Professional Documents
Culture Documents
ESSAY Kesuburan Vs Kemandulan
ESSAY Kesuburan Vs Kemandulan
Pendahuluan
Anak merupakan salah satu hal yang sangat diidam-idamkan kehadiranya
dalam sebuah keluarga. Kehadiran seorang anak merupakan simbol keberhasilan
(meneruskan keturunan) dalam keluarga sehingga mampu mempererat hubungan
dan keharmonisan dalam rumah, namun tidak semua keluarga (telah menikah dalam
jangka waktu lama) mampu memiliki keturunan hal ini terjadi karena salah satu dan
atau kedua pasangan suami istri ini mengalami invertilitas. Invertilitas merupakan
ketidak mampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah satu
tahun melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi apapun/ setelah memutuskan untuk mempunyai anak (Saraswati, 2015).
Ketidak mampuan menghasilkan ketrurunan dalam sebuah rumah tangga
seringkali dititik beratkan sebagai kesalahan seorang istri yang tidak mampu
mengandung dan memberikan keturunan bagi keluarganya, budaya patriarki yang
berkembang dalam masyarakat (Indonesia) tentuya sangat menyudutkan kaum
perempuan. Hubungan antara laki-laki dan perumpuan bersifatt hierarkis, yaitu
laki-laki yaitu laki-laki berapa pada kedudukan yang dominan dan perempuan
subordinat (Demartoto, 2008).
Isi
Mendapatkan keturunan adalah sesuatu yang sangat diidam-idamkan oleh
setiap keluarga yang telah menikah dan mempersiapkan diri untuk memiliki anak.
Anak menjadi simbol keberhasilan, kehadiran anak menjadi sesuatu yang sangat
berharga seperti halnya seperti yang termaktub didalam Al-Qur’an lebih tepatnya
dalam surat Al-Kahfi : 46, yang berbunyi :
Artinya : Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan
Namun jika tujuan pernikahan itu terhalang oleh masalah reproduksi
(kemandulan) maka hal teresebut tidak dapat dijadikan alasan untuk memutuskan
hubungan pernikahan. Alangkah menderitanya jike seseorang karena faktor kodrati
tidak mungkin punya anak harus dianggap tidak berhak menikah sementara
kemampuanya untuk berhak bukan kehendak dia sendiri. Dalam islam tidak
seorangpun boleh dituntut memikul beban yang ada diluar kemampuanya (dalam
Rohmawati, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Azizah Nur.2016. Problem Psokologis Istri yang Belum Dikaruniai Keturunan. Skripsi.
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Purwokerto. Diakses pada : 27 April.
Pukul: 16.40 WIB.
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/144/2/Cover_Bab%20I_Bab%20V_Daft
ar%20Pustaka.pdf
Nurhayati Eti. 2012. Psikologi Perempuan dalam Berbagai Perspektif. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. 2006. Direkotrat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina Kesehatan dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Saraswati Andini. 2015. Infertility. Artikel review. Universitas Lampung. Vol. 4 No. 5.
Lampung. Diakses pada : 27 April 2018. Pukul : 18.12 WIB.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/601/60
5
Syamsidar. 2016. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Perseraian Akibat
Suami Impoten (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klas II Sungguminasa) .
Skripsi. Uin Alauddin Makassar. Makasar. Diakses pada : 27 April 2018 Pukul
: 18.57 WIB.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21517/1/DENI%20
RAMADHANI-FSH.pdf