You are on page 1of 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang terus mengalami kemajuan memberikan dampak

yang cukup besar pada seluruh dunia, termasuk dunia usaha yang membuat

organisasi serta perseroan harus cepat dan tanggap dalam mengahadapi semua

perubahan-perubahan yang akan terjadi. Organisasi dan perseroan menerapkan

berbagai metode supaya dapat menciptakan kemampuan yang lebih bagus biar

dapat memenangkan sesuatu persaingan serta mempertahankannya. Agar bisa ikut

melakukan persaingan dengan organisasi lain, perusahan harus bisa mengelola

modal, kekayaan, serta keharusan dengan baik. Perseroan wajib membuat

pembukuan, catatan, serta pelaporan pada seluruh aktivitas perseroan untuk

melihat perkembangan perseroan. Transaksi keuangan perseroan dicatat dalam

informasi finansial buat melihat posisi finansial pada setiap periode.

Dunia usaha pada sektor jasa dalam industri perhotelan mempunyai peran

yang penting dalam menunjang sarana fasilitas umum untuk para wisatawan.

Industri perhotelan merupakan salah satu penyumbang paling besar pada

perekonomian daerah, meningkatnya perkembangan bisnis sebuah hotel

dipengaruhi oleh seberapa besar wisatawan manca negara ataupun domestik yang

sedang melakukan kunjungan. Tujuan tiap perseroan ialah untuk mendapatkan

profit yang besar untuk mengembangkan perseroannya jadi lebih besar,

manajemen keuangan perseroan bertanggung jawab dalam pelaksanaan

pengolahan serta pengumpulan data keuangan perseroan, lalu melaporkan pada


pihak yang memiliki kepentingan untuk digunakan sebagai alat bantu dalam

memutuskan sebuah kebijakan dalam jangka panjang, mengengah maupun

pendek.

Dengan melalui situasi Keuangan, seorang manajer dapat mengambil suatu

keputusan dalam membuat struktur keuangan yang lebih baik dari sebelumnya.

Dimana melalui hasil analisa keuangan dapat diperoleh informasi terkait penilaian

kinerja bidang finansial pada suatu perseroan. Analisa keuangan memiliki

keterkaitan yang tinggi terhadap informasi yang dipaparkan dalam situasi

Keuangan dimana laporan tersebut memiliki fungsi untuk menyajikan informasi

kinerja suatu situasi Keuangan perseroan.

Terdapat berbagai teknik dalam pengukuran Pengembalian Finansial yang

dicoba oleh berbagai perseroan. Salah satu caranya dapat melalui analisa rasio

keuangan dimana bertujuan dalam evaluasi keadaan yang sedang berlangsung

serta memprediksi terkait kondisi finansial di masa mendatang.

Rasio keuangan mempunyai kedudukan dalam proses identifikasi

kelemahan serta kekuatan yang dipunyai perseroan. Para investor dapat pula

memantau kondisi finansial serta hasil operasi perseroan tahun sebelumnya dan

saat ini melalui rasio keuangan yang ada sehingga hal tersebut dapat dijadikan

acuan dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi.

Tujuan yang sangat penting dari sebuah situasi Keuangan ialah

menyediakannya informasi serta pesan yang memiliki keterkaitan dengan

posisinya keuangan, perubahan posisi keuangan, serta juga kinerja dari sebuah

organisasi berguna untuk sebagian besar dari pemakainya perihal pengambilan


sebuah kebijakan ekonomi. Definisi situasi Keuangan adalah sebuah alat guna

mendapatkan pesan informasi tentang posisi dari keuangan serta hasil dari pada

operasi yang sudah diraih pada perseroan. Informasi tersebut digunakan untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan, baik itu oleh pihak

dari luar perseroan ataupun pihak manajemen perseroan.

Hotel Grand Victoria Samarinda ialah perseroan pada bidang jasa dan

industry perhotelan bintang III yang terletak di Samarinda dimana pada periode

2017 memperoleh total pendapatan sebesar Rp 3.597.299.231 dan total asset

sebesar Rp 65.337.768.061 tahun 2018 total pendapatan mengalami kenaikan

menjadi Rp 4.310.599.263 dan total asset sebesar Rp 68.132.059.136 pada tahun

2019 total pendapatan mengalami penurunan menjadi Rp 3.901.282.516 dan total

asset sebesar Rp 65.630.349.580.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasar pemaparan latar belakang maka dapat diambil rumusan masalah

yakni apakah Pengembalian Finansial Hotel Grand Victoria yang diukur

menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas dari tahun

2017, 2018 dan 2019 mengalami kenaikan?

1.3. Tujuan Penelitian

Didasarkan rumusan masalah yang ada dapat dibuat suatu tujuan penelitian

yakni untuk mengetahui kinerja Hotel Grand Victoria Di Samarinda tahun 2017,

2018 dan 2019 dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio profitabilitas

mengalami kenaikan atau penurunan.


1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sarana penerapan ilmu yang dapat menjadi referensi

dan pegalaman dalam penilaian Pengembalian Finansial.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan gambaran untuk pihak manajemen untuk menjadi

bahan pertimbangan terhadap kebijakan operasional dan mengambil

keputusan di masa mendatang sebagai saran peningkatan

Pengembalian Finansial Hotel Grand Victoria.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Situasi Keuangan

2.1.1. Pengertian Situasi Keuangan

Situasi Keuangan ialah suatu indikasi analisa fundamental serta alat bantuan

guna membuat kebijakan ekonomi. Banyaknya pihak yang membuat sebuah

kebijakan ekonomi sesudah mengetahui situasi Keuangan, layaknya pembagian

deviden, kebijakan jual beli saham, memberi kredit, serta kebijakan lain. Dari

sudut pandang perseroan yang teregistrasi pada bursa, diisyaratkan oleh

BAPEPAM LK (Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan), guna

memunculkan situasi Keuangan, paling tidaknya 1 kali dalam setiap tahunnya

serta tidaklah menutup kemungkinannya dimunculkan dengan cara semesteran

ataupun kuatalan.

Menurut organisasi profesi yang menaungi seluruh Akuntan Indonesia (IAI)

(2012) mengartikan situasi Keuangan merupkan salah satu proses peliputan

keuangan. Data laporan yang lengkap rata- rata berisikan posisi dari keuangan itu,

laporan laba rugi, neraca, catatan serta laporan yang lain, dan juga materi- materi

penjelasan bagian integralnya dari pesituasi Keuangan. Berdasar Pernyataan

Komite Prinsipiil Akuntansi Indonesia (2015) mendefinisikan sesuatu

komposisidengan cara tertata serta sistematis terkait posisi keuangan dan

kemampuan finansial sesuatu entitas.

Menurut Sujarweni (2017) situasi Keuangan merupakan sesuatu catatan

pesan ataupun data dari sebuah keuangan suatu lembaga dalam sesuatu durasi
ataupun rentang waktu akuntansi yang dapat dipergunakan dalam

merepresentasikan kemampuan dari keuangan organisasi itu.

Pemahaman Situasi Keuangan menurut Munawir (2010) merupakan hasil

dari pada tingkatan akuntansi yang dapat dipergunakan jadi suatu perlengkapan,

untuk melaksanakan komunikasi diantara informasi kegiatan ataupun keuangan

suatu badan ataupun perseroan dengan bermacam pihak yang memiliki sangkut

paut pada data- data ataupun aktivitasnya dari perseroan itu.

Menurut Fahmi (2012), menjelaskan bahwa informasi keuangan adalah

suatu catatan serta data yang mrepresentasikan situasi suatu badan ataupun

perseroan, yang mana sehabis itu akan jadi suatu data yang merepresentasikan hal

kemampuan dari suatu badan. Menurut Harmono (2014) mengkonfirmasi ada pula

beragam kepribadian pada peliputan keuangan yakni dapat dimengerti ataupun

pahami, meterialitas, relevan, penyajian jujur, keandalan, pertimbangan sehat,

kelengkapan, substansi mengungguli bentuk ataupun wujud, penyeimbang antara

fungsi ataupun manfaat, dan pengeluaran, serta pula penyeimbang antara

karakteristik kualitatif.

Berbagai macam pengertian di atas, dapat diambil sebuah hasil akhir dimana

situasi Keuangan merupakan suatu keluaran ataupun output ataupun hasil dari

akhir anta tahapan akuntansi. Situasi Keuangan jadi materi data buat para

pengguna sebagai tahapan pengumpulan sesuatu kebijaksanaan. Selain jadi

perlengkapan buat pertanggung jawaban, peliputan itu pula dapat

merepresentasikan indikator akan keberhasilan suatu organisasi ataupun perseroan

hal mencapai tujuan yang dia punya.


2.1.2. Tujuan Situasi Keuangan

Latar belakang penyajian dan kategorisasi situasi Keuangan yakni tahap

yang amat teramat berarti dikala saat sebelum menganalisa informasi keuangan

itu, kemudian memandang tujuan laporan itu pula jadi suatu tahapan yang begitu

lumayan berarti. Laporan ini mempunyai kegunaan buat memandang kemajuan

keberhasilan yang diperoleh suatu perseroan ataupun organisasi dalam waktu

beberapa periode terakhir. Laporan ini dapat mempunyai kegunaan pada sebagian

pihak mempunyai kebutuhan pada perseroan itu. Mengenai begitu dijadikan

selaku dasar buat administrator dalam mengutip kebijaksanaan yang berhubungan

dengan keuangan suatu organisasi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2018), tujuan dari adanya situasi

Keuangan ialah guna memberikan pesan atau informasi tentang posisi dari

keuangan perseroan, arus kas entitas serta Pengembalian Finansial yang berfungsi

ataupun berguna untuk beberapa pengguna dari pada laporan tersebut dalam

pembuatan kebijakan ekonomi. Menurut Widyaningsih dan Idayati (2015)

mengkonfirmasisa tujuan dari situasi Keuangan ialah memberi berupa pesan serta

informasi tentang posisi dari keuangan, arus kas entitas, serta Pengembalian

Finansial yang berfungsi untuk beberapa banyak kalangan dari para pengguna

laporan pada saat membuat sebuah kebijakan. Menurut Fahmi (2012) mengatakan

bahwa tujuan situasi Keuangan ialah untuk memberi berbagai pesan informasi

pada pihak yang memiliki kepentingan mengenai kondisi sebuah organisasi

ataupun perseroan dari perspektif tiap-tiap angka pada satuan moneter. Situasi

Keuangan juga menunjukkan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen, ataupun
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayai pada

dirinya.

Menurut Kasmir (2010), beberapa tujuannya pembuatan situasi Keuangan

adalah:

1. Memberikan pesan berupa informasi mengenai ragam jenis serta modal

yang dipunyai perseroan atau organisasi di saat sekarang ini.

2. Memberikan pesan berupa informasi mengenai ragam jenis serta jumlah

harta yang dipunya perseroan di saat sekarang ini.

3. Memberikan pesan berupa informasi mengenai jumlah, biaya, serta

ragam jenis biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perseroan atau

organisasi dalam suatu periode khusus.

4. Memberikan pesan berupa informasi mengenai ragam jenis serta jumlah

pendapatan yang didapatkan dalam waktu atau periode yang tertentu.

5. Memberikan pesan berupa informasi menganai kinerja manajemen dari

perseroan pada sebuah periode.

6. Memberikan pesan berupa informasi mengenai perubahan-perubahan

yang terjadi pada pasiva, aktiva, serta modal dari sebuah organisasi.

7. Informasi ataupun pesan mengenai keuangan lainnya.

8. Memberikan pesan berupa informasi mengenai catatan atas situasi

Keuangan.

Pengertian ini diambil hasil akhir bahwa tujuan dari pada situasi Keuangan

adalah memberikan informasi ataupun pesan keuangan mengenai keharusan,


aktiva, pendapatan, biaya, modal serta perubahan yang berfungsi untuk pihak dari

luar ataupun dalam untuk mengambil suatu kebijakan.

2.1.3. Jenis-Jenis Situasi Keuangan

Menurut Widyaningsih dan Idayati (2015), terdapat ciri situasi Keuangan

dapat dikatakan lengkap, yakni apabila memenuhi komponen berikut :

1. Laporan laba rugi komprehensif selama periode.

2. Laporan posisi keuangan selama akhir periode.

3. Laporan keadaan keuangan selama periode.

4. Laporan perubahan ekuitas selama periode.

5. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan

pada saat entitas menjalankan suatu kebijakan akuntansi secara

restrospektif ataupun membuat penyajian kembali rincian detail situasi

Keuangan, ataupun pada saat entitas mereklasifikasi rincian detail dalam

situasi Keuangan.

6. Catatan atas situasi Keuangan, isinya berbentuk ringkasan terkait

kebijakan akuntansi yang penting serta informasi penjelasan lainnya.

Menurut Sujarweni (2017), adapun jenis situasi Keuangan yang lengkap

meliputi:

1. Neraca

Neraca merupakan suatu informasi yang merepresentasikan keuangan

dari pada suatu badan ataupun industri yang mencakup aktiva, ekuitas

dan keharusan pada waktu- waktu yang tertentu.


2. Laporan Laba Rugi

Yakni informasi mengenai beban, pendapatan, dan rugi ataupun laba

dari suatu badan pada sesuatu durasi yang tertentu.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan yang isinya perubahan modal dikarenakan adanya peningkatan

atau penyusutan dari rugi ataupun laba serta transaksi pemilik.

4. Laporan keadaan keuangan

Laporan yang merepresentasikan suatu pengeluaran serta penerimaan

kas pada satu periode waktu. Laporan keadaan keuangan memberikan

berupa penggambaran dalam penggunaan kas dalam 3 sektor kegiatan

dari suatu organisasi yang memiliki hubungan terhadap pemasukan serta

pengeluaran kas. 3 bagian pada arus kas tersebut yaitu kegiatan

penginvestasian, operasi, serta pendanaan.

5. Catatan Atas Situasi Keuangan

Merupakan suatu pesan informasi ataupun sebuah catatan yang

ditambahkan guna memberikan penjelasan pada pembaca atas pesituasi

Keuangan. Catatan ini memberi bantuan penjelasan atas perhitungan

item-item khusus pada pesituasi Keuangan.

Didasarkan pada pendapatnya para ahli sesuai pemaparan di atas, diperoleh

penarikan hasil akhir yakni situasi Keuangan mencakup laporan laba/rugi, neraca,

arus kas, catatan serta perubahan modal.


2.1.4. Pemakai Situasi Keuangan

Penyusun serta pembuat situasi Keuangan berfungsi dalam pemenuhan

kepentingan berbagai pihak yakni pihak luar maupun dalam sebuah organisasi

atau perseroan. Pihak dari dalam organisasi yang sangat memiliki kepentingan

ialah pemilik dari pada manajemen serta perseroan itu sendiri. Pihak luar yakni

beberapa pihak yang mempunyai kepentingan terhadap organisasi bisa secara

langsung atau tidak langsung.

Menurut Harahap (2011), situasi Keuangan yang disusun menurut

standarisasi akuntansi digunakan serta dibaca oleh pihak-pihak yaitu:

1. Pemakai tidak langsung, yang termasuk pada golongan ini ialah: analis

serta konsultan situasi Keuangan, penasihat hukum, bursa efek, majalah,

jurnal keuangan, bulletin, tiap-tiap pusat data bisnis, perseroan konsultan,

asosiasi pengusaha kadin, para pesaing, serikat pekerja, serta

masayarakat umum.

2. Pemakai langsung, yang termasuk pada golongan ini ialah: kreditur,

manajemen, pemilik perseroan, supplier, karyawan atau pegawai, serta

pelanggan.

Menurut Dareho (2016), komposisiserta pembuatan dari pada situasi

Keuangan ditujukan guna dipenuhinya kepentingan dari bermacam-macam pihak,

yaitu pemilik, investor, pemerintah, kreditor, serta, manajemen. Pengertian di atas

diambil hasil akhir jika pemakaian situasi Keuangan terdiri atas pemilik perseroan

atau organisasi, manajemen, kreditur, pemasok, karyawan atau pegawai

perseroan, analis situasi Keuangan, pelanggan, fiskus, penasihat hukum, bursa


efek, badan kepemerintahan terkait, serikat pekerja, jurnal keuangan, perseroan

konsultan, masyarakat umum, serta para pesaing.

2.2. Pengembalian Finansial

2.2.1. Definisi Pengembalian Finansial

Menurut Jumingan (2014) Pengembalian Finansial ialah representasi dari

kondisi keuangan dalam sebuah periode tertentu baik itu mengandung faktor

penghimpunan dana ataupun penyaluran dana yang umumnya di ukur dengan

mempergunakan indikasi kecukupan modal, profitabiltas, serta juga likuidtas.

Menurut Fahmi (2012) mengatakan bahwa Pengembalian Finansial ialah sebuah

analisa yang digunakan untuk mengetahui sejauh apa atau sejauh mana sebuah

organisasi sudah melakukan dengan mempergunakan berbagai aturan perihal

pelaksanaan keuangan dengan cara yang baik juga benar.

Sedangkan menurut Rudianto (2013) mengatakan bahwa Pengembalian

Finansial merupakan prestasi ataupun hasil yang diraih oleh manajemen sebuah

perseroan perihal mengelolakan asset perseroan dengan cara yang sangat efektif

selama periode waktu yang tertentu. Pengembalian Finansial sangatlah diperlukan

oleh sebuah perseroan guna melihat serta mengevaluasikan tingkat kesuksesan

dari pada perseroan didasarkan pada aktivitas keuangan yang sudah dilakukan.

Pengembalian Finansial dari suatu perseroan adalah sesuatu penggambaran

mengenai keadaan keuangan dari sesuatu organisasi ataupun industri yang

dianalisis dengan memakai beberapa perlengkapan analisis keuangan, sampai

dapat diketahui tentang kurang baiknya kondisi dari sebuah perseroan yang

merefleksikana prestasi kerja pada waktu tertentu. Perihal demikian itu sangatlah
penting agar sumber daya dipergunakan dengan begitu baik serta maksimal dalam

mendapati pergantian akan lingkungan.

2.2.2. Penilaian Pengembalian Finansial

Penilaian Pengembalian Finansial adalah salah satu tata cara yang bisa

dicoba oleh pihak manajemen agar bisa terpenuhinya keharusan yang dipunyai

pada penyandang dana serta menggapai tujuan yang sudah diresmikan oleh

perseroan. Pengembalian Finansial adalah suatu hasil yang diterima dari prestasi

yang telah diraih oleh organisasi ataupun perseroan dalam melaksanakan yang

dipunyai serta pengelolaan dana yang dipunyai perseroan dengan metode yang

sangat efektif dan efisien pada periode tertentu. Pengukuran kinerja sangatlah

diperlukan oleh suatu organisasi maupun perseroan guna mengetahui dan

mengevaluasikan sepanjang apa tingkatan dari kesuksesan perseroan didasarkan

pada kegiatan yang telah diterapkan serta dijalankan tadinya. Pengukuran kinerja

dapat dicoba dengan beragam dimensi dan biasanya didasarkan pada data- data

yang terdapat pada situasi Keuangan. Pengukuran ini dicoba dengan menganalisis

situasi Keuangan dengan memakai perbandingan- perbandingan keuangan

perseroan. Perbandingan ataupun rasio merepresentasikan kedekatan yang dapat

berikan berbentuk uraian maupun perwujudan pada penganalisis menimpa kurang

baik dan baiknya kondisi dari pada posisi keuangan perseroan.

Ada 5 tahapan dalam menganalisis Pengembalian Finansial sebuah

perseroan secara umum menurut Fahmi (2012), yakni:

a. Melakukan review pada data situasi Keuangan. Review tersebut

dilakukan dengan bertujuan supaya situasi Keuangan yang dibuat itu


harus sesuai dengan penerapan kaidah yang telah berlaku secara umum

di dunia perakuntansian, sehingga hasil dari pesituasi Keuangan itu bisa

dipertanggungjawabkan.

b. Melakukan perhitungan. Penerapan metodologi hitungan disini ialah

disesuaikan dengan permasalahan serta kondisi yang sedang dilakukan

hingga hasil dari pada perhitungan itu bakal memberikan sebuah

simpulan dengan analisis yang diinginkan.

c. Melakukan perbandingan hasil dari hitungan yang sudah didapat. Dari

hasil tersebut dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari tiap-

tiap organisasi ataupaun perseroan lain.

d. Melakukan penafsiran pada bermacam-macam masalah yang

ditemukan. Dalam tahapan tersebut analisis mengetahui kinerja dari

pada keuangan perseroan ialah sesudah dilakukannya ke-3 tahapan itu

lalu dilakukan penafsiran guna mengetahui apa saja kendala serta

masalah yang dialami pihak organisasi ataupun perseroan itu.

Memberikan serta mencari pemecahan dari permasalahan pada

bermacam-macam masalah yang ditemui. Dalam tahapan terakhir

ditemukan bermacam-macam masalah yang dihadap, solusi untuk

memberikan masukan ataupun input agar hambatan serta kendala yang

selama ini bisa diselesaikan.

2.3. Analisis Situasi Keuangan

Sujarweni (2017) mendefinisikan situasi Keuangan ialah suatu analisa yang

bertujuan untuk melihat kondisi finansial suatu perseroan, keberhasilan atau


kegagalan perseroan di masa lampau, saat ini dan prediksi pada masa mendatang.

Maka dari itu, analisis situasi Keuangan dapat dipakai dalam pengambilan

keputusan bagi pihak yang memiliki kepentingan, contohnya investor. Menurut

Sujarweni (2017) terdapat 3 hal terkait teknik analisis situasi Keuangan, yakni :

1. Analisis Perbandingan Rasio Situasi Keuangan

Adalah suatu metode dan teknik menganalisa dimana dengan melakukan

suatu perbandingan situasi Keuangan untuk dua periode maupun lebih.

Analisis dengan metode ini berguna untuk mengetahui perubahan yang

selama ini terjadi sehingga dapat dilakukan dapat diketahui hal yang

harus diperbaiki.

2. Analisis Trend

Ialah analisa yang menginformasikan kemajuan finansial perseroan

dimana dijelaskandalam bentuk persentase yang mana tujuannya untuk

mengidentifikasi kecenderungan finansial perseroan sedang naik atau

turun.

3. Analisis Common Size

Yakni suatu analisis yang penyusunannya dengan melakukan

perhitungan tiap rekening pada laporan laba rugi serta neraca yang

menjadi proporsi dalam total penjualan atau aktiva.

Analisis situasi Keuangan dapat dilakukan oleh seseorang diluar perseroan

(kreditur, investor) atau didapat oleh pihak internal perseroan. Jenis analisis

bervariasi, tergantung pada tujuan kepentingan yang akan didapatkan untuk pihak

yang melakukan analisa.


2.4. Rasio Keuangan

2.4.1. Pengertian Analisis laporan keuangan

Manurut Fahmi (2014), rasio ialah hasil dari pada perbandingan atas jumlah

guna mengetahui nilai dari harapan yang dijadikan menjadi sebuah bahan kajian

analisis serta jadi dasar untuk mengambil sebuah kebijakan. Menurut Kasmir

(2016), analisis laporan keuangan ialah sebuah aktivitas membandingkan angka-

angka pada situasi Keuangan dengan melalukan pembagian 1 angka dengan angka

lain. Menurut Jumingan (2014) mengatakan bahwa analisis laporan keuangan

yakni sebuah angka yang memperlihatkan relasi diantara unsur yang lain pada

pesituasi Keuangan. Relasi diantara tiap-tiap unsur laporan itu dijelaskanpada

wujud metematis yang cukup terbilang sederhana. Dengan cara individual rasio

itu kecil definisinya kecuali kalau dibandingkan dengan sebuah perbandingan

standart yang bisa dijadikan sebagai dasar dari nilai pembanding. Apabila tidak

adanya standart yang dipakai menjadi dasar nilai pembandingan dari penafsiran

perbandingan-perbandingan itu memperlihatkan kondisi ini tidak menguntungkan

ataupun menguntungkan.

Rasio keuangan bisa dijelaskankedalam nilai presentase dan juga nilai

desimal. Contoh, perbandingan atau rasio >1, dijelaskankedalam desimal. Akan

tetapi, perbandingan dengan nilai yang kurang dari 1 atau <1, dijelaskankedalam

bentuk nilai presentase. Sumber paling utama dalam perhitungan perbandingan

keuangan ialah neraca, laporan laba rugi, Laporan keadaan keuangan, serta juga

laporan perubahan ekuitas. Perbandingan keuangan bisa memberikan bantuan


untuk mengukur bermacam-macam aspek bisnis serta membentuk bagian

terpenting dari pada analisis keuangan.

Didasarkan pada penjelasan dipahami diatas, bisa diambil hasil akhir bahwa

analisis dari perbandingan keuangan ialah sebuah analisa yang merepresentasikan

relasi dari dua data keuangan ataupun lebih diantara 1 dengan yang lain, dengan

perbandingan keuangan kondisi dari kinerja organisasi ataupun perseroan serta

keuangan pada sebuah periode tertentu bisa diungkapkan dan diketahui kelemahan

serta juga kekuatan dari perseroan pada sektor keuangan.

2.4.2. Manfaat Penggunaan Rasio Keuangan

Analisis rasio atau perbandingan keuangan berfungsi guna menentukan

kesehatan dari keuangan sebuah perseroan baik itu di era sekarang maupun di era

yang akan datang. Kegunaan analisis dari rasio keuangan menurut Fahmi (2014)

yakni:

1. Analisis laporan keuangan sangat berguna untuk pihak manajemen dari

perseroan menjadi sebuah rujukan guna membuat sebuah rencana.

2. Analisis laporan keuangan dijadikan sebuah alat untuk memberikan nilai

terhadap prestasi serta kinerja dari organisasi atau perseroan.

3. Analisis laporan keuangan juga memiliki manfaat untuk para kreditur-

kreditur dapat dipakai untuk memperkirakan potensi yang akan jadi

sebuah resiko yang dihadapi yang berhubungan dengan adanya

penjaminan perihal kelangsungan pengembalian pokok jaminan serta

pembayaran bunga.
4. Analisis laporan keuangan bisa dijadikan menjadi sebuah alat guna

mengevaluasikan kondisi sebuah perseroan dari sisi keuangannya.

5. Analisis laporan keuangan bisa dibuat untuk sebuah penilaian terhadap

pihak stakeholder organisasi.

Menurut Hery (2011), analisis rasio situasi Keuangan memberikan bantuan

untuk mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan dari keuangan sebuah

perseroan, dimana digunakan juga untuk melakukan perbandingan antara waktu

data yang dipunyai perseroan dan perkembangannya. Secara matematis,

perbandingan keuangan tidaklah lebih dari pada perbandingan antara penyebut

serta pembilang yang didapatkan oleh data-data keuangan.


2.4.3. Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan

Adapun jenis-jenis rasio keuangan dapat dilihat dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Rasio Lancar

Rasio Rasio Cepat


Likuiditas

Rasio Kas

Debt to Asset
Ratio

Rasio Rasio Debt to Equity


Keuangan Solvabilitas Ratio

Long Term
Debt to Equity
Ratio

Profit Margin
on Sales

Rasio
ROI
Profitabilitas

ROE

Sumber: Sujarweni (2017)

Menurut Sujarweni (2017), jenis-jenis rasio keuangan terdiri dari:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas dipergunakan guna mengukur kemampuan dari sebuah

perseroan memenuhi keharusan keuangan jangka pendek yang

berwujudkan hutang piutang. Rasio tersebut diperlihatkan dari kecil

besarnya aktiva lancar, seberapa cepat (likuid) perseroan dalam memenuhi


Pengembalian Finansial, biasanya keharusan yang kurang dari 1 periode

waktu atau tahun (jangka pendek). Rasio likuiditas terdiri atas:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar ialah sebuah perbandingan atau rasio yang dipergunakan

dalam mengukur kemampuan sebuah perseroan perihal membayar

keharusan jangka pendek dengan mempergunakan aktiva lancar. Menurut

Sujarweni (2017), Current Ratio dapat dihitung dengan rumus:

Aktiva Lancar
Current Ratio = x100%.......................................................
Utang Lancar
2.1

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat ialah sebuah rasio yang dipergunakan guna mengukur

kemampuan suatu organisasi perihal membayar keharusan yang

dimilikinya dalam periode yang singkat dengan mempergunakan aktiva

yang lebih lagi. Menurut Sujarweni (2017), rasio cepat bisa dihitung

dengan mempergunakan rumus dibawah ini:

Aktiva Lancar−Persediaan
Quick Ratio=
Hutang Lancar

c. Rasio Kas (Cash ratio)

Rasio kas ialah sebuah rasio yang dipergunakan guna mengukur

kemampuan sebuah organisasi perihal membayarkan keharusan jangka

pendek dengan kas yang ada serta yang disimpankannya pada bank.

Cash+ efek
Cash Ratio = x100%...........................................................
Hutang Lancar
2.3
Menurut Sujarweni (2017), rasio Kas dapat dihitungkan dengan

menggunakan rumus:

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas dipergunakan untuk mengukurkan kemampuan suatu

perseroan perihal memenuhi keharusan yang dimiliki baik itu jangka

panjang ataupun pendek. Seefektif apa suatu organisasi ataupun perseroan

mempergunakan sumber daya yang ia punya, sumber daya yang

dimaksudkan layaknya modal, aktiva, serta aktiva. Jenis-jenis dari pada

rasio solvabilitas yang dipakai adalah:

a. Total Debt to Asset Ratio

Rasio ini merupakan sebuah perbandingan diantara hutang jangka pendek,

hutang lancar, serta total keseluruhan dari aktiva diketahui. Perbandingan

atau rasio ini memperlihatkan berapa bagian dari semua aktiva yang

dibelanjakan dengan menggunakan hutang. Menurut Surjaweni (2017),

rasio ini bisa dihitungkan dengan mempergunakan rumus yakni:

Total Utang
Total Debt to Asset Ratio = x100%.........................................
Total Aktiva

b. Total Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan sebuah perbandingan diantara ekuitaas serta hutang

dalam pendanaan sebuah organisasi atau perseroan serta memperlihatkan

kemampuan modal pribadi, organisasi guna memenuhi semua keharusan

yang ia miliki. Menurut Sujarweni (20017), rasio ini bisa dihitungkan

mempergunakan rumus dibawah ini:

Total Utang
Total Debt to Equityt Ratio = x100%.......................................
Ekuitas
c. Long Term Debt to Equity Ratio

Bagian dari pada tiap-tiap rupiah modal pribadi yang dijadikan penjaminan

guna hutang dengan jangka waktu yang lama. Menurut Surjaweni (2017),

rasio ini bisa dihitungkan mempergunakan rumus dibawah ini:

Hutang Jangka Panjang


Long Term Debt to Euity Ratio = x100%...............
Modal Saham

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dipergunakan guna mengukurkan tingkat perolehan

ataupun imbalan laba dibandingkan aktiva ataupun penjualan,

mengukurkan sebesar apakah kemampuan suatu organisasi atau perseroan

mendapatkan keuntungan dalam hubungannya terhadap penjualan,

keuntungan ataupun aktivas serta modal pribadi. Jenis-jenis rasio

profitabilitas yang dapat digunakan adalah:

a. Net Profit Margin

Ialah sebuah salah satu guna mengukurkan keuntungan bersih setelah

pajak dan kemudian membandingkan dengan volume penjualan. Menurut

Sujarweni (2017), rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus

dibawah ini:

Laba Setelah Pajak


Net Profit Margin = x100%.......................................
Penjualan Bersih
b. Rate or Return Invesment/ ROI

Kemampuan dari modal yang di investasikan pada semua aktiva guna

menghasilkan sebuah laba netto. Menurut Sujarweni (2017), rasio ini bisa

dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:

Laba Netto Sesudah Pajak


Rate or Return on Investment = x100%................
Total Aktiva

c. Rate of Return on Equity

Ialah suatu rasio yang dipergunakan guna mengukurkan kemampuanmodal

pribadi atau sendiri guna menghasilkanlaba untuk semua investor yang

ada, baik itu saham yang preferen ataupun yang biasa saja. Menurut

Sujarweni (2017), rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus

dibawah ini:

Laba NettoSetelah Pajak


Return on Equity= x100%...................................
Modal sendiri

2.4.4. Hubungan Rasio Keuangan dan Pengembalian Finansial

Rasio Keuangan memiliki keterkaitan yang erat dengan Pengembalian

Finansial, disebabkan nilai suatu perseroan yang diketahui melalui rasio

keuangan. Bagi investor, rasio keuangan memiliki manfaat yang besar

dikarenakan paling sesuai dengan analisa investor yang akan dipakai. Jika rasio

sesuai pada tujuan analisa maka rasio tidak digunakan dikarenakan konsep

finansial dapat fleksibel yakni formula yang dipakai harus sesuai dengan hal yang
diteliti serta rasio keuangan tidak dapat menganalisa semua permasalahan yang

ditemukan dalam perseroan menurut Fahmi (2014).

Aspahani (2015) memaparkan pengertian dari Analisis Rasio (ratio

analysis) yakni suatu teknik analisa yang memuat korelasi antara pos tertentu

pada data situasi Keuangan. Suatu rasio menyatakan korelasi secara matematis

terhadap kuantitas dengan hal lainnya. Hubungan yang ada dijabarkan dalam

bentuk persentase, tingkat maupun proporsi secara sederhana. Analisis situasi

Keuangan perseroan umumnya digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas

serta tingkat resiko ataupun kesehatan perseroan merupakan alat ukur terkait

prestasi manajemen periode lalu dan prospek selanjutnya.

2.5. Kerangka Pikir

Pada kerangka berpikir berisi penjelasan yang bersifat sementara terhadap

fenomena yang terjadi objek penelitian. Kerangka berpikir tersusun dalam bagan

model konseptual yang didesain dalam mendeskripsikan penelitian yang akan

dilakukan terkait analisis situasi Keuangan. Didasarkan penjelasan tersebut, dapat

digambarkan kerangka berpikir pada penelitian ini pada Gambar 2.2


GRAND VICTORIA HOTEL

Laporan Keangan tahun 2017, 2018 dan 2019:


1. Neraca
2. Laporan Laba rugi

Analisis Situasi Keuangan

1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. 3. Rasio Profitabilitas

Pengembalian Finansial Tahun 2017, 2018 dan


2019

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

2.6. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang sejenis menggunakan Analisis Situasi


Keuangan dalam Mengukur Pengembalian Finansial, sebagai berikut:
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
No Nama/Tahun Judul Hasil Penelitian
1 Herman Analisa Hasil analisis rasio antara 2017-2018 diperoleh
Karamoy Kinerja Hotel hasil yang baik, yakni dapat teretksi dari
(2020) Pada Hotel kemajuan dari beberapa indicator
Sahid Pengembalian Finansial. Diantaranya rasio
Kawanua solvabilitas dan likuiditas yang mengalami
Manado peningkatan.

Disambung ke halaman berikutnya

Tabel 2.1 Sambungan

No Nama/Tahun Judul Hasil Penelitian


Analisis keuntungan didasarkan rasio RETA
dan EBITTA yang juga meningkat dalam kurun
waktu 2 tahun terakhir yakni rasio Retained
Earnings (RETA) yang pada tahun 2018
mengalami kenaikan dari 0,012 menjadi 0,44
sedangkan rasio Earnings before interest and
taxes (EBITA) juga meningkat di tahun 2018
menjadi 0,1225 yang sebelumnya pada tahun
2017 rasio Earnings before interst and taxes
(EBITA) sebesar 0,1025.
2 Atmajaya Analisis Hasil analisis membuktikan bahwa kinerja PT.
(2013) Pengembalian Hotel Grand Victoria diukur menggunakan
Finansial Pada rasio likuiditas dan rasio profitabilitas menurun
PT. Grand dari 2010-2012, kinerja PT. Garnd Victoria
Victoria Hotel diukur memakai rasio likuiditas menurun dari
Di Samarinda tahun 2010-2012 terdiri dari rasio lancar
mengalami penyusutan. Sedangkan cash ratio
dari tahun ke tahun 2010-2012 telah
meningkat, ini dia karena total cash dan cash
setara meningkat. Kinerja PT. Grand Victoria
menggunakan rasio profitabilitas menurun dari
tahun 2010-2012 terdiri dari margin laba kotor
ditemui adanya penurunan yang disebabkan
adanya peningkatan laba kotor lebih kecil dari
peningkatan operasi pendapatan. Hipotesis ini
ditolak karena kinerja keuagan. Hotel Grand
Victoria diukur menggunakan likuiditas dan
rasio profitabilitas menurun dari 2010 -2012.
3 Ismani Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwaa
(2011) Profitabilitas Pengembalian Finansial UNY-Hotel
Untuk Yogyakarta tergolong rendah karena NPM
Mengukur sebesar 26,89% lebih kecil dari target 40% dan
Pengembalian ROA 6,41% lebih kecil dari suku bunga (10%-
Finansial 12% per tahun). Hasil ini menunjukkan adanya
efesiensi dalam
Disambung ke halaman berikutnya

Tabel 2.1 Sambungan

No Nama/Tahun Judul Hasil Penelitian

Manajemen Pengelolaan aset dan biaya


Hotel (Study
Kasus Pada
UNY-Hotel
Yogyakarta
4 Muliana Analisis Hasil penelitian membuktikan kinerja
(2019) Profitabilitas keuangan Hotel Syariah “Al Badar” dalam
Untuk 2014-2018 didasarkan Net Profit Margin
Mengukur masih dinilai kurang disebabkan hasil hitungan
Pengembalian reratanya didapati 10,4% yang masih jauh dari
Finansial 20% sesuai ketetapan standar industri. Return
Manajemen on asset memperlihatkan hasil yang kurang.
Hotel Syariah Didasarkan perhitungan rerata didapati sebesar
“Al Badar” di 0.5 % yang mana rentangnya jauh dari standar
Kota Makassar industry return on asset, yakni 30%.

5 Ester Analisis Hasil penelitian ini memakai analisis rasio


Tamallo Pengembalian pada rentang waktu 2015-2016 dan diperoleh
(2018) Finansial Pada hasil yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari
Hotel Grand meningkatnya beberapa indicator keuangan
Asia Di kinerja, yakni mencakup rasio solvabilitas dan
Makassar likuiditas yang meningkat. Berdasar model
prediksi Altman Z-score, Hotel Grand Asia di
Makassar masuk dalam jenis kondisi zona abu-
abu atau dalam kepedulian yang khusus. Ini di
tunjukkan dengan skor Z atau nilai indeks
Altman Z-score perseroan berada di bawah
nilai cut-off selama 2015-2016.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini dilakukan pada Hotel Grand Victoria di Samarinda, dan

penelitian terbatas pada Analisis Situasi Keuangan. Penilaian kinerja dilakukan

berdasarkan ukuran keuangan yang terdiri dari:

1. Situasi Keuangan

Laporan yang berisi catatan terkait infomasi keuangan pada waktu

tertentu dimana menggambarkan kondisi kinerja Hotel Grand Victoria

Samarinda.

2. Pengembalian Finansial

Ialah deskripsi kondisi finansial pada waktu tertentu Hotel Grand

Victoria di Samarinda dimana meliputi aspek pengumpulan dana atau

penyaluran dana yang bisa diukur menggunakan indicator profitabilitas,

solvabilitas dan likuiditas.


3. Rasio Keuangan

Rasio keuangan terdiri dari:

a. Rasio Likuiditas : digunakan dalam pengukuran kemampuan

perseroan dalam memenuhi keharusan keuangan jangka pendek

dimana meliputi hutang jangka pendek. Terdiri dari : Rasio lancar

(Current Ratio), Rasio cepat (Quick Ratio), Rasio Kas (Cash Ratio).

b. Rasio solvabilitas : digunakan dalam pengukuran kemampuan

perseroan dalam pemenuhan semua keharusannya meliputi jangka

panjang ataupun pendek, dimana terdiri dari : Debt to Asset Ratio,

Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio.

c. Rasio Profitabilitas : dipakai untuk pengukuran perolehan keuntungan

penjualan (aktiva), dimana mengukur berapa besar perseroan dalam

memperoleh profit pada penjualannya, aktiva, ataupun laba dan

modal yang ada terdiri dari : Profit Margin on Sale, Return on

Investment (ROI), Return on Equity (ROE).

3.2. Objek Penelitian

Obejek penelitian ini adalah Hotel Grand Victoria yang berlokasi di jalan

Letjend S.Parman No.11 Samarinda

3.3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kuantitatif, yakni penelitian

yang menggunakan data berbentuk angka yang baik secara langsung diperoleh

dari hasil penelitian maupun dari hasil pengolahan.


Berdasarkan sumbernya, data yang dipakai dalam analisa penelitian

menggunakan data primer, dimana langsung di dapat dari pihak pengelola hotel

dan juga hasil pengamatan langsung. Data yang dianalisa yakni Situasi Keuangan

Hotel Grand Victoria di Samarinda.

3.4. Metode Pengambilan Data

Pada proses menghimpun data digunakan metode analisis komparatif yaitu

membandingkan data dari tahun ketahun dengan teknik dokumentasi.

Pengumpulan data dengan metode dokumentasi dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang berupa situasi Keuangan serta sejarah dan gambaran

umum perseroan yang terdokumentasi dari obyek penelitian yaitu Hotel Grand

Victoria di Samarinda.

3.5. Alat Analisis

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan dalam pengukuran kemampuan perseroan dalam

pemenuhan keharusan finansial jangka pendek contohnya hutang jangka

pendek. Berikut beberapa jenis rasio likuiditas yang digunakan perseroan

dalam pengukuran kemampuan, yakni :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio yang dipakai dalam pengukuran kemampuan

perseroan dalam pembayaran keharusan jangka pendek dimana dengan

menggunakan aktiva lancar yang ada, berikut formula yang dapat

digunakan menurut Sujarweni (2017)

Aktiva Lancar
Current Ratio = x100%...................................................
Utang Lancar
3.1
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat yakni rasio pengukuran kemampuan perseroan dalam

melakukan pembayaran keharusan jangka pendek menggunakan aktiva

yang lebih likuid, dimana menurut Sujarweni (2014) dapat dihitung

menggunakan formula :

Aktiva Lancar−Persediaan
Quick Ratio=
Hutang Lancar

c. Rasio Kas

Rasio kas merupakan salah satu untuk memngukur kemampuan perseroan

dalam membayar keharusan jangka pendek dengan kas yang tersedia dan

yang disimpan di bank menurut Sujarweni (2017). Cash ratio dihitung

dengan rumus yaitu:

Cash+ efek
Cash Ratio = x100%...........................................................
Hutang Lancar
3.3

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perseroan

dalam memenuhi seluruh keharusannya baik jangka pendek maupun

jangka panjang. Seberapa efektif perseroan menggunakan sumber daya

yang dimiliki, sumber daya yang dimaksud seperti piutang dan modal

maupun aktiva. Jenis-jenis rasio solvabilitas yang digunakan yaitu:

a. Total Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva)


Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang

jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini

menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh

hutang menurut Surjaweni (2017). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus

yaitu:

Total Utang
Total Debt to Asset Ratio = x100%.........................................
Total Aktiva

b. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)

Total Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara hutang-hutang

dan ekuitas dalam pendanaan perseroan dan menunjukkan kemampuan

Total Utang
Total Debt to Equityt Ratio = x100%.......................................
Ekuitas
modal sendiri, perseroan untuk memenuhi seluruh keharusannya menurut

Sujarweni (2017). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

c. Long Term Debt to Equity Ratio

Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk

utang jangka panjang menurut Surjaweni (2017). Rasio ini dapat dihitung

dengan rumus yaitu:

Hutang Jangka Panjang


Long Term Debt to Euity Ratio = x100%...............
Modal Saham

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dipakai untuk mengukur tingkatan balasan ataupun

perolehan profit dibanding penjualan ataupun aktiva, mengukur seberapa


besar keahlian industri mendapatkan keuntungan dalam hubungan dengan

penjualan, aktiva ataupun laba dan modal sendiri. Jenis- jenis rasio

profitabilitas yang bisa digunakan adalah:

a. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Merupakan salah satu untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu

dibandingkan kdengan volume penjualan menurut Sujarweni (2017). Rasio

ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Laba Setelah Pajak


Net Profit Margin = x100%......................................
Penjualan Bersih

b. Rate or Return Invesment/ ROI

Kemampuan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva

untuk menghasilkan keuntungan netto menurut Sujarweni (2017). Rasio

ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Laba NettoSesudah Pajak


Rate or Return on Investment = x100%...........
Total Aktiva

c. Rate of Return on Equity

Merupakan perbandingan yang dipakai untuk mengukur kemampuan dari

modal sendiri untuk menciptakan profit bagi semua pemegang saham,

bagus saham biasa ataupun saham preferen menurut Sujarweni (2017).

Rasio ini dapat dihitung denagn rumus yaitu:

Laba Bersih Setelah Pajak


Return on Equity = x100%..............................
Modal Sendiri
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Hotel Grand Victoria

Hotel Grand Victoria didirikan oleh Ir. Soerjadi Soedarsono pada tanggal

25 Januari 2005 dimana memiliki luas bangunan ± 3.574 m 2. Berlokasi di jalan

Letjend S.Parman No.11 Samarinda, Kalimantan Timur. Hotel tersebut terdiri dari

tujuh lantai yang mana berlokasi strategis di pusat kota Samarinda dan dekat

dengan Mall Lembuswana.

Motto hotel ini yakni “Menjanjikan Keharmonisan” dimana hotel ini

terbuka untuk semua kalangan. Hotel ini diharapkan dapat menjadi pendukung

perkembangan pariwisata serta kegiatan bisnis dan menjadi kebanggaan

masyarakat Samarinda.

4.1.2 Fasilitas Hotel

A. Kamar

Hotel Grand Victoria memiliki 80 kamar hotel yang tersebar 3,4,5 dan 6,

setiap lantan terdiri atas 20 kamar hotel. Berikut perincian fasilitas dari setiap

kamar tersebut:

1. Superior Room

Ada 45 kamar tersedia untuk tipe Superior, setiap kamar mempunyai

ukuran

35
6m x 3,80m. Fasilitas untuk tipe jenis Superior adalah: bar kecil di dalam kamar

hotel, alat untuk membuat kopi dan teh, kamar mandi dengan bak mandi dan

pancuran air dengan keran air panas dan air dingin serta lengkap dengan fasilitas

kamar mandi seperti handuk, sikat gigi, sabun, shampoo, dan pasta gigi, televisi

LCD, pendingin ruangan atau AC, gratis menggunakan fasilitas pusat kebugaran,

akses internet gratis, kotak penyimpaan, 2 botol air mineral, 1 pasang sandal,

makanan ringan untuk 2 orang, sarapan pagi untuk 2 orang, dan koran setiap pagi

jika menginap 2 malam.

2. Deluxe Room

Ada 23 kamar tersedia untuk tipe Deluxe, setiap kamar mempunyai ukuran

6m x 4,35m. Fasilitas untuk tipe kamar jenis Deluxe adalah: bar kecil di kamar

hotel, alat untuk membuat kopi dan teh, kamar mandi dengan bak mandi dan

pancuran air dengan keran air panas dan air dingin serta lengkap dengan fasilitas

kamar mandi seperti handuk, sikat gigi, sabun, shampoo, dan pasta gigi, televisi

LCD, pendingin ruangan atau AC, gratis menggunakan fasilitas pusat kebugaran,

akses internet gratis, kotak penyimpaan, 2 botol air mineral, 1 pasang sandal,

makanan ringan untuk 2 orang, sarapan pagi untuk 2 orang, dan koran setiap pagi

jika menginap 2 malam.

3. Junior Suite Room

Ada 8 kamar tersedia untuk tipe Junior Suite, setiap kamar mempunyai

ukuran 6,10m x 5,90m.Khusus untuk tipe kamar jenis Junior Suite tersedia 4

kamar untuk merokok dan 4 kamar untuk tidak merokok. Fasilitas untuk tipe

kamar jenis Junior Suite adalah: bar kecil di kamar hotel, alat untuk membuat
37

kopi dan teh, kamar mandi dengan bak mandi dan pancuran air dengan keran air

panas dan air dingin serta lengkap dengan fasilitas kamar mandi seperti handuk,

sikat gigi, sabun, shampoo, dan pasta gigi, televisi LCD, pendingin ruangan atau

AC, gratis menggunakan fasilitas pusat kebugaran, akses internet gratis, kotak

penyimpaan, 2 botol air mineral, 1 pasang sandal, makanan ringan untuk 2 orang,

sarapan pagi untuk 2 orang, dan koran setiap pagi jika menginap 2 malam.

4. Victoria Suite Room

Ada 45 kamar tersedia untuk tipe Victoria Suite, setiap kamar mempunyai

ukuran 6,85m x 8m. Fasilitas untuk tipe kamar jenis Victoria Suite adalah: bar

kecil di kamar hotel, alat untuk membuat kopi dan teh, kamar mandi dengan bak

mandi dan pancuran air dengan keran air panas dan air dingin serta lengkap

dengan fasilitas kamar mandi seperti handuk, sikat gigi, sabun, shampoo, dan

pasta gigi, televisi LCD, pendingin ruangan atau AC, gratis menggunakan fasilitas

pusat kebugaran, akses internet gratis, kotak penyimpaan, 2 botol air mineral, 1

pasang sandal, makanan ringan untuk 2 orang, sarapan pagi untuk 2 orang, dan

koran setiap pagi jika menginap 2 malam.

B. Ruang Pertemuan

Hotel Grand Victoria memiliki 5 jenis ruang pertemuan, yaitu:

1. Aji M.Parkesit Room memiliki ukuran 7 x 8,2m2. Memiliki kapasitas 50

tempat duduk untuk theater style, 30 tempat duduk untuk round table, 20

tempat duduk untuk u-shape dan 20 tempat duduk untuk class room.
2. Aji Batara Room memiliki ukuran 6,5 x 8,8m2. Memiliki kapasitas 50 tempat

duduk untuk theater style, 30 tempat duduk untuk round table, 20 tempat

duduk untuk u-shape dan 20 tempat duduk untuk class room.

3. Princess Junjung Buyah Room memiliki ukuran 7,8 x 7,2m2. Memiliki

kapasitas 80 tempat duduk untuk theater style, 40 tempat duduk untuk round

table, 30 tempat duduk untuk u-shape dan 30 tempat duduk untuk class room.

4. Princess Petung Room memiliki ukuran 8 x 16m2. Memiliki kapasitas 150

tempat duduk untuk theater style, 80 tempat duduk untuk round table, 60

tempat duduk untuk u-shape dan 65 tempat duduk untuk class room.

5. Princess Aji Bidara Ballroom memiliki ukuran 15,5 x 25m2. Memiliki

kapasitas 350 tempat duduk untuk theater style, 220 tempat duduk untuk round

table, 150 tempat duduk untuk u-shape dan 150 tempat duduk untuk class

room.

4.1.3 Visi dan Misi Hotel

Visi:

Menjadi tujuan utama bagi tamu sebagai hotel tempat berbisnis dan

berlibur dengan menawarkan pelayanan yang maksimal dan berkualitas.

Misi:

Pelayanan yang terbaik.


39

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Situasi Keuangan Hotel Grand Victoria di Samarinda

Menggunakan Rasio Likuiditas

Analisis situasi Keuangan dalam mengukur Pengembalian Finansial

pada hotel Grand Victoria di Samarinda bisa dianalisis dengan

penggunaan beberapa macam rasio penilaian situasi Keuangan meliputi

rasio likuidiutas, solvabilitas dan profitabilitas. Adapun rincian dan

penjelasan dari masing-masing rasio diuraikan sebagai berikut:

A. Rasio Lancar
Aktiva Lancar
Current Ratio = x 100 %
Hutang Lancar

Nilai rasio lancar pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut:

Tahun 2017

3.500 .098 .644


Current Ratio = x100%
62.406 .351.493

= 5,6%
Tahun 2018

8.792.091 .270
Current Ratio = x100%
65.391.470 .248

= 13,4%

Tahun 2019

6.203.499 .586
Current Ratio = x100%
62.961.178 .725

= 9,8%
Perhitungan current ratio pada tahun 2017 menunjukkan angka rasio

sebesar 5,6% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp

0,056 aktiva lancar yang dimiliki perseroan. Perhitungan current ratio

pada tahun 2018 menunjukkan angka rasio sebesar 13,4% yang berarti

setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp 0,134 aktiva lancar yang

dimiliki perseroan. Current ratio ini mengalami kenaikan sebesar 7,8%

dari tahun 2017, kenaikan ini disebabkan karena jumlah aktiva lancar yang

dimiliki perseroan bertambah sebesar Rp 5.291.992.626 dan jumlah

hutang lancar yang dimiliki perseroan bertambah sebesar Rp.

2.985.118.755.

Perhitungan current ratio pada tahun 2019 menunjukkan angka rasio

sebesar 9,8% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp

0,098 aktiva lancar yang dimiliki perseroan. Current ratio ini mengalami

penurunan sebesar 3,6% dari tahun 2018, penurunan ini disebabkan karena

jumlah aktiva lancar yang dimiliki perseroan berkurang sebesar Rp

2.588.591.684 dan jumlah hutang lancar yang dimiliki perseroan

berkurang sebesar Rp. 2.430.291.523.

B. Rasio Cepat

Aktiva Lancar−Persediaan
Quick Ratio = x100%
Hutang Lancar

nilai rasio cepat pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut:

Tahun 2017
41

3.500.098 .644−251.292.422
Quick Ratio = x 100 %
62.406 .351 .493

= 5,2%

Tahun 2018

8.792.091 .270−651.349 .448


Quick Ratio = x100%
65.391 .470.248

= 12,4%

Tahun 2019

6.203.499 .586−301.748.832
Quick Ratio = x100%
62.961 .178 .725

= 9,4%

Perhitungan quick ratio pada tahun 2017 menunjukkan angka rasio

sebesar 5,2% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp

0,052 aktiva lancar setelah dikurangi persediaan yang dimiliki perseroan.

Perhitungan quick ratio pada tahun 2018 menunjukkan angka rasio sebesar

12,4% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp 0,124

aktiva lancar setelah dikurangi persediaan yang dimiliki perseroan. Quick

ratio ini mengalami kenaikan sebesar 7,2% dari tahun 2017, kenaikan ini

disebabkan karena jumlah aktiva lancar setelah dikurangi persediaan yang

dimiliki perseroan bertambah sebesar Rp

4.891.935.600 dan jumlah hutang lancar yang dimiliki perseroan

bertambah sebesar Rp. 2.985.118.755.

Perhitungan quick ratio pada tahun 2019 menunjukkan angka rasio

sebesar 9,4% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp

0,094 aktiva lancar yang dimiliki perseroan. Quick ratio ini mengalami
penurunan sebesar 3% dari tahun 2018, penurunan ini disebabkan karena

jumlah aktiva lancar setelah dikurangi persediaan yang dimiliki perseroan

berkurang sebesar Rp 2.238.991.068 dan jumlah hutang

lancar yang dimiliki perseroan berkurang sebesar Rp. 2.430.291.523.

C. Rasio kas

Kas+ Bank
Cash Ratio = x100%
Hutang Lancar

Nilai rasio kas pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut:

Tahun 2017

748.940 .054
Cash Ratio = x100%
62.406 .351.493

= 1,2%

Tahun 2018

4.031 .282.072
Cash Ratio = x100%
65.391.470 .248

= 6,2%

Tahun 2019

2.430.823 .352
Cash Ratio = x100%
62.961.178 .725

= 3,9%

Perhitungan cash ratio pada tahun 2017 menunjukkan angka rasio

sebesar 1,2% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp

0,012 kas ditambah bank yang dimiliki perseroan. Perhitungan cash ratio

pada tahun 2018 menunjukkan angka rasio sebesar 6,2% yang berarti
43

setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp 0,062 kas ditambah bank

yang dimiliki perseroan. cash ratio ini mengalami kenaikan sebesar 5%

dari tahun 2017, kenaikan ini disebabkan karena jumlah kas yang dimiliki

perseroan bertambah sebesar Rp 3.28.342.018 dan jumlah hutang lancar

yang dimiliki perseroan bertambah sebesar Rp.

2.985.118.755.

Perhitungan cash ratio pada tahun 2019 menunjukkan angka rasio

sebesar 3,9% yang berarti setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp

0,039 kas ditambah bank yang dimiliki perseroan. Cash ratio ini

mengalami penurunan sebesar 2,3% dari tahun 2018, penurunan ini

disebabkan karena jumlah kas yang dimiliki perseroan berkurang sebesar

Rp 1.600.458.720 dan jumlah hutang lancar yang dimiliki perseroan

berkurang sebesar Rp. 2.430.291.523.

4.2.2Perhitungan Situasi Keuangan Hotel Grand Victoria di Samarinda

Menggunakan Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas yang analisi mencakup perhitungan Debt to Asset

Ratio, debt to equity dan long term debt to equity. Adapun nilai hasil

perhitungan tiap-tiap rasio solvabilitas bisa dilihat pada perhitungan

berikut:

A. Debt to Asset Ratio

Total Utang
Debt to Asset Ratio = x 100%
Total Aktiva

Nilai Debt to Asset Ratio pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut:
Tahun 2017

62.456 .351.493
Debt to Asset Ratio = x 100%
65.337 .768.061

= 95%

Tahun 2018

65.441.470 .248
Debt to Asset Ratio = x 100%
68.132.059 .136

= 96%

Tahun 2019

63.011.178 .725
Debt to Asset Ratio = x 100%
65.630.349 .580

= 96%

Perhitungan debt to asset ratio pada tahun 2017 menunjukkan angka

rasio sebesar 95% rasio ini menunjukkan bahwa 95% pendanaan perseroan

dibiayai dengan utang berarti setiap 1 rupiah pendanaan perseroan Rp 0,95

dibiayai dengan utang dan Rp 0,05 disediakan oleh pemegang saham.

Perhitungan nilai debt to asset ratio pada tahun 2018 menunjukkan angka

rasio sebesar 96% rasio ini menunjukkan bahwa 96% pendanaan perseroan

dibiayai dengan utang berarti setiap 1 rupiah pendanaan perseroan Rp 0,96

dibiayai dengan utang dan Rp 0,04 disediakan oleh pemegang saham.

Total debt to asset ratio pada tahun ini mengalami kenaikan sebanyak 1%

dari tahun 2017, kenaikan ini disebabkan oleh bertambahnya total hutang

sebesar Rp 2.985.118.755 dan total aktiva sebesar Rp 2.794.291.075.

Perhitungan nilai debt to asset ratio pada tahun 2019 menunjukkan

angka rasio sebesar 96% rasio ini menunjukkan bahwa 96% pendanaan
45

perseroan dibiayai dengan utang berarti setiap 1 rupiah pendanaan

perseroan Rp 0,96 dibiayai dengan utang dan Rp 0,04 disediakan oleh

pemegang saham.

B. Debt to Equityt Ratio

Total Utang
Debt to Equityt Ratio= x 100%
Ekuitas

Nilai rasio debt to equity pada 3 (tiga) tahun terakhir yaitu:

Tahun 2017

62.456 .351.493
Debt to Equityt Ratio = x 100%
2.881.416 .568

= 216%

Tahun 2018

65.441.470 .248
Debt to Equityt Ratio = x 100%
2.690.588 .888

= 234 %

Tahun 2019

63.011.178 .725
Debt to Equityt Ratio = x 100%
2.619.170 .855

=234%

Perhitunagan nilai debt to equityt ratio pada tahun 2017

menunjukkan angka rasio sebesar 216% yang menunjukkan bahwa

kreditor menyediakan Rp 2,16 untuk setiap 1 rupiah yang disediakan

pemegang saham atau perseroan di biayai oleh utang. Perhituangan nilai


debt to equityt ratio pada tahun 2018 menunjukkan angka rasio sebesar

234% yang menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp 2,34 untuk

setiap 1 rupiah yang disediakan pemegang saham atau perseroan dibiayai

oleh utang. Total debt to equity ratio pada tahun ini mengalami kenaikan

sebanyak 18% dari tahun 2017, kenaikan ini disebabkan oleh

bertambahnya total hutang sebesar Rp 2.985.118.755 dan penurunan pada

total ekuitas sebesar Rp 190.827.680.

Perhituangan nilai debt to equityt ratio pada tahun 2019

menunjukkan angka rasio sebesar 234% yang menunjukkan bahwa

kreditor menyediakan Rp 2,34 untuk setiap 1 rupiah yang disediakan

pemegang saham atau perseroan dibiayai oleh utang.

C. Long Term Debt to Equity Ratio

Utang Jangka Panjang


Long Term Debt to Equity Ratio = x 100%
Equity

Nilai Long Term Debt to Equity Ratio pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut:

Tahun 2017

50.000 .000
Long Term Debt to Equity Ratio = x 100%
2.881.416 .568

= 1,7%
Tahun 2018

50.000.000
Long Term Debt to Equity Ratio = x 100%
2.690.588 .888

= 1,8%

Tahun 2019
47

50.000 .000
Long Term Debt to Equity Ratio = x 100%
2.619.170 .855

=1,9%

Perhitunagn nilai long term debt to equity ratio pada tahun 2017

menunjukkan angka rasio sebesar 1,7% yang artinya utang jangka panjang

perseroan nilainya 1,7% dari nilai ekuitas perseroan tersebut. Dengan kata

lain perseroan menjaminkan modal setiap Rp 0,017 modal yang dimiliki

untuk melakukan pinjaman jangka panjang perseroan. Besar hutang

bekisar 1,7% dari total modal yang dimiliki. Perhitungan nilai long term

debt to equity ratio pada tahun 2018 menunjukkan angka rasio sebesar

1,8% yang artinya utang jangka panjang perseroan nilainya 1,8% dari nilai

ekuitas perseroan tersebut. Dengan kata lain perseroan menjaminkan

modal setiap Rp 0,018 modal yang dimiliki untuk melakukan pinjaman

jangka panjang perseroan. Besar hutang bekisar 1,8% dari total modal

yang dimiliki. Total long term debt to equity ratio pada tahun ini

mengalami kenaikan sebanyak 1% dari tahun 2017, kenaikan ini

disebabkan total ekuitas sebesar Rp 190.827.680.

Perhitunagn nilai long term debt to equity Ratio pada tahun 2019

menunjukkan angka rasio sebesar 1,9% yang artinya utang jangka panjang

perseroan nilainya 1,9% dari nilai ekuitas perseroan tersebut. Dengan kata

lain perseroan menjaminkan modal setiap Rp 0,019 modal yang dimiliki

untuk melakukan pinjaman jangka panjang perseroan. Besar hutang

bekisar 1,9% dari total modal yang dimiliki. Total long term debt to equity
ratio pada tahun ini mengalami kenaikan sebanyak 1% dari tahun 2018,

kenaikan ini disebabkan total ekuitas sebesar Rp 71.418.033.

4.2.3 Perhitunggan Situasi Keuangan Hotel Grand Victoria di Samarinda

Menggunakan Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yang analisis mencakup perhitungan profit

margin on sale, return on investment dan return on equity. Adapun nilai

hasil perhitungan tipa-tiap rasio profitabilitas bisa dilihat pada perhitungan

berikut:

A. Net Profit Margin

Laba Setelah Pajak


Net Profit Margin = x 100%
Penjualan bersih

Nilai Net Profit Margin pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut :

Tahun 2017
3.597.299 .231
Net Profit Margin = x 100%
1.418.807 .642
= 2,53%

Tahun 2018

3.901.282 .516
Net Profit Margin = x 100 %
1.592.563 .868

= 2,44%

Tahun 2019

4.310 .599.263
Net Profit Margin = x 100 %
1.432.943 .201

= 3%
49

Perhitungan Net Profit Margin pada tahun 2017 menunjukkan angka

rasio sebesar 2,53% yang berarti setiap 1 rupiah menghasilkan laba bersih

sebesar Rp 0,0253. Pada tahun 2018 menunjukan angka rasio

sebesar 2,44% yang berarti setiap 1 rupiah menghasilkan laba bersih

sebesar Rp 0,0244. Pada tahun ini Net Profit Margin mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0,09% disebabkan karena terjadi

kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 303.983.285 dan

kenaikan pada penjualan bersih sebesar Rp 173.756.226.

Perhitungan Return on investent pada tahun 2019 menunjukkan

angka rasio sebesar 3% yang berarti setiap 1 rupiah ekuitas menghasilkan

laba bersih sebesar Rp 0,03. Pada tahun ini Net Profit Margin mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 0,56% disebabkan karena

terjadinya kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 400.276.747 dan

penurunan total aktiva sebesar Rp 159.620.667

B. Rate Or Return On Investment

Laba Bersih Setelah Pajak


Return On Investment = x 100%
Total Aktiva

Nilai rasio rate or return on investment pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai

berikut:

Tahun 2017
3.597 .299.231
Return On Investment = x 100%
65.337 .768.061
= 5,5%

Tahun 2018
3.901.282 .516
Return On Investment = x 100%
68.132.059 .136

= 5,7%

Tahun 2019

4.310 .599.263
Return On Investment = x 100%
65.630.349 .580

= 6,5 %

Perhitungan Retur on Investment pada tahun 2017 menunjukkan

angka rasio sebesar 5,5% yang berarti setiap 1 rupiah investasi

menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,055. Pada tahun 2018 menunjukan

angka rasio sebesar 5,7% yang berarti setiap 1 rupiah investasi

menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,057. Pada tahun in Return on

investment mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 0,2%

disebabkan karena terjadi kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar Rp

303.983.285 dan kenaikan total aktiva sebesar Rp 2.794.291.075.

Perhitungan Return on investent pada tahun 2019 menunjukkan

angka rasio sebesar 6,5% yang berarti setiap 1 rupiah ekuitas

menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,065. Pada tahun ini Return on

investment mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 0,8%

disebabkan karena terjadinya kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar

Rp 400.276.747 dan penurunan total aktiva sebesar Rp

2.501.709.556.

C. Rate of Return on Equity

Laba Bersih Setelah Pajak


Return on Eqiuty = x 100%
Modal Sendiri
51

Nilai rasio rate or return on investment pada 3 (tiga) tahun terakhir sebagai

berikut:

Tahun 2017

3.597 .299.231
Return on Eqiuty = x 100%
1.500.000 .000

= 23,9 %

Tahun 2018

3.901.282 .516
Return on Eqiuty = x 100%
1.500.000 .000

= 26%

Tahun 2019

4.310 .599.263
Return on Eqiuty = x 100 %
1.500.000 .000

= 27,8 %

Perhitungan Retur on Equity pada tahun 2017 menunjukkan angka

rasio sebesar 23,9% yang berarti setiap 1 rupiah ekuitas menghasilkan laba

bersih sebesar Rp 0,239. Pada tahun 2018 menunjukan angka rasio sebesar

26% yang berarti setiap 1 rupiah ekuitas menghasilkan laba bersih sebesar

Rp 0,26. Pada tahun in Return on Equity mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya sebesar 2,1% disebabkan karena terjadi kenaikan laba bersih

setelah pajak sebesar Rp 303.983.285.

Perhitungan Return on Equity pada tahun 2019 menunjukkan angka

rasio sebesar 27,8% yang berarti setiap 1 rupiah ekuitas menghasilkan laba

bersih sebesar Rp 0,278. Pada tahun ini Return on Equity mengalami


peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1,8% disebabkan karena

terjadinya kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 400.276.747.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Analisis Situasi Keuangan Hotel Grand Victoria Samarinda


Menggunakan Rasio Likuiditas

Tabel 4.1 Hasil Situasi Keuangan Menggunakan Rasio Likuiditas


Keterangan 2017 2018 2019

Current Ratio 5,6% 13,4% 9,8%

Quick Ratio 5,2% 12,4% 9,4%

Cash Ratio 1,2% 6,2% 3,9%

Sumber: data diolah, 2021

Tabel 4.1 menunjukkan hasil perhitungan dari rasio likuiditas yang terdiri

dari current ratio, quick ratio dan cash ratio dari Hotel Grand Victoria Samarinda

untuk periode tahun 2017, 2018 dan 2019.

Hasil current ratio tahun 2018 mengalami kenaikan dibandingkan tahun

2017, sedangkan tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun 2018. Hasil

penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya kenaikan current ratio di tahun 2018

disebabkan adanya pertambahan pada aktiva lancar yang dimiliki perseroan.

Sedangkan tahun 2019 mengalami penurunan disebabkan karena hutang lancar


53

yang dimiliki perseroan lebih kecil, hasil perhitungan rasio dapat dilihat bahwa

rasio lancar rendah. Kondisi ini perlu dikhawatirkan karena rasio lancar yang

dimiliki perseroan sangat kecil dan perlu ditingkatkan lagi.

Hasil quick ratio tahun 2018 mengalami kenaikan dibandingkan tahun

2017, sedangkan tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun 2018. Hasil

penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya kenaikan quick ratio tahun 2018

disebabkan adanya pertambahan pada aktiva lancar perseroan dikurangi persediaan.

Sedangkan tahun 2019 mengalami penurunan disebabkan karena hutang lancar

yang dimiliki perseroan lebih kecil, hasil perhitungan menunjukkan bahwa rasio

yang didapat sangat kecil, artinya kemampuan perseroan dalam memenuhi

keharusan sangat lemah.

Hasil cash ratio tahun 2018 mengalami kenaikan dibandingkan tahun

2017, sedangkan tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun 2018. Hasil

penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya kenaikan cash ratio tahun 2018

disebabkan adanya pertambahan kas di bank yang dimiliki perseroan. Sedangkan

tahun 2019 mengalami penurunan disebabkan karena hutang lancar yang dimiliki

perseroan lebih kecil, hasil perhitungan perseroan menunjukkan bahwa perseroan

belum siap membayar utang karena uang yang ada tidak atau kurang mencukupi.

Penggunaan kas perseroan belum dilaksanakan secara optimal mengingat kecilnya

cash ratio tahun 2017, 2018 dan 2019.

4.3.2 Analisis Situasi Keuangan Hotel Grand Victoria Samarinda


Menggunakan Rasio Solvabilitas

Tabel 4.2 Hasil Situasi Keuangan Menggunakan Rasio Solvabilitas


Keterangan 2017 2018 2019
Debt to Asset Ratio 95% 96% 96%

Debt to Equity Ratio 216% 234% 234%

Long Term Debt to Equity Ratio 1,7% 1,8% 1,9%

Sumber: data diolah, 2021

Tabel 4.2 menunjukkan hasil perhitungan ratio solvabilitas yang terdiri

dari debt to total asset, debt to equity dan long term debt to equity ratio Hotel

Grand Victoria pada peroide tahun 2017 sampai dengan tahun periode tahun 2019.

Hasil perhitungan debt to asset ratio tahun 2018 mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 2017, sedangkan tahun 2019 tidak mengalami perubahan di

bandingkan tahun 2018. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya

kenaikan debt to asset tahun 2018 disebabkan karena adanya pertambahan pada

jumlah hutang yang dimiliki perseroan. Sedangkan tahun 2019 tidak ada

mengalami penurunan ataupun kenaikan karena mempunyai hasil yang sama

dengan tahun sebelumnya

Hasil perhitungan debt to equity ratio tahun 2018 mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 2017, sedangkan tahun 2019 tidak mengalami perubahan di

bandingkan tahun 2018. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya

kenaikan debt to equity tahun 2018 disebabkan adanya pertambahan pada jumlah

hutang dan penurunan jumlah ekuitas yang dimiliki perseroan. Sedangkan tahun

2019 tidak ada mengalami penurunan ataupun kenaikan karena mempunyai hasil

yang sama dengan tahun sebelumnya.


55

Hasil perhitunagn long term debt to equity ratio tahun 2018

megalami kenaikan dibandingkan tahun 2017, sedangankan tahun 2019

mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2018. Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa adanya kenaikan long term det to equity tahun

2018 disebabkan adanya pertambahan pada jumlah ekuitas yang dimiliki

perusahan. Sedangkan tahun 2019 mengalami kenaikan disebabkan karena

jumlah ekuitas lebih besar yang dimiliki perseroan.

4.3.3 Analisi Situasi Keuangan Hote Grand Victoria Samarinda


Menggunakan Rasio Profitabilitas

Tabel 4.3 Hasil Situasi Keuangan Menggunakan Rasio Profiabilitas


Keterangan 2017 2018 2019

Net Profit Margin 2,53% 2,44% 3%

Rate or Return on Investment 5,5% 5,7% 6,5%

Return on Equity 23,9% 26% 27,8%

Sumber: data diolah, 2021

Tabel 4.3 menunjukkan rasio profitabilitas dar Hotel Grand Victoria

Samarinda yang terdiri dari net margin profit, return on investment dan

return on equity untuk periode tahun 2017 sampai dengan tahun 2019.

Hasil perhitungan net profit margin tahun 2018 mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2017, sedangkan tahun 2019 mengalami

kenaikan dari tahun 2018. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa

adanya penurunan net profit margin di tahun 2018 disebabkan karena


jumlah laba setelah pajak lebih mengalami kenaikan. Sedangkan tahun

2019 mengalami pertambahan disebabkan karena laba setelah pajak yang

diperoleh pada tahun 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dua tahun

sebelumnya yaitu tahun 2017 dan 2018.

Hasil perhitungan return on investment tahun 2018 mengalami

kenaikan dibandingkan tahun 2017, sedangkan tahun 2019 mengalami

kenaikan dari tahun 2018. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa

adanya pertambahan return on invesrment di tahun 2018 disebabkan

karena jumlah laba setelah pajak yang dimiliki perseroan. Sedangkan

tahun 2019 mengalami pertambahan disebabkan karena laba setelah pajak

lebih besar yang dimiliki perseroan. Return on investment tiap tahun

mengalami kenaikan hal ini berarti hasil pengembalian investasi

bertambah dari tahun ke tahun dan menunjukkan kemampuan manajemen

untuk memperoleh return on investment.

Hasil perhitungan return on equity tahun 2018 mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 2017, sedangkan tahun 2019 mengalami kenaikan dari

tahun 2018. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya

pertambahan return on equity di tahun 2018 disebabkan karena jumlah

laba setelah pajak yang dimiliki perseroan. Sedangkan tahun 2019

mengalami pertambahan disebabkan karena laba setelah pajak lebih besar

yang dimiliki perseroan. Return on investment tiap tahun mengalami

kenaikan hal ini berarti hasil pengembalian investasi bertambah dari tahun

ke tahun dan menunjukkan kemampuan manajemen untuk memperoleh


57

return on investment, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa

kemampuan manajemen untuk memperoleh return on equity seiring

dengan naiknya return on investment juga. Meskipun tiap tahun

mengalami kenaikan tetapi kondisi perseroan kurang baik karena dari

tahun 2017, 2018 dan 2019 rasionya masih sangat kecil.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Hasil akhir

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap situasi Keuangan Hotel Grand

Victoria di Samarinda periode 2017-2019 dapat di tarik beberapa hasil akhir:

1) Pengembalian Finansial Hotel Grand Victoria di Samarinda periode 2017, 2018

dan 2019 diukur menggunakan rasio Likuiditas (curret ratio, quick ratio dan

cash ratio) mengalami fluktuasi. Meski mengalami fluktuasi tetapi kondisi

perseroan berada dalam keadaan illikuid.

2) Pengembalian Finansial Hotel Grand Victoria di Samarinda periode 2017, 2018

dan 2019 diukur menggunakan rasio solvabilitas (debt to total asset, debt to

equity dan long term debt to equity ratio) mengalami kenaikan rasio. Kenaikan

rasio mengakibatkan kondisi perseroan menjadi tidak baik, karena kurang

mampu untuk melunasi hutang jangka panjang serta hutang jangka pendeknya

pada kreditor.

3) Pengembalian Finansial Hotel Grand Victoria di Samarinda periode 2017,

2018, dan 2019 diukur menggunakan rasio Profitabilitas (net margin profit,

return on investment dan return on equity) mengalami fluktuasi, kondisi

keuangan yang tidak stabil atau kurang bagus dalam manajemen. Sehingga

diambil hasil akhir bahwa hotel grand victoria gagal atau belum mencapai

target dalam pengelolaan perseroannya untuk mencari keuntungan atau laba.


59

5.2 Saran

Dari hasil analisis dan hasil akhir, maka saran-saran yang dapat

dianjurkan untuk Hotel Grand Victoria Samarinda dan penelitian

selanjutnya:

1. Perseroan sebaiknya meningkatkan Pengembalian Finansial agar kondisi

perseroan terletak pada kondisi yang likuid.

2. Meningkatkan posisi likuditas perseroan jadi lebih bagus dengan cara menjaga

agar hutang lancar yang ada dapat ditekan dan melakukan peningkatan aktiva

lancar perseroan dengan mengurangi persediaan yang berlebih dan

meminimalisir penggunaan uang kas sehingga didapatkan penjaminan hutang

lancar dengan baik dan memaksimalkan nilai kas yang ada pada bank milik

perseroan.

3. Meningkatkan posisi solvabilitas perseroan dengan menekan angka hutang

yang ada serta melakukan peningkatan modal kerja dan laba yang diperoleh

perseroan sehingga modal yang ada dapat menjadi jaminan hutang perseroan.

4. Meningkatkan posisi profitabilitas perseroan, yakni dengan meningkatkan

pemasukan yang didapat dan menekan biaya produksi yang telalu besar.

5. Hasil riset ini bisa dijadikan studi kepustakaan terutama bagi penelitian

selanjutnya yang sepayung serta dapat ditambah masa rentang waktu dalam

pengambilan sampel penelitian sehingga didapatkan gambaran yang lebih

menyeluruh dan objektif terkait pertumbuhan kinerja perseroan.

59

You might also like