You are on page 1of 6

ANALISIS METODE LENDUTAN BALIK MENGGUNAKAN ALAT BENKELMAN BEAM

PADA PERENCANAAN TEBAL LAPIS TAMBAH PERKERASAN LENTUR (OVERLAY)


Anugrah1, Adnan2, Hamka3

1,Program Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan Universitas Fajar Makassar, Indonesia
,2.,3 Program
Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Parepare, Indonesia

ABSTRACT
Informasi Artikel
This research is backgrounded by the level of road damage that occurs on the Isimu -
Paguyaman road so that the need for handling so that the transportation route runs
smoothly. This study aims to analyze and determine the thickness of the overlay layer
Riwayat Artikel: (overlay) using the 2017 Road Pavement Design Manual (MDP 2017) method with
Dikirim: tgl-bulan-tahun the Benkelman beam test tool, which is carried out on the Isimu - Paguyaman Road
Revisi: tgl-bulan-tahun section (STA 17 + 100 - STA 18 + 100).
Diterima: tgl-bulan-tahun Based on the results of the study, the overlay thickness was obtained from the results
Tersedia online: tgl-bulan-tahun of traffic volume analysis by taking into account the CESAL value for 10 years of
planning age of 11,476,966 ESA 4 for 10 years of planning age of 19,233,188.4 ESA 4
and CESAL valueof 5. The difference in the results of calculating the CESAL value is
due to the determination of equivalent numbers and different VDF values in each
calculation. Overlay thickness based on the method of the 2017 Road Pavement
Design Manual obtained a minimum AC-WC thickness of 11.23 cm by using an
overlay thickness solution graph based on maximum characteristic deflection.
Keywords:
Benkelman beam; overlay; road pavement ABSTRAK
design manual 2017; CESA Tingkat kerusakan jalan yang terjadi di ruas jalan Isimu – Paguyaman
sehingga perlunya penanganan agar jalur transportasi berjalan dengan
lancar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan tebal
lapis tambah dengan metode Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 (MDP
2017) dengan alat uji Benkelman beam, yang dilaksanakan di ruas Jalan Isimu
- Paguyaman (STA 17+100 – STA 18+100).
*Penulis Korespondensi: Berdasarkan hasil penelitian, tebal tebal lapis tambah diperoleh dari hasil
Anugrah , analisis volume lalu lintas dengan memperhitungkan nilai Beban sumbu
Program Studi Magister Rekayasa standar komulatif untuk 10 tahun umur perencanaan sebesar 11,476,966 ESA4
Infrastruktur dan Lingkungan untuk 10 tahun umur perencanaan sebesar 19,233,188.4 ESA 4 dan nilai
Universitas Fajar Makassar, Beban sumbu standar komulatif5. Perbedaan hasil perhitungan nilai Beban
Jl Prof. Abdurahman Basalamah No. 101 sumbu standar komulatif dikarenakan penentuan angka ekivalen dan nilai
Karampuang Kec. Panakkukang , Kota faktor ekivalen beban yang berbeda di masing-masing perhitungan. Tebal
Makassar, Sulawesi Selatan Indonesia. overlay berdasarkan metode Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 diperoleh
Email: anugrahyasin@unifa.ac.id tebal minimum Lapisan aspal beton AC-WC sebesar 11,23 cm dengan
menggunakan grafik solusi tebal lapis tambah berdasarkan lendutan
karakteristik maksimum.

I. PENDAHULUAN pada pembangunan daerah. Oleh karenanya,


diperlukan solusi berupa program preservasi jalan
A. Latar Belakang berupa komponen pemeliharaan jalan guna
Kerusakan jalan dapat memberikan dampak yang memperpanjang umur pelayanan pada jalan tersebut.
signifikan terhadap kenyamanan dan keamanan Salah satu pekerjaan pemeliharaan perkerasan yaitu
pengguna jalan yang melintas. Berdasarkan data Badan pekerjaan tebal lapis tambah (overlay) yang bertujuan
Pusat Statistik (2019) selama kurun waktu 2015-2019, untuk meningkatkan kekuatan struktur perkerasan
jumlah kecelakaan lalu lintas mengalami kenaikkan eksisting agar dapat melayani lalu lintas yang
rata-rata 4,87% per tahun. Kenaikkan pada jumlah direncanakan selama kurun waktu yang akan datang.
kecelakaan ternyata diikuti pula oleh jumlah korban Perkerasan pada ruas Jalan Isimu - Paguyaman
meninggal dunia dan luka ringan, yaitu masing-masing secara visual terdapat beberapa kerusakan seperti retak
1,41% dan 6,26% per tahun. Selain itu, kerusakan juga refleksi, alur pada perkerasan aspal, pengelupasan lapis
dapat menyebabkan terhambatnya proses permukaan. Secara garis besar, kondisi fungsional ruas
pendistribusian barang dan jasa sehingga berdampak Jalan Isimu - Paguyaman telah mengalami penurunan
kualitas perkerasan. Hal ini terjadi karena Jalan Isimu - Perkerasan Jalan 2017 (MDP 2017) dengan alat uji
Paguyaman merupakan salah satu jalan arteri di Kota benkelman beam ?
Gorontalo yang sering dilalui oleh berbagai jenis
transportasi ringan hingga berat. Hal ini pula yang C. Tujuan Penelitian
menjadi dasar penelitian ini dilakukan untuk Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
merencanakan desain tebal lapis tambah menggunakan menganalisis perkuatan perkerasan jalan atau tebal
metode Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 dengan lapis tambahan (overlay) dengan metode manual desain
alat uji lendutan benkelman beam. perkerasan jalan 2017 mengunakan alat uji lendutan
balik Benkelman Beam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat ditarik D. Tinjauan Pustaka
rumusan masalah berapa tebal lapis tambah (overlay) 1. Umur Rencana Perkerasan Lentur: Umur rencana
yang diperlukan untuk menanggulangi permasalahan untuk berbagai jenis penanganan perkerasan lentur
penurunan kualitas perkerasan di ruas Jalan Isimu - ditunjukkan pada Tabel 1
Paguyaman menggunakan metode Manual Desain

Kriteria beban lalu lintas


<0.5 0.5 ≤ 30
(Juta ESA4

1. Rekonstruksi – 20 tahun
Umur rencana
Seluruh penanganan 10 tahun 2. Overlay structural – 10 tahun
perkerasan lentur 3. Overlay non structural – 10 tahun
4. Penanganan sementara sesuai kebutuhan

2. Prosedur desain overlay : Terdapat tiga prosedur tebal lebih besar daripada 10x106 ESA4 atau lebih besar
overlay berdasarkan beban lalu lintas. daripada 20 × 106 ESA5 harus digunakan prosedur
mekanistik empiris atau metode Pt T-01-2002-B atau
metode AASHTO 1993.
3. Tebal overlay berdasarkan lendutan maksimum: Bagian
desain berdasarkan Tabel 2.7 digunakan untuk
menentukan kebutuhan overlay untuk
mengantisipasi deformasi permanen. Desain
berdasarkan Tabel 2.7 menghasilkan desain dengan
biaya lebih rendah daripada desain menggunakan
Pd T-05-2005 yang telah dimodifikasi menjadi
pedoman interim No. 002/P/BM/2011 dan
perangkat lunaknya SDPJL
Gambar 1 Solusi Overlay Berdasarkan lendutan Balik Maksimum
Tebal overlay ditentukan berdasarkan lendutan
balik (diukur dengan alat benkelman beam) untuk
• Lalu Lintas Lebih Kecil atau Sama Dengan 100.000 WAMPT 41˚C. Hitung dan masukkan nilai
ESA4. Retak lelah bukan merupakan kerusakan yang lendutan karakteristik dan beban lalu lintas desain
umum terjadi pada jalan dengan lalu lintas ringan (ESA4) pada Gambar 1. Serta dapatkan tebal overlay
dan perkerasan dengan HRS. Berdasarkan pada sumbu vertikal. Bagian desain Gambar 2.1
pertimbangan itu, desain jalan dengan beban lalu berlaku untuk beban rencana sampai dengan 10 ×
lintas rencana lebih kecil dari 100.000 ESA4 dan 106 ESA4.
perkerasan dengan HRS kinerja kelelahan overlay 4. Pengujian Perkerasan Dengan Alat Benkelman Beam:
tidak diperlukan. Untuk mengukur lendutan perkerasan jalan batang
• Lalu Lintas Lebih Besar dari 100.000 ESA4. Jalan Belkelman diletakkan diantara roda belakang truk
dengan lalu lintas lebih besar dari 100.000 ESA4 yang memiliki sumbu belakang sama dengan jenis
terdapat potensi retak lelah lapisan aspal. Dengan dan beban sumbu standar. Posisi ujung batang
demikian, kriteria deformasi permanen (pendekatan Benkelman seperti pada gambar 2 berikut :
lendutan maksimum D0) dan kriteria retak lelah
(pendekatan lengkung lendutan D0–D200) harus
diperhitungkan.
• Lalu Lintas Lebih Besar 10 × 106 ESA4 atau 2 × 106
ESA5. Pekerjaan rehabilitasi dengan beban lalu lintas
2) Data Sekunder: Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari instansi terkait. Dalam hal ini
adalah Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah
Provinsi Gorontalo (BPJN). Data yang diperlukan
berupa data lalu lintas harian (LHR).

C. Alat yang digunakan


1) Truk dengan spesifikasi standar (Gambar 2):
2) Alat benkelman beam terdiri dari dua batang
dengan panjang total (366 ± 0,16) cm (Gambar 4):

Gambar 2. Posisi Benkelman Beam

5. Lendutan Balik: Berdasarkan pedoman Pd.T-05-2005-


B, besarnya lendutan balik ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : d = 2 x (d3 –
Gambar 4. Alat Benkelman Beam
d1) x Ft x Ca x FKB-BB
D. Analisis data
II. METODE PENELITIAN
Setelah memperoleh data lendutan balik dan data
A. Lokasi Penelitian lalu lintas harian (LHR), kedua data tersebut dianalisis
Pada penelitian ini mengambil studi kasus di menggunakan metode Manual Desain Perkerasan Jalan
Provinsi Gorontalo pada ruas jalan isimu – paguyaman, 2017 (MDP 2017). Tahapan-tahapan dalam menganalisa
pada STA 17+100 – 18+100 (sepanjang 1 Km) yang kedua data tersebut meliputi:
merupakan jalan arteri dengan tipe 2 lajur 2 arah (2/2 1) Menentukan umur rencana:
2) Menghitung volume lalu lintas:
UD) dengan waktu selama 1 minggu
3) Menghitung beban sumbu standar transportasi
(CESAL):
4) Menentukan pemicu penanganan:
5) Menentukan jenis lapis permukaan:
6) Menentukan tebal lapis tambah (overlay):

E. Tahapan Penenlitian

Mulai

Gambar 3. Lokasi Penelitian Stui Literatur

B. Metode pengumulan data Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan 2 jenis data penelitian
yaitu data primer dan data sekunder:
1) Data Primer: Data primer adalah data yang Data Primer Data Skunder
diperoleh melalui pengamatan survei di lapangan. Data Lalu Lintas Pengujian
Data primer yang diperoleh yaitu pengujian Harian Rata-rata Benkelman Beam
(LHR)
lendutan dengan alat benkelman beam. Pengujian
dilakukan pada tanggal 15 Juni 2021 pukul 13:00
WITA sejauh 1 km di ruas Jalan Isimu - Analisis Data

Paguyaman dengan jumlah titik pengujian


berjumlah 5 titik. Dengan data temperatur Hasil dan Pembahasan
diperoleh dari pengukuran langsung
menggunakan alat pengukur suhu/thermometer Kesimpulan dan Saran
pada saat pengujian lendutan, adapun data
temperatur yang diperoleh yaitu berupa:
Selesai
• TP = Data Temperatur Permukaan Perkerasan (°C)
• TU = Data Temperatur Udara (°C)
Gambar 5. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah golongan transportasi per hari selama tahun
2022 yang terdiri dari golongan 1 (sepeda motor),
A. Hasil Analisis Volume Lalu Lintas golongan 2, 3, 4 (sedan, jeep, angkot, st wagon),
Hasil dari data survei lapangan yang diperoleh golongan 5A dan 5B (bus kecil dan besar), golongan 6A
dari Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah Provinsi dan 6B (truk 2 sumbu), golongan 7A, 7B dan 7C (truk 3
Gorontalo untuk keperluan desain tebal overlay. sumbu), dan golongan 8 (transportasi tidak bermotor)
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui yang melewati ruas Jalan Isimu – Paguyaman

Tabel 2. Analisa Data Lalu Lintas

LHR LHR VDF 4 VDF 4 VDF 5 VDF 5 ESA 4 ESA 4 ESA 5 ESA 5
KLASIFIKASI LHR Tahun 2021 (i)
NO JENIS 2023 2024 FAKTUAL NORMAL FAKTUAL NORMAL FAKTUAL NORMAL FAKTUAL NORMAL
. KENDARAAN

Nor Oppos
Lama Alt Total 2 3
mal ite
- Sepeda motor,
1 1 1 15578 15578 31156 4.75% 34186 35810
skuter, roda 3
-
Sedan/Angkot/Pic
2 2,3,4 2,3,4 7488 7488 14976 4.75% 16433 17213
k up / Station
Wagon
3 5a 5a - Bus kecil 2 2 4 4.75% 4 5
4 5b 5b - Bus Besar 22 22 44 4.75% 48 51 1.20 1.20 1.30 1.30 52.80 60.69 57.20 65.74
- Truk 2 sumbu
5 6a.1 6.1 0 0 0 4.75% 0 0 0.50 0.50 0.40 0.40 0.00 0.00 0.00 0.00
cargo ringan
- Truk 2 sumbu
6 6a.2 6.2 23 23 46 4.75% 50 53 0.50 0.50 0.40 0.40 23.00 26.44 18.40 21.15
ringan
- Truk 2 sumbu
7 6b1.1 7.1. 0 0 0 4.75% 0 0 2.40 0.90 4.70 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00
cargo sedang
- Truk 2 sumbu
8 6b1.2 7.2 1148 1148 2296 4.75% 2519 2639 2.40 0.90 4.70 0.80 5510.40 2375.07 10791.20 2111.17
sedang
- Truk 2 sumbu
9 6b2.1 8.1 berat muatan 0 0 0 4.75% 0 0 2.40 0.90 4.70 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00
umum
- Truk 2 sumbu
10 6b2.2 8.2 berat (tanah, 0 0 0 4.75% 0 0 2.40 0.90 4.70 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00
pasir.besi, semen)
- Truk 3 sumbu
11 7a.1 9.1 0 0 0 4.75% 0 0 9.20 2.10 16.10 2.40 0.00 0.00 0.00 0.00
ringan
- Truk 3 sumbu
12 7a.2 9.2 64 64 128 4.75% 140 147 13.80 4.40 26.80 5.60 1766.40 647.33 3430.40 823.87
sedang
- Truk 3 sumbu
13 7a.3 9.3 0 0 0 4.75% 0 0 13.80 4.40 26.80 5.60 0.00 0.00 0.00 0.00
berat
- Truk 2 sumbu dan
14 7b 10 gandengan 2 0 0 0 4.75% 0 0 13.80 4.40 26.80 5.60 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Semi Trailler 4
15 7c.1 11 0 0 0 4.75% 0 0 16.70 6.40 29.10 8.10 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Semi Trailler 5
16 7c2.1 12 63 63 126 4.75% 138 145 16.80 5.90 31.30 7.40 2116.80 854.45 3943.80 1071.68
sumbu
- Semi Trailler 5
17 7c2.2 13 0 0 0 4.75% 0 0 31.90 5.00 64.40 5.90 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Semi Trailler 6
18 7c.3 14 0 0 0 4.75% 0 0 31.90 5.00 64.40 5.90 0.00 0.00 0.00 0.00
sumbu
- Kendaraan tak
19 31 31 62 4.75% 68 71
bermotor
JUMLAH 9469 3963 18241 4093

B. Hasil Perhitungan Cumulative Equivalent Single 5B sampai 6B, sedangkan untuk pangkat 5 diperoleh
Axle Load 1.3, 0.4, 4.7 dan 0.80. Kedua nilai VDF ini nantinya akan
Nilai vehicle damage factor pangkat 4 diperoleh digunakan pada perhitungan CESAL4 dan CESAL5.
nilai 1.20, 0.5, 2.4 dan 0.9 untuk transportasi golongan

C. Analisis Perhitungan CESAL4


Tabel 4. Rekapitulasi Nilai CESA4 dan CESA5

Nama Ruas : Isimu – Paguyaman


Klasifikasi Jalan : Arteri
Tahun Survei Lalu Lintas : 2021
Tahun Desain : 2022
Tahun Konstruksi : 2023
Tahun Layan : 2024
Pertumbuhan Lalu Lintas : 0.0475
CESA 4 (10 Tahun) = 16414645.42 CESA 5 (10 Tahun) = 23582921.57
CESA 4 (20 Tahun) = 30719303.28 CESA 5 (20 Tahun) = 38355442.28
CESA 4 (40 Tahun) = 89658670.14 CESA 5 (40 Tahun) = 99222540.69
D. Hasil Analisis Tebal Lapis Tambah Perkerasan • Berdasarkan Nilai IRI rata-rata yakni 8 dengan
Lentur (Overlay) tebal overlay = 6.00cm
1) Penentuan Umur Rencana: Penentuan umur • Berdasarkan Pemeriksaan Fatique Pd-T-05-2005 =
rencana merupakan tahapan pertama dalam 14.46
mendesain tebal lapis tambah overlay. Umur • Berdasarkan Grafik Gambar 6.1, 6.3 & 6.4 Overlay
rencana ditentukan berdasarkan kriteria beban Lendutan Balik BB = 0.00
lalu lintas yang diperoleh dari perhitungan Berdasarkan Gambar 4.2 diperoleh tebal overlay
CESAL4 overlay merupakan pekerjaan yang digunakan pada ruas Jalan Isimu - Paguyaman
peningkatan kualitas jalan maka dari itu umur (STA 17+100 - STA 18+100) sebesar 140 mm yang
rencana yang sesuai adalah 10 tahun. dikonversikan menjadi 14 cm dengan AC-WC = 6 cm
2) Pemilihan Struktur Perkerasan: Cara menentukan dan AC-BC = 8 cm
pemilihan struktur perkerasan maka sebelumnya
harus dilakukan perhitungan CESAL4 terlebih
dahulu. Berdasarkan hasil perhitungan CESAL 4
diperoleh nilai CESAL4 16,42 x 106 kemudian
disesuaikan dengan Tabel 2.7. Berdasarkan Tabel
C
2.7 nilai CESAL4 termasuk ke dalam range nilai 0,1 

L




 

 

 
 


 




sampai 4 dengan jenis struktur perkerasan AC-BC 

normal yang dijadikan opsi utama pemilihan


strruktur perkerasan.
3) Lendutan Pemicu untuk Overlay dan Rekonstruksi:
Berdasarkan Lampiran 5 lendutan pemicu dan Gambar 7. Tipikal Cross Section Skala 1:100
rekonstruksi maka diperoleh nilai CESAL5 > 1
sampai 2 ESA5 yang disesuaikan dengan nilai
CESAL5 yang didapatkan yaitu 23,59 × 106 

 

kend/tahun. Kemudian jenis lapisan permukaan
yaitu AC atau HRS yang didapatkan dari


 

pemilihan struktur perkerasan, dengan lendutan
pemicu untuk overlay (lendutan pemicu 1) dan
lendutan pemicu untuk investigasi rekonstruksi
(lendutan pemicu 2) adalah > 1,16 dan > 1,50 mm Gambar 8. Detail Tipikal Cross Section Skala 1:50
yang disesuaikan dengan hasil kurva lendutan
balik terkoreksi benkelman beam sebesar 1,252
mm.
Penetuan Tebal Overlay: Penentuan tebal overlay IV. KESIMPULAN
ditentukan berdasarkan Gambar 2.1 untuk solusi
overlay berdasarkan lendutan balik benkelman beam A. Kesimpulan
yang telah dikoreksi. Cara menentukannya yaitu Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
dengan memasukkan nilai lendutan karakteristik bahwa tebal lapis tambah (overlay) tidak dapat
maksimum dan beban lalu lintas desain ESA, tebal ditentukan dengan menggunakan grafik solusi overlay
overlay diperoleh pada sumbu vertikal. Hasil tebal berdasarkan lendutan karakteristik maksimum dan
overlay ditunjukkan pada Gambar 6 beban lalu lintas ESA untuk kriteria retak alur (rutting)
Tebal overlay yang dperoleh untuk menanggulangi
penurunan kualitas perkerasan di ruas Jalan Isimu -
Paguyaman sebesar 140 mm atau 14 cm dengan rincian
AC-WC = 6 cm dan AC-BC = 8 cm

B. Saran
1) Sebaiknya pengambilan data LHR minimal 7 × 24 jam
sesuai dengan manual desain perkerasan 2017:
2) Perlunya memperhatikan metode yang digunakan untuk
memperoleh hasil yang spesifik. Mengingat perencanan
overlay tebal perkerasan sangat berpengaruh terhadap
metode yang digunakan:
3) Perlu dilakukannya penelitian kembali untuk musim
kemarau apabila penelitian dilakukan pada musim
penghujan. Hal ini dimaksudkan untuk dijadikan
Gambar 6. Hasil tebal overlay perbandingan hasil lendutan di masing-masing musim:
4) Perlu dilakukan studi pengembangan mengenai desain [10] Syam, Iskandar M. A. 2007. Perencanaan Tebal
overlay tebal perkerasan dengan menggunakan alat Lapis Tambahan (overlay) dan Analisis Biaya
falling weight deflectometer untuk dijadikan sebagai hasil Konstruksi Berdasarkan Metode Benkleman
perbandingan desain tebal overlay: Beam. Studi kasus Jalan Yogyakarta – Bantul.
5) Disarankan untuk terlebih dahulu melakukan pengujian [11] Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan
dengan DCP (Dynamic Cone Penotrometer) untuk Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang
mengetahui jenis kepadatan dan kekuatan tanah pada Jalan. Jakarta.
lokasi konstruksi jalan untuk memeastikan daya dukung
tanah sugrade yang memadai dalam menarima beban
[12] AASHTO, 1993 Guide For Design of Pavement
yang ada: Structures, USA Pedoman Perencanaan
Perkerasan Lentur. Pt T- 01-2002 B
6) Pada perencanaan overlay tebal perkerasan yang ada di
Provinsi Gorontalo khususnya jalan nasional sebaiknya
menggunakan alat benkelman beam atau falling weight
deflectometer dalam mendesain tebal overlay, karena di
wilayah Provinsi Gorontalo masih kurangnya
penggunaan alat tersebut:

DAFTAR PUSAKA
[1] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Cara Uji
Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat
Benkelman Beam SNI 2416-2011,Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.
[2] Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Tata cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[3] Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
Dengan Metode Analisa Komponen, Pedoman
Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[4] Departemen Pekerjaan Umum. 2005.
Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Lentur Dengan Metode Lendutan pd T-05-2005-
B, Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Jakarta.
[5] Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi
Umum Tahun 2010 Devisi 6 Tentang
Perkerasan Aspal, Pedoman Konstruksi dan
Bangunan, Jakarta.
[6] Hardiyatmo, Hary Christady. 2015. Pemeliharaan
Jalan Raya. Yogyakarta Gadjah Mada University
Press.
[7] Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan
Raya. Bandung. Badan Penerbit Nova.
[8] Oktori, Rozi. 2011. Evaluasi Tingkat Pelayanan
Jalan Dan Tebal Perkerasan Lentur Pada Ruas
Jalan Srandakan – Toyan Dari Km 0+000 Sampai
Dengan Km 5+000. Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
[9] Chaidir, Novel. 2007. Perencanaan Tebal lapis
Tambahan ( overlay ) dan Analisis Biaya
Konstruksi Berdasarkan Metode Benklemean
Beam. Studi kasus Yogyakarta – Parangtritis

You might also like