Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
“ANALISIS TINGKAT KESUKARAN SOAL”
Disusun oleh:
Asrianor
NIM. 2111110425
Gusti Muhammad Bustanil Arifin
NIM. 2111110428
Natasya Audia Safitri
NIM. 2111110422
Nurul Aysah
NIM. 2111110439
Nor Aida
NIM. 2111110445
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya serta maha suci Engkau yang telah memberi kemudahan dalam
menyusun tugas ini guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Kami
menyadari tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
tugas ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru untuk mengetahui
tingkat keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan bahan acuan oleh guru dan pihak-
pihak lainnya yang memiliki keperluan. Tes penilaian akhir semester merupakan tes
yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap
pembelajaran yang sudah berlangsung selama satu semester dan merupakan suatu
bentuk bukti konkret yang dapat dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik dan
dapat pula sebagai bahan pengambilan keputusan untuk kenaikan kelas. Maka Maka
dari itu guru harus mengetahui kaidah-kaidah penyusunan tes yang baik dan
memastikan bila butir soal yang digunakan mempunyai kualitas yang baik dan dapat
berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa, juga mampu membedakan mana
peserta didik yang pandai dan kurang pandai.
Dengan melakukan analisis pada butir-butir soal tersebut, maka dapat diketahui
masalah yang terkandung dalam butir soal seperti soal yang terlalu sukar atau terlalu
mudah, dan soal yang bisa atau tidak bisa membedakan peserta didik yang pandai dan
4
kurang pandai. Setelah dilaksanakannya analisis butir soal dengan ditinjau dari segi
tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh maka pendidik dapat
menetapkan mana soal yang akan disimpan untuk keperluan tes dan mana soal yang
perlu diperbaiki atau dibuang.
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Tingkat
kesukaran sebuah item tes dinyatakan dengan besaran indeks yang biasa disebut
dengan indeks kesukaran item. Tingkat kesukaran disimbolkan dengan huruf p, yang
merupakan rasio antara jumlah peserta tes dengan banyaknya peserta tes yang berhasil
menjawab item tersebut dengan benar (Sridadi, dkk., 2020: 31).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menganalisis tingkat kesukaran soal?
2. Apa saja teknik menganalisis tingkat kesukaran soal?
3. Apa saja kriteria tingkat kesukaran soal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menganalisis tingkat kesukaran soal.
2. Untuk mengetahui teknik menganalisis tingkat kesukaran soal.
3. Untuk mengetahui kriteria tingkat kesukaran soal.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Nurgiyantoro Analisis butir soal adalah identifikasi jawaban benar dan
salah tiap butir soal yang diujikan oleh peserta didik. Lewat kerja analisis itu akan
diketahui butir-butir soal mana saja yang banyak dijawab benar oleh peserta tes dan
sebaliknya, butir-butir mana saja juga yang banyak dijawab salah. Berdasarkan
jumlah jawaban benar dan salah oleh para peserta didik itulah kemudian dapat
dihitung indeks tingkat ksulitan tiap butir soal dan hal-hal lain yang diperlukan
(Sanusi & Aziez, 2021).
6
maka indeks kesukaran lebih tinggi. Soal dengan nilai p yang mendekati 0 adalah
soal yang sangat sulit, sedangkan soal dengan nilai p mendekati 1 adalah soal yang
sangat mudah. Indeks tingkat kesukaran yang sangat baik adalah 0,3 sampai 0,7.
7
sukar soal itu. Dengan demikian soal yang dijawab benar oleh 85% siswa,
dinyatakan mempunyai tingkat kesukaran 0,85, tentunya soal ini lebih mudah dari
soal yang mempunyai tingkat kesukaran 20 % (0,20) (Hanifah et al., 2014).
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu bagi guru dan bagi
pengujian dan pengajaran. Bagi guru, sebagai pengenalan konsep terhadap
pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar
mereka, memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai
terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran
yaitu, sebagai pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, tanda-
tanda terehadap kelebihan dan kelemahan kurikulum sekolah, memberi masukan
kepada siswa, tanda-tanda kemungkinan ada soal yang bias dan merakit tes yang
memiliki ketepatan data soal.
Selain kegunaanya dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran soal sangat penting
karena dapat mempengaruhi karakteristik distribusi skor yang mana mempengaruhi
bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarasoal, serta
berhubungan dengan reliabilitas. Yang mana menurut koefisien alfa clan KR-20,
semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitasnya. Dalam kaitannya
dengan hasil analisis item dari segi kesukarannya, tindak lanjut yang dilakukan
adalah:
1. Untuk butir-butir item hasil analisis termasuk kategori baik dalam arti derajat
kesukarannya cukup atau sedang, sebaiknya cepat dicatat dalam bank soal. Dan
dapat dikeluarkan lagi dalam tes-tes berikutnya.
2. Untuk butir-butir item yang termasuk kategori terlalu sukar, ada 3 kemungkinan
tindak lanjut yaitu, dibuang atau didrop dan tidak akan dikeluarkan lagi dalam
tes berikutnya, diteliti ulang untuk dapat diketahui penyebab banyaknya siswa
yang tidak bisa menjawab item tersebut, dan bukannya soal yang sukar itu tidak
8
ada manfaatnya. Dari soal yang sukar bisa nantinya digunakan untuk tes seleksi
yang ketat, yang mana membutuhkan orang-orang yang kompeten. Maka soal
yang sukar sangat dibutuhkan untuk meluluskan orang-orang yang
berkemampuan.
3. Untuk butir-butir item yang termasuk kategori terlalu mudah, juga ada
kemungkinan tindak lanjutnya yaitu, butir item tersebut dibuang atau didrop
dan tidak dikeluarkan lagi pada tes-tes berikutnya, diteliti dan dilacak kenapa
item soal sangat mudah sehingga semua testee dapat menjawab soal dengan
benar, sehingga adanya perbaikan yang dilakukan, seperti item butir yang
sukar, tidak semua item yang mudah tidak ada manfaatnya, item butir soal yang
mudah dapat digunakan pada tes-tes terutama tes seleksi yang sifatnya longgar,
yang mana kategori soal yang terlalu mudah hanya sebagai formalitas saja di
suatu tes.
4. Kegunaan analisis butir soal
Analisis butir soal dapat membantu Anda menjawab pertanyaan yang
diajukan di muka. Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu proses untuk
mengkaji kualitas butir- butir soal tes obyektif. Kualitas butir-butir soal yang
baik menghasilkan tes atau pengukuran hasil belajar yang baik pula. Demikian
juga sebaliknya, manakala kualitas butir-butir soal tidak baik, maka tidak akan
akurat pula tes hasil belajar siswa. Dengan kata lain, kualitas butir-butir soal
dapat membuat siswa pandai mempunyai nilai jelek dan siswa kurang pandai
mendapat nilai baik.
Tes hasil belajar juga dapat memberi informasi tentang pembelajaran
yang telah Anda lakukan. Jika misalnya, rata-rata hasil belajar siswa itu
mempunyai 40 (dengan 100 sebagai nilai sempurna), maka Anda dapat
bertanya apakah perangkat tesnya yang jelek atau pembelajarannya yang tidak
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari analisis butir
soal adalah:
9
1. Memberikan informasi tentang kualitas butir-butir soal atau tentang
kualitas perangkat THB
Jadi, tidak ada salahnya jika memasukkan butir- butir item yang terlalu sukar
dan terlalu mudah, sebab sewaktu-waktu butir-butir seperti itulah yang dibutuhkan
(Helwig et al., n.d.).
Menurut Anas Sudijono Bermutu atau tidaknya butir-butir item test hasil
belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan
yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item test hasil
belajar dapat dikatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item
tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat
kesukaran item itu adalah sedang atau cukup.
Bertolak dari pernyataan di atas, maka butir-butir item test hasil belajar dimana
seluruh testee (peserta test) tidak dapat menjawab dengan betul (karena terlalu
sukar) tidak dapat disebut sebagai item yang baik. Demikian pula sebaliknya, butir-
butir item test hasil belajar di mana seluruh testee dapat menjawab dengan betul
(karena terlalu mudah) juga tidak dapat dimasukkan dalam kategori item yang baik.
Untuk mengetahui memadai atau tidaknya derajat kesukaran butir soal dapat
diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item
tersebut.Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesukaran item
itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indek kesukaran item), yang
dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf “P” yaitu
singkatan dari kata proportion (proporsi).
10
Angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan
1,00. Artinya, angka indek kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling
tinggi adalah 1,00. Angka indek kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan
petunjuk bagi testee bahwa butir item tersebut termasuk dalam kategori yang terlalu
sukar, sebab di sini testee tidak dapat menjawab item dengan betul. Sebaliknya,
apabila angka indek kesukaran item itu adalah 1,00 (P = 1,00) hal ini mengandung
makna bahwa butir item yang bersangkutan adalah termasuk dalam kategori item
yang terlalu mudah, sebab di sini seluruh testee dapat menjawab dengan betul butir
item yang bersangkutan.
𝐵
𝑃
𝐽𝑆
Di mana:
B = Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang
bersangkutan.
Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan
apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan
kriterian ini digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah:
11
mudah, aspek penerapan dan analitis termasuk kategori sedang, dan aspek
sintesis dan evaluasi termasuk kategori sukar.
b. Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan. Misalnya ada fakta, konsep, prinsip
dan hukum, serta generalisasi. Fakta termasuk ke dalam kategori mudah,
konsep dan prinsip termasuk ke dalam kategori sedang, dan generalissi
(menarik kesimpulan) termasuk ke dalam kategori sukar.
c. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luasnya
maupun kedalamannya. Tentang persoalan ini bahan yang akan diujikan, guru
sendiri harus sudah bisa menentukan mana yang termasuk mudah-sedang-
sukar. Dengan kata lain, untuk menentukan kesulitan isi bahan, kewenangan
ada pada guru itu sendiri.
d. Bentuk soal. Misalnya dalam tes objektif, tipe soal pilihan benar-salah lebih
mudah dari pada pilihan berganda dengan option tiga atau empat. Menjodohkan
relatif lebih sulit dari pada pilihan berganda jika terdapat lima atau lebih yang
harus dipasangkan.
Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐵
𝐼
𝑁
Keterangan:
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indek yang diperoleh, makin sulit
soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal
tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:
12
0,31 - 0,70 = soal kategori sedang
Contoh:
Kemudian soal tersebut diberikan kepada 20 orang siswa, dan tidak seorang
pun yang tidak mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Setelah diperiksa, hasilnya adalah
sebagai berikut:
13
3 20 10 0,5 sedang
4 20 20 1,0 mudah
5 20 6 0,3 sukar
6 20 4 0,2 sukar
7 20 16 0,8 mudah
8 20 11 0,55 sedang
9 20 17 0,85 mudah
10 20 5 0,25 sukar
Dari sebaran di atas ternyata ada tiga soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang
semula diproyeksikan ke dalam kategori mudah, setelah dicoba ternyata termasuk ke
dalam kategori sedang. Demikian, juga soal nomor 4 yang semula diproyeksikan
sedang ternyata termasuk ke dalam ketegori mudah. Nomor soal 9 semula
diproyeksikan sedang, ternyata termasuk kedalam kategori mudah. Sedangkan tujuh
soal lainnya sesuai dengan proyeksi semula. Atas dasar tersebut, ketiga soal di atas
harus diperbaiki kembali, adalah:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis butir soal adalah proses identifikasi jawaban benar dan salah dalam
tiap soal yang diujikan kepada peserta. Ini membantu mengenali soal yang baik dan
buruk serta memberikan data untuk perbaikan. Kesimpulannya, analisis butir soal
penting untuk evaluasi dan pengembangan soal.
Tingkat kesukaran butir soal adalah ukuran seberapa mudah atau sulit suatu
soal bagi siswa, diukur dengan persentase siswa yang menjawab benar. Semakin tinggi
14
persentase siswa yang menjawab benar, semakin mudah soalnya, dan sebaliknya.
Indeks tingkat kesukaran yang baik berkisar antara 0,3 hingga 0,7. Faktor kompleksitas
pertanyaan dan jelasnya pilihan jawaban juga memengaruhi tingkat kesukaran.
Kesimpulannya, analisis tingkat kesukaran soal penting dalam pengembangan dan
penilaian tes.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki dua kegunaan penting: pertama, untuk
membantu guru dalam mengenali konsep yang perlu diajarkan ulang dan memberikan
umpan balik kepada siswa tentang hasil belajar mereka. Ini juga memberikan informasi
tentang penekanan kurikulum atau kemungkinan keberpihakan dalam soal. Kedua,
dalam konteks pengujian dan pengajaran, tingkat kesukaran membantu dalam
pengenalan konsep yang harus diajarkan ulang, mengidentifikasi kelebihan dan
kelemahan kurikulum sekolah, memberikan masukan kepada siswa, mengenali
kemungkinan keberpihakan dalam soal, dan merancang tes yang akurat.
Selain itu, tingkat kesukaran soal mempengaruhi distribusi skor dalam tes,
jumlah soal, korelasi antara soal-soal, dan reliabilitas. Tingkat reliabilitas lebih tinggi
terjadi ketika ada korelasi yang kuat antara soal-soal. Oleh karena itu, hasil analisis
tingkat kesukaran mengarah pada tindak lanjut berikutnya:
Butir-soal yang memiliki tingkat kesukaran baik sebaiknya dimasukkan ke
dalam bank soal dan dapat digunakan kembali dalam tes berikutnya. Soal-soal yang
terlalu sulit dapat dibuang atau ditinjau ulang untuk memahami mengapa banyak siswa
tidak dapat menjawabnya. Soal-soal yang sulit ini dapat berguna dalam tes seleksi yang
ketat. Soal-soal yang terlalu mudah juga dapat dibuang atau ditinjau ulang untuk
memperbaiki kesulitannya. Namun, soal-soal mudah ini bisa berguna dalam tes yang
bersifat formalitas atau tes seleksi yang lebih longgar.
Tingkat kesukaran butir-soal dalam tes hasil belajar merupakan faktor penting
untuk menilai mutu soal. Butir-soal dianggap baik jika memiliki tingkat kesukaran
sedang atau cukup, tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Penilaian tingkat
kesukaran diukur dengan menggunakan indeks kesukaran (difficulty index) yang
berkisar antara 0,00 hingga 1,00. Nilai 0,00 menandakan soal terlalu sulit sehingga
peserta tidak dapat menjawabnya dengan benar, sementara nilai 1,00 menunjukkan soal
terlalu mudah karena semua peserta dapat menjawabnya dengan benar.
Kesimpulannya, butir-soal yang baik memiliki tingkat kesukaran yang seimbang, tidak
terlalu sulit maupun terlalu mudah bagi peserta tes.
Guru menentukan kriteria kesulitan soal berdasarkan faktor-faktor seperti
abilitas yang diukur, jenis materi, isi bahan, dan bentuk soal. Misalnya, pengetahuan
dianggap mudah, sedangkan sintesis dan evaluasi dianggap sulit. Kesimpulannya,
penilaian kesulitan soal disesuaikan dengan pertimbangan guru berdasarkan faktor-
faktor ini.
15
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan bentuk
penyusunan maupun materinya. Baik dari segi lisensi maupun tulisannya. Maka
dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
penyempurna makalah selanjutnya. Khususnya kepada Bapak Dosen Pengampu,
mohon selalu bimbingan dan arahannya, Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
16
DAFTAR PUSTAKA
17