Professional Documents
Culture Documents
Bab 2 TB
Bab 2 TB
Tinjauan pustaka
1. Definisi Childfree
Sebuah istilah childfree pertama kali muncul dalam kamus bahasa Inggris
Macmillan, childfree disebut sebagai used to descibe someone who has decided
choice, yakni tidak punya anak; tanpa anak, terutama karena pilihan.
Childfree terdiri dari dua kata, yakni child yang berarti anak, dan free yang
berarti bebas. Childfree adalah pilihan hidup yang dibuat secara sadar oleh
dengan not wanting children and having no desire to take on the burden of the
parenhood, yang artinya tidak memiliki anak dan tidak memiliki keinginan
dengan pendidikan tinggi dan aktivitas hidup yang berpusat pada karir dan
2021, hal. 19). Adapula studi yang mengutip bahwa kurangnya naluri keibuan
dengan menjadi ibu akan menghambat karir dan aspirasi mereka dengan sedikit
menentukan semua yang terjadi dalam hidupnya, termasuk perihal anak dan
keberlanjutan keturunan. Namun, beberapa yang lainnya menganggap childfree
sesuai, (Settle, 2014, hal. 10) tidak bahagia, tidak feminin, tidak lengkap, egois,
merubah keyakinan.
Ada begitu banyak hal yang menjadi alasan seseorang memilih untuk
memandang bahwa menjadi orang tua akan menghilangkan kendali atas hidup
a. Alasan pribadi
tidak memiliki naluri sebagai ibu dan tidak ingin bereproduksi untuk
b. Medis
Wanita bernama Vea berusia 45 tahun sejak duduk di bangku
memegang erat adat dan tradisi, dimana setiap pasangan yang telah
hal. 26)
c. Psikologis
rewel, kenapa aku harus memiliki anak yang rewel seperti kamu?
atau Tunggulah sampai kamu jadi orang tua‖. Hal ini membuat Diah
Masa ini yang kemudian menjadi titik awal Diah memilih childfree.
artinya rasa takut yang berlebih terjadi dalam waktu yang relatif
2012, hal. 2)
(Tunggono, 2021, hal. 45). Diantara fobia yang dialami oleh orang-
anak-anak.
ketidakrapian)
dan berkembang.
dari anak.
dan melahirkan.
kebebasan ini banyak diagungkan masyarakat urban dunia Barat sebagai salah
Childfree,youtube,2021,diakses11Februari2022,https://www.youtube.com/
a) Salim A. Fillah
Sebagai selaku salah satu agamawan Islam, Salim A. Fillah mengatakan
bahwa pemahaman yang baik terhadap tujuan pernikahan tidak akan membuat
seseorang untuk menjadi childfree. Lelaki Hijrah, ”Childfree Dalam
dalam al-Qur‘an, serta hadis Nabi Saw. yang menyisyaratkan kepada umat
Allah berupa kebahagiaan yang nyata dari keikhlasan seorang hamba untuk
merawat dan mendidik anak cucu keturunannya. Seperti dalam QS. at-Thur
َو اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو اَّتَبَع ْتُهْم ُذ ِّر َّيُتُهْم ِبِاْيَم اٍن َاْلَح ْقَنا ِبِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َم ٓا َاَلْتٰن ُهْم ِّم ْن َع َم ِلِهْم
ٌ ِّم ْن َش ْي ٍۚء ُك ُّل اْم ِرٍئ ۢ ِبَم ا َك َسَب َر ِه
ْين
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa
yang dikerjakannya”.
Terdapat pula firman dengan makna serupa dalam QS. Ar-Ra‘d ayat 23 dan 24
yang berbunyi:
َج ّٰن ُت َع ۡد ٍن َّي ۡد ُخ ُلۡو َنَها َو َم ۡن َص َلَح ِم ۡن ٰا َب ٓإِٮِهۡم َو َاۡز َو اِج ِهۡم َو ُذ ِّر ّٰي ِتِهۡم َو اۡل َم ٰٓلِٕٮَك ُة
“(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-
orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (QS.Ar-Rad :
23)
Ayat-ayat diatas seakan memberi penerangan bahwa terkadang manusia tidak bisa
melakukan perbuatan dosa yang menghapus amal-amal baik mereka hingga habis tak
tersisa. Oleh karena itu, di balik beratnya tanggung jawab memiliki anak, di balik
anak hingga menjadi generasi yang sholeh dan sholehah, ada kemungkinan bagi
mereka untuk saling membantu dan saling memberikan syafa‘at antar garis
bahwa syurga yang dimaksud disini adalah syurga tertinggi yang dicapai oleh garis
keturunan tersebut. Boleh jadi, sebenarnya ada seorang hamba yang amalannya tidak
cukup untuk menjadi tiket masuk ke syurganya Allah, namun ternyata ada salah satu
dari garis keturunannya yang keimanannya lebih baik, yang amalannya lebih
Tokoh yang akrab disapa dengan sebutan Buya Yahya ini mengatakan bahwa
ketakutan seseorang akan tanggung jawab dari memiliki anak, atau ketakutan akan
menyakiti anak-anak mereka akibat pengalaman buruk di masa lalu, seharusnya bisa
dijadikan motivasi supaya mereka berusaha untuk tidak menyakiti anak-anak mereka,
(Al-Bahjah TV,Childfree Menurut Pandangan Islam,‖ YouTube, las 2021, diakses 11 Februari 2022,
tua yang memberi rasa tenang kepada anak-anak mereka, supaya mereka berusaha
membentuk kepribadian dan karakter anak-anak mereka kepada fitrah yang benar
dalam Islam, dan supaya mereka berusaha menanamkan kepada anak-anak mereka,
bahwa sudah semestinya bagi keluarga untuk saling melindungi, saling menyayangi,
hidup manusia pun semakin beragam dan menimbulakan permasalahan yang lebih
kompleks, dan salah satu fenomena yang masih viral diperbincangkan saat ini yakni
terkait tren childfree. Childfree yakni pilihan pasangan suami istri yang memutuskan
untuk tidak memiliki anak sesuai dengan kehendak dan kesepakatan pasangan itu
sendiri, childfree bukanlah istilah baru banyak pasangan suami istri di negara-negara
besar yang memilih keputusan tersebut, namun fenomena childfree baru beberapa
tahun terakhir ini muncul dan menjadi tranding topik di berbagai media sosial di
Indonesia. Adanya tren childfree ini mengakibatkan banyak kontroversi dari berbagai
kalangan masyarakat karena ini tentunya merupakan hal yang dirasa tidak wajar dan
Jika dilihat dari perspektif hak asasi manusia, memilih untuk tidak memiliki anak
setelah menikah memang suatu hal yang tidak salah karena setiap individu berhak
memutuskan hal yang ada dalam kehidupannya masing-masing, dan kita juga harus
menghargai dan menghormati prinsip hidup orang lain dengan tidak menghujat atau
Islam adalah agama yang rahmatin lil alamin yang dimana segala hal sudah diatur
dalam Islam dari hal terkecil sampai hal terbesar, karena ajaran Islam sudah sempurna.
Dari Al-Qur’an dan Hadits segala solusi permasalahan dari zaman ke zaman tetap bisa
dijadikan acuan, karena umat Islam akan selamat apabila istiqomah mengikuti pedoman
dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Memiliki keturunan
setelah menikah merupakan sunnah, sebagaimana sabda Nabi kita yang mulia Nabi
Anas bin malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata,
“nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena aku akan berbangga dengan kalian
Dari perkataan Nabi di atas sudah dapat menjadi dalil yang jelas bahwasanya
childfree dalam Islam merupakan tren yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Karena
dengan umat yang banyak akan membuat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam
bangga.
Allah Maha Pemberi, salah satu pemberian Allah yang dianugerahkan kepada
pasangan suami istri adalah nikmat memiliki anak kepada siapa saja yang dikehendak-
Nya. Bagi pasangan suami istri yang sudah memiliki anak tentu tau bagaimana rasa
bahagianya memiliki keturunan, para malaikat pun menyampaikan sebagai berita gembira
“Hai Zakaria, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh)
“Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum maka kami sampaikan kepadanya
berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Ya’qub.”
Dan masih banyak lagi ayat Al-Qur’an yang menceritakan kabar gembira tentang
kelahiran anak yang disampaiakan kepada para ayah dari utusan Allah. Ini menjadi bukti
bahwa memiliki keturunan akan membawa kebahagian bagi orangtua, kebahagiaan yang
tentunya tidak bisa dirasakan oleh para pengikut paham childfree yang memilih tidak
ingin memiliki keturunan, padahal Allah menakdirkan mereka menjadi pasangan yang
dapat memiliki keturunan. Kecuali bagi pasangan Allah belum kehendaki mereka untuk
mendapat keturunan tentunya Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
Mendapatkan keturunan juga merupakan nikmat yang harus disyukuri karena merupakan
hadits Nabi, dari Anas berkata, “Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda :
“Allah tidak sekali-kali menganugerahkan suatu nikmat kepada hamba-Nya, baik berupa
istri maupun anak, lalu ia mengucapkan, segala puji hanya milik Allah Rabb semesta
alam’, melainkan Dia akan memberikan yang lebih baik dari pada yang diambil-Nya.”