample size and simple random sampling
technique. Primary data obtained directly through interviews with respondents
using questionnaires, and measurement of blood sugar to diagnose DM.
Bivariate analysis using chi-square with 95% significance. The results of
measurements with fasting blood sugar levels found that 29% of respondents
were diagnosed with DM. The majority of respondents were 46-55 years old
(27%) with mean age 44.05 years and male sex (53%). The majority of TB-DM
patients have overweight IMT (72.7%) and have moderate physical activity
(43.3%).Bivariate analysis showed that BMI (p=0,000) and physical activity level
((p=0,081). It can be concluded there is a relationship between BMI with the
incidence of comorbid TB-DM. DM patients are expected to control increasing
body weight and food intake.

Keyword: Tuberculosis, DM, Co-morbidity, Physical activity level, BMI

PENDAHULUAN merupakan penyebab langsung dari


Hubungan antara diabetes 1,6 juta kematian. Diproyeksikan
melitus dan tuberkulosis sebenarnya pada tahun 2030 diperkirakan
telah diketahui oleh para ilmuwan jumlahnya akan meningkat 50% dan
sejak awal abad ke 20, dimana TB 194 juta penduduk berusia >20
merupakan penyebab kematian tahun yang berpotensi menderita
utama pada penderita diabetes DM4
melitus1,2. Keterkaitan antara Diabetes melitus diketahui
diabetes melitus dan tuberkulosis meningkatkan risiko TB sebesar 2-3
muncul kembali di seluruh dunia. kali lipat5. Diabetes melitus akan
Saat ini prevalensi DM meningkat di mengganggu fungsi aktivasi
negara berkembang dimana TB makrofag, monosit, limfosit, dan
fagositosis sebagai upaya
endemik diwilayah tersebut. Pada mekanisme pertahanan terhadap
tahun 2016 tuberkulosis menyerang infeksi TB paru6,7. Diabetes melitus
10,4 juta orang dan 1,7 juta meningkatkan risiko kegagalan
diantaranya meninggal3. Pada tahun pengobatan, kematian dan kambuh.
yang sama diabetes melitus Risiko kematian telah dilaporkan

39
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

mencapai sekitar 6,5-6,7 kali lebih Aktivitas yang menetap beresiko 1,6
tinggi pada pasien TB dengan DM8 lebih tinggi terkena diabetes diantara
Pada tahun 2016 Indonesia penderita tuberkulosis12
menempati urutan kedua kasus Penelitian ini bertujuan untuk
tuberkulosis tertinggi di dunia3. menganalisis hubungan IMT dan
Kondisi TB di Indonesia dengan tingkat aktivitas fisik dengan dengan
Case Notification Rate (CNR) kejadian komorbid TB-DM di Kota
mengalami peningkatan dari tahun Semarang
2015 sebesar 128/100.000
penduduk menjadi 136/ 100.000 METODE PENELITIAN
penduduk pada tahun 20169. Studi Jenis penelitian ini adalah
yang dilakukan di beberapa belahan observasional analitik dengan desain
dunia telah menunjukkan prevalensi cross sectional. Populasi meliputi
DM pada penderita TB sebesar penderita TB BTA positif yang masih
12%-44%. Studi yang dilakukan oleh menjalani pengobatan TB di 37
Alisjahbana dkk di Indonesia puskesmas di wilayah Kota
menyebutkan prevalensi DM pada Semarang dari bulan April-Agustus
penderita TB sebesar 13,2% tahun 2018 sebanyak 286 penderita.
Obesitas merupakan salah satu Kriteria inklusi meliputi penderita TB
faktor utama terjadinya diabetes BTA positif yang berusia ≥ 15 tahun
melitus. Pada penderita DM satu dan bertempat tinggal di wilayah
dari 3 orang mengalami overweight Kota Semarang. Besar sampel
dan 1 dari 10 mengalami obesitas. sebanyak 100 responden yang
Status gizi lebih akan meningkatkan dipilih menggunakan 2 teknik
resistensi insulin melalui mekanisme sampling yaitu pada tahap pertama
pelepasan asam lemak bebas oleh menggunakan teknik probability
jaringan adipose10 proportional to size sampling dan
Pada penderita TB-DM juga tahap kedua menggunakan simple
ditemukan IMT yang lebih besar random sampling. Pengumpulan
dibandingkan penderita TB non DM. data primer dilakukan melalui
Studi dil Conakry, Guinea wawancara menggunakan kuesioner
menunjukan proporsi penderita TB dan pemeriksaan kadar gula darah.
yang mengalami obesitas lebih Data sekunder diperoleh dari rekam
banyak pada kelompok TB-DM medis yang meliputi kadar gula
sebesar 23% dibandingkan dengan darah puasa dan sewaktu.
kelompok TB tanpa DM hanya Penegakan diagnosis DM
sebesar 2%11. menggunakan pemeriksaan kadar
Menurut WHO faktor risiko gula darah puasa dan sewaktu saat
perkembangan diabetes melitus penelitian dan didukung data rekam
adalah pola makan dan aktivitas medik. Analisis bivariat
fisik. Aktivitas fisik juga berhubungan menggunakan Chi-Square dengan
dengan peningkatan kekuatan otot taraf signifikansi 95%.
paru, kelenturan otot paru dan daya
tahan sistem kardiorespirasi
sehingga dapat melawan infeksi TB.

HASIL
A. Analisis Deskriptif
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

40
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Karakteristik Responden f %
Umur
a. 15-25 15 15,0
b. 26-35 11 11,0
c. 36-45 25 25,0
d. 46-55 27 27,0
e. 56-65 15 15,0
f. ≥ 66 7 7,0
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 53 53,0
b. Perempuan 47 47,0
Pekerjaan
a. Tidak bekerja 6 6,0
b. IRT 22 22,0
c. Buruh 17 17,0
d. Petani 3 3,0
e. Wiraswasta/jasa 25 25,0
f. Karyawan swasta 22 22,0
g. PNS 5 5,0
h. TNI/POLRI 0 0,0

Berdasarkan tabel 1 responden berumur 79 tahun. Sebagian besar


paling banyak berumur dalam responden berjenis kelamin laki-laki
rentang 46-55 tahun yaitu 27 (53%), dan sebagian besar
responden (27%) dengan rata rata responden bekerja sebagai
umur 44,05 tahun dengan umur wiraswasta/jasa (25%)
paling muda 16 tahun dan paling tua

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Penelitian


Kadar Gula Darah Penelitian f %
Kadar Gula Darah Puasa
<90 mg/dL 49 49,0
90-99 mg/dL 22 22,0
≥100 mg/dL 29 29,0
Kadar Gula Darah Sewaktu
<90 mg/dL 20 20,0
90-199 mg/dL 51 51,0
≥200 mg/dL 29 29,0

Berdasarkan tabel 2 sebesar 29 darah puasa terendah 67 mg/ dL


responden (29%) terindikasi dan tertinggi 355 mg/dL. Sedangkan
menderita TB-DM melalui kadar gula darah sewaktu rata-rata
pemeriksaan gula darah puasa yang 171,66 mg/dL dengan kadar gula
dikonfirmasi kembali menggunakan darah sewaktu terendah 79 mg/dL
pemeriksaan gula darah sewaktu. dan tertinggi 506 mg/dL. Responden
Kadar gula darah puasa rata-rata yang menderita TB-DM pada
115,20 mg/dL dengan kadar gula

41
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

penelitian ini sebesar 15 29 responden yang terdiagnosa DM,


responden (51%) telah diketahui sebelumnya telah diketahui status
status DM sebelum menderita TB DM melalui data rekam medis yang
dan sebesar 14 responden (49%) terdapat di puskesmas.
baru diketahui status DM saat
dilakukan skrining DM sebelum
pengobatan TB. Pada penelitian ini

Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden DM


Karakteristik Responden DM f (n=29) %

Lama sakit DM
a. ≥ 5 tahun 5 17,2
b. < 5 tahun 24 82,8
Jenis pengobatan DM
a. Obat Hipoglikemik Oral 24 82,8
b. Insulin 5 17,4
Lama pengobatan DM
a. Masih konsumsi obat 21 72,4
b. Tidak konsumsi obat < 1 tahun 8 27,6
c. Tidak konsumsi obat ≥ 1 tahun 0 0

Berdasarkan tabel 3 sebagian diketahui memiliki kadar gula darah


besar responden TB-DM telah tidak normal akan segera diberikan
menderita DM <5 tahun yaitu pengobatan DM dan atau rujukan ke
sebesar 24 (82,8%). Rata-rata lama dokter spesialis oleh puskesmas.
menderita DM sekitar 2 tahun (23,28 Sebagian besar responden TB-DM
bulan) dengan lama menderita DM menjalani pengobatan
paling sedikit 1 bulan dan paling menggunakan Obat Hipoglikemik
lama 6 tahun. Sebagian besar Oral (OHO) sebesar 24 responden
penderita TB-DM baru mengetahui (82,8%) dan sebesar 5 responden
status DM pada saat melakukan (17,2%) menjalani terapi insulin
pengobatan TB. Seluruh penderita namun hanya sebesar 21 responden
DM pada penelitian ini menderita (72,4%) yang masih mengonsumsi
DM Tipe 2 dan menjalani obat selama penelitian berlangsung.
pengobatan DM. Penderita TB yang

Tabel 4 Analisis Deskriptif IMT dan Tingkat Aktivitas Fisik


Variabel Frekuensi Mean Median Min Max Modus

IMT 100 20,19 19,10 10,60 34,70 19,10

Tingkat Aktivitas Fisik 100 1,90 1,92 1,29 2,54 1,76

Berdasarkan tabel 4 dapat IMT tertinggi 34,70 kg/m2 yang


diketahui bahwa rata-rata nilai IMT dijumpai pada penderita TB-DM.
sebesar 20,19 kg/m2 dengan nilai Sedangkan untuk tingkat aktivitas
IMT terendah 10,6 kg/m2 dijumpai bahwa rata-rata nilai aktivitas fisik
pada penderita TB Non DM dan nilai responden sebesar 1,90 PAL

42
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan nilai aktivitas fisik minimum aktivitas fisik 2,54 PAL


1,29 PAL dan nilai maksimal

B. Analisis Bivariat
Tabel 5 Tabulasi Silang Karakteristik Penderita TB dan Lama Konversi Sputum
dengan Kejadian Komorbid TB-DM
Status TB-DM
Total p-value
Variabel TB-DM TB Non DM
f % f % f %
IMT
Overweight 16 72,7 6 27,3 22 100,0
0,000
Normal 7 20,6 27 79,4 34 100,0
Underweight 6 13,6 38 86,4 44 100,0
Tingkat Aktivitas Fisik
8 28,6 20 71,4 28 100,0
Rendah
13 43,3 17 56,7 30 100,0 0,081
Sedang
8 19,0 34 81,0 42 100,0
Tinggi
bebas pada jaringan perifer terbukti
Berdasarkan hasil tabulasi silang dapat menginduksi resistensi insulin.
pada tabel 5 kejadian TB-DM lebih Peningkatan kadar gula darah puasa
banyak ditemukan pada responden dan sewaktu merupakan manifestasi
yang memiliki IMT overweight dari adanya resistensi insulin. Pada
(72,7%) dan memiliki aktivitas fisik obesitas, selain terjadinya
sedang (43,3%). Hasil anaslis chi- peningkatan sekresi adipokin juga
square menunjukan terdapat terjadi penurunan adinopektin13.
hubungan antara IMT dengan Adinopektin berperan sebagai
kejadian komorbid TB-DM (p<0,05). antidiabetik, anti-aterosklerotik dan
Sedangkan tingkat aktivitas fisik tidak anti-inflamasi potensial
berhubungan dengan kejadian Penelitian di China menunjukan
komorbid TB-DM (p≥0,05). overweight/obesitas meningkatkan
risiko DM sebesar 2,28 kali dan
PEMBAHASAN toleransi glukosa terganggu (TGT)
1. IMT sebesar 1,30 kali diantara penderita
Indeks Masa Tubuh digunakan tuberkulosis14. Penelitian tersebut
untuk mengukur status gizi individu sejalan dengan penelitian di Jakarta
dan Bandung dimana penderita TB-
melalui pengukuran berat badan DM ditemukan dengan umur yang
dan tinggi badan. Pada penderita TB- lebih tua dan IMT yang lebih besar15.
DM dijumpai memiliki IMT yang lebih Sedangkan penelitian oleh Harso dkk
besar dibandingkan penderita TB menyebutkan penderita dengan
tanpa DM. Hal ini dapat terjadi komorbiditas TB-DM terjadi pada
dimungkinan karena adanya peran laki-laki dengan IMT normal16.
overweight/obesitas yang berkaitan Penelitian tersebut tidak sejalan
erat dengan faktor risiko DM. dengan penelitian yang dilakukan
Penumpukan lemak yang berlebihan oleh Sisay yang menyebutkan lama
dalam tubuh akan mempengarungi menderita DM 6-10 tahun dan
metabolisme dan risiko IMT<18 kg/m2 merupakan faktor yang
kardiometabolik melalui perubahan berhubungan dengan kejadian TB-
sekresi adipokin seperti asam lemak DM (AOR=27,6 ;95% CI: 1,7-442)7.
13
bebas . Pemaparan asam lemak Kondisi malnutrisi diketahui dapat

43
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

merangsang produksi hormon stress berkurang maka sel akan


yang dapat menyebabkan mengambil glukosa dalam darah,
peningkatan kadar glukosa darah sehingga kadar glukosa dalam
pada penderita TB-DM17. darah dapat terkontrol19. Aktivitas
Berdasarkan teori dan penelitian menetap beresiko 1,6 lebih tinggi
sebelumnya yang dilakukan di terkena diabetes diantara penderita
China, Jakarta dan Bandung terdapat tuberkulosis. Aktivitas fisik seperti
kesesuaian dengan hasil pada lari kecil yang dilakukan dalam
penelitian ini dimana terdapat waktu 30-40 menit dapat
hubungan antara IMT ≥23 kg/m2 meningkatkan pemasukan glukosa
dengan kejadian TB-DM. Adanya ke dalam sel sebesar 7-20 kali19.
hubungan tersebut didukung dengan Individu yang sering melakukan
teori yang menunjukan overweight aktivitas fisik akan memiliki fungsi
dan obesitas merupakan salah satu otot paru yang kuat dan lentur serta
unsur utama dari sindrom metabolik memiliki daya tahan sistem
yang secara signifikan berkaitan kardiorespirasi yang baik.
dengan resistensi insulin18. Fakta Penelitian yang dilakukan di
dilapangan juga menemukan bahwa Conakry, Guinea menunjukan
sebagian besar penderita TB-DM aktivitas rendah berhubungan
pada penelitian ini memiliki lama dengan (p<0,0004) terhadap
11
sakit DM <5 tahun (82,8%) sehingga komorbid TB-DM . Penelitian di
efek dari resistensi insulin yang BP4 Tegal menunjukan proporsi
berupa penurunan berat badan kejadian komorbid TB-DM
masih belum terlihat. Lama meningkat seiring dengan aktivitas
menderita DM akan berefek terhadap yang rendah20. Sedangkan
kegagalan tubuh dalam mengelola penelitian oleh Viswanathan
gula menjadi energi, sehingga sel menyebutkan aktivitas menetap
tubuh akan memecah lemak, protein memiliki risiko 1,69 kali terjadinya
atau otot untuk menjadi energi yang TB-DM (OR 1,69; 95% CI 1,10-
berakibat pada menurunnya berat 2,59)12. Hal ini tidak sejalan dengan
badan. Hal ini didukung dengan rata- penelitian yang dilakukan di
rata IMT penderita TB-DM dengan Kathmandu Valley dimana tidak ada
lama DM ≥5 tahun (19,44) lebih kecil hubungan aktivitas fisik dengan
dibandingkan rata-rata IMT penderita kejadian komorbid TB-DM
TB-DM dengan lama DM <5 tahun (p=0,213). Hal ini terjadi karena
(24,39). kelompok berpenghasilan tinggi
pada penderita TB menghabiskan
2. Tingkat Aktivitas Fisik waktu lebih lama untuk kegiatan
Aktivitas fisik berpengaruh menetap (164 menit) dibandingkan
terhadap kecepatan pemulihan dengan kelompok berpenghasilan
glukosa darah otot dan kesehatan rendah (135 menit)21. Penelitian di
organ paru. Sedentary life style Addis Ababa juga menyebutkan
mempengaruhi patogenesis tidak ada hubungan aktivitas fisik
kegagalan toleransi glukosa. dengan kejadian TB-DM (p=0,391).
Melakukan aktivitas fisik akan Pada penelitian kohort berbasis
mengubah glukosa darah menjadi masyarakat di China menyebutkan
energi. Mekanisme perubahan bahwa frekuensi aktivitas diluar >2
glukosa menjadi energi melalui jam/hari berhubungan negatif
pengambilan glukosa yang terdapat dengan kejadian DM pada penderita
di otot. Ketika glukosa di otot TB. Frekuensi aktivitas diluar akan

44
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memiliki peluang terinfeksi lebih badan dan melakukan pengaturan


besar dibandingkan di dalam diet makanan.
ruangan. Pada penelitian oleh
Ekeke dkk di Nigeria menemukan DAFTAR PUSTAKA
bahwa pekerjaan yang 1. Workneh MH, Bjune GA, Yimer
membutuhkan aktivitas fisik yang SA. Prevalence and Associated
berat berhubungan dengan kejadian Factors of Tuberculosis and
TB-DM (p=0,027). Diabetes Mellitus Comorbidity: A
Hasil pada penelitian ini tidak Systematic Review. PLoS One.
memiliki kesesuaian dengan teori, 2017;12(4):1–25.
akan tetapi sejalan dengan 2. Nadliroh Z, Kholis FN,
penelitian yang dilakukan di Addis Ngestiningsih D. Prevalensi
Ababa dimana tidak terdapat Terjadinya Tuberkulosis pada
hubungan aktivitas fisik dengan Pasien Diabetes Melitus di RSUP
kejadian komorbid TB-DM. Fakta DR . Kariadi Semarang. MMM.
dilapangan menemukan bahwa 2015;4(4):1714–25.
pekerjaan dengan aktivitas tinggi 3. World Health Organization.
seperti buruh sebesar 19,7% pada Global Tuberculosis Report 2017.
kelompok TB Non DM, lebih besar 2017.
dibandingkan pada kelompok TB- 4. World Health Organization.
DM sebesar 10,3%. Sedangkan Global Tuberculosis Report 2016.
pekerjaan dengan aktivitas ringan 2016.
seperti PNS sebesar 3,8% pada 5. International Union Against
kelompok TB Non DM lebih kecil Tuberculosis and Lung Disease.
dibandingkan pada kelompok TB- The Growing Threat of The
DM sebesar 10,3%. Hasil penelitian Double Burden of Diabetes and
ini sejalan dengan penelitian Ekeke Tuberculosis. 2012.
dkk, dimana hal ini dikarenakan 6. Susilawati MD, Muljati S.
jenis pekerjaan mempengaruhi Hubungan Antara Intoleransi
tingkat penghasilan dimana hal Glukosa dan Diabetes Melitus
tersebut berpengaruh terhadap pola dengan Riwayat Tuberkulosis
kehidupan sehari-hari terutama Paru Dewasa di Indonesia (
dalam hal pemenuhan kebutuhan Analisis Lanjut Riskesdas 2013 ).
gizi. Asupan gizi yang kurang dan Media Litbangkes.
pemakaian cadangan energi yang 2016;26(2):71–6.
berlebihan untuk memenuhi 7. Tiroro S. The Magnitude and
kebutuhan fisiologis akan Associated Factors of
mempengaruhi status imunitas Tuberculosis Among Diabetic
individu sehinggan rentan terhadap Patients at Tikur Anbessa
infeksi TB. Specialized Teaching Hospital in
Addis Ababa Ethiopia. Addis
KESIMPULAN Ababa University; 2015.
Pada penelitian ini terdapat 29% 8. Restrepo BI. Convergence of The
penderita TB yang mengalami DM Tuberculosis and Diabetes
melalui pengukuran gula darah Epidemics: Renewal of Old
puasa dan sewaktu. Terdapat Acquaintances. Clin Infect Dis.
hubungan yang signifikan IMT 2007;45(4):436–8.
dengan kejadian komorbid TB-DM 9. Kementerian Kesehatan Republik
(p<0,05). Penderita DM diharapkan Indonesia. Profil Kesehatan
dapat mengontol peningkatan berat Indonesia Tahun 2016.

45
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 2, April 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kementerian Kesehatan Republik Melitus 2014. Media Litbangkes.


Indonesia. Jakarta; 2017. 2017;27(2):65–70.
10. Pusparini. Obesitas Sentral, 17. Workneh MH, Bjune GA, Yimer
Sindrom Metabolik dan Diabetes SA. Diabetes Mellitus is
Melitus Tipe 2. Universa Med. Associated with Increased
2007;26(4):195–204. Mortality during Tuberculosis
11. Balde NM, Camara A, Camara Treatment : a Prospective Cohort
LM, Diallo MM, Kake A, Bah-Sow Study among Tuberculosis
OY. Associated Tuberculosis and Patients in South- Eastern
Diabetes in Conakry, Guinea: Amahra Region , Ethiopia. Infect
Prevalence and Clinical Dis Poverty. 2016;5:1–10.
Characteristics. Int J Tuberc Lung 18. Heryana Ade. Faktor Resiko
Dis. 2006;10(9):1036–40. Diabetes Melitus Tipe 2. J
12. Viswanathan V, Kumpatla S, Kesehat. 2011;9(1).
Aravindalochanan V, Rajan R, 19. Nurayati L, Adriani M. Hubungan
Chinnasamy C, Srinivasan R, et Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
al. Prevalence of Diabetes and Darah Puasa Penderita Diabetes
Pre-Diabetes and Associated Melitus Tipe 2. Amerta Nutr.
Risk Factors Among Tuberculosis 2017;80–7.
Patients in India. PLoS One. 20. Aulia AA. Gambaran Komorbid
2012;7(7):1–9. TB-DM pada Penderita
13. Sulistianingrum ND. Hubungan Tuberkulosis BTA positif (Studi di
Indeks Massa Tubuh dan Rasio Balai Pengobatan Paru-Paru
Lingkar Pinggang Pinggul dengan (BP4) di Tegal). Universitas
Kadar Gula Darah Puasa. Diponegoro; 2017.
Universitas Sebelas Maret 21. Thapa B, Paudel R, Thapa P,
Surakarta; 2011. Shrestha A, Poudyal AK.
14. Cai J, Ma A, Wang Q, Han X, Prevalence of Diabetes Among
Zhao S, Wang Y, et al. Tuberculosis Patients and
Association Between Body Mass Associated Risk Factors in
index and Diabetes Mellitus in Kathmandu Valley. SAARC J
Tuberculosis Patients in China: a Tuberc Lung Dis HIV/AIDS.
Community Based Cross- 2015;12(2):20–7.
Sectional Study. BMC Public
Health. 2017;17(1):1–7.
15. Alisjahbana B, Sahiratmadja E,
Nelwan EJ, Purwa AM, Ahmad Y,
Ottenhoff THM, et al. The Effect
of Type 2 Diabetes Mellitus on
The Presentation and Treatment
Response of Pulmonary
Tuberculosis. Clin Infect Dis.
2007;45(4):428–35.
16. Harso AD, Syarif AK, Arlinda D,
Indah RM, Yulianto A, Yudhistira
A, et al. Perbedaan Faktor
Sosiodemografi dan Status Gizi
Pasien Tuberkulosis dengan dan
Tanpa Diabetes Berdasarkan
Registri Tuberkulosis-Diabetes

46

You might also like