You are on page 1of 6

THE INFLUENCE OF BODY CONDITION SCORE (BCS)

IN LATE PREGNANT Friesian Holstein DAIRY COWS


ON QUANTITY AND FAT LEVEL OF COLOSTRUMS

Dwi Putri Wulandari1, Puguh Surjowardojo2 and Sarwiyono2


1
Student in Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya
2
Lecturer in Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya

ABSTRACT

The research was conducted on May until June 2013 in KUD Kerta-Jaya, Kediri. This
research was aimed to analyze the influence of BCS in late pregnant Friesian Holstein (FH) dairy
cows toward quantity and fat level of colostrums. The method used in this research was experiment
with purposive sampling. The samples were 40 FH dairy cows and their first day colostrum. Body
Condition Score in late pregnant cows was evaluated a week before calving. First day colostrum
was collected from the first and second milking. Colostrum was analyzed with lactoscan to obtain
the level of fat colostrum. Data were analyzed with correlation and simple linier regression analysis.
The results showed that the average value of BCS in late pregnancy, colostrum production, level of
fat colostrum and quantity of fat colostrum on first day were 3.23 ± 0.62; 9.41 ± 1.39 kg; 5.01 ±
1.94% and 479.29 ± 213.32 g, respectively. Conclusion of this research were that 63.8% of first day
fat colostrum level was affected by BCS in late pregnancy and 46.3% of first day fat colostrum was
influenced as well, so that higher BCS value in late pregnancy of FH dairy cows affected the
quantity and fat level of colostrums. It was recommended to notice BCS in late pregnant FH dairy
cows on lactation period. Friesian Holstein dairy cows should has an ideal BCS value around 3.5-4.

Keywords: Body Condition Score, Friesian Holstein, dairy cow, late pregnant, fat colostrum

PENGARUH BODY CONDITION SCORE (BCS)


SAPI PERAH FH (Friesian Holstein) BUNTING TUA TERHADAP
JUMLAH DAN KADAR LEMAK KOLOSTRUM

Dwi Putri Wulandari, Puguh Surjowardojo dan Sarwiyono


1
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2
Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2013 di KUD Kerta-Jaya, Kediri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari BCS bunting tua sapi perah Friesian
Holstein (FH) terhadap jumlah dan kadar lemak kolostrum. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian adalah 40
ekor sapi perah FH dan kolostrum hari pertama. Body Condition Score bunting tua diamati satu
minggu sebelum melahirkan. Kolostrum hari pertama dikumpulkan dari pemerahan pertama dan
kedua. Kolostrum dianalisis dengan lactoscan untuk mendapatkan kadar lemak kolostrum. Data
dianalisis dengan metode korelasi dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata BCS bunting tua, produksi kolostrum, kadar lemak kolostrum dan jumlah lemak
kolostrum hari pertama adalah 3,23 ± 0,62; 9,41 ± 1,39 kg, 5,01 ± 1,94% dan 479,29 ± 213,32 g,
masing-masing. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 63,8% dari kadar lemak kolostrum hari
pertama dan 46,3% dari jumlah lemak kolostrum hari pertama dipengaruhi oleh BCS bunting tua,
sehingga nilai BCS bunting tua yang lebih tinggi dari sapi FH mempengaruhi jumlah dan kadar
lemak kolostrum. Disarankan untuk menjaga BCS bunting tua dari sapi FH pada setiap periode
laktasi. Sapi perah FH harus memiliki nilai BCS yang ideal sekitar 3,5-4 .

Kata kunci: Body Condition Score, Friesian Holstein, sapi perah, bunting tua, lemak kolostrum

PENDAHULUAN sapi (Kellogg, 2008). Zareta (2012)


melaporkan bahwa BCS saat bunting tua
berpengaruh sebesar 26% dan BCS setelah
Kebutuhan susu segar di Indonesia
melahirkan berpengaruh sebesar 6,7%
akan semakin meningkat seiring
terhadap produksi kolostrum.
meningkatnya jumlah penduduk, tingkat
pendapatan dan selera masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
Permintaan terhadap populasi sapi perah akan mengetahui pengaruh BCS sapi perah FH
semakin meningkat pula. Upaya penyediaan (Friesian Holstein) bunting tua terhadap
sapi perah dewasa yang berkualitas dapat jumlah dan kadar lemak kolostrum.
dimulai dari pemilihan bibit sapi perah yang
tepat. Bibit sapi perah diperoleh dengan cara MATERI DAN METODE
pemeliharaan pedet khusus untuk
menghasilkan bibit sapi perah dengan Materi Penelitian
produktifitas tinggi.
Materi yang digunakan adalah sapi FH
Salah satu aspek yang perlu
bunting tua sebanyak 40 ekor dengan umur
diperhatikan dalam pemeliharaan pedet
kebuntingan sembilan bulan dan kolostrum
adalah pakan yang berkualitas. Air susu
pada hari pertama setelah melahirkan.
pertama yang keluar sesaat setelah sapi perah
Penilaian BCS menggunakan standar Kellog
melahirkan atau kolostrum dibutuhkan oleh
dengan kisaran nilai 1,0-5,0.
pedet sebagai pakan utama, karena pedet
belum mampu mencerna pakan hijauan. Lang
(2008) dan Susilorini dan Sawitri (2009) Metode Penelitian
menyatakan bahwa nutrisi dalam kolostrum Metode penelitian yang digunakan
seperti lemak dan protein, penting untuk adalah eksperimen, sedangkan teknik
pertumbuhan pedet dan perkembangannya, pengambilan sampel purposive sampling atau
sehingga kandungan lemak dalam kolostrum berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, seperti
juga merupakan sumber lemak utama yang mengambil sampel pada sapi perah bunting
digunakan oleh pedet untuk membentuk tua dengan umur kebuntingan sembilan bulan
jaringan lemak. dan merupakan sapi laktasi ke-2, 3 dan 4.
Kolostrum yang berkualitas baik Penilaian BCS sapi perah FH bunting
diperoleh dengan perhatian khusus dalam tua dilakukan satu minggu sebelum tanggal
pemeliharaan sapi perah selama masa perkiraan partus, dengan kisaran nilai 1,0-5,0
kebuntingan ternak, terutama pada masa (Kellog, 2008). Sampel yang diuji merupakan
periode kering. Produksi kolostrum berkaitan kolostrum hari pertama atau campuran
dengan Body Condition Score (BCS). Body kolostrum dari pemerahan pertama dan kedua
Condition Score memberikan indikasi status setelah melahirkan. Volume kolostrum dicatat
energi sapi perah dan jumlah lemak penutup kemudian diuji kadar lemak kolostrum
pada sapi perah. Penilaian dilakukan dengan dengan menggunakan alat lactoscan.
menetapkan skor untuk jumlah lemak yang Volume produksi kolostrum kemudian
diamati pada beberapa kerangka bagian dari dihitung massa kolostrum dengan rumus:
Mkolostrum = BJ x Vkolostrum HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan:
Body Condition Score (BCS)
mkolostrum = massa produksi kolostrum (kg)
BJ = berat jenis kolostrum Hasil penilaian BCS bunting tua di
Vkolostrum = volume produksi kolostrum (l) lokasi penelitian masih berada dibawah
Sampel kolostrum kemudian diuji rekomendasi BCS ideal pada periode kering.
kadar lemaknya dengan menggunakan alat yaitu 3,23 ± 0,62. Menurut Kellogg (2008),
lactoscan, sedangkan jumlah lemak BCS yang ideal untuk periode kering pada
kolostrum dapat diketahui dengan rumus: sapi perah adalah 3,5-4.
mL = F/100 x mkolostrum x 1000 Periode kering sangat baik bagi induk
dan pedet, karena selama periode kering sel-
Keterangan:
sel ambing beristirahat untuk mempersiapkan
mL = massa/jumlah lemak kolostrum
produksi kolostrum (Hidajati, 1995).
F = persentase kadar lemak kolostrum
Anonimous (2001) dan Kellogg (2008)
mkolostrum = massa kolostrum hari pertama (kg)
menyatakan pentingnya BCS pada saat
*dikalikan 1000 untuk mendapatkan hasil
periode kering yaitu kondisi sapi harus sesuai
dalam satuan gram
atau tidak gemuk serta diperlukan penanganan
periode kering yang tepat untuk
Analisis Data mempersiapkan nutrisi yang cukup saat awal
Analisis data yang digunakan adalah laktasi.
korelasi dan regresi linier sederhana.
Perhitungan ini sesuai dengan petunjuk
Sudjana (1996). Persamaan regresi linier
sederhana dapat diketahui dengan rumus:
Y= a + bX
Keterangan: (a) BCS 2 (b) BCS 3 (c) BCS 4
Y = kadar lemak, jumlah lemak kolostrum Gambar 1. Body Condition Score sapi
X = Body Condition Score (BCS) bunting tua di KUD Kerta-Jaya
a = konstanta
b = koefisien regresi dari BCS bunting tua Produksi Kolostrum
Koefisien a dan b dihitung dengan Rata-rata produksi kolostrum pada
rumus: hari pertama dari 40 ekor sapi yang diamati
a = (ΣY) . (ΣX²) – (ΣX) . (ΣX.Y) adalah 8.99 ± 1.34 liter atau setara 9.41 ± 1.39
n . ΣX² – (ΣX)² kg. Produksi kolostrum rata-rata berdasarkan
BCS dapat dilihat pada Tabel 1.
b = n . ΣX.Y – (ΣX) . (ΣY)
n. ΣX² – (ΣX)² Tabel 1. Rata-Rrata Produksi
Kolostrum Berdasarkan BCS Bunting Tua
Koefisien korelasi (r) dan determinasi Rata-rata Rata-rata
(R²) dapat diketahui dengan rumus: Jumlah
Produksi Produksi
BCS Sapi
(r²) = JK Total – JK Sisa Kolostrum Kolostrum
(ekor)
(liter/ekor) (kg/ekor)
JK Total
2 4 8.64 ± 1.42 9.05 ± 1.57
(r) = √(r²)
3 23 9.08 ± 1.58 9.48 ± 1.63
4 13 8.94 ± 0.86 9.41 ± 0.86
(R²) = (r²) x 100%
Rata-rata produksi kolostrum Tabel 2. Rata-Rata Kadar Lemak
(kg/ekor) berdasarkan BCS bunting tua dapat Kolostrum Berdasarkan BCS Bunting Tua
dilihat pada Gambar 2. Jumlah Sapi Rata-rata Kadar
BCS
(ekor) Lemak (%)
Rata-rata Produksi Kolostrum (kg/ekor) 2 13 3.91 ± 0.98
9.6 3 20 5.06 ± 1.90
9.48 9.41 4 7 5.25 ± 2.23
9.4
9.2 Rata-rata kadar lemak kolostrum
9.05 berdasarkan BCS bunting tua dapat dilihat
9
2 3 4 pada Gambar 3.
Gambar 2. Kurva rata-rata produksi Rata-Rata Kadar Lemak Kolostrum
kolostrum berdasarkan BCS bunting tua 6
5.06 5.25
Gambar 2 menunjukkan semakin 5
3.91
tinggi BCS bunting tua sapi perah FH 4
semakin tinggi pula produksi kolostrum hari 3
pertama yang dihasilkan. Hal ini sesuai 2 3 4
dengan pendapat Zareta (2012), bahwa BCS Gambar 3. Kurva rata-rata kadar lemak
saat bunting tua berpengaruh sebesar 26% dan kolostrum berdasarkan BCS bunting tua
BCS setelah melahirkan berpengaruh sebesar
Gambar 3 menunjukkan bahwa
6,7% terhadap produksi kolostrum. Pada
semakin tinggi nilai BCS bunting tua sapi
kurva juga menunjukkan bahwa sapi perah
perah FH semakin tinggi pula kadar lemak
FH dengan BCS bunting tua 3 memiliki rata-
kolostrum hari pertama. Domeq, Skidmore,
rata produksi kolostrum tertinggi
Lloid dan Kaneene (1997) menyatakan bahwa
dibandingkan sapi dengan BCS bunting tua 2
sejumlah cadangan lemak tubuh dimobilisasi
dan 4, namun penurunannya tidak terlalu
saat awal laktasi yang dapat menurunkan
tajam. Hal ini menunjukkan terdapat faktor
cadangan lemak tubuh selama satu sampai
lain selain BCS bunting tua yang
dua minggu setelah melahirkan, sampai
mempengaruhi produksi kolostrum pada hari
pengembalian kondisi tubuh terjadi. Oleh
pertama setelah melahirkan, seperti umur
karena itu, BCS bunting tua sapi perah FH
induk atau periode laktasi.
harus dipersiapkan agar pedet tidak
mengalami kekurangan nutrisi.
Kadar Lemak Kolostrum
Kadar lemak kolostrum rata-rata hari Jumlah Lemak Kolostrum
pertama adalah 5,01 ± 1,94%. Menurut Lang
Rata-rata jumlah lemak kolostrum hari
(2008) menyatakan kadar lemak kolostrum
pertama adalah 479,29 ± 213,32 g. Menurut
mencapai 6,7% pada pemerahan pertama dan
Saputra (2008), kadar lemak kolostrum sapi
5,4% pada pemerahan kedua, sehingga dapat
cair mencapai 5.63 g/100 g, atau setara
disimpulkan bahwa kolostrum hari pertama di
dengan 563 g. Seperti halnya kadar lemak
lokasi penelitian memiliki kadar lemak lebih
kolostrum, jumlah lemak kolostrum juga lebih
rendah dari yang direkomendasikan. Rata-rata
rendah dari yang direkomendasikan. Jumlah
kadar lemak berdasarkan BCS bunting tua
lemak kolostrum rata-rata berdasarkan BCS
dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:
dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Lemak nilai koefisien korelasi (r) = 0,798. Nilai
dalam Kolostrum Berdasarkan BCS Bunting koefisien determinasi (R²) = 63,8%
Tua menunjukkan bahwa 63,8% kadar lemak
Jumlah Sapi Rata-rata Jumlah kolostrum hari pertama dipengaruhi oleh BCS
BCS
(ekor) Lemak (g)
bunting tua dan 36,2% dipengaruhi oleh
2 13 349.13 ± 75.69
3 20 488.26 ± 210.43 faktor lain. Adapun tabel sidik ragam dapat
4 7 503.39 ± 242.69 dilihat pada Tabel 4.
Rata-rata jumlah lemak dalam Tabel 4. Tabel Sidik Ragam Pengaruh
kolostrum berdasarkan BCS bunting tua dapat BCS Bunting Tua Terhadap Kadar Lemak
dilihat pada Gambar 12. Kolostrum

Rata-Rata Jumlah Lemak Kolostrum SK db JK KT F Hit

600 Regresi 1 1.003,60 1.003,60 68,61**


550 488.26 503.39 Sisa 39 570,45 14,63
500 Total 40 1.574,05
450
400
**berbeda sangat nyata
349.13
350
300 Berdasarkan hasil analisis statistik
2 3 4 dapat disimpulkan bahwa BCS bunting tua
Gambar 4. Rata-rata jumlah lemak dalam yang tinggi akan menghasilkan kolostrum
kolostrum berdasarkan BCS bunting tua dengan kadar lemak yang lebih tinggi dari
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 4 sapi dengan BCS bunting tua yang rendah.
semakin tinggi nilai BCS bunting tua sapi Untuk mencegah pedet sapi perah FH
perah FH semakin tinggi pula jumlah lemak mengalami kekurangan lemak kolostrum,
kolostrum hari pertama, seperti halnya pada maka kondisi tubuh sapi sebelum melahirkan
kadar lemak kolostrum. Kellogg (2008) terutama BCS bunting tua harus dipersiapkan,
menyatakan bahwa BCS yang ideal untuk sehingga kebutuhan pedet akan lemak
periode kering pada sapi perah adalah 3,5-4. kolostrum terpenuhi dan dapat meningkatkan
Pires, Delavaud, Faulconnier, Pomies dan pertumbuhan pada pedet. Hal ini sesuai
Chilliard (2013) menambahkan bahwa sapi dengan pendapat Sukandar, Purwanto dan
dengan BCS tinggi saat calving menghasilkan Anggraeni (2008) menyatakan bahwa
susu dengan kadar lemak yang lebih besar cadangan lemak tubuh akan digunakan sapi
dari sapi dengan BCS rendah, karena BCS periode laktasi pada saat tidak cukup
tinggi mencerminkan ketersediaan lemak mendapatkan energi terutama selama awal
tubuh sedangkan sapi dengan BCS rendah laktasi, sehingga pemulihan kondisi tubuh
memiliki kemampuan terbatas dalam saat periode kering penting untuk dijaga.
mengandalkan cadangan tubuh untuk
mempertahankan laktasi. Pengaruh BCS Bunting Tua Terhadap
Jumlah Lemak Kolostrum
Pengaruh BCS Bunting Tua Terhadap Hasil analisis regresi linier sederhana,
Kadar Lemak Kolostrum didapatkan persamaan Y = 299,70 + 55,69 X,
Hasil analisis regresi linier sederhana, Y adalah jumlah lemak kolostrum dan X
didapatkan persamaan Y = 3,38 + 0,50 X, Y adalah BCS bunting tua. Hasil analisis
adalah kadar lemak kolostrum dan X adalah korelasi menunjukkan hubungan korelasi
BCS bunting tua. Hasil analisis korelasi cukup kuat, dengan nilai koefisien korelasi (r)
menunjukkan hubungan korelasi kuat, dengan = 0,68. Nilai koefisien determinasi (R²) =
46,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 46,3% Hidajati, N. 1995. Pemeliharaan Pedet Sapi
jumlah lemak kolostrum hari pertama Perah. J. Wartazoa, Balai Penelitian
dipengaruhi oleh BCS bunting tua dan 53,7% Ternak Bogor Vol.4 No.1-2.
dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun tabel Kellog, W. 2008. Body Condition Scoring
sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 5. with Dairy Cattle. www.uaex.edu/
Tabel 5. Tabel Sidik Ragam Pengaruh other_Areas/.../FSA-4008.pdf. Diakses
BCS Bunting Tua Terhadap Jumlah Lemak 24 April 2013.
Kolostrum
F Lang, B. 2008. Colostrum for The Dairy Calf.
SK db JK KT http://www.omafra.gov.on.ca/english/l
Hit
Regresi 1 9.188.847,41 9.188.847,41 33,65 ivestok/veal/facts/08-001.htm. Diakses
Sisa 39 10.648.780,92 273.045,66 ** tanggal 24 April 2013.
Total 40 19.837.628,33
**berbeda sangat nyata Pires, J.A.A., C. Delavaud, Y. Faulconnier, D.
Pomies dan Y. Chilliard. 2013. Effects
Berdasarkan hasil analisis statistik of body condition score at calving on
dapat disimpulkan bahwa sapi dengan BCS indicators of fat and protein
bunting tua yang lebih tinggi akan mobilization of periparturient
menghasilkan kolostrum dengan jumlah Holstein-Friesian cows. J. Dairy
lemak yang tinggi dari sapi dengan BCS Sci. 96 :6423–6439.
bunting tua yang rendah.
Saputra, F. 2008. Perbadingan komposisi dan
daya antimikroba antara susu sapi
KESIMPULAN DAN SARAN segar (uht), kolostrum sapi segar dan
kolostrum sapi bubuk. J. Fakultas
Teknobiologi Universitas Katolik
Kesimpulan
Indonesia Atma Jaya.
Semakin tinggi BCS sapi perah FH
bunting tua semakin tinggi pula jumlah dan Sudjana. 1996. Disain dan Analisis
kadar lemak kolostrum hari pertama yang Eksperimen. Tarsito. Bandung.
dihasilkan.
Sukandar, A., B.P. Purwanto dan A.
Anggraeni. 2008. Keragaan body
Saran condition score dan produksi susu sapi
Peternak hendaknya memperhatikan perah Friesian Holstein di peternakan
BCS sapi perah FH pada setiap periode laktasi rakyat KPSBU Lembang, Bandung. J.
khususnya pada fase bunting tua, agar Seminar Nasional Teknologi
memiliki nilai BCS ideal yaitu 3,5-4. Peternakan dan Veteriner.

Susilorini, T.E. dan M.E. Sawitri. 2009.


DAFTAR PUSTAKA Produk Olahan Susu. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Anonimous. 2001. Condition Scoring of
Dairy Cows. www.defra.gov.uk/ Zareta, M. 2012. Pengaruh body condition
corporate/ publications/ pubfrm.htm. score (BCS) sapi perah Friesian
Diakses tanggal 24 April 2013. Holstein bunting tua terhadap
produksi kolostrum. Skripsi. Malang.
Domeq, J.J., A.W. Skidmore, J.W. Lloid dan
J.B. Kaneene. 1997. Relationship
between body condition score and
milk yield in large dairy herd of heigh
yielding Holstein cows. J. Dairy Sci.
80: 102-112.

You might also like