You are on page 1of 5

JURNAL KESEHATAN GIGI

(Dental Health Journal)


Vol 6 No. 2 Agustus 2019

HUBUNGAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN TINGKAT KEBERSIHAN


GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV DAN V DI SDN 6 DLODPANGKUNG
SUKAWATI TAHUN 2017
I Made Budi Artawa1, Pande Putu Nanda Pradipta2
imadebudiartawa@gmail.com
1
Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar
2
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar

ABSTRACT

Oral health is a fundamental part of overall health. The degree of health of a person or community
is influenced by four factors, namely: environment, behavior, heredity, and health services. Plaque
plays a role in the pathogenicity of caries and periodontal disease. The purpose of cleaning teeth is
to remove plaque. Tooth brushing behavior is good and right that is done diligently, thoroughly and
regularly. The results of the study by Pande Putu Nanda Pradipta concluded that there were no
grade IV and V grade students at SD Negeri 6 Dlodpangkung, Sukawati who behaved brushing
their teeth with both good and very good criteria. The level of dental and oral hygiene in grade IV
and V students of SD Negeri 6 Dlodpangkung, Sukawati was classified as poor criteria. The
purpose of this study was to determine the relationship between tooth brushing behavior and the
level of dental and oral hygiene in grade IV and V SDN 6 Dlodpangkung Sukawati students in 2017.
This type of cross sectional study, uses secondary data from Pande Putu Nanda Pradipta's
research. Spearmen correlation test results obtained sig .: 0,000. Based on the results of this study
it can be concluded that there is a relationship between tooth brushing behavior and the level of
dental and oral hygiene in grade IV and V students of SDN 6 Dlodpangkung Sukawati in 2017.

Keywords: tooth brushing behavior, dental and oral hygiene

Upaya kesehatan gigi perlu di tinjau dipengaruhi empat faktor, yaitu: lingkungan,
dari aspek lingkungan, pengetahuan, perilaku, herediter, dan pelayanan kesehatan.
kesadaran anak dan penangan kesehatan gigi Menurut Laurence Green terdapat tiga faktor
termasuk pencegahan dan perawatan, yang mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu
sebagian besar orang mengabaikan kondisi faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan faktor penguat.4
gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal Masalah terbesar yang dihadapi
manfaatnya sangat vital dalam menunjang penduduk Indonesia seperti juga di negara-
kesehatan dan penampilan.1 negara berkembang lainnya di bidang
Kesehatan mulut merupakan bagian kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit
yang fundamental dari kesehatan secara jaringan keras gigi (caries dentis) disamping
menyeluruh. Kesehatan mulut yang dimaksud penyakit gusi. Karies merupakan suatu
saat ini adalah daerah rongga mulut, termasuk penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
gigi dan struktur serta jaringan jaringan dentin, dan sementum yang disebabkan oleh
pendukungnya yang terbebas dari rasa sakit, aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat
serta berfungsi secara optimal.2 Tindakan yang dapat diragikan. Tandanya adalah
pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut demineralisasi jaringan keras gigi yang
perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
fungsi, aktivitas serta penurunan produktifitas organiknya.5 Karies gigi merupakan penyakit
kerja yang tentunya akan mempengaruhi gigi dan mulut yang banyak diderita oleh 90%
kualitas hidup.3 anak usia sekolah.6
H L Blum menyatakan bahwa, derajat Hasil Riset Kesehatan Dasar
kesehatan seseorang atau masyarakat (Riskesdas) Provinsi Bali 2013, menunjukan
14
JURNAL KESEHATAN GIGI
(Dental Health Journal)
Vol 6 No. 2 Agustus 2019

bahwa prevalensi angka karies gigi anak yang diasuh dibandingkan dengan masa sebelum
berusia 10-14 tahun sebesar 25,2%. Data ini sekolah.13
menunjukan bahwa data pemeliharaan diri Penelitian yang dilakukan Anggara S,
anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut Wulandari E, dan Kiswaluyo (2012)
masih sangat rendah.7 mengambil sampel siswa kelas V dengan
Karies gigi adalah penyakit jaringan pertimbangan bahwa rata-rata usia murid
gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, sekolah dasar kelas V adalah 10-12 tahun.
dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan Kelas VI tidak dipilih sebagai sampel karena
daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.8 sedang persiapan untuk ujian nasional.
Plak ikut berperan pada patogenitas dari Menurut Yani RWE (dalam Anggara S,
karies dan penyakit periodontal. Tujuan Wulandari E, dan Kiswaluyo, 2012) usia
membersihkan gigi adalah menghilangkan tersebut juga dianggap lebih kooperatif dalam
plak. Plak dapat terbentuk kapan saja, meski menjawab pertanyaan sehingga diharapkan
gigi sudah dibersihkan. Plak adalah lapisan dapat mengurangi bias responden.14
tipis, tidak berwarna mengandung banyak Penelitian yang dilakukan Pande Putu
bakteri dan lekat pada permukaan gigi.9 Nanda Pradipta yang dilakukan pada siswa
Sebagian besar masalah kesehatan gigi dan kelas IV dan V SDN 6 Dlodpangkung
mulut dapat dicegah. Banyak cara untuk dapat Sukawati tahun 2017 menyimpulkan tidak
mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan terdapat siswa kelas IV dan V SD Negeri 6
mulut, diantaranya dengan perawatan oleh diri Dlodpangkung, Sukawati yang berperilaku
sendiri.1 menyikat gigi dengan kriteria baik maupun
Perilaku menyikat gigi yang baik dan sangat baik. Rata-rata tingkat kebersihan gigi
benar yaitu dilakukan secara tekun, teliti dan dan mulut pada siswa kelas IV dan V SD
teratur. Tekun artinya sikat gigi dilakukan Negeri 6 Dlodpangkung, Sukawati tergolong
dengan giat dan sungguh-sungguh, teliti dalam kriteria buruk.
artinya sikat gigi dilakukan pada seluruh Berdasarkan latar belakang di atas dapat
permukaan gigi dan teratur dilakukan minimal dibuat rumusan masalah penelitian sebagai
dua kali sehari. Waktu yang tepat untuk berikut: apakah ada hubungan antara perilaku
menyikat gigi adalah setiap selesai sarapan menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi
dan sebelum tidur malam.1 Anak - anak pada dan mulut pada siswa kelas IV dan V SDN 6
umumnya belum dapat menyikat gigi dengan Dlodpangkung Sukawati tahun 2017?
baik dan efektif, karena menyikat gigi itu
tidak mudah terutama pada makanan yang Metode
lengket, serta sisa makanan yang berada pada Jenis penelitian ini cross sectional.
permukaan gigi yang sulit dijangkau dengan Penelitian dilakukan di Jurusan Keperawatan
sikat gigi.11 Penelitian yang dilakukan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Gopdianto, Rattu, dan Mariati, (2015) Denpasar pada bulan Oktober 2017. Unit
menyimpulkan terdapat hubungan antara analisis adalah siswa kelas IV dan V di SD N
status kebersihan mulut dan perilaku 6 Dlodpangkung, Desa Sukawati, Kecamatan
menyikat gigi anak SD Negeri 1 Sukawati, Kabupaten Gianyar Tahun 2017.
Malalayang.12 Responden penelitian adalah seluruh siswa
Nasution 1993 mengatakan bahwa anak kelas IV dan V di SD N 6 Dlodpangkung,
masa usia sekolah dasar mulai dari usia 6 s/d Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati,
12 tahun, pada usia ini ditandai dengan Kabupaten Gianyar Tahun 2017 yang
mulainya anak masuk sekolah dasar dan berjumlah 36 orang. Penelitian ini
dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya menggunakan data sekunder dari penelitian
yang kelak akan mengubah sikap tingkah Pande Putu Nanda Pradipta. Data hasil
lakunya. Anak usia 6 s/d 12 tahun adalah anak penelitian Pande Putu Nanda Pradipta di
usia sekolah (masa usia sekolah dasar). masukan ke komputer dengan menggunakan
Umumnya pada masa sekolah ini lebih mudah software pengolah data SPSS for Windows.
15
JURNAL KESEHATAN GIGI
(Dental Health Journal)
Vol 6 No. 2 Agustus 2019

Selanjutnya dilakukan analisis bivariat berupa kesehatan seseorang atau masyarakat


tabulasi silang dan uji korelasi Spearmen. dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu :
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor
Hasil dan Pembahasan diluar perilaku (non-behavior causes).
Berdasarkan data hasil penelitian Pande Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan
Putu Nanda Pradipta, selanjutnya dibuat atau terbentuk dari tiga faktor.15
tabulasi silang antara variabel penelitian: a. Faktor predisposisi (predisposing
perilaku dengan kebersihan gigi dan mulut, factors)
sepertipada tabel di bawah ini. Faktor ini mencakup pengetahuan dan
Tabel Kebersihan Gigi dan Mulut sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
Berdasarkan Perilaku Menyikat Gigi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
Siswa Kelas IV dan V di SD N 6 yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
Dlodpangkung, Desa Sukawati, yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Hal
Tahun 2017 ini dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk
berperilaku kesehatan misalnya pemeriksaan
Perilaku Kebersihan Gigi dan Jumlah kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan
Menyikat Mulut
Gigi buruk sedang baik
pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
Perlu 20 2 0 22 tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi
bimbingan kesehatan ibu sendiri maupun janinnya.
Cukup 0 12 2 14 Kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan
Baik 0 0 0 0
Sangat baik 0 0 0 0 sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong
Jumlah 20 14 2 36 atau menghambat ibu untuk periksa
kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh
Berdasarkan tabel di atas dapat disuntik (periksa kehamilan termasuk
diketahui sebanyak 20 siswa yang perilaku memperoleh suntikan anti tetanus), karena
menyikat giginya perlu bimbingan memiliki suntikan bisa menyebabkan anak cacat.
kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Tidak Faktor-faktor ini terutama yang positif
dijumpai satupun siswa yang mempermudah terwujudnya perilaku, maka
berperilakumenyikat gigi baik dan sangat sering disebut faktor pemudah.
baik. b. Faktor pendukung (enabling factors)
Selanjutnya kedua variabel tersebut Faktor ini mencakup ketersediaan
dilakukan uji korelasi Spearmen. Hasil uji sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
korelasi Spearmen diperoleh nilai sig.: 0,000. bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat
Berdasarkan penelitian terlihat sebagian besar pembuangan tinja, ketersediaan makanan
yaitu 20 siswa nilai kebersihan gigi dan bergizi, dan sebagainya, termasuk juga
mulutnya buruk memerlukan bimbingan saat fasilitas pelayanan kesehatan seperti
menyikat gigi. Hal ini dapat dipahami, sebab puskesmas, Rumas Sakit (RS), Poliklinik, Pos
bila menyikat giginya belum benar maka, Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
jelas kebersihan gigi dan mulutmnya tidak Poliklinik Desa (Polindes), Pos Obat Desa,
akan baik. Perilaku pemeliharaan diri dokter atau bidan praktek swasta, dan
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan sebagainya. Masyarakat perlu sarana dan
mulut indikatornya adalah variabel menyikat prasarana pendukung untuk berperilaku sehat.
gigi.3 Menyikat gigi merupakan tindakan Perilaku pemeriksaan ibu hamil misalnya, ibu
pencegahan primer yang paling utama hamil yang mau periksa kehamilan tidak
dianjurkan. Menurut Blum perilaku hanya karena ia tahu dan sadar manfaat
merupakan faktor terbesar kedua setelah periksa kehamilan melainkan ibu tersebut
faktor lingkungan yang mempengaruhi dengan mudah harus dapat memperoleh
kesehatan individu, kelompok, atau fasilitas atau tempat periksa kehamilan,
masyarakat. Menurut Laurence Green, misalnya Puskesmas, Polindes, bidan praktik,
16
JURNAL KESEHATAN GIGI
(Dental Health Journal)
Vol 6 No. 2 Agustus 2019

ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi
hakikatnya mendukung atau memungkinkan secara berkala.
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor- 2. Pihak sekolah dapat memberikan sikat
faktor ini disebut faktor pendukung atau gigi dan pasta kepada siswa yang tidak
faktor pemungkin. Kemampuan ekonomipun memiliki.
juga merupakan faktor pendukung untuk 3. Sekolah dapat melakukan kegiatan
berperilaku kesehatan. sikat gigi massal seminggu sekali.
c. Faktor pendorong (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan Daftar Pustaka
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, 1. Putri MH, Herijulianti E, Nurjanah N,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit
Termasuk juga di sini undang-undang, Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung
peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun Gigi, Jakarta: EGC.
dari pemerintah daerah, yang terkait dengan 2. Departemen Kesehatan (Depkes) RI.,
kesehatan. Masyarakat kadang-ladang bukan 2000. Kebijakan Pembangunan Tenaga
hanya berperilaku sehat, melainkan Kesehatan. Jakarta: Departemen
diperlukan juga perilaku contoh dari tokoh Kesehatan RI.
masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, 3. Sriyono, NW, 2009, Mencegah Penyakit
lebih-lebih para petugas kesehatan. Undang- Gigi dan Mulut Guna Meningkatkan
undang juga diperlukan untuk memperkuat Kualitas Hidup, Naskah Pidato
perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas
periksa kehamilan, dan kemudahan Kedokteran Gigi Universitas Gadjah
memperoleh fasilitas periksa kehamilan. Mada Yogyakarta.
Diperlukan juga peraturan atau perundang- 4. Notoatmodjo S, 2003. Pendidikan Dan
undangan yang mengharuskan ibu hamil Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
melakukan periksa kehamilan. Cipta.
Setelah diuji statistik dengan uji 5. Panji, 2008. Kesehatan gigi dan mulut,
korelasi Spearmen, antara variabel OHI-S Jakarta: EGC.
dengan perilaku menyikat gigi diperoleh nilai 6. Andini dan Asmaraningtyas, 2007.
sig : 0,000. Nilai ini < 0,05. Berarti ada Pentingnya Pemeriksaan Dini Gigi Dan
hubungan yang bermakna atau signifikan Mulut Anak. Tersedia di:
antara variabel kebersihan gigi dan mulut http://www.permatacibubur.com/en/see.p
dengan perilaku menyikat gigi. Hasil hp?id. Diakses Diakses 1 September
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang 2017.
dilakukan oleh Gopdianto R, AJM Rattu Ni 7. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.,
Wayan Mariati (2015) yang menyimpulkan 2013. Pokok – Pokok Hasil Riset
ada hubungan status kebersihan mulut dan Kesehatan Dasar - Riskesdas 2013
perilaku menyikat gigi anak SD Negeri 1 Provinsi Bali. Jakarta: Badan Litbangkes
Malalayang. Kemenkes RI.
8. Tarigan R, 2014. Karies Gigi edisi 2.
Jakarta: Hipokrates.
Simpulan dan Saran 9. _ Forrest JO, 1995. Pencegahan Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian dapat Mulut, alih bahasa: Lilian Yuwono,
disimpulkan ada hubungan antara perilaku Jakarta: Hipokrates.
menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi 10. Machfoedz, I. dan A. Y. Zein. 2006.
dan mulut pada siswa kelas IV dan V SDN 6 Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Dlodpangkung Sukawati tahun 2017. Anak-anak dan Ibu Hamil. Edisi Revisi.
Berdasarkan pembahasan dapat disarankan: Yogyakarta: Fitramaya.
1. Pihak sekolah bekerjasama dengan 11. Gopdianto R, AJM Rattu Ni Wayan
Puskesmas setempat sehingga siswa Mariati, 2015. Status kebersihan mulut
17
JURNAL KESEHATAN GIGI
(Dental Health Journal)
Vol 6 No. 2 Agustus 2019

dan perilaku menyikat gigi anak SD


Negeri 1 Malalayang. Jurnal e-Gigi (eG),
Vol. 3 No.1 Januari – Juni 2015. Tersedia
di http://ejournal.unsrat.ac.id. Diakses 1
September 2017.
12. Ratmini, Ni Ketut, 2011. Perbedaan
Pendidikan Kesehatan Gigi Metode
Ceramah dan Demonstrasi Disertai
Monitoring dengan Tanpa Monitoring
Terhadap Pengetahuan, Sikap, Perilaku,
dan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Murid SDN Singaraja Bali Tahun 2010.
Yogyakarta.
13. Anggara S, Wulandari E, dan Kiswaluyo,
2012. Indeks Karies Gigi Siswa Kelas V
Sekolah Dasar di Pedesaan dan
Perkotaan di Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember. Tersedia di:
repository.unej.ac.id/bitstream/handle.
Diakses 1 September 2017.
14. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.

18

You might also like