You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334250322

ETIKA BAHASA DALAM KOMUNIKASI MEDIA SOSIAL (Studi Kasus Pada


Mahasiswa PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan)

Article · July 2018

CITATIONS READS

4 5,805

3 authors, including:

Nanan Abdul Manan


STKIP Muhammadiyah Kuningan
14 PUBLICATIONS 57 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Teaching and Applied Linguistic View project

Teaching ESP through Learning Management System MOODLE View project

All content following this page was uploaded by Nanan Abdul Manan on 05 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 2442-5427

Jurnal Ilmiah Educater


Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 25-35

ETIKA BAHASA DALAM KOMUNIKASI MEDIA SOSIAL


(Studi Kasus Pada Mahasiswa PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan)
Nanan Abdul Manan
STKIP Muhammadiyah Kuningan, Jl. RA. Moertasiah Soepomo No. 28B Kuningan 45511
Email: nanan@upmk.ac.id

Abstract
Language is a tool of communication interpersonal. It is accordance with the developing of social media, a
communication aspect lies in various cases. The various cases occure in common sense of communication in
community. The various community can produce the new terms based on background of education, economic,
family etc. This research uses qualittive method by means of a language use in social media. The research is
conducted in facebook group of students of PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan. The communication
characteristicts are classified into questions, thanks, thanksgiving, hopes, appreciation, information. The
utterances used have a standard of language in the context of politeness. Eventhough, some use the
abbreviation of words in writing.
Keywords: Language Ethic, Social Utterance, Social Media.

Abstrak
Bahasa merupakan alat komunikasi sesama individu. Seiring perkembangan media sosial, aspek komunikasi
menggunakan bahasa semakin beragam. Keragaman itu muncul sesuai kesepakatan umum dalam pola
komunikasi komunitas. Kecenderungan menghasilkan terma baru sangat dimungkinkan dimana antar
komunitas memiliki latar belakang beragam, baik pendidikan, ekonomi, keluarga dan lain sebagainya, sebagai
faktor penghasil bahasa baru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menyajikan penelitian
tentang penggunaan bahasa dalam media sosial. Ujaran atau ungkapan dalam media sosial pada usia sekolah
menengah atas di grup Facebook Mahasiswa PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan. Penelitian
menunjukkan adanya keragaman bahasa pengguna dalam media sosial. Karakteristik komunikasi dapat
diklasifikasikan ke dalam; pertanyaan, terima kasih, rasa syukur, harapan, permohonan, penghargaan, ajakan,
penawaran dan informasi. Ujaran yang digunakan oleh komunitas masih memiliki standar wajar dalam
kebahasaan namun penggunaan singkatan yang menghasilkan istilah baru sangat memengaruhi dalam pola
komunikasi tersebut.
Kata kunci: Etika Bahasa, Jenis Ungkapan, Media Sosial.

How to Cite: Manan, A.N. (2018). Etika Bahasa dalam Komunikasi Media Sosial (Studi Kasus pada
Mahasiswa PGSD STKIP Muhammadiyah Kuingan). Jurnal Ilmiah Educater, 4 (1), 25-35.

I. LATAR BELAKANG
Penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan memiliki tujuan sama, yaitu menghantarkan
pesan. Pesan yang dihantarkan kepada hearer atau reader akan memberikan efek pemahaman yang
berbeda dengan intensitas individu baik deliverer maupun writer. Dalam konteks bahasa tulis, simbol
tulisan akan sepenuhnya menjadi makna yang dapat diinterpretasikan oleh pembaca. Selaras dengan
Derrida (Ricoeur, 2014:56) bahwa bahasa tulis merupakan manifestasi sepenuhnya dari suatu yang
baru muncul dan bermula, dalam pembicaraan yang hidup, yakni pemilahan makna dari peristiwa.
Pemilahan yang dimaksud tentu tidak mengilangkan struktur fundamental wacana. Maksud dari
tulisan Derrida di atas adalah pembaca akan melihat sepenuhnya ide atau gagasan individu si penulis
melalui tulisannya. Disamping itu juga pembaca dapat menginterpretasikan intonasi dan mimik
dalam pengungkapan ujaran tulisan tersebut. Sehingga, bahasa tulis memiliki interpretasi yang sangat
beragam dibandingkan dengan komunikasi verbal.

25
Manan, Etika Bahasa dalam Komunikasi Media Sosial (Studi Kasus pada Mahasiswa PGSD
STKIP Muhammadiyah Kuingan) 26

Dalam konteks akademik, keragaman dalam interpretasi bahasa tulisan sangat dibolehkan akan
tetapi tetap berada dalam parameter yang jelas. Parameter akademik tersebut ada dalam posisi
kesantunan dalam berbahasa. Manusia terlahir memang tidak secara otomatis akan memiliki
kesantunan dalam berbahasa. Namun, manusia akan menemukan kesantunan berbahasa seiring
perjalanan komunikasi merekasatu sama lain.
Dewasa ini, perkembangan teknologi telah menjalar ke semua lini kehidupan. Semua hal dalam
urusan kehidupan kini disebut sebagai kemajuan atau modern bila disandingkan dengan teknologi.
Kaplan & Haenlein menyebutkan bahwa media sosial adalah sekumpulan aplikasi berbasis internet,
beralaskan pada ideologi dan teknologi Web 2.0 sehingga memungkinkan penciptaan dan pertukaran
konten oleh penggunanya (Fahmi, 2017:137-144). Teknologi telah menjadi piranti setia dalam
penyelesaian segala urusan kehidupan manusia. Termasuk dalam konteks komunikasi, teknologi
terus memberikan layanan mudah dan simpel untuk menghubungkan manusia satu dengan lainnya.
Media chatting telah didominasi oleh vendor facebook, whatsapp, instagram, tweeter, line, path dan
lainnya. Selain itu juga dalam hal surat elektronik telah menciptakan satu khazanah globalisasi yang
luar biasa melaui ymail, yahoo, gmail, dan lain sebagainya.
Perkembangan komunikasi melalui media sosial telah memberikan perubahan mainset revolutif
di kalangan masayarakat. Indikasi ini terlihat dengan mudahnya melakukan komunikasi antar
individu tanpa terbatas ruang dan waktu. Indonesia merupakan negara keempat besar sebagai
pengguna facebook di dunia (m.liputan6.com, 21 April 2017). Pengguna facebook di Indonesia
berjumlah 111 juta orang per April 2017. Urutan ini berada di posisi keempat setelah Amerika
Serikat, India dan Brazil. Jumlah tersebut merupakan bagian dari 1,968 miliar pengguna facebook di
Dunia.
Berdasarkan fenomena di atas bahwa media sosial sangat memiliki peran penting terhadap
perkembangan kebahasaan manusia. Tulisan ini mencoba mengkhususkan pengguna facebook di
wilayah Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat dalam rentang usia Sekolah Menengah Pertama,
usia 13 -15 tahun. Adapun jumlah pengguna facebook di kabupaten Kuningan berjumlah 530.000
pengguna dalam rentang usia SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dengan rincian; usia sekolah
menengah pertama 43.000 pengguna antara usia 13 – 15 tahun, 96.000 pengguna antara usia 16-18
tahun dan 130.000 pengguna antara usia 19-25 (https://www.facebook.com/business). Jumlah
tersebut cukup fantastis mengingat penduduk hak pilih di Kabupaten Kuningan mencapai 1.055.000
orang (www.kuningankab.go.id). Sehingga, dari realitas di atas menunjukkan bahwa pengaruh media
sosial sangat kuat dalam pola komunikasi publik hari ini.
Penelitian ini menitikberatkan pada aspek kesantunan berbahasa di media sosial atau etika
berbahasa. Leech (2011:206) mengemukakan bahwa ada 6 prinsip kesantunan berbahasa; (1)
Kebijaksanaan, (2) penerimaan, (3) kemurahan, (4) kerendahan hati, (5) kecocokan, dan (6)
kesimpatian. Sejalan dengan Leech, Pranowo (2012:103-104) mempersepsikan bahwa kesantunan
berbahasa dapat terjadi dalam kriteria-kriteria berikut; mejaga suasana perasaan lawan tutur sehingga
27 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 25-35

dia berkenan bertutur dengan kita, mempertemukan perasaan kita (penutur) dengan perasaan mitra
tutur sehingga isi tuturan sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan, menjaga tuturan
dapat diterima oleh lawan tutur karena dia sedang berkenan di hati, menjaga agar dalam tuturan
terlihat kemampuan penutur di hadapan mitra tutur, menjaga agar dalam tuturan selalu terlihat posisi
lawan tutur selalu berada pada posisi yang lebih tinggi dan menjaga agar dalam tuturan selalu terlihat
bahwa apa yang dikatakan kepada lawan tutur juga dirasakan oleh penutur.
Penelitian ini melihat perkembangan bahasa yang digunakan di media sosial facebook dilihat
dari pendekatan kesantunan berbahasa dan fungsi bahasa dalam pendekatan filsafat bahasa. Secara
umum komponen filsafat bahasa dibagi ke dalam tiga ranah besar yakni epistemologi, ontologi dan
aksiologi.

Filsafat Bahasa
Komponen besar dalam filsafat adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiganya tidk akan
terlepas dalam bahasan filsafat. Tiga ranah itu kemudian akan diturunkan ke dalam beberapa filsafat
terapan. Dalam bahasan ini adalah filsafat bahasa yang merupakan salah satu cabang filsafat terapan
dengan konsentrasi bahasa. Hidayat (2009:13) menyebutkan bahwa filsafat bahasa dapat menduduki
sebagai metode berpikir. Dengan demikian acuan yang dikedepankan adalah berpikir mendalam,
logis dan universal.
Filsafat dipahami sebagai proses berfikir (Alwasilah, 2008:8). Hal ini berkaitan dengan bahwa
ketika seseorang berfilsafat maka ia senantiasa bertitik tolak pada logika, estetika, metafisika dan
epistemologi (KBBI, 2001:277). Jika berfilsafat adalah proses berfikir maka secara otomatis berfikir
itu adalah berbahasa. Tidak mungkin seseorang berpikir tanpa ada ungkapan yang dibahasan. Maka
posisi bahasa di sini adalah simbol dari proses berfikir itu. Bahasa tidak sekedar urutan bunyi yang
dapat dicerna secara empiris, tetapi juga kaya akan makna yang sifatnya non-empiris (Alwasilah,
2008:14).
Dengan demikian filsafat bahasa dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori besar. Pertama,
bahasa dalam menjelaskan berbagai objek filsafat. Kedua, bhasa sebagai objek materi dari kajian
filsafat seperti halnya filsafat hukum, filsafat seni, filsafat manusia, filsafat agama dan sejenisnya
(Alwasilah, 2008:14).
Berkaitan dengan bahasan filsafat bahasa yang sangat luas cakupannya, maka penulis membatasi
kajian ini hanya pada dua lingkup yakni hakikat bahasa, dan penggunaan dan fungsi bahasa. Kedua
hal utama ini membahas tentang bahasa di media sosial facebook yang digunakan oleh anak usia
SMP di Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

Hakikat Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi jika dilihat dari sudut pandang fungsi. Bloch dan Trager
dalam Asep Ahmad Hidayat (2006:22) mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem simbol-simbol
Manan, Etika Bahasa dalam Komunikasi Media Sosial (Studi Kasus pada Mahasiswa PGSD
STKIP Muhammadiyah Kuingan) 28

bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk komunikasi
(Language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates). Di
lain pihak Josep Bram (Hidayat, 2006:22) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh anggota suatu kelompok sosial
sebagai alat bergaul satu sama lain (a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by
means of which members of a social group interact). Sementara Wardaugh (Hidayat, 2006:22)
memberikan definisi bahwa bahasa adalah suatu sitem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang
digunakan untuk komunikasi manusia (a system of arbitrary vocal symbols used for human
communication).
Dalam bahasa, antara lambang dan sesuatu yang dilambangkannya bukanlah sesuatu yang
terjadi dengan sendirinya atau bersifat alamiah, seperti yang terdapat antara awan hitam dan turunnya
hujan. Simbol memperoleh fungsinya khususnya dari konsenses atau kesepakatan kelompok atau
konvensi sosial (Hidayat, 2009 : 25).
Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat persamaan dalam definisi adalah ‘simbol’. Simbol
menjadi satu bahasan utama dalam bahasa. Dengan simbol seseorang dapat memahami satu sama lain
dan terjadilah komunikasi. Bahasa pada dasarnya rangkaian simbol dari semua peristiwa atau
fenomena yang ada. Dengan demikian bahasa dimaknai sebagai simbol.

Fungsi Bahasa
Menurut Hidayat salah satu aspek terpenting dari bahasa ialah aspek fungsi bahasa. Secara
umum fungsi bahasa adalah sebagai alat Komunikasi, bahkan dapat di Pandang sebagai fungsi utama
dari bahasa (Swandy N, 2017:1-19). Sebagai sistem simbol, bahasa mengandung makna. Ucapan
penutur bahasa dihubungkan dengan secara simbolis dengan obyek atau kejadian dalam dunia
praktis. Ucapan itu berarti atau terdiri atas aneka ragam ciri pengalaman atau mengandung makna.
Makna merupakan masalah yang selalu hadir dalam lingkungan kehidupan manusia. Persoalan
makna akan selalu berkembang sesuai dengan berkembangnya peristiwa yang ada dalam lingkungan
kehidupan manusia. Dalam filsafat, persoalan makna ini telah menjadi perhatian utama para tokoh
filsafat bahasa. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan juga tidak ada bahasa tanpa manusia.
Aspek terpenting dalam bahasa adalah komunikasi. Kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti
“sama” Effendy (Hidayat, 2006:26). Jika dua orang terlibat dalam komunikasi akan terjadi atau
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Dalam percakapan pasti muncul ujaran. Ujaran dalam konteks komunikasi tulis adalah ujaran
yang disimbolkan dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca oleh pembaca. Adapun fungsi ujaran
sebagai alat komunikasi oleh Jacobson dan disimpulkan oleh Finocchiaro (Hidayat, 2006:27)
diklasifikasikan menjadi enam fungsi yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
29 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 25-35

Tabel 1. Fungsi Ujaran menurut Jakobson dan Finocchiaro


Jakobson Finocchiaro
Emotive Speech Personal
Ujaran berfungsi psikologis yaitu dalam Ujaran untuk menyatakan emosi, kebutuhan,
menyatakan perasaan sikap, emosi si penutur pikiran, hasrat, sikap, perasaan, sama dengan
emotive dari Jakobson
Phatic speech Interpersonal
Ujaran berfungsi memelihara hubungan sosial Ujaran untuk mempererat hubungan sosial
dan berlaku pada suasana tertentu seperti ekspresi pujian, simpati, bertanya
kesehatan, dan sebagainya.
Cognitive Speech Directive
Ujaran yang mengacu kepada dunia yang Ujaran untuk mengendalikan orang lain dengan
sesungguhnya yang sering diberi istilah saran, nasihat, perhatian, permohonan, persuasi,
denotatif atau informatif diskusi dan sebagainya.
Rhetorical Speech Referential
Ujaran berfungsi memengaruhi dan Ujaran untuk membicarakan objek atau
mengkondisi pikiran dan tingkah laku para peristiwa dalam lingkungan sekeliling atau di
penganggap tutur. dalam kebudayaan pada umumnya.
Metalingual speech Metalinguistic
Ujaran berfungsi untuk membicarakan bahasa, Sama dengan metalingual dari Jakobson
ini adalah jenis ujaran yang paling abstrak
karena dipakai dalam membicarakan kode
komunikasi
Poetic Speech Imaginative
Ujaran yang dipakai dalam bentuk tersendiri Sama dengan Poetic dari Jakobson
dengan mengistimewakan nilai-nilai
estetikanya.

Popper (Hidayat, 2008:28) seorang filsuf Barat abad 20 mengatakan bahwa bahasa memiliki
empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi ekspresif; merupakan proses pengungkapan situasi dalam ke luar. Pada manusia menjadi
suatu ungkapan diri pribadi.
2. Fungsi signal; merupakan level lebih tinggi dan sekaligus mengadakan fungsi ekspresif. Pada
manusia tanda menyebabkan reaksi, sebagai jawaban atas tanda.
3. Fungsi deskriptif; memadukan fungsi ekspresif dan signal. Ciri khas fungsi ini ialah bahwa bahasa
itu menjadi suatu pernyataan yang bisa benar, bisa juga salah.
Manan, Etika Bahasa dalam Komunikasi Media Sosial (Studi Kasus pada Mahasiswa PGSD
STKIP Muhammadiyah Kuingan) 30

4. Fungsi argumentatif; bahasa merupakan alat atau media untuk mengungkapkan seluruh gagasan
manusia, termasuk dalam berargumentasi di dalam mempertahankan suatu pendapat dan juga
untuk meyakinkan orang lain dengan alasan-alasan yang valid dan logis.
Sementara ahli linguis Indonesia yang tidak asing lagi adalah Nababan (Hidayat, 2008:29),
membagi fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan pendidikan
menjadi empat fungsi, yaitu 1) fungsi kebudayaan, 2) fungsi kemasyarakatan, 3) fungsi
perorangan, dan 4) fungsi pendidikan.

II. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode kualitatif. Menurut
Sugiyono (2013:15), metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositisme. Hal ini digunakan untuk meneliti kondisi obyek alamiah. Penelitian kualitatif
memiliki perbedaan dengan penelitian eksperimen. Jika eksperimen menekankan pada perlakuan atau
manipulasi sementara penelitian kaulitatif menempatkan peneliti sebagai instrumen kunci. Adapun
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pragmatik yang memusatkan pada deskripsi;
data yang dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat. Pada analisis data akan ada deskripsi
tentang kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam status di facebook. Tahapan yang dilakukan dalam
penelitian ini pemilahan statemen yang ada dalam status facebook ke dalam sentimen positif dan
negatif. Berikutnya akan dianalisis dari sudut filsafat bahasa.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode normatif. Metode
normatif yaitu metode pencocokan data yang berpedoman pada kriteria prinsip kesantunan. Adapun
langkah-langkah dalam menganalisis data dilakukan dengan empat tahap, yaitu (1) pengumpulan
data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) verifikasi dan penarikan kesimpulan. Dalam
memaparkan hasil analisis data digunakan metode informal, karena dalam menyajikan hasil
penelitian hanya menggunakan kata-kata atau kalimat biasa. Metode ini digunakan untuk
memaparkan pematuhan kesantunan yang terdapat pada media facebook.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Bentuk Kesantunan yang ditemukan di media soail facebook dapat dilihat dari data tuturan
sebagai berikut :
1. DC: selamat siang kawan, apakah ada yang tau dimana toko buku anak-anak di Kota Kuningan?
Tuturan di atas menunjukkan kesantunan dalam kalimat tanya. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan ungkapan ‘apakah’. Sisi akademik dan kesantunan tetap muncul meskipun dalam pola
komunikasi lepas di media sosial. Apakah adalah pilihan kata yang formal dan sopan untuk
menunjukkan pertanyaan dengan bentuk jawaban ya atau tidak. Dalam ungkapan pertanyaan lepas
di media sosial sebenarnya dapat saja terjadi sekedar penggunaan bahasa singkat yang diakhiri
31 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 25-35

dengan tanda tanya. Akan tetapi, penutur mengedepankan kesantunan dengan penggunaan kata
tanya ‘apakah’.
Selain itu juga, dari segi lain, untuk membuka komunikasi awal, selamat siang kawan adalah
tuturan yang lazim diungkapkan untuk bahasa permulaan. Ungkapan ini sebagai basa-basi atau
courtesy, sehingga obrolan menjadi lebih akrab dan bersahabat.
2. NRL: kami ucapkan terima kasih kepada semua kawan2, spesial buat teman2 di Himpunan
Mahasiswa PGSD yg mensupport ku sampai selesai menjadi sarjana pendidikan, kalian kawan
terbaikku, toop...
Tuturan di atas menunjukkan kesantunan dengan pilihan bahasa ucapan terima kasih. Lokus
cerita ini adalah salah seorang anggota organisasi di Himpunan Mahasiswa Prodi PGSD yang
baru saja menyelesaikan studinya yang diakhiri dengan seremoni wisuda. Kesantunan yang
ditunjukkan dalam ungkapan di atas adalah terima kasih, spesial, mensupport, terbaik, toop. Diksi
yang digunakan oleh si penutur memiliki makna mendalam bagaimana seseorang dapat mengakui
kesuksesan dirinya hari ini tidak semata-mata oleh dirinya saja akan tetapi banyak teman yang
telah turut serta menemani, membimbing, mengingatkan dan membantu langsung penyelsaian
studinya sampai sarjana.
Makna terima kasih ini ditunjukkan dengan bahasa santun dengan pengakuan terbuka tentang
kesuksesannya. Kesantunan bahasa juga ditunjukkan dengan penyebutan tim (Himpunan
Mahasiswa). Penutur mencoba untuk menegaskan dalam hal pengakuan terhadap publik yang
lebih banyak terhadap kesuksesan yang sudah didapatinya. Lalu diakhiri dengan kata ‘toop’. Kata
ini penuh makna bahwa terima kasih tak terhingga kepada teman-temannya yang luar biasa dalam
mendorong dirinya untuk sukses. Kesantunan ditunjukkan di sini bahwa kesuksesannya sangat
dipengaruhi oleh dorongan teman-teman yang luar biasa atau menurut penutur adalah ‘toop’.
3. DAS : Alhamdulillah, akreditasi Prodi PGSD sudah B, semoga STKIP Muhammadiyah Kuningan
semakin didepan.
Alhamdulillah merupakan simbol rasa syukur dalam ungkapan, khususnya muslim. Kata ini
berarti segala puji bagi Allah. Allah adalah Tuhan semesta alam yang telah membuat skenario
kehidupan dengan segala kompleksitasnya. Penutur ingin menyampaikan pesan syukur yang tiada
terhingga dengan kata kunci ‘alhamdulillah’. Kesuksesan yang didapatkan oleh prodi PGSD
adalah mendapatkan akreditasi B dari sebelumnya C.
Rasa syukur ini ditunjukkan dengan pengakuan diri bahwa tiada kekuatan yang lebih dari
segalanya melainkan kekuatan Allah itu sendiri, maka kesuksesan ini pun ditunjukkan melalui
kesyukuran mendalam kepada Allah. Tugas manusia adalah ikhtiar dan berdoa sementara
kesimpulan diserahkan kepada Allah yakni dengan bahasa tawakkal, berserah diri atas usaha yang
telah dilakukan. Dan ketika harapan baik itu terjadi maka alhamdulillah adalah kata utama dalam
pengungkapan rasa syukur itu.
Manan, Etika Bahasa dalam Komunikasi Media Sosial (Studi Kasus pada Mahasiswa PGSD
STKIP Muhammadiyah Kuingan) 32

Dari sisi teologis, bahwa seseorang tidak mungkin dapat menentukkan hasil apapun yang
mereka perbuat melainkan penyerahan diri seutuhnya kepada Allah sang penentu kehidupan.
Allah Maha Tahu atas segala kebaikan dan keburukan untuk ummat-Nya. Oleh karena itu penutur
di sini menunjukkan bahwa rasa syukur tiada terhingga dengan diraihnya akreditasi B dan ini
bagian darpada ketentuan Allah yang baik untuk program studi PGSD di STKIP Muhammadiyah
Kuningan.
4. IFF: selamat pagi kawans, semoga hari ini ini kita selalu mendapatkan kelancaran dalam urusan
dan sukses dalam kegiatan kuliahnya yaaa, lop yu.
Tuturan yang mengindikasikan kesantunan adalah semoga. Semoga merupakan diksi yang
menunjukkan harapan atas apa yang diperbuat atau diupayakan. Penutur mencoba
mengungkapkan tujuan hatinya dengan cara menyampaikan harapan kepada teman-teman baiknya
tentang kelancaran urusan akademiknya. Ungkapan harapan ini adalah simbol pribadi sholeh atau
baik dalam konteks sosial. Harapan ini juga bagian daripada doa kepada kawan-kawan baiknya
agar dalam segala urusannya diberikan kelancaran.
Tuturan yang penuh kesantunan ini tetap dijaga dalam ungkapan di media sosial. Kata
semoga juga dapat ditafsirkan sebagai bentuk kesetiakawanan. Betapa seseorang itu senantiasa
berharap tentang kebaikan kepada orang lain. Dari sisi ini, penutur telah menegaskan
kesantunannya dalam berbahasa dalam konteks pengungkapan ‘harapan’. Dari indikasi ini kita
dapat melihat bahwa tanda-tanda kesantunan senantiasa digunakan oleh grup facebook mahasiswa
PGSD ini.
5. ASA: Barangkali ada yang memiliki ebook tentang manajemen pendidikan, mohon kiranya bisa
mengirim via emailku ya, trims.
Tuturan di atas menunjukkan permohonan si penutur dengan kata kunci ‘mohon’. Ungkapan
ini menujukkan pribadi penutur memiliki kesantunan tinggi. Dalam bahasa lain adalah meminta.
Namun jika bahasa permintaan itu diungkapkan dengan kata yang asal maka akan berakibat tidak
tercapainya pemberian.
Di sini terlihat bahwa penutur menggunakan sisi kesantunan bahasa. ‘mohon’ merupakan
kata yang menjelaskan tentang keinginan seseorang yang sangat. Seseorang yang meminta
bantuan dengan kata ‘mohon’ berarti dia mampu menempatkan dirinya sebagai pribadi yang
merendah. Ini merupakan strategi yang tepat untuk mendapatkan bantuan dari mitra tutur yang
menjadi target. Kata ‘mohon’ inilah yang menjadi nilai kesantunan dalam berbahasa dalam
konteks permohonan.
6. EK: Selamat kepada tim futsal PGSD yang telah maju di babak final dalam acara Bupati Cup
2017.
Tuturan ‘selamat’ adalah penciri kesantunan. Hal ini bermakna bahwa seorang penutur
bertindak sportif dalam melihat kesuksesan atau prestasi orang lain. Bukti sportivitas ini sejalan
dengan kesantunan bahwa penutur, yaitu ucapan selamat. Ucapan selamat adalah ungkapan
33 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 25-35

penghargaan yang diberikan kepada pihak lain atas raihan prestasinya. Sisi kesantuan ini terlihat
dengan adanya pengakuan diri bahwa untuk saling menghargai atas segala raihan prestasi itu
merupakan keharusan dan menjadi budaya sportivitas.
7. SFN : Di penghujung semester ini, mari kita persiapkan fisik dan pikiran agar UAS kita sukses ya,
ok bro n sist, he, he.
Ungkapan penutur di atas dapat dilihat dari satu kata penciri utama, yaitu ‘mari’. Mari adalah
kata yang menunjukkan ajakan kepada pihak lain agar melakukan apa yang diinginkan penutur.
Ajakan ini merupakan sisi kesantunan dalam berbahasa. Karena kata ‘mari’ diikuti pula dengan
kata ‘kita’, artinya bahwa penutur mengajak untuk bersama-sama melakukan kegiatan yang baik.
di sini tidak ada klaim bahwa sebatas hanya menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan itu.
Akan tetapi ‘mari’ adalah kata ajaran yang secara impilisit dimaknai bersama-sama melakukan
dengan penutur juga.
8. AKPS: permisi, dibutuhkan tenaga pendidik untuk beberapa mata pelajaran berikut; Matematika,
bahasa Inggris, IPA, IPS. Yang minat japri ya.
Tuturan di adat merupakan salah satu contoh ungkapan penawaran. Kata utama yang
mengindikasikannya adalah ‘permisi’. Permisi adalah kata yang santun dan digunakan sebagai
pembuka cerita apapun. Penutur menginformasikan di grup facebook nya tentang peluang
menjadi pengajar beberapa mata pelajaran. Penawaran ini ditujukan bagi siapapun baik yang ada
di grup facebook, saudara atau teman-teman grup lainnya. Kata penguat sebagai bukti
tanggungjawab dari penawaran ini adalah ‘japri ya’. Kata ‘japri ya’ (jaringan pribadi) adalah bukti
bahwa penawaran yang diberikan oleh penutur adalah benar adanya. Penutur pun
bertanggungjawab untuk memastikan penawarannya itu untuk dapat ditindaklanjut melalu
komunikasi pribadi.
9. BK: diberitahukan kepada teman-teman yang mau berangkat ke palutungan agar mempersiapkan :
perlengkapan pribadi, tenda, pakaian olahraga dan jaket tebal ya karena cuaca di sana cukup
dingin.
Tuturan di atas dapat dikategorikan bentuk informasi. Aspek kesantunan ini tetap terlihat
dengan memulainya kata-kata ‘diberitahukan’. Artinya bahwa kata ini memberikan informasi
kepada publik tertentu tentang apa yang semestinya dilakukan. ‘Diberitahuan kepada’ adalah
ungkapan yang dapat memenuhi unsur kesantunan. Hal ini dipahami bahwa ‘kepada’ adalah kata
yang biasa digunakan sebagai tanda hormat yang diberikan dalam ungkapan dengan tujuan
pemberian informasi tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan keadaan bahwa pengguna facebook sering kali
digunakan untuk mengungkapkan isi hati, pikiran, ataupun juga pandangan mengenai suatu hal dalam
bentuk status. Status pengguna facebook yang memenuhi prinsip kesantunan dapat dilihat dari status
yang berbentuk pertanyaan, terima kasih, rasa syukur, harapan, permohonan, penghargaan, ajakan,
penawaran, dan informasi. Setiap bentuk kesantunan yang ada memiliki penanda linguistik yang
Manan, Etika Bahasa dalam Komunikasi Media Sosial (Studi Kasus pada Mahasiswa PGSD
STKIP Muhammadiyah Kuingan) 34

berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lainnya. Penanda linguistik yang digunakan dengan
berbagai pilihan kata dapat mencerminkan kesantunan. Berkaitan dengan pilihan kata yang
digunakan, Tannen (1994:22) menyatakan bahwa kewenangan dan solidaritas berkaitan dengan
penggunaan kata. Hal ini dimaksudkan bahwa bahasa tidak lepas dari tujuan penutur dan tujuan
ujaran yang disampaikan kepada mitra tutur.
Berbagai macam bentuk kesantunan yang ditemukan di media facebook menunjukkan bahwa
penguna media sosial memiliki tujuan yang beragam. Pada dasarnya kesantunan berbahasa
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap individu. Dalam berkomunikasi,
norma-norma itu tampak dari perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya, baik dari lisan maupun
bahasa tulisnya. Sikap bahasa yang tergambarkan dalam skema kesantunan berbahasa berpengaruh
terhadap situasi interaksi yang dialami oleh seseorang. Sikap bahasa pada diri seseorang juga
dipengaruhi oleh prinsip komunikasi yang digunakan dalam suatu interaksi. Menurut Hymes (1974),
komunikasi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: speaker, hearer atau receiver, topic, setting,
situation scene dan lain sebagainya. Faktor-faktor itulah yang turut memengaruhi situasi interaksi
petutur. Situasi interaksi akan melahirkan suatu konsep yang tegas berupa gagasan yang dapat
diterima sebagai etika sosial yang sopan dan satun saat menggunakan bahasa.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan kecenderungan bahwa dalam media
facebook ditemukan status pengguna yang mengandung kesantunan. Bentuk kesantunan atau etika
dalam menggunakan bahasa di media sosial ini ditunjukkan dalam ungkapan yang mengandung
pertanyaan, terima kasih, rasa syukur, harapan, permohonan, penghargaan, ajakan, penawaran, dan
informasi.
Bentuk kesantunan yang ditemukan dalam status pengguna facebook disampaikan dalam bentuk
dari jenis tuturan yang bervariasi. Terjadinya perbedaan itu dipengaruhi oleh faktor penutur
(speaker), mitra tutur (hearer, receiver), pokok pembicaraan (topic), tempat bicara (setting), suasana
bicara (situasi scene) dan tujuan tuturan.

V. DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Roda Karya.

Anwar, Fahmi. Perubahan dan Permasalahan Media Sosial. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora,
Vol. 1, No. 1, April 2017: hlm 137-144

Budiwati, Tri Rina. (2017). Kesantunan Berbahasa Mahasiswa dalam Berinteraksi dengan Dosen di
Universitas Ahmad Dahlan: Analisis Pragmatik-2017. www.lpp.uad.ac.id/wp-
content/uploads/2017/05/72.-tri-rina-budi-557-571.pdf

Chomsky, Noam. (2009). Language Acquition. Tersedia [Online] : https://www.scribd.com


/doc/22325162/Chomsky-Definition. Diakses pada 9 November 2017
35 Jurnal Ilmiah Educater, Volume 4, No. 1, Juli 2018, pp. 25-35

Hidayat, Asep Ahmad. (2006). Filsafat Bahasa-Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda.
Bandung: PT. Remaja Roda Karya.

Hymes, D. (1974). Model of Interaction of Language and Social Life. Dalam Gumperz dan Dell
Hymes (ed). Direction in Sosiolingistic. New York: Hold & Rinehart and Winston.

https://www.facebook.com/business- diunduh pada 10/11/2017

Leech, Geoffrey. (2011). Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Pranowo. (2012). Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ricoeur, Paul. (2014). Teori Interpretasi-Membelah Mana dalam Anatomi Teks-terj. Jogjakarta:
Ircisod.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Swandy N, Eduardus. (2017). Bahasa Gaul Remaja dalam Media Sosial Facebook. Jurnal Bastra
Volume 1 Nomor 4 Maret 2017. Hlm.1-19

www.kuningankab.go.id-diunduh pada 07/11/2017

View publication stats

You might also like