You are on page 1of 9

Bahan Ajar Akhlak Tasawuf

Pertemuan ke 12&13

Kegiatan Belajar 12&13


Akhlak yang Muncul dari Rukun Islam
A. Deskripsi Singkat
Akhlak Tasawuf merupakan mata kuliah yang di dalamnya membahas tentang konsep
dasar akhlak dan perbedaannya dengan konsep etika dan moral. Dalam kuliah ini juga
diekplorasi dan dikembangkan ajaran dan akhlak mulia yang merupakan
implementasi dari akhlak tasawuf.

B. Relevansi
a. Mahasiswa mampu mengimplementasikan dasar-dasar keislaman pada (konsep
tasawuf tokoh Sufi).
b. Mampu mengembangkan nilai-nilai ibadah dalam aplikasi kehidupan sehari-hari
bagi diri sendiri dan peserta didik.

C. Capaian Pembelajaran MK
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar keislaman pada (konsep tasawuf
tokoh Sufi).
b. Mampu mengembangkan nilai-nilai ibadah dalam aplikasi kehidupan sehari-hari
bagi diri sendiri dan peserta didik.

1. Uraian Materi
a. Akhlak yang muncul dari syahadat
Rukun Islam yang pertama adalah pengikraran dua kalimat syahadat: “Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
rasul utusan Allah”, yaitu kalimat tauhid dan pembenaran kerasulan Muhammad SAW.
Kalimat tauhid merupakan misi pertama yang ingin disampaikan Allah melalui
pengutusan para Rasul-Nya. Allah SWT berfirman dalam Q.S. As-Syura: 13:

               

       

1
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022
Bahan Ajar Akhlak Tasawuf
Pertemuan ke 12&13

Artinya: Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya.
Kalimat Tauhid “La ilaha illallah” dalam bingkai pemahaman yang shahih, berarti
tidak ada yang berhak disembah selain Allah SWT. Pengakuan ini mengandaikan
pembebasan diri dari kesyirikan zahir dengan tidak menyembah sesuatu selain Allah.
Kalimat tauhid juga berarti pembebasan diri dari penghambaan pada materi.
Barangsiapa yang orientasi hidupnya hanya duniawi, yaitu mengumpulkan harta
kekayaan, hingga melalaikan pelaksanaan hak Allah dalam beribadah maka ia adalah
orang yang bertauhid minus (naqish at tauhid) dan menjadi budak materi. Rasulullah
bahkan mengilustrasikan sebagai orang yang paling merugi. Beliau bersabda: Malang
nian budak dinar dan budak dirham.”
Selain itu, kalimat tauhid berarti pembebasan diri kooptasi hawa nafsu dan setan
sehingga barang siapa menjalani hidup dengan hanya mengejar kepuasan syahwat-
syahwat indrawinya dengan cara-cara yang tidak diakui syara’ maka ia adalah orang
yang bertauhid minus dan merupakan budak hawa nafsu dan setannya.
Nafsu selalu menyuruh pada kejahatan dan melakukan perbuatan-perbuatan nista
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Yusuf: 53:

                  

Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Menuruti hawa nafsu menyebabkan berkurangnya nilai tauhid. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Al-Jatsiyah: 23

               

         

2
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022
Bahan Ajar Akhlak Tasawuf
Pertemuan ke 12&13

Artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Goda dan rayu setan juga harus ditentang jika ingin tauhid kita sempurna sebab
ia adalah musuh bebuyutan manusia yang selalu menghalang-halangi kita untuk berbuat
kebajikan dan segala perilaku kemuliaan, serta menggodanya untuk berbuat keburukan
dan kenistaan. Allah SWT berfirman dal Q.S. Al-Fathir: 6:

              

Artinya: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu),
karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
Simpulannya, mengesakan Allah SWT berarti membersihkan diri dari kesyirikan,
melepaskan diri dari penghambaan pada materi, dan membebaskan diri dari kuasa
hawa nafsu dan setan. Dan jika dipahami dengan benar ikrar “La ilaha illallah” akan
memberikan pengaruh signifikan dalam mendidik diri, mengistimahkan perilaku dan
meluruskan akhlak.
Sedangkan pembenaran kerasulan Muhammad SAW mengandaikan antusiasme
dalam memegang teguh sunnah-sunnahnya dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan, di antaranya menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.

b. Akhlak yang muncul dari Sholat


Rukun Islam yang kedua adalah mendirikan shalat. Jika ia dikerjakan sesuai
aturan syara’ dengan segala kekhusuan dan ketundukan kepada Allah SWT maka ia
memberikan pengaruh yang signifikan dalam mendidik diri dan meluruskan akhlak
sehingga tercapailah kesuksesan dan keuntungan. Allah SWT berfirman dalam Q. S. Al-
Mu’minun: 1-8:

3
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022
Bahan Ajar Akhlak Tasawuf
Pertemuan ke 12&13

             

             

              

       


Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan
zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui
batas. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

Khusyu’ dalam shalat dengan demikian merupakan salah satu sifat mukmin
paripurna. Ia efektif membangkitkan semangat dalam diri mereka untuk menunaikan
zakat dan konsisten menjalankan rukun-rukun Islam yang lain. Ia juga menciptakan rasa
segan dan takut (haibah) di dalam hati mereka kepada Allah SWT sehingga mereka
kemudian tergerak untuk menjauhi setiap perilaku nista dan menghiasi diri dengan
segala perilaku mulia, berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (laghw), menjaga
kemaluan, menyampaikan amanat, menepati janji, dan menjaga komitmen moral.
Allah SWt lebih lanjut menunjukkan kepda kita bahwa shalat bisa mencegah
sorang muslim dari hal-hal yang diharamkan. Hal itu dilatarbelakangi oleh rasa takut
kepada Allah SWT, yang tebangun di dalam hati melalui mekanisme shalat. Allah SWT
berfirman dalam Q. S. al-Ankabut: 45:

             

          

4
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022
Bahan Ajar Akhlak Tasawuf
Pertemuan ke 12&13

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Rasulullah SAW juga mewartakan kepada kita bahwa shalat yang tidak
memberikan pengaruh apa-apa dalam perilaku seorang hamba atau yang tidak
mencegah perilakunya dari melakukan hal-hal yang tercela (nista), tidak akan bisa
mendekatkan si hamba kepada Tuhannya. Beliau bersabda: “Barang siapa yang
shalatnya tak mencegah dirinya dari hal-hal yang keji dan mungkar maka ia justru akan
semakin jauh dari Allah”.
Shalat merupakan mekanisme membersihkan hati dari kotoran-kotoran dosa dan
kecenderungan melakukan perbuatan dosa. Rasulullah SAW pun mengumpamakannya
seperti sebuah sungai. Beliau bersabda: perumpamaan shalat lima waktu sama seperti
sebuah sungai bening yang mengalir deras di pintu rumah salah seorang kalian hingga ia
bisa mandi di dalamnya lima kali sehari, jika demikian halnya masihkah kalian lihat ada
noda kotoean yang tersisa padanya?para sahabat menjawab “tidak sama sekali” beliau
menukas, sesungguhnya shalat lima waktu melenyapkan dosa seperti (kemampuan)air
melenyapkan noda. (H.R. Muslim)
Semua ini menunjukkan pada pengaruh besar yang ditimbulkan shalat yang
disertai kekhusuan di dalamnya dalam mendidik diri dan megistiqamahkan perilaku.

c. Akhlak yang muncul dari Zakat

Rukun Islam ketiga adalah zakat. Secara esensial, ia berarti pembersihan dan
pensucian diri muzakki (penunai zakat) dari kekikiran dan kebakhilan, serta
membersihkan harta kekayaan dari petaka-petaka. Allah SWT berfirman dalam Q.S. At
Taubah: 103:

      

5
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022
Bahan Ajar Akhlak Tasawuf
Pertemuan ke 12&13

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.

Zakat bisa mewujudkan atmosfer kasih sayang di antara anggota masyarakat


sehingga tercapailah hubungan erat di antara para warganya. Di samping itu, ia juga
membantu menghilangkan sikap dengki dan permusuhan dari dada kalangan fakir
miskin terhadap saudara-saudara mereka yang berpunya, dan ini lebih lanjut
berimplikasi pada minimnya kasus tindak pencurian dan berbagai jenis tindak kriminal
lain yang meresahkan masyarakat.

d. Akhlak yang muncul dari Puasa


Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Sebagaimana rukun-rukun sebelumnya,
jika puasa ditunaikan sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki Allah maka ia akan
menghasilkan fungsi pendidikan diri. Dengan berpuasa, seorang muslim berarti tengah
membiasakan diri untuk menjalani berbagai akhlak utama yang berfondasikan
ketakwaan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Q. S. al-Baqarah:183:

             

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Salah satu perilaku mulia yang dapat dipelajari seseorang dari puasa adalah
kekuatan tekad (quwwah al-iradah) yang merupakan landasan penting dalam ilmu etika,
kesabaran, syukur, kasih saying, dan muraqabah Allah SWT dalam kesendirian maupun
di tengah keramaian. Semua ini merupakan perilaku-perilaku utama yang bisa dipelajari
seorang muslim dari puasa.
Rasulullah SAW memberikan arahan kepada kita mengenai hal-hal etis yang
seyogianya dilakukan pelaku puasa, antara lain menahan diri dari berkata-kata dusta
dan berbuat dosa. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: barangsiapa
tak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dosa (selama puasanya) maka Allah

6
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022
Bahan Ajar Akhlak Tasawuf
Pertemuan ke 12&13

pun tak memiliki hajat apa-apa terhadap aksi dirinya meninggalkan makanan dan
minum. (H.R. Bukhari)
Hadis ini jelas menyatakan bahwa puasa yang diterima Allah SWT adalah puasa
yang mencegah pelakunya dari setiap perbuatan nista (tercela).
Semua ini menunjukkan pengaruh besar puasa pada diri dan perilaku pelaku
puasa jika ia melaksanakan kewajiban ini secara benar.

e. Akhlak yang muncul dari Haji


Rukun Islam yang kelima adalah haji, Allah SWT sengaja mewajibkannya untuk
mendidik diri dan meluruskan akhlak bagi setiap muslim yang mampu menjalankannya.
Allah SWT berfirman dalam Q. S. Ali Imran: 97:

         

Artinya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang
yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Allah SWT mengharamkan berkata-kata dan berbuat cabul, berbuat kefasikan,
dan melakukan hal-hal yang dapat memicu permusuhan misalnya, berbantah-bantahan,
terutama selama pelaksanaan ibadah haji. Allah SWT berfirman dalam Q. S. al-Baqarah:
197:

                

                

Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats,
berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang
kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan
Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-
orang yang berakal.

7
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022
Bahan Ajar Akhlak Tasawuf
Pertemuan ke 12&13

Rasulullah juga menegaskan bahwa haji mabrur yang membuahkan penghapusan


dosa-dosa bagi pelakunya adalah haji yang bebas dari ucapan dan perbuatan cabul dan
kefasikan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa pergi haji
karena Allah semata, lalu ia tidak berkata-kata maupun berbuat cabul, dan tidak pula
berbuat kefasikan maka ia pulang seperti hari saat ia dilahirkan ibunya”.(H. R. al-
Bukhari).
Perilaku mulia yang seyogianya dipraktikkan seorang muslim selama
melaksanakan ibadah haji ini harus tetap menyertainya sepanjang hidupnya agar amal
ibadah, terutama hajinya, diterima oleh Allah SWT.
Dari paparan di atas, terlihat jelas bagi kita pengaruh besar yang ditimbulkan
oleh komitmen menjalankan rukun-rukun Islam dalam mendidik diri dan meluruskan
akhlak dan perilaku. Hal itu terwujud ketika rukun-rukun tersebut ditunaikan dengan
mekanismenya yang diridhai Allah SWT dan Rasul-Nya dan tujuan pensyari’atannya
dipahami secara benar.

2. Daftar Pustaka
1. Muhammad Fauqi Hajjaj, 2013. Tasawuf Islam & Akhlak, Jakarta: Amzah
2. Alqosim, Abdul Malik, 2005. Jadikan Shalat sebagai penolongmu. Pustaka Ibnu
Katsir. Bogor.
3. Bagir, Haidar, 2007. Buat apa Shalat. Mizan Pustaka. Bandung.
4. Masyur, Mustythafa, 2002. Berjumpa Allah lewat Shalat. Gema Insani Jakarta.
5. Karim, Pangulu Abdul, 2017. Mema’nai Syahadatain dan keutamaanya dalam
kehidupan. E-journal ‘Nizhamiyyah’. Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi
Pendidikan, Vol.VII, no.2. hlm. 112-125.

8
PJJ-PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2022

You might also like