You are on page 1of 16

TRANSFORMASI HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA

Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah


Desi Asmaret
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
email: desiasmaret.da@gmail.com

Alaiddin Koto
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
email: alaiddin.koto@gmail.com

Afrizal
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
email: afrizal.m@uin.suska.ac.id

Abstract
This research discusses about Rifyal Ka’bah’s idea on the transformation of Islamic family law to become the
national law. This research focuses on how does Rifyal Ka’bah formulate the methods of the transformation
of Islamic family law into national law? What is the influence of the idea of the transformation to the
development of Islamic legal thought in Indonesia? This research is a type library research with qualitative
descriptive analysis.This research argues that Rifyal Ka’bah believes that gradual transformation of Islamic
family law to become national law is the best way to make Islamic family law going down to earth. This can
be performed by the issuance of judge’s decision with a fair and consistent attitude. From the perspective of
theoretical Islamic law, it is very useful to use of ra’y and urf as sources of Islamic law after al-Qur’an, Hadis,
and Ijma’ through the process of ijtihad jamā’i and tarjih. Rifyal Ka’bah has given significant influences to
the emergence of various efforts of Islamic jurists in revising laws and regulations in accordance with the
substance contained in Islamic law, jurisprudence guided by judges throughout Indonesia and changes in
the mindset judges to apply the theory of diyāni and qaḍā‘i.
[Penelitian ini mengkaji pemikiran Rifyal Ka’bah dalam mentransformasikan hukum keluarga
Islam menjadi hukum Nasional. Permasalahan utamanya: Bagaimana pemikiran dan sikap
Rifyal tentang transformasi hukum keluarga Islam? Apakah metode penggalian hukum yang
diterapkan Rifyal? Bagaimana posisi dan pengaruh pemikiran Rifyal dalam khazanah pemikiran
hukum Islam di Indonesia? Penelitian bertujuan mewujudkan harmonisasi syari’at Islam dengan
hukum Nasional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka dengan analisis
deskriptif kualitatif. Temuan penelitian: Pertama, Pemikiran dan sikap Rifyal Ka’bah tentang
transformasi hukum keluarga di Indonesia adalah mengubah fikih munakahat menjadi hukum
Nasional, yakni memasukkan substansinya berangsur-angsur melalui putusan hakim dengan
sikap adil dan konsisten. Kedua, metode penggalian hukum Rifyal Ka’bah adalah pengembangan
metodologi uṣul al-fiqh dengan menempatkan ra’y dan urf sebagai sumber hukum Islam setelah
Alquran, hadits dan Ijma’ melalui metode ijtihad jamā’i dan tarjih. Ketiga, Pemikiran Rifyal Ka’bah
mempengaruhi berbagai upaya para ahli hukum Islam dalam merevisi hukum dan peraturan
sesuai dengan substansi hukum Islam, yurisprudensi yang dipedomani oleh hakim seluruh
Indonesia, dan perubahan mindset hakim untuk menerapkan teori diyāni dan qaḍā‘i.]
Kata kunci: Rifyal Ka’bah, syari’at, hukum keluarga, transformasi.

A. Pendahuluan dari norma-norma moral masyarakat yang


Hukum Nasional merupakan cerminan diangkat menjadi norma-norma hukum dan

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 145


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

mengikat seluruh warga dalam kehidupan teori receptie pada masa kolonial beserta
bermasyarakat dan bernegara.1 Norma-norma komentar-komentarnya yang dikemukakan
hukum Indonesia tercermin dari tujuan oleh Hazairin dengan teori riceptie exit dan
Negara Indonesia yang tertuang dalam Sajuti Thalib dengan teori receptie a contrario
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara setelah Indonesia merdeka menjadi bukti
Republik Indonesia tahun 1945 dan sesuai perdebatan keberadaan hukum (keluarga)
dengan Undang-Undang Dasar Republik Islam di Indonesia. Setelah itu, muncul gagasan
Indonesia 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2. Dilihat reaktualisasi ajaran Islam dalam bidang waris
dari aspek sejarahnya, pasal ini sebagai bukti Islam yang digagas oleh Munawir Sadzali
penerimaan bangsa Indonesia terhadap pada era 1980an dan disusul dengan gagasan
hukum Islam karena penduduk Indonesia pelembagaan hukum Islam di Indonesia oleh
mayoritas terdiri atas muslim.2 Dalam sejarah Bustanul Arifin pada periode 1990an. Setelah
perkembangan hukum Islam di Indonesia, generasi ini, pemikiran tentang hukum Islam
berbagai pemikiran tentang hukum Islam menjadi hukum Nasional di Indonesia masih
sebagai sumber hukum nasional telah banyak terus berlanjut. Salah satunya dilakukan oleh
dilakukan. Rifyal Ka’bah, seorang mantan Hakim Agung
Hukum keluarga mempunyai dan guru besar hukum Islam Universitas
kedudukan sangat penting dalam Islam Yarsi Jakarta. Rifyal Ka’bah berpendapat
sebab hukum keluarga mengatur tata cara tentang perlunya transformasi syari’at
kehidupan berkeluarga yang merupakan inti Islam ke dalam peraturan perundang-
kehidupan masyarakat dan sejalan dengan undangan tertulis sehingga penerapannya
kedudukan manusia sebagai makhluk yang cocok dengan kondisi ke-Indonesiaan. Dalam
sempurna melebihi makhluk-makhluk yang konteks perkembangan pemikiran hukum
lain. Bahkan dalam kehidupan modern, fungsi keluarga Islam di Indonesia inilah, pemikiran
kekuasaan Negara pun dijalankan sebagai transformasi hukum keluarga Islam ke dalam
realisasi penerapan aturan dan sistem hukum hukum nasional yang digagas oleh Rifyal
yang berlaku dalam keluarga. Indonesia Ka’bah menarik untuk didiskusikan.
sebagai sebuah negara yang berdaulat Penelitian tentang transformasi syari’at
memiliki sistem hukum sendiri, termasuk Islam di Indonesia banyak ditulis seperti
di dalamnya mengatur masalah keluarga.3 Chairul Fahmi, “Transformasi Filsafat Dalam
Keluarga terbentuk melalui perkawinan. Penerapan Syari’at Islam”,4 Muntasir Syukri,
Dalam sejarah perkembangannya, “Transformasi Syari’at Islam di Indonesia,”5
hukum keluarga Islam di Indonesia telah Faizal Surya, “Transformasi Syariah dalam
banyak diwarnai dengan berbagai teori dan Hukum Positif Nasional.” 6 Rahmawati
pemikiran hukum semenjak periode kolonial. Pardjaman, “Transformasi Nilai-nilai Syari’ah
Munculnya teori receptie in complexu dan ke dalam Sistem Hukum Nasional Arah

1
Rifyal Kaʼbah, Penegakan syari’at Islam di Indonesia (Jakarta: Rifyal Ka’bah Foundation, 2016), hlm. 32. Hukum
Nasional merupakan hukum yang dibangun oleh negara untuk diberlakukan secara menyeluruh bagi warga
negara dalam satu bangsa, di Indonesia, hukum ini berlaku bagi seluruh warga negara Indonesia.Hardinal,
‘Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia dan Implementasinya pada Peradilan Agama, Kajian Pemikiran
Bustanul Arifin’, Disertasi (Riau: PPS UIN Suska, 2018), hlm. 25.
2
Menurut Rifyal Ka’bah, apabila seseorang sudah masuk Islam maka secara otomatis ia mengakui hukum
Islam dan ia diminta untuk melaksanakannya dalam kehidupan pribadi dan masyarakatnya. Ka’bah Rifyal,
Sabili, vol. VII, no. 15 (2000), hlm. 38.
3
Abdul Ghofur Anshori, ‘Orientasi Nilai Filsafat Hukum Keluarga Refleksi Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan’, in Membangun Hukum Indonesia, 2nd edition (Yogyakarta: Kreasi Total Media,
2017), hlm. 107-122.
4
Chairul Fahmi, ‘Transformasi Filsafat dalam Penerapan Syariat Islam (Analisis Kritis terhadap Penerapan
Syariat Islam di Aceh)’, Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam, vol. 6, no. 2 (2012), hlm. 167–76.
5
Muntasir Syukri, ‘Transformasi Syariat Islam di Indonesia’, (1 Sep 2011), https://muntasirsyukri.wordpress.
com/2011/09/01/transformasi-syariat-islam-di-indonesia/, accessed 1 Mar 2017.
6
Faizal Surya, ‘Transformasi Syariah Dalam Hukum Positif Nasional’, KOMPASIANA (19 Aug 2013), https://
www.kompasiana.com/faizalsh/552ad5bcf17e61af47d623dd/transformasi-syariah-dalam-hukum-positif-
nasional, accessed 3 Jan 2017.

146 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H


Desi Asmaret, Alaiddin Koto & Afrizal

Hermeneutika Hukum Islam di Indonesia.”7 Arif, lahir di Negeri Lintau Batusangkar,


Anik Khoiriyah, “Transformasi Hukum Islam Provinsi Sumatera Barat, pada tanggal 22
menjadi Hukum Nasional.” 8 Muhammad Juli 1950 dari pasangan Siti Rahmah Ka’bah.
Faizin, “Transformasi Hukum Islam.” 9 Rifyal memiliki seorang istri yang bernama
Fitriyani dan Abd Basir Laupe, “Positivisasi Hamidah Ya’coeb (menikah pada tanggal
Hukum Islam dalam Pembinaan Hukum 30 April 1984 di Kairo) dan seorang putri
Nasional di Indonesia,”10 dan Ali Sodikin, bernama Nida Rifyal.13 Pendidikan tingginya
“Positivikasi Hukum Islam di Indonesia.”11 dimulai di IAIN Imam Bonjol Sumatera Barat
Meskipun telah berbicara tentang transformasi (BA, 1973), dilanjutkan dengan Universitas al-
hukum Islam ke dalam hukum nasional, akan Azhar Kairo (Licence, 1976) dan Department
tetapi isu tentang hukum keluarga bukan of Social Science, Institute of Islamic Studies
menjadi isu utama artikel-artikel tersebut. Kairo (Magister, 1984). Gelar doktor (Ilmu
Sementara itu, penelitian tentang pemikiran Hukum) diperoleh dari Program Pascasarjana
Rifyal Ka’bah yang dilakukan oleh Siti Aisyah, Universitas Indonesia Jakarta pada tahun
“Reformasi Pemikiran Hukum Islam Rifyal 1998.14
Ka’bah,” hanya bicara tentang Rifyal Ka’bah Pada tanggal 4 April 2008, Rifyal
sebagai sosok yang mereformasi pemikiran dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap
hukum Islam melalui Putusan Mahkamah dalam Ilmu Hukum Islam Fakultas Hukum
Agung.12 Oleh karena itu, gagasan Rifyal Universitas Yarsi Jakarta, berdasarkan
Ka’bah tentang transformasi hukum keluarga Keputusan Mendiknas No. 77558/A4.5/
Islam penting untuk dikaji lebih lanjut. KP/2008. Rifyal diangkat sebagai Hakim
Bagaimana pemikiran dan sikap Rifyal Ka’bah Agung termuda sejak tahun 2000 (periode
tentang transformasi hukum keluarga Islam 2000-2020). Rifyal meninggal dunia pada usia
ke dalam hukum Nasional? Apakah metode 63 tahun di Rumah Sakit National University Of
penggalian hukum yang diterapkan Rifyal Singapore di Singapura, Selasa 24 September
Ka’bah dalam mentransformasikan hukum 2013 pada pukul 08.00 waktu Singapura
keluarga di Indonesia? Bagaimana posisi akibat penyakit ginjal akut yang sudah lama
dan pengaruh pemikiran transformasi Rifyal dideritanya,
Ka’bah dalam khazanah pemikiran hukum Beberapa karya fundamental Rifyal
keluarga di Indonesia? Ka’bah yang sangat menggambarkan
pemikiran beliau adalah: Indahnya Syariat
B. Biografi Singkat Rifyal Ka’bah Islam: Juli 2006, Peradilan Islam Kontemporer,15
Rifyal Ka’bah, dimasa kecil dipanggil Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia: 2013,

7
Rahmawati Pardjaman, ‘Transformasi Nilai-Nilai Syariah Ke Dalam Sistem Hukum Nasional (Sebuah
Pendekatan Hermeneutika)’, Al-’Adalah, vol. 11, no. 2 (2013), hlm. 249–56.
8
Anik Khoiriyah, Transformasi Hukum Islam Menjadi Hukum Nasional, https://www.academia.edu/23679753/
TRANSFORMASI_HUKUM_ISLAM_MENJADI_HUKUM_NASIONAL, accessed 3 Jan 2017.
9
Muhammad Faizin, ‘Transformasi Hukum Islam’, ‘“Moh.Faizin itu ea chiko”’ (Selasa, Mei 2012), http://
mohfaizinitueachiko.blogspot.com/2012/05/transformasi-hukum-islam.html, accessed 3 Jan 2017.
10
Fitriyani Fitriyani and Abd Basir Laupe, ‘Positivisasi Hukum Islam dalam Pembinaan Hukum Nasional di
Indonesia’, Al-Ulum, vol. 13, no. 2 (2013), hlm. 453–70.
11
Ali Sodiqin, ‘Positifikasi Hukum Islam di Indonesia: Prospek dan Problematikanya’, Supremasi Hukum:
Jurnal Kajian Ilmu Hukum, vol. 1, no. 2 (2012), http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/Supremasi/article/
view/1922, accessed 3 Jan 2017.
12
Siti ’Aisyah, ‘Reformasi Pemikiran Hukum Islam Rifyal Ka’bah’, Skripsi (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2016), https://id.123dok.com/document/rz3rdj8z-reformasi-pemikiran-hukum-islam-prof-dr-rifyal-ka.
html, accessed 1 Apr 2018.
13
Joko Susilo, ‘Hakim Agung Rifyal Ka`bah meninggal dunia’, Antara News (24 Sep 2013), https://www.
antaranews.com/berita/397115/hakim-agung-rifyal-kabah-meninggal-dunia, accessed 1 Mar 2017.
14
‘Hakim Agung Prof Rifyal Ka’bah Wafat’, Direktorat Jenderal Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, https://
badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-ditjen-badilag/seputar-ditjen-badilag/hakim-agung-prof-rifyal-
kabah-wafat-249, accessed 16 September 2019.
15
Rifyal Kaʼbah, Peradilan Islam Kontemporer (Jakarta: Universitas Yasri, 2009).

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 147


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

Penegakan Syariat Islam di Indonesia,16 Hukum tentang nafkah yang ada dalam pasal-pasal
Islam di Indonesia,17 The Jakarta Charter and tersebut menggambarkan hukum yang hidup
Dynamic of Islamic Shariah in the History of dalam masyarakat di mana suami adalah
Indonesian Law,18 Hukum Islam di Indonesia.19 kepala rumah tangga yang bertanggungjawab
Selain karya dalam bentuk buku, pemikiran atas nafkah dan keluarga secara keseluruhan
Rifyal ka’bah juga banyak mewarnai putusan- dan isteri sebagai ibu rumah tangga yang
putusan Mahkamah Agung semasa ia menjadi bertanggungjawab secara domestik terhadap
Hakim Agung di Mahkamah Agung RI.20 kemaṣlaḥatan keluarga.
Rifyal Ka’bah juga menulis artikel yang sering Dapat dipahami bahwa, sekalipun
dimuat di majalah Panji Masyarakat, Harian isteri secara fisik tidak ikut mencari nafkah,
Republika, dan Buletin Dakwah. Lebih dari namun secara non materil usaha isteri
itu, ide dan gagasan hukumnya juga tercermin memelihara kemaṣlaḥatan keluarga selama
dalam putusan-putusan Mahkamah Agung suami bekerja dihargai sebagai suatu bentuk
semasa Rifyal menjadi Hakim Agung di usaha melalui pembagian harta bersama. Hal
Mahkamah Agung RI.21 seperti ini sudah menjadi adat yang berlaku
Dari ide dan gagasannya dalam bentuk lama di negara Indonesia, justeru itu dapat
buku, artikel, dan putusan hukum, pemikiran dikukuhkan sebagai hukum yang diatur oleh
Rifyal Ka’bah tentang perkawinan dapat pemerintah melalui undang-undang.
ditemukan pada karyanya tengan Penegakan Sekilas pemikiran Rifyal Ka’bah ini
Syariat Islam di Indonesia dan Peradilan seperti mempertegas pernyataan undang-
Islam Kontemporer. Kedua buku tersebut undang, namun bila dipahami lebih dalam,
menjadikan beberapa persoalan seputar persoalan pembagian tugas dalam keluarga
perkawinan mulai dari isu poligami, harta Indonesia merupakan hukum yang hidup
bersama, dan nafkah sebagai materi bahasan dalam masyarakat. Merujuk kepada pendapat
di dalamnya. Selain itu, Rifyal Ka’bah juga Rifyal tentang pembagian syari’at diyāni
terlibat dalam membuat putusan Mahkamah (moral, etis) dan qadā’i (hukum, yuridis),
Agung tentang Wasiat Wajibah bagi non dapat dikatakan bahwa dahulu persoalan
Muslim. Selain berdasarkan karya Rifyal nafkah tergolong syari’at diyāni semata,
Ka’bah dalam bentuk tulisan, artikel ini juga namun sekarang persoalan itu telah berubah
menambahkan data sekunder yang berasal menjadi qadā’i. Oleh sebab itu, kekuasaan
dari hasil wawancara dengan isteri Rifyal negara dapat memberikan sanksi melalui
Ka’bah, Hamidah Ya’coeb, dan beberapa putusan pengadilan sehingga isteri dapat
hakim koleganya semasa menjadi hakim menggugatnya ke Pengadilan bahkan hakim
Mahkamah Agung Republik Indonesia. dapat memaksa suami untuk memberikan
nafkah kepada istrinya.
1. Pemikiran Rifyal Ka’bah tentang Isu Selain nafkah, Rifyal Ka’bah juga
Seputar Perkawinan memberi perhatian kepada harta bersama
Salah satu isu yang mendapat perhatian suami isteri. Harta bersama diatur dalam
Rifyal Ka’bah dalam persoalan hukum pasal 53 dan 36 Undang-Undang Nomor 1
keluarga adalah masalah pemberian nafkah. Tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurutnya,
Dalam hukum nasional, persoalan pemberian harta bersama yang diperoleh dalam masa
nafkah diatur dalam pasal 30, 31, 32, 33, dan 34 perkawinan merupakan bentuk kesamaan hak
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang dan kewajiban antara suami dan isteri karena
perkawinan. Menurut Rifyal Ka’bah, aturan masing-masing dapat bertindak atas harta
bersama itu dengan persetujuan kedua belah

16
Kaʼbah, Penegakan syari’at Islam di Indonesia.
17
Rifyal Kaʼbah, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Universitas Yasri, 2010).
18
Rifyal Kaʼbah, The Jakarta Charter and the Dynamic of Islamic Shariah in the History of Indonesian Law (Jakarta:
School of Law, Post Graduate Studies, University of Indonesia, 2006).
19
Kaʼbah, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Universitas Yasri, 1999).
20
Hamidah Ya’coeb, interview (30 Sep 2018).
21
Ibid, hlm. 51.

148 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H


Desi Asmaret, Alaiddin Koto & Afrizal

pihak.22 Apabila terjadi perceraian maka harta bentuk cerai talak yang menjadi praktek
bersama diatur menurut hukumnya masing- dominan pada masyarakat Muslim akibat
masing dan keduanya (suami istri) tidak dari tidak adanya campur tangan negara di
kehilangan haknya sebagai individu untuk masa kerajaan-kerajaan Nusantara karena
melakukan perbuatan hukum. Sedangkan tidak ada kompilasi dan kodifikasi tentang
hak suami istri dalam kepemilikan harta perkawinan.25 Oleh karena itu, dalam konteks
bawaan, hadiah atau warisan, tetap berada hukum dalam negara modern, perceraian
di bawah pengawasan masing-masing bisa saja diajukan oleh isteri tanpa harus ada
penerima sepanjang pihak tidak menentukan kewajiban membayar tebusan.
lain, masing-masing mempunyai hak untuk Lebih dari itu, perceraian yang
melakukan tindakan hukum.23 terjadi di antara pasangan suami isteri juga
Bentuk kesejajaran yang merupakan berpengaruh terhadap hak dan kewajiban
terobosan hukum, sebagaimana dalam pasangan tersebut pasca perceraian. Tidak
masalah harta bersama Pasal 35 ayat (1) dan ada ketentuan fikih secara pasti mengenai
(2), pasal 36 ayat (1 dan 2) menurut Rifyal waktu berakhirnya kewajiban orang tua
karena hukum diyāni Islam yang berlaku di dalam memelihara anak-anaknya, namun
masyarakat sebelumnya mendiamkan soal bergantung kepada kemandirian anak
harta bersama, sehingga terkesan istri tidak dan telah mampu memenuhi kebutuhan
mempunyai bagian dari harta yang diperoleh primernya secara mandiri. Pengaturan
selama perkawinan.24 Di sinilah letak campur undang-undang dalam memelihara anak
tangan negara mengaturnya. sampai anak mandiri bahkan sampai menikah
Persoalan harta bersama ini sudah lama adalah terobosan hukum dalam memelihara
dipraktekkan oleh masyarakat di Indonesia kemaṣlaḥatan anak. Pemikiran Rifyal ini,
dengan nama yang berbeda-beda dan tidak bukan sekedar menguatkan apa yang tertulis
ada sanksi bagi yang melanggarnya. Namun dalam undang-undang saja, lebih dari Rifyal
apabila diikuti alur pemikiran Rifyal, maka telah membantu para pencari keadilan dan
tergambar Rifyal dalam hal ini menguatkan penegak keadilan dalam memahami substansi
rasa keadilan kepada perempuan dan (maksud dan tujuan) dari aturan dalam
menempatkan hukum sebagai keseluruhan undang-undang tersebut.
persoalan kemanusiaan. Sebab sekali pun Beberapa isu seputar perkawinan
isteri tidak bekerja tetapi usahanya dalam (hukum keluarga) yang lain yang
menjaga kemaṣlaḥatan keluarga selama mendapatkan perhatian dari Rifyal Ka’bah
suaminya tidak di rumah dinilai sebagai adalah persoalan tentang pemberian mut’ah
usaha yang sama dengan suami. Oleh sebab (nafkah ‘iddah) dan nusyuz (pembangkangan
itu, untuk melindungi hak perempuan dalam isteri terhadap suami). Pembahasan tentang
memperoleh bagiannya, perlu campur tangan kedua persoalan ini dapat ditemukan dalam
pemerintah yang pelaksanaannya oleh salinan Putusan MA Nomor: 137 K/AG/2007,
putusan pengadilan. tanggal putusan 06 Februari 2008, masalah
Rifyal Ka’bah juga memberikan Nafkah Iddah.26 Rifyal Ka’bah merupakan
perhatian terhadap persoalan perceraian dan bagian dari Sidang Mahkamah yang memutus
pemeliharaan anak pasca cerai. Menurutnya, perkara itu.27
intervensi negara terhadap hak menuntut Menurut Rifyal, seorang istri yang
untuk bercerai yang diberikan kepada istri menggugat cerai suaminya tidak selalu
merupakan terobosan hukum perkawinan di dihukumkan nusyuz. Meskipun gugatan
Indonesia. Dalam tradisi fiqh, hak cerai dalam perceraian diajukan oleh istri tetapi di

22
Ibid.
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid.
26
Salinan Putusan MA RI nomor 137K/AG/2005.
27
Yasardin (mantan Asisten Hakim Agung Rifyal Ka’bah yang sekarang telah jadi Hakim Agung di Mahkamah
Agung RI), interview (7 Jan 2019).

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 149


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

persidangan tidak terbukti istri telah berbuat permohonan talak dimana suami yang
nusyuz, maka secara eks officio suami dapat mengajukan talak terhadap istri. Sebaliknya
dihukum untuk memberikan nafkah iddah dalam perkara gugatan cerai yang diajukan
kepada bekas istrinya, dengan alasan bekas istri kepada suami, mut’ah dan iddah tidak
istri harus menjalani masa iddah, yang berlaku.
tujuannya antara lain istibra’ (masa menunggu Pada kasus ini jelas sekali bahwa Rifyal
bagi seorang wanita) dan juga menyangkut Ka’bah dan Hakim Agung lainnya yang
kepentingan suami. Hak cerai tidak dipegang memuts perkara tersebut telah membuat
oleh suami saja, istripun dapat menggugat terobosan hukum baru dan memberikan hak
suami untuk meminta cerai apabila ada yang sama antara laki-laki dan perempuan
hal-hal yang menurut keyakinannya rumah dalam hak cerai. Adapun nusyuz atau tidaknya
tangga yang dibina tidak mungkin diteruskan. seorang istri yang menggugat cerai, harus
Hal ini adalah hal baru dalam masyarakat digali dari fakta-fakta yang melatarbelakangi
Indonesia, yang mana sebelumnya hak cerai si istri menggugat suaminya bercerai. Apabila
sepenuhnya berada di tangan suami yang faktanya terpenuhi syarat seorang suami
pelaksanaannya dapat dilakukan secara dapat disebut melakukan nusyuz terhadap
semaunya. Pelaksanaan yang seperti ini istrinya, seperti tidak dapat menjalankan
sangat memperhatikan pihak istri, biasanya kewajibannya sebagai seorang suami dan
pihak suami setelah menceraikan isterinya istri dalam hal ini tidak mendapatkan haknya
sama sekali tidak memerhatikan hak-hak sebagai seorang istri, maka hakim wajib
isteri dan anak-anaknya.28 memberi keputusan yang berkeadilan.
Menurut Rifyal Ka’bah bahwa: Poligami menjadi isu hukum keluarga
“Peradilan Islam bertugas menegakkan lain yang menarik perhatian Rifyal Ka’bah.
keadilan dan hukum Allah SWT dalam Menurut Rifyal Ka’bah, asas perkawinan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.”29 sebenarnya dalam Islam adalah monogami
Rifyal Ka’bah dalam pendapat hukumnya (suami memiliki satu orang isteri) dan
lebih berhati-hati dan sangat berpegang beristri lebih dari satu merupakan kaedah
kepada norma-norma hukum yang normatif, pengecualian. Beristri lebih dari satu
argumentasinya kuat, dan sangat teliti berhubungan dengan peningkatan anak
dalam menulis dan memilih literatur, sikap yatim dan janda setelah Perang Uhud.
hukumnya sangat konsisten serta tidak Hal ini dikuatirkan akan menjadi beban
akan mau menerima pendapat yang sumber masyarakat. Jalan keluar yang ditempuh
literaturnya sangat lemah.30 Dalam hal ini adalah menyantuni mereka dengan berbagai
berbeda dengan Bagir Manan yang lebih bantuan, mengawini mereka secara sah
moderat dan banyak berpegang pada logika sehingga berada di bawah perlindungan
hukum.31 lansung keluarga yang kebanyakan sudah
Terhadap perkara mut’ah dan nafkah mempunyai isteri. Artinya Q.S. an-Niṣā :4
iddah, Rifyal Ka’bah berpendirian bahwa istri 3 memuat pengecualian yang tergantung pada
tetap mendapatkan haknya, walaupun istri kondisi masyarakat pada masa itu.
berposisi sebagai penggugat cerai suaminya Rifyal Ka’bah menguatkan pendapatnya
ke Pengadilan. Nafkah iddah dan mut’ah dengan alasan pertama, suami berperan
hanya berlaku pada perceraian suami-istri sebagai muhrim; kedua, perempuan yang
pemeluk agama Islam yang diproses di hidup sendirian tanpa suami terancam
Pengadilan Agama yaitu berlaku bagi perkara fitnah sewaktu-waktu, ketiga, perempuan itu

28
Abdul Manan (ed.), Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia (Kencana Prenadamedia Group, 2008).
29
Kaʼbah, Peradilan Islam Kontemporer.
30
Hasbi Hasan, interview (30 Jun 2019).
31
Nafkah mut’ah adalah pemberian dari bekas suami kepada istrinya yang dijatuhi talak berupa uang atau benda
lainnya yang besarnya disesuaikan dengan kepatutan dan kemampuan suami. Nafkah iddah adalah nafkah
yang wajib diberikan kepada istri yang ditalak dan nafkah ini berlangsung selama 3-12 bulan tergantung
kondisi haid istri yang ditalak. Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Depag RI,
1991), hlm. 153-162.

150 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H


Desi Asmaret, Alaiddin Koto & Afrizal

cenderung lemah bila dekat dengan lawan maka di Indonesia pengaturan poligami
jenisnya sehingga dikuatirkan akan terjadi sebenarnya sudah sangat baik karena adanya
perbuatan maksiat. Tiga hal tersebut minimal ketentuan yang mengatur bahwa untuk
dapat dicegah dengan cara perempuan poligami seorang suami tidak hanya harus
bersuami. Namun pernyataan tersebut mengantongi izin pengadilan tapi juga dari
tentu membutuhkan data yang dikeluarkan istri pertama atau istri-istri yang lain. Artinya
oleh lembaga berwenang seperti sensus peraturan hukum keluarga di Indonesia
penduduk, penelitian sosial, pengadilan sangat menghargai istri sebagai pasangan
dan dokumen resmi kepolisian. Kondisi hidup suami. Pengaturan seperti ini harus ada
nyata suatu masyarakat harus dikeluarkan izin dari isteri atau isteri-isterinya. Dalam hal
oleh lembaga yang berhak dan berwenang ini Undang-Undang Perkawinan Indonesia
menentukan kondisi tersebut, dimana pada menganut azas pengecualian, sebagaimana
masa sekarang lembaga tersebut diwakili kaedah ilmu hukum bahwa dalam setiap
oleh pemerintah, DPR dan peradilan. Artinya kaedah umum terdapat pengecualian.
pengecualian poligami harus ditetapkan Atau kaedah ushuliyah, ‫العموم اليتسورفاالحكام‬
berdasarkan Undang-Undang dan ditetapkan (keumuman itu tidak dapat menggambarkan
oleh pengadilan.32 suatu hukum).36
Beristeri atau bersuami adalah pilihan Pengaturan seperti di Indonesia ini
pribadi yang tidak dapat dipaksakan oleh hanya dapat ditemukan di Iran. Dalam pasal
orang lain. Pilihan ini adalah hak asasi 16 Family Protection Act of 1967, disebutkan,
manusia, namun kebebasan pribadi tidak “Seorang suami tidak berhak menikah
boleh melangkahi kebebasan pribadi orang lagi dengan wanita lain (poligami) kecuali
lain. Justeru itu menurut Rifyal, untuk menilai ada izin dari isteri pertama.”37 Akan tetapi
kelayakan seseorang berpoligami adalah hak apabila dibandingkan dengan negara yang
pemerintah melalui undang-undang yang melarang berpoligami secra mutlak seperti
diputuskan oleh hakim.33 Syarat adil bagi Turki, Libanon dan Tunisia, terlihat ketentuan
suami yang hendak berpoligami yang diatur Hukum Keluarga Indonesia tentang poligami
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 masih kurang kuat. Agar lebih kuat, harus ada
dan PP Nomor 9 tahun 1975 menjadi bukti sanksi yang dibuat oleh negara dan ditetapkan
bahwa undang-undang sangat melindungi oleh pengadilan bagi suami yang berpoligami
individu istri pertama dan istri-istri lainnya berdasarkan pertimbangan kemaṣlaḥatan atau
agar semua pihak mendapatkan keadilan.34 kemuḍaratan yang ditimbulkan terhadap
Di dunia Islam pada umumnya, isteri dan keluarga.38
kecenderungannya sama, yaitu membatasi
terjadinya poligami, pembatasan itu bervariasi C. Wasiat Wajibah kepada Istri Non
bentuknya dan caranya, di antaranya: 1) Muslim
Poligami dilarang secara mutlak. 2) Dikenakan Selain beberapa persoalan perkawinan
aturan bagi yang melanggar aturan tentang seperti nafkah, nusyuz, poligami, dan hak
poligami 3) Poligami harus ada izin dari pasangan pasca perceraian seperti yang telah
pengadilan, 4). Poligami dapat menjadi dijelaskan di atas, pendapat Rifyal Ka’bah
alasan cerai 5). Boleh poligami secara mutlak.35 tentang wasiat wajibah untuk pasangan beda
Apabila dibandingkan dari negara-negara agama menarik untuk dicermati. Menurut
muslim yang membolehkan berpoligami, Yasardin, terdapat putusan Mahkamah

32
Ibid.
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Iskandar Ritonga, ‘Amandemen Kompilasi Hukum Islam’, presented at the Diskusi Amandemen Kompilasi
Hukum Islam: Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi dengan Pimpinan Wilayah
‘Aisyiyah Sumatera Barat (17 Feb 2005).
36
Usman Mukhlis, Kaidah-kaidah Uṣuliyah dan Fiqiyah, 1st edition (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 34.
37
Ibid., hlm. 14
38
Ritonga, ‘Amandemen Kompilasi Hukum Islam’, hlm. 13.

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 151


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

Agung yang penting dan Rifyal Ka’bah dan maju.”41 Hal ini dipengaruhi oleh latar
menjadi bagian dari Sidang Mahkmah belakang pendidikan beliau dari kecil, dididik
tersebut, yaitu perkara dengan nomor dalam keluarga Masyumi yang kuat dalam
register: 16K/AG/2010, tanggal putusan memegang syariat Islam, pendidikan Arab
30 April 2010 tentang warisan bagi istri dan Barat yang seimbang beliau dapatkan,
non muslim dalam bentuk wasiat wajibah. dan bacaan-bacaan beliau yang sangat
Putusan ini menyatakan bahwa istri non berkualitas, serta penguasaan bahasanya
muslim dan ditinggal mati oleh suami yang yang baik (Inggris, Arab dan Perancis).
beragama Islam tidak termasuk ahli waris, Selain itu, sebagai seorang penerus Masyumi
tetapi ia berhak mendapat wasiat wajibah yang menjabat sebagai wakil ketua Partai
dari harta warisan suaminya sebanyak porsi Bulan Bintang, Rifyal Kabah tidak mudah
warisan isteri.39 mengikuti pendapat orang lain jika tidak
Yasardin menginformasikan bahwa, bersandar pada referensi yang berkualitas.42
pada waktu musyawarah Majelis Hakim atau Namun di sisi lain, Rifyal lebih mementingkan
sidang Mahkamah, sebelum memutuskan kemashlahatan dari pada menimbulkan
perkara waris non muslim ini sebenarnya perpecahan yang merupakan masfsadah yang
ada dua pendapat yang berkembang, pertama: paling besar.
berpegang pada normatif hukum Islam Hukum wasiat wajibah dianggap
bahwa Rasulullah SAW melarang orang memberikan kemaṣlaḥatan karena relevan
yang tidak seakidah untuk saling mewaris dan sesuai dengan kondisi keIndonesiaan,
dan berpegang pada KHI. Kedua: berpegang dimana Indonesia terdiri dari berbagai suku
kepada fakta persidangan bahwa Evie Lany bangsa, adat dan budaya. Sistem kewarisan
Monsita adalah istri yang telah mengabdi Islam adalah kekerabatan dan kekerabatan
selama 18 tahun pada pewaris yang berhak lebih utama dari perbedaan agama sebagai
mendapatkan keadilan. 40 Hakim Agung penghalang mewarisi, sebab bila ahli waris
Rifyal Ka’bah pada awalnya berpegang pada muslim dan pewaris non muslim, ahli waris
pendapat pertama bahwa sesuatu yang sudah muslim dapat menuntut haknya, tentu begitu
jelas dan pasti (qath’i) dalam Al-Qur’an dan pula seharusnya bila yang terjadi sebaliknya.
Hadits tidak diperlukan lagi adanya ijtihad. Kemaslaḥatan menjadi tujuan utama
Akan tetapi pada akhirnya Rifyal Ka’bah hukum Islam. Kemaṣlaḥatan adalah ungkapan
mengikuti pendapat kedua yang akhirnya yang menggambarkan upaya menarik
menjadi putusan Mahkamah Agung No 16 manfaat atau meng hindari mudharat. Dalam
K/Ag/2010. Pendpat yang tertuang dalam istilah ahli syariat berarti memelihara tujuan
putusan MA ini berpegang pada fakta hukum syariat, dengan jalan menolak mafsadat dari
judex facti. makhluk. Atau kemashlahatan adalah manfaat
Yasardin menilai Rifyal Ka’bah seorang yang menjadi tujuan syariat untuk hamba-
hakim yang tegas dan konsisten dalam hambaNya, termasuk memelihara agama,
beragama sebagaimana ungkapannya, “Satu jiwa, keturunan, akal, dan harta mereka,
sisi Rifyal Ka’bah terhadap masalah yang maka kemashlahat an mencakup tingkatan-
sudah ditentukan secara tegas oleh Allah SWT tingkatan daruriyat, hajjat, dan tahsiniyat. 43
dalam al-Qur’an sangat konsisten, namun Maṣlaḥat memiliki batasan tertentu, yaitu
di sisi penegakan syariat Islam yang qadha’i harus berada dalam ruang lingkup tujuan
ke dalam konstitusi beliau sangat moderat syara’ dan suatu kemashlahatan tidak boleh

39
Salinan Putusan MA RI nomor 16K/AG/2010.
40
Yasardin, interview (7 Jan 2019).
41
Ibid.
42
Hasan, interview (30 Jun 2019).
43
Wahbah az-Zuhaili, Nadhariyah Ad-Dharurah, as-Syariah, Muqarranah ma’a al-Qanun al-Wadh’i, terj. Said Agil
Husain Al-Munawar, and M. Hadri Hasan, 1st edition (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997).

152 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H


Desi Asmaret, Alaiddin Koto & Afrizal

bertentangan dengan nash tertentu.44 keutuhan keluarga dan mengakomodir


Putusan wasiat wajibah memang realitas sosial di masyarakat Indonesia untuk
tidak murni bukan berasal dari pemikiran memenuhi rasa keadilan.46
Rifyal Ka’bah, namun ia tidak menolak Putusan wasiat wajibah bagi ahli waris
keputusan tersebut. Dalam hal ini, peneliti non muslim ini, dianggap oleh sebagian
menganganggap sebagai mutatis mutandis kalangan sebagai ijtihad hakim atau penemuan
(otomatis) Rifyal Ka’bah telah menyetujui hukum oleh hakim dengan menggunakan
putusan itu, karena nyatanya ia tidak metode yuridis sosiologis, merujuk pada
menyatakan keberatan/ketidak setujuan pandangan Hazairin yang mengambil
terhadap putusan tersebut dalam dissenting pendapat Ibn Hazm bahwa Islam adalah
opinion. Di sini jelas sekali bahwa Rifyal rahmatan lil ‘alamin yang menjunjung tinggi
Ka’bah justeru mengutamakan kemaṣlaḥatan asas keadilan berimbang, asas kepastian
dari pada mempertahankan pendapat pribadi. hukum, asas individual dan asas bilateral.47
Menurutnya, dengan dasar dan prinsip Menurut peneliti, putusan hakim
kemaṣlaḥatan, jiwa isteri yang hidup sebatang agung tentang wasiat wajibah istri non muslim
kara lebih utama untuk diselamatkan. Di otomatis menegaskan kepada para hakim di
samping itu, dilihat dari pertimbangan daerah bahwa hakim tidak hanya bertugas
mahkamah yang ada dalam putusan menerapkan huruf-huruf peraturan saja,
tersebut, secara eksplisit dinyatakan bahwa tetapi juga harus mampu menemukan
merujuk pada kasus yang menjadi perhatian makna hukum yang sebenarnya dari sebuah
langsung munculnya putusan MA tersebut, peraturan. Justeru itu penggunaan logika
secara spesifik dijelaskan bahwa putusan peraturan harus dibarengi dengan logika
pemberian wasiat wajibah terhadap isteri sosial dan hati nurani. Pesan itu tersirat dalam
non muslim, Evie Lany Monsita, bertujuan kaidah hukum yang telah dirumuskan dalam
untuk menyelamatan sang istri yang putusan Nomor 16/K/AG/2010 bahwa, istri
sudah mendampingi dan merawat suami yang beragama non muslim dan ditinggal
(almarhum)nya selama + 18 tahun, masa mati oleh suami yang beragama Islam
yang cukup lama dalam sebuah perkawinan. tidak termasuk ahli waris, tetapi ia berhak
Wasiat wajibah merupakan bentuk kompromi mendapat wasiat wajibah dari harta warisan
realistis bagi ahli waris yang berbeda agama suaminya sebanyak porsi warisan isteri.
dengan pewarisnya dengan pertimbangan Dalam hal ini perbedaan agama tetap menjadi
kemashlahatan. Pemberian wasiat wajibah penghalang untuk saling mewarisi.
kepada ahli waris non muslim merupakan Atas dasar itu, wasiat wajibah
hasil ijtihad hakim.45 Ijtihad hakim menjaga bukan berdasar kepada hukum positif

44
At-Ṭūfi malah lebih luas dalam memakai konsep al-maṣlaḥah ini, yakni mendahulukan al-maṣlaḥah atas dalil nash
dan ijmā’. Dengan cara bukan dengan mengabaikan keduanya, melainkan melalui cara takhsis dan bayan.
Takhsis menurut at-Thufi adalah penjelasan tentang apa yang dimaksud oleh suatu lafaż, atau penjelasan
bahwa sebagian dari tunjukan suatu lafadz tidak dimaksudkan hukumnya, sedangkan bayan dijelaskannya
bahwa at-takhsis sekaligus berfungsi sebagai bayan. Lihat Abd. Rahman, Konsep al-Mashlahah Menurut Najm
al-Din al Tufi, Disertasi Doktor, Padang: IAIN Syarif Hidayatullah, 1998, hlm. 273-291. Al-maṣlaḥah yang
dimaksud at- At-Ṭūfi adalah sejalan dengan maksud syara Ibid., hlm. 177-179. At-Ṭūfi juga menegaskan bahwa
dalil yang terkuat dalam bidang ibadah adalah nash dan ijmā’, (al-maṣlaḥah yang merupakan hak Allah SWT)
sedangkan dalam bidang mu’amalah adalah al-maṣlaḥah (al-mashlahah yang merupakan hak manusia). Abd.
Rahman, ‘Konsep al-Mashlahah Menurut Najm al-Din al Tufi’, Disertasi (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah),
hlm. 170-291.
45
Lapangan ijtihad adalah masalah-masalah dalam bidang fikih yang dalilnya masih spekulatif (dzanni) atau
masalah-masalah yang hukumnya didiamkan oleh nash secara keseluruhan. Adapun masalah-masalah yang
telah diketahui hukumnya berdasarkan ketetapan nash qath’i serta dalil yang qath’i, maka tidak berlaku
lapangan ijtihad. Akan tetapi masalah tersebut harus diterima dengan penuh penyerahan diri kepada hukum
Allah dan Rasul Nya. Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1996),
hlm. 669-675.
46
Muhammad Rinaldi Arif, ‘Pemberian Wasiat Wajibah terhadap Ahli Waris Beda Agama’, DE LEGA LATA:
Jurnal Ilmu Hukum, vol. 2, no. 2 (2017), hlm. 351.
47
Ibid, hlm. 352.

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 153


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

yang normatif. Artinya di sini telah terjadi berkeadilan hukum, karena semua sudah
kekosongan hukum yang mendorong majelis tersistem dalam Islam.
hakim untuk melakukan terobosan hukum Pembaruan hukum Islam yang
dengan merekonstruksi dan mentransformasi dikembangkan Rifyal Ka’bah adalah
makna wasiat wajibah, yakni menggali, pembaruan hukum Islam yang menjadikan
mengikuti, dan memahami nilai-nilai yang Tauhid sebagai dasar metodologis ijtihadnya,
hidup di masyarakat untuk mendatangkan dengan tiga prinsip metodologis yaitu:
kemashlahatan bagi istri yang sudah 18 pertama, Menolak segala sesuatu yang tidak
tahun mendampingi suaminya, walaupun ia berhubungan dengan kenyataan. Kedua,
sebenarnya non muslim. Perbedaan agama Meniadakan kontradiksi-kontradiksi besar
tidak menjadi halangan untuk berbuat karena menurutnya wahyu dan akal tidak
kebaikan bagi sesama manusia. Penggalian mungkin bertentangan, ketiga, terbuka
hukum secara filosofis ditujukan kepada terhadap bukti baru dan/atau berbeda.50
nilai-nilai hukum yang terpendam dan
belum menjadi hukum positif. Putusan D. Akal dan Wahyu dalam Metode
ini sesuai dengan amanat Pasal 5 ayat (1) Hukum Rifyal Ka’bah
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 yaitu, Rifyal Ka’bah menjadikan tauhid
menggali, mengikuti, dan memahami nilai- sebagai dasar pengembangan tiga prinsip
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup metodologisnya yaitu: Pertama, menolak segala
dalam masyarakat. Wasiat wajibah dalam sesuatu yang tidak berhubungan dengan
kasus yang diajukan dalam sidang kasasi kenyataan. Kedua, meniadakan kontradiksi-
telah diyakini memberi rasa keadilan kepada kontradiksi besar karena menurutnya wahyu
istri non muslim.48 dan akal tidak mungkin bertentangan. Ketiga,
Oleh sebab itu, seorang hakim dituntut terbuka terhadap bukti baru dan/atau
menggunakan ra’yunya atau ijtihad agar lebih berbeda.51 Dari ketiga prinsip ini, menarik
jernih melihat permasalahan dan memberikan untuk menyimak lebih lanjut prinsip tentang
keputusan yang adil bagi semua pihak. sinergi antara wahyu dan akal. Rifyal Ka’bah
Pada kedua kasus tersebut, Rifyal Ka’bah menempatkan ar-ra’yu sebagai sumber hukum
sangat konsisten dalam memperhatikan Islam keempat setelah Al-Qur’an, Hadis,
kemashlahatan perempuan dan keluarga. dan ijmā’.52 Penggunaan ar-ra’yu oleh Rifyal
Perhatian Rifyal pada kemashlahatan Ka’bah tergambar dari terobosan-terobosan
perempuan dan keluarga tercermin dari rasa hukumnya yang progresif. Seperti pemikiran
bangga yang terpancar dari wajah istrinya Rifyal dalam bidang hukum keluarga yang
dalam menceritakan perjalanan hidup rumah sebagiannya mungkin nampak sebagai
tangga mereka.49 penguatan terhadap apa yang sudah ditulis
Konsistensi Rifyal tercermin pula pada oleh undang-undang dan Kompilasi Hukum
saat ia menilai hukum sebagai hal yang Islam. Akan tetapi sebenarnya Rifyal Ka’bah
esensial dalam Islam. Hukum berfungsi memiliki pemikiran yang sangat transformatif.
mengendalikan sikap hidup umatnya karena Karena apa yang ditulis oleh undang-undang
apabila seseorang telah masuk Islam, maka dan Kompilasi Hukum Islam tidak serta merta
otomatis ia telah mengakui hukum Islam dan bisa dijalankan berkaitan dengan kasus-kasus
ia diminta untuk melaksanakannya dalam dan masalah hukum yang selalu berkembang
kehidupan pribadi dan masyarakatnya. di tengah-tengah masyarakat. Di sinilah
Justeru itu Rifyal Ka’bah berpandangan bahwa, menurut Rifyal Ka’bah pentingnya kekuasaan
syariat Islam itu bertujuan mewujudkan Negara agar pelaksanaan setiap syari’at yang
keadilan antara laki-laki dan perempuan atau qaḍā›i lebih efektif melalui putusan hakim
48
http://badilag.mahkamahagung.go.id., Rekonstruksi, hlm. 31
49
Hasil observasi, kesan yang peneliti tangkap pada setiap kali melakukan wawancara dengan istri Rifyal
Ka’bah yaitu Hamidah Ya’coeb.
50
Kaʼbah, Penegakan syari’at Islam di Indonesia, hlm. 169.
51
Ibid.
52
Kaʼbah, Hukum Islam di Indonesia, hlm. 39-40.

154 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H


Desi Asmaret, Alaiddin Koto & Afrizal

yang progresif. untuk memberi nafkah iddah pada isteri dan


Prinsip ini pun tergambar dalam nafkah kepada anaknya. Pemberian nafkah
pengambilan keputusan tentang “wasiat iddah itu pada hakikatnya kembali kepada
wajibah” untuk isteri non muslim, di mana suami, karena istibra’nya isteri adalah untuk
beliau “pada awalnya” belum sepaham dengan ketenangan diri suami juga.
Hakim Agung yang lain,53 Akan tetapi, dalam Berdasarkan fakta yang terjadi dalam
kasus ini, Rifyal tidak mengajukan dissenting kasus ini, nusyūz dilakukan oleh suami.
opinion,54Maka mutatis mutandis (otomatis) Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S.
Keputusan Mahkamah Agung disetujui Rifyal al-Baqarah [2]: 228, “Para suami mempunyai
Ka’bah dengan melihat kemaṣlaḥatan yang derajat di atas para istri”, ayat ini lebih mengacu
ingin dicapai dalam persoalan kewarisan kepada pembagian tugas dalam keluarga,
yang berhadapan dengan kemuḍaratan yang bukan menjelaskan kelebihan yang satu
lebih besar kepada isteri non muslim, karena dengan yang lain. Dengan kata lain, penegasan
ia akan tinggal hidup sebatang kara tanpa bahwa suami mempunyai kelebihan derajat di
ada penghasilan. Maka dalam hal ini, hakim atas istri adalah karena beban dan tanggung
kemudian mencari hukum lain sehingga jawabnya yang ditugasi menjadi pemimpin
kemafsadatan tidak jadi muncul, yakni dengan rumah tangga (kepala keluarga).
memberikan wasiat wajibah. Nusyūz dalam hukum perkawinan
Cara yang paling tepat menurut Rifyal dapat dipahami sebagai suatu perbuatan yang
dalam menyelesaikan perkara yang plural ini keluar dari ketaatan atau tidak melaksanakan
adalah dengan metode tarjih atau mengambil kewajiban masing-masing (suami/istri), yakni
pendapat hukum terkuat dan memenuhi perbuatan istri yang keluar dari menaati suami
kebutuhan dari berbagai pendapat hukum serta meninggalkan kewajibannnya, ataupun
yang sudah ada, karena dianggap relevan sebaliknya suami melalaikan kewajibannya
untuk pengembangan hukum Islam. Peneliti terhadap istri. Persoalan nusyūz, bukan
melihat, sikap seperti inilah yang tercermin soal kepatuhan saja, tetapi harus dipahami
dari Rifyal Ka’bah (dengan tidak mengajukan secara menyeluruh, misalnya bagaimana
dissenting opinion) ketika ikut memutuskan perlakuan suami terhadap istrinya, apakah
masalah warisan istri non muslim, dengan hak-hak istri sudah terpenuhi oleh suami atau
diberi wasiat wajibah sesuai porsi sebagai ahli belum. Prinsip mu’āsyarah bi al-ma’ruf artinya
waris.55 masing-masing harus menggauli secara baik,
Terhadap perkara mut’ah dan nafkah tidak terkecuali dalam menyikapi salah satu
iddah,56 Rifyal Ka’bah berpendirian bahwa pasangan yang sedang nusyūz.57
istri tetap mendapatkan haknya, walaupun Cerai gugat oleh istri biasanya
istri berposisi sebagai penggugat cerai merupakan sebuah proses panjang dan
suaminya ke Pengadilan. Bahwa apabila pada rumit yang terjadi karena ketidakstabilan
kasus cerai talak, isteri diberi nafkah iddah dalam rumah tangga, baik berupa kekerasan
dan mut’ah, bagaimana dengan kasus cerai fisik, kekerasan psikologis, kekerasan
gugat? Apabila fakta persidangan terbukti ekonomi, rasa aman, kesehatan, pendidikan
suami telah melalaikan kewajiban (nusyūz) dan keharmonisan dalam pergaulan serta
maka isteri hanya dijatuhkan talak I (satu) kebutuhan non ekonomi lainya, itulah yang
ba’in sugra dan kepada suami dibebankan menyebabkan istri mengambil keputusan
53
Karena persoalan harta warisan sudah jelas dan qaṭ’i hukumnya dalam al-Qur’an dan Sunnah. Hasil
wawancara dengan Yasardin, Ibid
54
Adalah pendapat hakim mahkamah yang berbeda dari mayoritas hakim dalam sebuah sidang pengadilan dan
dicantumkan dalam amar putusan, serta tidak menjadi bagian dari keputusan hakim, www.id.m.wikipedia.
org, diakses Selasa, 28/1/2020.
55
Kaʼbah, Penegakan syari’at Islam di Indonesia, hlm. 134.
56
Nafkah mut’ah adalah pemberian dari bekas suami kepada istrinya yang dijatuhi talak berupa uang atau benda
lainnya yang besarnya disesuaikan dengan kepatutan dan kemampuan suami. Nafkah iddah adalah nafkah
yang wajib diberikan kepada istri yang ditalak dan nafkah ini berlangsung selama 3-12 bulan tergantung
kondisi haid istri yang ditalak. Departemen Agama RI, Kompilasi, Pasal 153-162.
57
Ibid.

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 155


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

untuk berpisah.58 semua ketentuan hukum Islam pada dirinya.


Oleh sebab itu, seorang hakim dituntut Dalam filsafat hukum Islam, teori ini dikenal
menggunakan ra’yunya atau ijtihad agar lebih dengan teori Kredo atau teori otoritas Tuhan.60
jernih melihat permasalahan dan memberikan Maka ‘urf yang dimaksud adalah
keputusan yang adil bagi semua pihak. kebiasaan yang jiwa merasa tenang
Pada kedua kasus tersebut, Rifyal Ka’bah melakukannya karena sejalan dengan akal
sangat konsisten dalam memperhatikan sehat dan diterima oleh tabi’at manusia.
kemashlahatan perempuan dan keluarga. Hal ini terlihat jelas dari pemikiran Rifyal
Perhatian Rifyal pada kemaṣlaḥatan memahami permasalahan perempuan dalam
perempuan dan keluarga tercermin dari rasa persoalan hukum keluarga yang lebih
bangga yang terpancar dari wajah istrinya banyak mengakomodir kebiasaan masyarakat
dalam menceritakan perjalanan hidup Indonesia yang sudah lama dipraktekkan
rumah tangga mereka.59 Konsistensi Rifyal sekaligus menguatkan rasa keadilan
tercermin pula pada saat ia menilai hukum masyarakat kepada perempuan melalui
sebagai hal yang esensial dalam Islam. putusan pengadilan,61 ‫( العاده المحكمه‬Adat bisa
Hukum berfungsi mengendalikan sikap menjadi pijakan hukum). Dengan demikian,
hidup umat-Nya. Justeru itu Rifyal Ka’bah menurut Rifyal, budaya hukum di Indonesia
berpandangan bahwa, syari’at Islam itu dapat dilihat dari adat istiadat dan ajaran
bertujuan mewujudkan keadilan antara laki- agama. Keduanya merupakan cita-cita hukum
laki dan perempuan atau berkeadilan hukum. (reschtside) bangsa Indonesia yang menjadi
Sementara itu, apresiasi Rifyal Ka’bah norma hukum abstrak. Sedangkan norma
terhadap realitas empiris sebagai dasar hukum konkritnya adalah aturan kehidupan
pertimbangan penetapan hukum Islam dapat bersama berupa pasal-pasal yang berasal dari
dilihat dari pendapatnya tentang ‘urf (adat/ para legislator negara untuk mewujudkan
tradisi). Ia menempatkan ‘urf sebagai sumber keadilan sosial dan perikemanusiaan.62
hukum kelima setelah al-Qur’an, Hadis, ijmā’
dan ra’yu. ‘Urf yang dimaksud Rifyal adalah E. Rifyal Ka’bah dan Transformasi
adat dalam pemahaman perbendaharaan Pemikiran Hukum Islam di Indonesia
hukum Islam dikenal dengan istilah al-‘Urf Pemikiran Rifyal Ka’bah dalam
(hukm al-‘ādah). Adat dalam pengertian ini menetapkan hukum cenderung transformatif.
tidak menimbulkan polemik dalam hukum Transformasi syari’at Islam ini, dikembangkan
Islam, bukan hukum Adat sebagaimana yang Rifyal dengan terlebih dulu memisahkan
diperkenalkan Snouck adalah kebiasaan antara syari’at yang bersifat diyāni dan syari’at
yang mempunyai implikasi hukum (dikenal yang bersifat qaḍā›i atau kedua-duanya.
dengan teori receptie). Hukum Islam seluruhnya bersifat keagamaan
Adat yang dimaksud Rifyal Ka’bah (diyāni), tetapi dalam praktek kenegaraan ada
adalah adat islamiyah atau berdasarkan teori hukum Islam yang bersifar (1) diyāni murni
receptie a contrario yang pernah berlaku di (tergantung kepada ketaatan individual
zaman Belanda di Indonesia, bahwa hukum muslim terhadap hukum agamanya dan (2)
adat baru berlaku kalau tidak bertentangan bersifat yuridis (qaḍā’i) yang memerlukan
dengan hukum Islam bukan sebaliknya peradilan negara untuk penegakannya,
sebagaimana teori receptie Snouck. Bagi Rifyal, serta (3) yang bersifat diyani dan qaḍā’i
umat Islam wajib patuh dengan hukum Islam, namun berkaitan dengan kepentingan orang
karena sejak seseorang berikrar beragama lain, sehingga juga memerlukan ketegasan
Islam, maka pada saat itulah berlaku otomatis pemerintah untuk menegakkannya.63

58
Ibid.
59
Kesan yang peneliti tangkap pada setiap kali melakukan wawancara dengan istri Rifyal Ka’bah yaitu
Hamidah Ya’coeb.
60
Kaʼbah, Hukum Islam di Indonesia, hlm. 72-82.
61
Mukhlis Usman, Kaidah-kaidah Istinbaṭ Hukum Islam (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm. 140.
62
Kaʼbah, Hukum Islam di Indonesia, hlm. 75.
63
Rifyal Ka’bah, Hukum, Jurnal, hlm.192

156 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H


Desi Asmaret, Alaiddin Koto & Afrizal

Penerpan syariat diyāni menjadi kepada mereka, padahal tidak demikian.66


qaḍā’i lebih ditujukan oleh Rifyal Ka’bah Jadi, kalau hukum keluarga Islam mau
kepada hakim terhadap kasus-kasus tertentu menjadi hukum keluarga Nasional, maka
yang bersinggungan dengan keadilan. dia harus bertransformasi menjadi undang-
Penerapannya oleh hakim mesti adil dan undang. jika sudah menjadi hukum Negara
konsistensi serta berangsur-angsur dan tidak maka sudah tidak bisa disebut hukum Islam
revolusioner. Hal ini tergambar dalam sebuah lagi, tetapi disebut hukum Nasional.67
kutipannya tentang cara memahami hukum Pengaruh pemikiran Rifyal Ka’bah
Islam, “Hukum Islam ibarat pohon yang terhadap pembaruan hukum keluarga di
berakar dalam, berbatang besar, berdahan Indonesia di antaranya dapat dilihat dari
dan beranting banyak, berdaun rimbun dan gagasannya tentang usaha melakukan
berbuah lebat. Urat tunggang dan akarnya perubahan terhadap Kompilasi Hukum Islam
berasal dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, (KHI) menjadi Rancangan Undang-Undang
batangnya dikembangkan melalui formulasi Terapan Peradilan Agama. Di Era Reformasi
fuqaha’ sepanjang zaman, daun dan buahnya ini, pemerintah telah mempersiapkan sebuah
oleh negara, melalui produk perundang- Rancangan Undang-Undang Terapan
undangan modern dan yurisprudensi Peradilan Agama (RUU HTPA) merupakan
peradilan, Negara dapat memotong dan penyempurnaan KHI yang dituangkan
merapikan daun serta reranting kecil dan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000
benalu yang merusak pohon pohon secara tentang Program Pembangunan Nasional
umum, tetapi batang dan akarnya tidak (PROPENAS) 2000-2010. Meskipun banyak
boleh dibongkar karena tindakan itu akan yang perlu disempurnakan, namun sudah
membongkar akar dan batang hukum Islam ada upaya untuk penyempurnaan KHI dan
yang berasal dari wahyu. Dengan demikian peningkatan statusnya menjadi undang-
pembaruan hukum Islam sepanjang masa undang karena kebutuhan. Sehingga masuk
harus memperhatikan teori ini.64 secara jelas dalam hirarki perundang-
Undang-undang adalah hukum. undangan Indonesia. Sebagai sebuah
Hukum yang efektif menurut Rifyal Ka’bah perundang-undangan tidak lah tabu untuk
adalah hukum yang tumbuh dari pandangan direvisi, ‫تغير االحكام بتغير االزمنه واالمكنهواالحوال والنيات‬
hidup masyarakat dan norma-norma yang ‫( واعوائد‬Perubahan hukum itu berdasarkan
diyakini keabsahannya secara diyāni dan perubahan zaman, tempat dan keadaan, niat
qaḍā›i. 65 Hukum Islam dalam pengertian dan adat kebiasaan).
syari’at Islam adalah ketentuan-ketentuan Kontribusi Rifyal Kabah terhadap
dari Allah SWT dan Rasul-Nya menyangkut perkembangan hukum keluarga Islam di
pengaturan-pengaturan hidup individu, Indonesia yang lain adalah peranannya
keluarga, masyarakat dan negara. Kemudian dalam merumuskan aturan wasiat wajibah
dikembangkan melalui suatu cara berfikir bagi pasangan non Muslim dalam dalam
sistimatis yang disebut dengan ijtihad. Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung
Suatu ketentuan hukum jika melalui Nomor 16 k/Ag/2010 tentang warisan non
proses yang benar dan demokratis, siap atau Muslim. Putusan MA tersebut menjadikan
tidak siap harus dilaksanakan. Mungkin kepastian hukum tentang aturan terhadap
yang menjadi pangkal keberatan masyarakat pembagian waris pasangan beda agama
non muslim terhadap syari’at Islam adalah lebih terjamin. Putusan Mahkamah Agung
kekuatiran jika hukum Islam itu diterapkan ini menjadi yurisprudensi bagi Pengadilan

64
Kutipan Rifyal ini ia pahami dari pendapat Imran Ahsan Nyazee (Kuala Lumpur) dalam Rifyal Kaʼbah,
‘Hukum Islam sebagai Hukum Negara’, Innovation, vol. 9, no. 2 (2010), hlm. 194.
65
Kaʼbah, Hukum Islam di Indonesia, hlm. ix.
66
Rifyal Kaʼbah, ‘Mari Dukung Syariat Islam di Daerah’, Amanah, vol. XVI, no. 37 (2003), hlm. 15.
67
‘Profil Rifyal Ka’bah: Sosok Sederhana Pengkaji Hukum Islam’, Forum Keadilan, no. 36 (2001), hlm. 19.

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 157


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

Agama di seluruh Indonesia. Yurisprudens.68 ditujukan kepada hakim dalam memutuskan


Yurisprudensi menjadi sumber hukum perkara. Pemikirannya telah membantu para
formil di Indonesia di samping konstitusi, hakim dalam memutus perkara-perkara
undang-undang, kebiasan dan adat, traktat, yang bersifat diyāni tertentu, namun sulit
serta doktrin. Apabila bertentangan antara diputuskan karena berbenturan dengan rasa
yurisprudensi dengan undang-undang maka keadilan, maka pada saat itu hukumnya akan
undang-undang lebih diunggulkan (statute berubah menjadi syari’at qaḍā›i.
law system), namun jika hakim menilai lebih Konsep transformasi Rifyal Ka’bah
analisis komparatif dan konstruktif berdasarkan ini belum begitu efektif diterapkan pada
nilai kepatutan dan kepentingan umum, maka lembaga eksekutif dan legislatif karena
bobot yurisprudensi dapat diunggulkan dari berkaitan dengan persoalan politik Nasional.
pasal-pasal yang terdapat dalam undang- Penerapannya lebih khusus ditujukan kepada
undang dengan cara contra legem69 dalam hakim. Hakim bisa membuat terobosan-
menyelesaikan kasus-kasus. Cara lain yang terobosan hukum berdasarkan perkara-
ditempuh adalah melenturkan ketentuan perkara yang sedang dihadapkan kepadanya.
undang-undang dengan mempertahankan Di samping Rifyal sendiri adalah seorang
nilai hukum yurisprudensi dan memperlunak akademisi, beliau juga adalah seorang hakim,
ketentuan pasal undang-undang.70 karena itu penerapan teori transformasi itu
Cara-cara seperti itu sudah diterapkan lebih fokus diterapkannya pada kasus-kasus
oleh Mahkamah Agung pada masa Rifyal tertentu yang datang kepada hakim dan
Ka’bah sebagai Hakim Agung. Apabila membutuhkan penyelesaian yang adil.
putusan Mahkamah Agung tentang nafkah
iddah dan mut’ah dan warisan non muslim, F. Kesimpulan
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Pemikiran dan sikap Rifyal Ka’bah
maka fikih (syari’at Islam) tidak berlaku tentang transformasi hukum keluarga di
lagi, karena yang berlaku adalah hukum Indonesia adalah mengubah fikih munakahat
formil yang nota benenya (materi) hukumnya secara berangsur-angsur, tidak drastis dan
berasal dari hukum Islam yang bersifat qaḍā’i, revolusioner, menjadi hukum Nasional
khususnya hukum keluarga Islam. Kedua dengan cara memasukkan nilai dan substansi
Putusan Mahkamah Agung ini, mempunyai hukum Islam melalui putusan hakim yang
pengaruh lansung terhadap perkembangan penerapannya menguatkan rasa keadilan
hukum di Indonesia karena ia sudah menjadi dan konsistensi hakim. Metode penggalian
yurisprudensi dan secara tidak lansung hukum yang diterapkan Rifyal Ka’bah dalam
juga berpengaruh terhadap perkembangan mentransformasikan hukum keluarga di
beberapa aturan hukum di Indonesia. Indonesia adalah pengembangan metode
Rifyal Ka’bah juga memberikan uṣul al-fiqh dengan menempatkan ra’yu dan
kontribusi penting terhadap perubahan ‘urf sebagai sumber hukum Islam setelah
mindset para hakim tentang pemisahan al-Qur’an, Hadis, dan ijmā’. Menggunakan
syari’at diyāni dan qaḍā›i. Rifyal Ka’bah adalah metode Ijtihad jamā’i dan tarjih.
seorang akademisi sekaligus seorang hakim. Dalam konteks perkembangan hukum
Maka pemikirannya tentu lebih banyak keluarga Islam di indonesia, posisi dan

68
Syarat-syarat yurisprudensi adalah putusan tersebut sudah memiliki kekuatan hukum tetap, perkaranya belum
mempunyai aturan hukum atau aturannya belum jelas, bermuatan kebenaran dan keadilan, telah diikuti
berulang kali oleh hakim dalam perkara yang sama, melalui uji eksaminasi atau notasi dari tim yurisprudensi
hakim agung MA RI, direkomendasi sebagai yurisprudensi tetap dan disebarkan ke seluruh pengadilan di
Indonesia, Fauzan, H. M. Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Bidang Hukum Perdata, Cet. Ke-I (Jakarta:
Prenamedia Group, 2014). H.M. Fauzan, Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Bidang Hukum Perdata, 1st
edition (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), hlm. 20-21.
69
Contra Legem adalah pengesampingan peraturan perundang-undangan oleh majelis hakim berdasarkan fakta
persidangan. Umar Rojikin, ‘Penerapan Asas Contra Legem pada kasus izin poligami di Pengadilan Agama
Cianjur’, diploma (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2017), http://digilib.uinsgd.ac.id/5837/, accessed 28
Jan 2020.
70
Ibid, hlm. 40.

158 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H


Desi Asmaret, Alaiddin Koto & Afrizal

pengaruh pemikiran Rifyal Ka’bah dalam org/10.30596/dll.v2i2.1161 ].


mentransformasikan hukum keluarga di Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Hukum Islam,
Indonesia dalam khazanah pemikiran hukum Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1996.
Islam di Indonesia merupakan kelanjutan Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam
dari gagasan tentang pelaksanaan hukum di Indonesia, Jakarta: Depag RI, 1991.
keluarga Islam yang mempunyai akar sejarah Fahmi, Chairul, ‘Transformasi Filsafat dalam
yang cukup panjang. Sedangkan pengaruh Penerapan Syariat Islam (Analisis Kritis
pemikiran transformasi Rifyal Ka’bah bidang terhadap Penerapan Syariat Islam di
hukum keluarga di Indonesia dapat dilihat Aceh)’, Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum
dari gagasannya tentang perubahan status Islam, vol. 6, no. 2, 2012, hlm. 167–76
Kompilasi Hukum Islam menjadi Rancangan [https://doi.org/10.24090/mnh.v6i2.596 ].
Undang-Undang Terapan Peradilan Agama. Faizin, Muhammad, ‘Transformasi Hukum
Meskipun sampai sekarang belum terwujud, Islam’, ‘“Moh.Faizin itu ea chiko”’, Selasa,
tetapi gagasan tentang UU terapan Peradilan Mei 2012, http://mohfaizinitueachiko.
Agama menunjukkan semakin kuatnya blogspot.com/2012/05/transformasi-
peranan PA dalam sistem peradilan di hukum-islam.html, accessed 3 Jan 2017.
Indonesia. Dalam level yang lebih praktis, Fauzan, H.M., Kaidah Penemuan Hukum
pengaruh pemikiran Rifyal ka’bah dapat Yurisprudensi Bidang Hukum Perdata, 1st
dilihat dari Yurisprudensi putusan Mahkamah edition, Jakarta: Prenamedia Group, 2014.
Agung semasa Rifyal Ka’bah menjadi Hakim Fitriyani, Fitriyani and Abd Basir Laupe,
Agung. Putusan MA tentang wasiat wajibah ‘Positivisasi Hukum Islam dalam
bagi pasangan non Muslim telah menjadi Pembinaan Hukum Nasional di Indonesia’,
pedoman hakim di seluruh Indonesia dalam Al-Ulum, vol. 13, no. 2, 2013, hlm. 453–70.
menetapkan hukum permasalahan yang sama. Ghofur Anshori, Abdul, ‘Orientasi Nilai
Pada dataran metodologis, Rifyal ka’bah juga Filsafat Hukum Keluarga Refleksi Undang-
ikut berperan terhadap perubahan mindset Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
(cara pandang) hakim PA, untuk menerapkan Perkawinan’, in Membangun Hukum
teori diyāni dan qaḍā’i dalam memutuskan Indonesia, 2nd edition, Yogyakarta: Kreasi
perkara secara adil. Total Media, 2017.
‘Hakim Agung Prof Rifyal Ka’bah Wafat’,
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Peradilan Agama
Mahkamah Agung RI, https://badilag.
’Aisyah, Siti, ‘Reformasi Pemikiran Hukum mahkamahagung.go.id/seputar-ditjen-
Islam Rifyal Ka’bah’, Skripsi, Jakarta: badilag/seputar-ditjen-badilag/hakim-
UIN Syarif Hidayatullah, 2016, https:// agung-prof-rifyal-kabah-wafat-249,
id.123dok.com/document/rz3rdj8z- accessed 16 Sep 2020.
reformasi-pemikiran-hukum-islam-prof- Hardinal, ‘Pelembagaan Hukum Islam di
dr-rifyal-ka.html, accessed 1 Apr 2018. Indonesia dan Implementasinya pada
Arif, Muhammad Rinaldi, ‘Pemberian Wasiat Peradilan Agama, Kajian Pemikiran
Wajibah terhadap Ahli Waris Beda Agama’, Bustanul Arifin’, Disertasi, Riau: PPS UIN
DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum, vol. 2, Suska, 2018.
no. 2, 2017, hlm. 351-372–372 [https://doi. Hasan, Hasbi, interview, 30 Jun 2019.
Kaʼbah, Rifyal, ‘Mari Dukung Syariat Islam di Daerah’, Amanah, vol. XVI, no. 37, 2003.
----, The Jakarta Charter and the Dynamic of ----, ‘Hukum Islam sebagai Hukum Negara’,
Islamic Shariah in the History of Indonesian Innovation, vol. 9, no. 2, 2010.
Law, Jakarta: School of Law, Post Graduate ----, Penegakan syari’at Islam di Indonesia,
Studies, University of Indonesia, 2006. Jakarta: Rifyal Ka’bah Foundation, 2016.
----, Peradilan Islam Kontemporer, Jakarta: Khoiriyah, Anik, Transformasi Hukum
Universitas Yasri, 2009. Islam Menjadi Hukum Nasional, https://
----, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: www.academia.edu/23679753/
Universitas Yasri, 2010. TRANSFORMASI_HUKUM_ISLAM_

Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H 159


Transformasi Hukum Keluarga Islam di Indonesia: Telaah Pemikiran Rifyal Ka’bah

MENJADI_HUKUM_NASIONAL, Salinan Putusan MA RI nomor 16K/AG/2010.


accessed 3 Jan 2017. Sodiqin, Ali, ‘Positifikasi Hukum Islam di
Manan, Abdul (ed.), Aneka Masalah Hukum Indonesia: Prospek dan Problematikanya’,
Perdata Islam di Indonesia, Kencana Supremasi Hukum: Jurnal Kajian Ilmu Hukum,
Prenadamedia Group, 2008. vol. 1, no. 2, 2012, http://ejournal.uin-
Mukhlis, Usman, Kaidah-kaidah Uṣuliyah dan suka.ac.id/syariah/Supremasi/article/
Fiqiyah, 1st edition, Jakarta: Raja Grafindo view/1922, accessed 3 Jan 2017.
Persada. Surya, Faizal, ‘Transformasi Syariah Dalam
Pardjaman, Rahmawati, ‘Transformasi Hukum Positif Nasional’, KOMPASIANA,
Nilai-Nilai Syariah Ke Dalam Sistem 19 Aug 2013, https://www.kompasiana.
Hukum Nasional (Sebuah Pendekatan com/faizalsh/552ad5bcf17e61af47d623
Hermeneutika)’, AL-’ADALAH, vol. 11, dd/transformasi-syariah-dalam-hukum-
no. 2, 2013, hlm. 249–56 [https://doi. positif-nasional, accessed 3 Jan 2017.
org/10.24042/adalah.v11i2.272 ]. Susilo, Joko, ‘Hakim Agung Rifyal Ka`bah
‘Profil Rifyal Ka’bah: Sosok Sederhana meninggal dunia’, Antara News, 24 Sep
Pengkaji Hukum Islam’, Forum Keadilan, 2013, https://www.antaranews.com/
no. 36, 2001. berita/397115/hakim-agung-rifyal-kabah-
Rahman, Abd., ‘Konsep al-Mashlahah meninggal-dunia, accessed 1 Mar 2017.
Menurut Najm al-Din al Tufi’, Disertasi, Syukri, Muntasir, ‘Transformasi Syariat
Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah. Islam di Indonesia’, Muntasir Syukri, 1 Sep
Rifyal, Ka’bah, Sabili, vol. VII, no. 15, 2000. 2011, https://muntasirsyukri.wordpress.
Ritonga, Iskandar, ‘Amandemen Kompilasi com/2011/09/01/transformasi-syariat-
Hukum Islam’, presented at the Diskusi islam-di-indonesia/, accessed 1 Mar 2017.
Amandemen Kompilasi Hukum Islam: Usman, Mukhlis, Kaidah-kaidah Istinbaṭ Hukum
Koalisi Perempuan Indonesia untuk Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1999.
Keadilan dan Demokrasi dengan Pimpinan Ya’coeb, Hamidah, interview, 30 Sep 2018.
Wilayah ‘Aisyiyah Sumatera Barat, 17 Feb Yasardin (mantan Asisten Hakim Agung
2005. Rifyal Ka’bah yang sekarang telah jadi
Rojikin, Umar, ‘Penerapan Asas Contra Legem Hakim Agung di Mahkamah Agung RI),
pada kasus izin poligami di Pengadilan interview, 7 Jan 2019.
Agama Cianjur’, diploma, UIN Sunan az-Zuhaili, Wahbah, Said Agil Husain Al-
Gunung Djati Bandung, 2017, http:// Munawar, and M. Hadri Hasan, Nadhariyah
digilib.uinsgd.ac.id/5837/, accessed 28 Ad-Dharurah, as-Syariah, Muqarranah ma’a
Jan 2020. al-Qanun al-Wadh’i, 1st edition, Jakarta:
Salinan Putusan MA RI nomor 137K/AG/2005. Gaya Media Pratama, 1997.

160 Al-Aḥwāl, Vol. 12, No. 2, Tahun 2019 M/1440 H

You might also like