You are on page 1of 39

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Upaya Meningkatkan Hafalan Bacaan Sholat Siswa SD dengan


Menggunakan Media Audio-Visual
(Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas 2 SD di Rumah Belajar (Bimbel)
Makanul Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut)
Penulis: Rahmat Taufik
Dosen Pembimbing: Udin Juhrodin

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan di dunia ini manusia di nilai oleh Allah dengan
amalnya. Amalan manusia dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
hablum minallah dan hablum minannas. Hablum minallah adalah amalan
amalan manusia yang berhubungan langsung dengan Allah disebut ibadah,
sedangkan hablum minannas adalah amalan manusia yang berhubungan
dengan manusia lainnya yang disebut muamalat.
Islam selalu mengajarkan kepada umatnya agar dalam mengarungi
hidup dan kehidupannya mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk
mendapat kebahagiaan tersebut manusia tidak dapat berpangku tangan
mengandalkan nasib, kodrat dan lain sebagainya, tetapi manusia harus
berusaha dengan sekuat tenaga yang sering dikenal dalam istilah agama Islam
dengan “beramal”.
Berbicara mengenai ibadah, atau amalan yang berhubungan dengan
Allah, salah satunya shalat lima waktu atau shalat wajib. Shalat merupakan
ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh umat islam. Banyak perintah
Allah dan Rasul yang menunjukkan hal ini diantaranya firman Allah dalam
Al Qur’an yang berbunyi.
ٰ ٰ ‫ّللاِ اَ ْكبَ ُر ََۗو‬
َ‫ّللاُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُوْ ن‬ ٰ ٰ ‫َواَقِ ِم الص َّٰلو َۗةَ اِ َّن الص َّٰلوةَ تَ ْن ٰهى َع ِن ا ْلفَحْ َش ۤا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر َۗ َولَ ِذ ْك ُر‬
Artinya : “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari yang keji dan yang mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah lebih
besar (faedahnya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu usahakan. (QS. Al-
Ankabut : 29 ayat 45).
Mengajarkan shalat pada anak-anak bukan hal yang mudah. Hal ini
disebabkan kepribadian anak serta tahap perkembangan anak masih sulit
memahami hal-hal yang sifatnya abstrak. Shalat dan manfaatnya bersifat
abstrak. Untuk mengajarkan hal-hal yang abstrak sangat diperlukan dengan
memberi contoh atau teladan, baik teladan dari orang tuanya, masyarakat
sekitar maupun teman sebayanya. Sikap mencontoh kepada yang lebih tua
merupakan sifat dominan bagi anak-anak sehingga apa saja yang dilakukan
orang dewasa akan cepat dicontoh oleh anak-anak. Mereka belum mampu
berfikir untuk mengetahui benar atau salah, yang penting jika orang dewasa
mengerjakan mereka akan meniru mengerjakannya. 1
Shalat merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT yang paling
tinggi nilainya. Shalat adalah ibadah yang terdiri dari gerakan anggota badan
(fi’liyah) dan ucapan atau bacaan ( qauliyah ). Fi’liyah dan qauliyah adalah
integral artinya sebagai satu ksatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Shalat
akan sah apabila fi’liyah dan qauliyah dikerjakan dengan benar. Karena
fi’liyah dan qauliyah adalah integral maka bacaan shalat harus hafal , artinya
tidak membaca tulisan. Disamping itu penghayatan makna bacaan shalat akan
mudah meresap dalam hati jika bacaan itu sudah dihafal dengan lancar.
Perkembangan pemerolehan bahasa dalam hal kemampuan untuk
mengucapkan huruf adalah bersifat kodrati dan universal maka di pastikan
bahwa pada setiap otak manusia tersedia tempat untuk ruang bahasa yang siap
menerima masukan melalui interaksi komunikasi antara anak dengan orang
lain di lingkungannya (Chomsky, 2000) Sebenarnya bahasa lingkungan yang
paling dominan adalah bahasa ibu kandung anak. Dengan kata lain, bahasa
ibu akan diwariskan pada bahasa anak atau ibu sangat berperan dalam
pemerolehan kata dalam perkembangan bahasa anak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hafalan berupa kata
yang dasarnya adalah hafal, maksudnya (1) Telah masuk dalam ingatan
(tentang pelajaran). (2) Dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat
buku atau catatan lain).2 Kata hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam

1 Nedra, “Meningkatkan Kemampuan Bacaan Hafalan Sholat dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Langsung” (UIN RIAU, 2013).


2 Desy Ayuningrum, “Peningkatan Kemampuan Hafalan Bacaan Sholat Anak Usia 6 Tahun Melalui

Metode Pembiasaan,” Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 2018 (2020),


bahasa Arab dari kata ‫ حفظ‬-‫ يحفظ‬-‫ حفظا‬yang memiliki arti memelihara,
menjaga, ingatan.3 Dalam bahasa Indonesia kata hafal berarti pelajaran yang
telah masuk dalam ingatan, atau dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa
melihat buku atau catatan lain). Kata menghafal diartikan berusaha
meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat. Maka kata hafalan dapat
diartikan dengan mengingat atau menjaga ingatan.
Shalat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk
beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara' .4
Shalat merupakan amalan pertama yang akan dihitung di akhirat.
Sebelum kita shalat, tentu kita telah menyiapkan semuanya, berwudhu,
berniat, dan memulai shalat dengan ucapan ini. Setelah berdiri tegak, lalu
seseorang mengucapkan, “Allahu Akbar” (Allah itu Maha Besar). Penting
untuk diperhatikan agar dalam melafalkan takbir harus tepat panjang dan
pendeknya agar tidak mengubah makna. Lantas apa makna takbiratul ihram?
Lafadz yang agung “Allah” merupakan nama yang menunjuki atas dzat
ketuhanan. Ia adalah nama Allah yang paling utama, paling agung, dan paling
mahsyur. Tidaklah seseorang berkata bahwa lafadz “Allah” adalah salah satu
nama “Ar-Rahman”. Sebaliknya, dikatakan bahwa “Ar-Rahman”, “Ar-
Rahim”, “Al-Maalik”, dan seluruh nama Allah yang lain adalah salah satu
dari nama-nama Allah Ta’ala.5
Menghafal bacaan sholat adalah usaha meresapkan kedalam pikiran
agar selalu ingat dengan bacaan sholat. Bagi siswa kegiatan menghafal adalah
suatu proses memasukan kedalam memori dan bisa mengingatnya kembali.
Dalam menghafal bacaan sholat membutuhkan konsentrasi, dengan ilmu
tajwid yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak huruf
(haqqul harf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf
(mustahaqqul harf) dipenuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum
madd.

3
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuryah, 1997).
4 Moh Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: Cv. Toha Putra, 2009).
5 Abu Razin Al-Batawy, Memahami Bacaan Sholat (Jakarta: Pustaka BISA, 2015).
Rumah Belajar ( Bimbel ) Makanul Akhyar Kp. Nangoh Rt 07 Rw 03
Desa Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut Berdiri sejak tahun 2019.
Kegiatan bimbingan belajar hakikatnya terdiri dari berbagai komponen
diantaranya peserta didik yakni anggota masyarakat yang ingin belajar,
komponen sumber belajar yaitu berupa buku namun hal terpenting dari
terlaksananya kegiatan bimbingan belajar ini adalah guru atau tutor.
Dengan latar belakang yang cukup memprihatinkan maka bimbingan
belajar dibentuk untuk dapat mengatasi kesulitan-kesulitan peserta didik,
melihat kualitas anak yang perlu di kembangkan Rumah Belajar (Bimbel)
Makanul Akhyar merencanakan berupa konsep bimbingan belajar yang sesuai
kebutuhan anak khususnya di bidang Pendidikan Agama Islam. Secara
spesifik tidak ada syarat atau mengklasifikasikan latar belakang ekonomi
maupun pendidikan untuk dapat menjadi bagian dari kegiatan bimbingan
belajar dan untuk peserta didik yang kurang mampu, kita subsidi agar lebih
ringan biayanya.
Pelaksanaa kegiatan bimbingan belajar ini diberlakukan berdasarkan
tingkat pendidikan kelas yang mana struktur tingkat kelas dan jangkauan
pemahaman pendidikan yang luas sehingga itu yang menjadi cara penanganan
terhadap anak yang berbeda-beda, berlaku pula dengan perbedaan
pelaksanaannnya. Dalam pelaksanaan Belajar di Rumah Belajar (Bimbel)
Makanul Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut terbagi menjadi 4
tingkatan, yaitu tingkat usia Paud, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama/sederajat, dan Sekolah Menengah Atas/sederajat.
Rumah Belajar ( Bimbel ) merupakan hasil pengembangan portal
sebelumnya yang diluncurkan. Rumah Belajar (Bimbel) dapat diikuti oleh
pendidik dan peserta didik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah
Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sebagai
sumber media pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan penulis, banyak siswa merasa tidak mampu
dalam menghafal bacaan sholat, hasil hafalan siswa belum meningkat, masih
proses menghafal bacaan awal seperti takbiratul ihram. Apalagi di zaman
modern ini pengaruh perkembangan teknologi menyebabkan berkurangnya
tingkat hafalan bacaan shalat. Kemampuan peserta didik juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan tidak berbeda dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar pada umumnya yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
ataupun lingkungan peserta didik seperti lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Adapun faktor internal yaitu berasal dalam diri peserta didik baik
fisik ataupun psikis.
Presentase Kemampuan Hafalan Siswa dalam Menghafal bacaan Shalat.
Kategori Kemampuan Hafalan Jumlah Siswa
Bacaan Shalat
Hafal 2 orang
Belum Hafal 5 orang
Hafal tapi tidak lancar 4 orang

Bukan hanya itu, penggunaan metode dan proses menghafal yang


tidak bervariasi dapat menyebabkan hambatan dan kesulitan dalam menghafal
dan pengucapan . Oleh karena itu, Rumah Belajar (Bimbel) Makanul Akhyar
sedang berupaya bagaiaman cara meningkatkan hasil hafalan siswa dalam
menghafal bacaan shalat, dan mencoba mengubah metode pembelajarannya.
Dengan demikian, menurut pandangan saya selama mengamati kegiatan di
Rumah Belajar (Bimbel) Makanul Akhyar bahwa Bimbel tersebut
mempunyai strategi menggunakan kecanggihan teknologi pada zaman
modern seperti saat ini.
Metode yang selama ini dilakukan yaitu guru meminta seluruh peserta
didik untuk menghafal sekaligus, sehingga para peserta didik merasa
terbebani oleh perintah gurunya, dan kurang nyaman dalam menghafal
bahkan hafalan mereka relatif akan mudah hilang dalam waktu sebentar.
Peneliti menyimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam proses
belajar tidaklah efektif dan cenderung membosankan bagi peserta didik,
sehingga peserta didik merasa malas untuk menghafal karena merasa jenuh
dan kurang menarik. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan metode lain
yang mungkin lebih berkesan bagi peserta didik setingkat SD dalam
menjalani proses pembelajaran khususnya saat menghafal bacaan shalat
dengan cara melihat video animasi tata cara sholat dan mendengarkan
bacaan-bacaannya.
Dengan demikian ada beberapa keunggulan dari metode yang akan
dipakai tersebut yaitu, Menimbulkan semangat belajar, interaksi lebih
langsung antara peserta didik dengan sumber belajar, meningkatkan hafalan
karena dengan semangat dalam belajar menggunakan audio visual siswa
otomatis akan terus mengulangnya, dengan banyak mengulang hafalan akan
semakin kuat hafalannya tidak mudah hilang.
Dengan demikian penulis merasa merasa tertarik untuk lebih
mengetahui bagaimana implementasi yang akan dilakukan oleh Rumah
Belajar (Bimbel) Makanul Akhyar yang dikemas dalam penelitian yang
berjudul : Upaya Meningkatkan Hafalan Bacaan Shalat Siswa SD dengan
Menggunakan Media Audio-Visual (Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas
2 SD di Rumah Belajar ( Bimbel ) Makanul Akhyar panembong Kec.
Bayongbong Kab. Garut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Hafalan Bacaan Shalat di Rumah Belajar (Bimbel)
Makanul Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut Sebelum
Menggunakan Media Audio Visual?
2. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Bacaan Shalat Berbasis Audio-
Visual di Rumah Belajar (Bimbel) Makanul Akhyar Panembong Kec.
Bayongbong Kab. Garut ?
3. Bagaimana Perkembangan Peningkatan Hafalan Bacaan Shalat Melalui
Pembelajaran Berbasis Audio-Visual di Rumah Belajar (Bimbel) Makanul
Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut setelah menerapkan
Pembelajaran Audio-visual ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Kondisi Hafalan Bacaan Shalat di Rumah Belajar
(Bimbel) Makanul Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut
Sebelum Menggunakan Media Audio Visual
2. Untuk Mengetahui Implementasi Pembelajaran Bacaan Shalat Berbasis
Audio-Visual di Rumah Belajar (Bimbel) Makanul Akhyar Panembong
Kec. Bayongbong Kab. Garut
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Peningkatan Hafalan Bacaan Shalat
Melalui Pembelajaran Berbasis Audio-Visual di Rumah Belajar (Bimbel)
Makanul Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut Setelah
Pembelajaran Audio-Visual

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian


a. Manfaat
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan
penyelesaian sebuah masalah perkembangan dan peningkatan hafalan
belajar siswa yang terdapat dalam ilmu keagamaan khususnya di bidang
Fiqih.
b. Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Bagi Lembaga sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam
melaksanakan pendidikan.
2. Bagi Guru sebagai bahan evaluasi secara umum tentang pentingnya
memperhatikan hafalan bacaan shalat untuk mendapatkan hasil belajar
yang lebih baik.
3. Bagi siswa sebagai masukan dalam memanfaatkan pendidikan di
meningkatkan hafalan dalam menghafal bacaan shalat sehingga
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
4. Bagi peneliti sebagai sumbangan pemikiran pada jurusan Pendidikan
Agama Islam tentang Upaya Meningkatkan Hafalan Bacaan Shalat.
E. Kerangka Pemikiran
1. Landasan Teosentris Penelitian
Sholat adalah amal perbuatan manusia yang pertama kali akan
dihisab di hari Kiamat. Hal ini adalah sebagaimana dijelaskan dalam
Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 864, dishohiihkan oleh
Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Abu Hurairoh r.a., dimana
beliau berkata bahwa Nabi SAW bersabda:

‫صالَ ُة َق َل َي ُق ْو ُل َر ُّب َنا‬ َّ ‫اِنَّ أَ َّو َل ما َ ي َُحا َسبُ ال َّناسُ ِب ِه َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ِمنْ أَعْ َمال ِِه ْم ال‬
ْ ‫ص َها َفإِ ْن َكا َن‬
‫ت َتا َّم ٍة‬ َ ‫صالَ ِة َع ْب ِد أَ َت َّم َها أَ ْم َن َق‬ َ ‫ظ ُروا فِى‬ ُ ‫َج َّل َو َع َّز لِ َمالَ ِئ َك ِت ِه َوه َُو أَعْ َل ُم ا ْن‬
‫ان َل ُه‬ َ ‫ظرُ وا َه ْل ِل َع ْبدِي ِمنْ َت َط ُّو ٍع َفإِنْ َك‬ ُ ‫ص ِم ْن َها َش ًئا َقا َل ا ْن‬ َ ‫ت َل ُه َتام ًَّة َوإ ْن َك‬
َ ‫ان ا ْن َت َق‬ ْ ‫ُك ِت َب‬
.‫اْلعْ َما ُل َع َلى َذا ُك ْم‬ َ ْ ‫ض َت ُه ِمنْ َت َط ُّو ِع ِه ُث َّم ُت ْؤ َخ ُذ‬ َ ‫َت َط ُّو ٌع َقا َل أَ ِتمُّوا ِل َع ْبدِي َف ِر ْي‬
Artinya: “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal
perbuatan manusia pada hari kiamat adalah sholatnya. Robb kita ‘Azza
wa Jalla berfirman kepada para malaikat-Nya sedangkan Dia lebih
mengetahui-, “Perhatikan sholat hamba-Ku, sempurnakah atau justru
kurang?”
Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan
sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allooh berfirman,
“Perhatikan lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan sholat sunnah?”
Jikalau terdapat sholat sunnahnya, Allooh berfirman, “Sempurnakanlah
kekurangan yang ada pada sholat wajib hamba-Ku itu dengan sholat
sunnahnya.” Kemudian semua amal manusia akan dihisab dengan cara
demikian.”

Tentang sholat ini, kaum Muslimin diperintahkan untuk


menegakkan sholat fardhu itu 5X sehari, namun tidak sedikit diantara
kaum Muslimin yang belum mengetahui tata cara sholat yang sesuai
tuntunan Rosuul-nya SAW., padahal Nabi Muhammad SAW., telah
bersabda, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no:
631, dari Shohabat bernama Maalik bin Al Huwairits r.a., ketika beliau
bersama rombongan 20 orang menginap 20 hari di Madinah untuk
mempelajari tentang Islam dan selanjutnya agar diajarkan kepada
kaumnya, lalu disela-sela itu Rosuulullooh SAW., bersabda :
َ ُ‫صلُّ ْوا َك َما َرأَ ْي ُتم ُْو ِنيْ أ‬
‫صلِّى‬ َ ‫َو‬
Artinya : “Dan sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
sholat.”
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin mengikuti gerakan-
gerakan sholat sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah SAW., karena
itu adalah amalannya yang pertama kali akan dihisab di hari Kiamat.6
2. Konsep Tentang Menghafal
Hal-hal yang dapat membantu menghafal atau mencamkan antara lain.
(1) Menyuarakan dalam menghafal. Dalam proses menghafal akan lebih
efektif bila seseorang menyuarakan bacaannya, artinya tidak membaca
dalam hati saja. (2) Pembagian waktu yang tepat dalam menambah
hafalan, yaitu menambah hafalan sedikit demi sedikit akan tetapi
dilakukan secara kontinu. (3) Menggunakan metode yang tepat dalam
menghafal. (4) Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu
materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat di produksikan
(diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menurut
pendapat Abdul Rahman Abror mengatakan bahwa menghafal adalah
fungsi mencamkan dengan sengaja melalui alat indra dan sifatnya
mekanis dengan akal fikiran.7
Syeikh Ibnu Baaz Rahimahullah berkata: “Seorang mukmin jika
mempelajari sunnah, ia membaca dan mempelajarinya maka ia akan
mendapatkan pahala yang besar; karena hal itu termasuk dalam
mempelajari ilmu, Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
‫) َم ْن َسلَكَ طَ ِر ْيقا يَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْلما َسهَّ َل ّللاُ لَه ُ بِ ِه طَ ِر ْيقا إِلَى ا ْل َجنَّ ِة( رواه مسلم‬
“Barang siapa yang berjalan di sebuah jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (HR.
Muslim)

Hadits ini menunjukkan untuk mempelajari ilmu, menghafal hadits-


hadits, membahas dan memahaminya termasuk di antara sebab masuk ke

6 Ahmad Rofi’i, “Dalil & Gambar Gerakan Sholat Sesuai Al-Qur’an dan Assunnah” (2012): 1-2.
7 I Kurniawan, “Metode menghafal cepat,” 2018.
surga dan selamat dari api neraka, demikianlah sabda Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam :
‫) َم ْن يُ ِر ُد ّللاُ ِب ِه َخ ْيرا يَ ْفقَهُ ِفي الد ْي ِن( متفق عليه‬
“Barang siapa yang Allah menginginkannya dalam kebaikan, maka
Dia akan memahamkannya kepada agama”. (HR. Muttafaqun
‘Alaihi)

Memahami agama adalah dengan jalan (membaca) buku dan dengan


melalui sunnah, sedangkan memahami sunnah termasuk pertanda bahwa
Allah telah menginginkan kepada hamba tersebut menuju kebaikan”.8
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata menghafal
adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.
Menghafal berasal dari kata dasar hafal. Menghafal memiliki arti dalam
kelas verba atau kata kerja sehingga menghafal dapat menyatakan suatu
tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. 9
Kata menghafal dapat di sebut juga sebagai memori, dimana apabila
mempelajarinya maka membawa kita pada psikologi kognitif terutama
pada model manusia sebagai pengola informasi. Menurut Atkinson
mengatakan proses menghafal melewati tiga proses yaitu.
a. Encoding (memasukan informasi kedalam ingatan) encoding
adalah suatu proses memasukan data-data informasi kedalam
ingatan. Proses ini melalui dua alat indra manusia yaitu
penglihatan dan pendengaran. Kedua alat indra yaitu mata dan
telinga, memegang peranan penting dalam penerimaan informasi
sebagaimana informasi sebagaimana hanya di jelaskan dalam ayat-
ayat al-Qur’an, dimana penyebutan mata dan telinga selalu
beriringan.
b. Storage (penyimpanan). Storage adalah penyimpanan informasi
yang masuk dalam gudang memori. Gudang memori terletak di
dalam memori panjang (long trem memory). Semua informasi

8
Syekh Muhammad Shalih Al Munajjid, “Dakwah, Ilmiah dan Pendidikan,” Pengetahuan tentang islam
(Situs Islamqa.Info, 2021).
9 KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016.
yang di masukan dan di simpan di dalam gudang memori itu tidak
akan pernah hilang. Apa yang di sebut lupa sebenarnya kita tidak
berhasil menemukan kembali informasi tersebut di dalam gudang
memori.
c. Retrieval (pengungkapan kembali) Retrieval adalah pengungkapan
kembali (repreduksi) informasi yang telah disimpan didalam
gudang memori adakalanya serta merta dan adakalanya perlu
pancingan. Apabila upaya menginggat kembali tidak berhasil
walaupun dengan pancingan, maka orang menyebutnya lupa. Lupa
mengacu pada ketidak berhasilan kita menemukan informasi
dalam gudang memori, sungguhpun ia tetap ada disana.10
Selanjutnya menurut Atkinson dan Shiffrin sistem ingatan manusia
di bagi menjadi 3 bagian yaitu: pertama sensori memori (sensory memori):
kedua ingatan jangka pendek (short term memory) dan ketiga ingatan
jangka panjang (long termmemory). Sensori memori mencatat informasi
atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombinasi panca indra,
yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telingga bau
melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Bila informasi
atau stimulus tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan, namun
bila diperhatikan maka informasi tersebut di transfer ke system ingatan ke
jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan informasi lebih
kurang 30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi (chunks)
dapat di pelihara dan disimpan di sistem ingatan jangka pendek dalam
suatu saat. Setelah berada di sistem ingatan di jangka pendek, informasi
tersebut dapat di transfer lagi melalui proses rehearsal
latihan/pengulangan) ke sistem ingatan kejangka panjang untuk disimpan,
atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan karena
tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi yang baru.

10 Sa’dullah, Cara Praktis Menghafal al-Qur’an (Depok: Gema Insani, 2008).


3. Konsep Tentang Pentingnya Belajar Shalat
Tak hanya orang tua yang selalu mendoakan anaknya, seluruh
makhluk yang ada di bumi ini bahkan ikut mendoakan orang yang giat
mencari ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
‫ َو َم ْن ِفي‬،‫ت‬ ِ ‫ض ُع أَجْ ِن َحتَ َها ِرضا ِلطَا ِل‬
ِ ‫ َوإِ َّن ا ْل َعا ِل َم لَ َي ْستَ ْغ ِف ُر لَهُ َم ْن ِفي ال َّس َم َوا‬،‫ب ا ْل ِع ْل ِم‬ َ َ‫َوإِ َّن ا ْل َم ََل ِئ َكةَ لَت‬
‫وْف ا ْل َما ِء‬
ِ ‫ َوا ْل ِحيتَانُ ِفي َج‬،‫رْض‬ َْ
‫اْل‬
ِ
"Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridaan
kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintai ampunan oleh
penduduk langit dan bumi, bahkan hingga ikan yang ada di dasar
laut."(HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)11
Shalat merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam
hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan
sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan Allah swt. Shalat juga
mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam,
yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain.
Shalat sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah:
Q.S At-Taubah:18; Q.S Al-Baqarah:45; Q.S Al-Baqarah:110 ; Q.S Al-
Baqarah:177; Q.S Ar-Ra’d:22; Q.S Ibrahim:31; Q.S Al-A’raf:170; Q.S
At-Taubah:18; Q.S An-Nisa:43; Q.S An-Nisa:101; Q.S An-Nisa:102; Q.S
An-Nisa:103; Q.S An-Nisa:162; Q.S Al-Maidah:6; Q.S Al-Maidah:12;
Q.S Hud:114; Q.S Ibrahim:37; Q.S Ibrahim:40; Q.S Al-Hijr:98; Q.S Al-
Isra’:78; Q.S Maryam:31; Q.S Maryam:59 Q.S Thaha:14; Q.S
Thaha:132; Q.S Al-Hajj:77; Q.S Al-Mukminun:2; Q.S An-Nur:56; Q.S
Al-Ankabut:45; Q.S Luqman:17; Q.S Fathir:29; Q.S Al-Fath:29; Q.S Al-
A’la:15; Q.S Al-Bayyinah:5. Dari sekian ayat dalam surat-surat yang
terdapat Al-Qur’an tersebut menunjukkan betapa pentingnya kedudukan
shalat dalam kehidupan.
Bahkan Rasulullah dalam sebuah hadistnya menegaskan bahwa Shalat
menjadi pembeda atau pembatas yang tegas antara seorang muslim
dengan orang kafir. “Perjanjian antara kami dengan mereka (orang

11 Fera Rahmatun Nazilah, “3 Hadits Ini Bikin Kamu Semangat Belajar,” OASE.
kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia
telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu
Majah). Senada dengan hadis tersebut, Umar bin Khattab juga
menyatakan, “Tidak ada islam bagi seseorang yang tidak menegakkan
shalat”.
Dari ulasan diatas sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita
harus menaruh perhatian yang sangat besar dalam menjalankan Shalat
dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab, dan bukan sekedar
rutinitas atau penggugur kewajiban.12
4. Konsep Tentang Pembelajaran Berbasis Audio-Visual
Menurut Semenderiadis Audio visual media play a significant role in
the education process, particularly when usedextensively by both teacher
and children. Audiovisual media provide children with many stimuli, due
to their nature (sounds, images). They enrich the learning environment,
nurturing explorations, experiments and discoveries, and encourage
children to develop their speech and express their thoughts (Media audio-
visual memainkan peran penting dalam proses pendidikan, terutama
ketika digunakan oleh guru dan peserta didik.13
Media audio visual merupakan seperangkat alat yang dapat
memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa media audio
visual adalah perantara atau peraga yang digunakan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar yang pengunaan materi penyerapannya melalui
pandangan (gambar) dan pendengaran (suara).
Menurut Wati langkah-langkah dalam penggunaan media audio visual
yaitu:
a. Persiapan materi. Dalam hal ini, seorang guru harus menyiapkan
unitpelajaran terlebih dahulu, setelah itu baru menetapkan media

12 Tatang Shabur Julianto, “Pentingnya Shalat,” Direktorat Layanan Akademik.


13 Themistoklis Semenderiadis, “ ,” 2009.
audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan.
b. Durasi media Seorang guru harus menyesuaikan durasi media dengan
jam pelajaran.
c. Persiapan kelas Persiapan ini meliputi persiapan peserta didik dan
persiapan alat.
d. Tanya jawab Setelah penggunaan media audio visual guru melakukan
refleksi dan Tanya jawab dengan peserta didik, tujuannya untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi
yang disampaikan.14 Wati (2016. hlm 55-56)
5. Bacaan-Bacaan Dalam Shalat
Sholat merupakan rukun Islam kedua yang terdiri dari sholat wajib
dan sholat sunah. Sholat wajib artinya sholat yang apabila dikerjakan
mendapatkan pahala, dan jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa.
Sementara sholat sunah, kita akan mendapatkan pahala jika
melakukannya tetapi jika tidak mengerjakan tidak akan mendapatkan
dosa. Bacaan sholat dimulai dari takbir hingga salam. Ada beberapa
tutunan bacaan sholat beserta gerakannya yang harus dilakukan. Berikut
penjelasan beserta artinya :
a. Niat
Bacaan niat dilakukan sebelum melakukan sholat. Bacaan niat
yang dilakukan berdasarkan jenis sholat yang akan dilakukan. Di
bawah ini bacaan niat untuk sholat wajib :
1) Niat Sholat Subuh
‫إماما هلل تعالى‬/‫مأموما‬/‫أصلي فرض الصبح ركعتين مستقبل القبلة أداء‬
Usholli Fardhol Subhi Rok'ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa
an (sholat sendiri)/Ma'muuman (menjadi ma'mum)/Imaaman
(menjadi imam) Lillaahi Ta'aalaa.

14 Ega Rima Wati, Ragam Media Pembelajaran (Surabaya: Kata Pena, 2016).
Artinya: "Saya berniat sholat fardu subuh dua rakaat menghadap
kiblat karena Allah Ta'ala / Ma'mum karena Allah Ta'ala / Imam
karena Allah Ta'ala".
2) Niat Sholat Dzuhur
‫إماما هلل تعالى‬/‫مأموما‬/‫أصلي فرض الظهر أربع ركعات مستقبل القبلة أداء‬
Usholli Fardhol Zuhri Arba'a Roka'aati Mustaqbilal
Qiblati Adaa an (sholat sendiri) / Ma'muuman (menjadi ma'mum) /
Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta'aalaa.
Artinya: "Saya berniat sholat fardu zuhur empat rakaat
menghadap kiblat karena Allah Ta'ala / Ma'mum karena Allah
Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala".
3) Niat Sholat Asar
‫إماما هلل تعالى‬/‫مأموما‬/‫أصلي فرض العصر أربع ركعات مستقبل القبلة أداء‬
Usholli Fardhol Ashri Arba'a Roka'aati Mustaqbilal
Qiblati Adaa an (sholat sendiri) / Ma'muuman (menjadi ma'mum) /
Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta'ala.
Artinya: "Saya berniat sholat fardu asar empat rakaat menghadap
kiblat karena Allah Ta'ala / Ma'mum karena Allah Ta'ala / Imam
karena Allah Ta'ala".
4) Niat Sholat Magrib
‫إماما هلل‬/‫مأموما‬/‫أصلي فرض المغرب ثَلث ركعات مستقبل القبلة أداء‬
‫تعالى‬
Usholli Fardhol Magribi Tsalasa Rok'aati Mustaqbilal
Qiblati Adaa an (sholat sendiri) / Ma'muuman (menjadi ma'mum) /
Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta'ala.
Artinya: "Saya berniat sholat fardu magrib tiga rakaat menghadap
kiblat karena Allah Ta'ala / Ma'mum karena Allah Ta'ala / Imam
karena Allah Ta'ala".
5) Niat Sholat Isya
‫إماما هلل تعالى‬/‫مأموما‬/‫أصلي فرض العشاء أربع ركعات مستقبل القبلة أداء‬
Usholli Fardhol 'Isya i Arba'a Roka'aati Mustaqbilal
Qiblati Adaa an (sholat sendiri) / Ma'muuman (menjadi ma'mu ) /
Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta'aalaa.
Artinya: "Saya berniat sholat fardu isya empat rakaat menghadap
kiblat karena Allah Ta'ala / Ma'mum karena Allah Ta'ala / Imam
karena Allah Ta'ala".
b. Iftitah
Doa iftitah dilakukan setelah mengangkat kedua tangan sejajar
dengan telinga (untuk laki-laki) atau sejajar dengan dada (untuk
perempuan) sambil membacakan "allahu akbar". Kemudian tangan
disedekapkan pada dada dan baru membacakan doa iftitah. Berikut
bacaannya:
ُ ‫ اِنى َو َّجه‬. ‫صيَْل‬
َ ‫ْت َوجْ ِه‬
‫ي‬ ِ َ‫ان ّللاِ بُ ْك َرة َوا‬ ِ ِ ‫ّللاُ اَ ْكبَ ُر َك ِبرا َوا ْل َح ْم ُد‬
َ ‫هلل َك ِشيْرا َو ُس ْب َح‬
َ ‫ اِ َّن‬. ‫ض َحنِيْفا ُم ْسلِما َو َما اَنَا ِم َن ْال ُم ْش ِر ِكي َْن‬
‫ص ََلتِ ْي‬ َ ْ‫ط َرال َّس َما َوات َو ْاْلاَر‬ َ َ‫لِلَّ ِذيْ ف‬
ُ ْ‫ك اُ ِمر‬
‫ت َواَ َن ِم َن‬ َ ‫ ْلَ َش ِر ْي‬. ‫هلل َرب ْال َعا لَ ِمي َْن‬
َ ِ‫ك لَهُ َو ِب َذ ل‬ َ ‫َونُ ُس ِك ْي َو َمحْ يَا‬
ِ ِ ‫ي َو َم َماتِ ْي‬
‫ْال ُم ْس ِل ِمي َْن‬
“Allaahu akbaru Kabiraa Walhamdulillaahi Katsiiraa, Wa
Subhaanallaahi Bukratan Wa’ashiilaa, Innii Wajjahtu Wajhiya
Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardha Haniifan Musliman
Wamaa Anaa Minal Musyrikiin. Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa
Mahyaaya Wa Mamaatii Lillaahi Rabbil ‘Aalamiina. Laa
Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.”

c. Al-fatihah
ٰ ٰ ٰ ‫بِس ِْم‬
ِ ِ‫ مٰ ل‬.‫ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬.‫هلل َرب ْال ٰعلَ ِمي َْن‬
.‫ك يَ ْو ِم الد ْي َۗ ِن‬ ِ ٰ ِ ‫ اَ ْل َح ْم ُد‬. ‫َّحي ِْم‬
ِ ‫ّللاِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬
ِ . ‫ اِ ْه ِدنَا الص َراطَ ا ْل ُم ْستَقِ ْي َم‬.‫ك نَ ْست َِعي َۗ ُْن‬
‫ص َراطَ الَّ ِذي َْن اَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم ە‬ َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َواِيَّا‬َ ‫اِيَّا‬
.‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو َْل الض َّۤالي َْن‬
ِ ‫َغي ِْر ا ْل َم ْغض ُْو‬
d. Rukuk
Bacaan sholat selanjutnya yaitu rukuk. Gerakan rukuk yaitu
mengangkat kedua tangan dan membaca "allahu akbar". Kemudian
badan dibungkukkan dan kedua tangan memegang lutut. Usahakan
antara punggung dan kepala sama rata. Setelah itu membaca:
"‫"سبحان ربي العظيم وبحمده‬
"Subhaana robbiyal 'adziimi wa bihamdih" 3 kali.
e. I’tidal
Setelah rukuk, bangkit dan tegak dan mengangkat kedua tangan
setinggi telinga (laki-laki) atau dada (perempuan) sambil membaca:
‫سمع ّللا لمن حمده‬
“Sami'allaahu liman hamidah”
Setelah berdiri tegak, lalu membaca :
‫ربنا لك اللحمد ملء السموات وملء اْلرض وملء ما شئت من شيء بعد‬
Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi
wamil u maa syi'ta min syain ba'du.
f. Sujud
Selesai melakukan iktidal, lakukan sujud dengan meletakkan dahi
di lantai yang telah diberikan alas bersih. Ketika turun ke bawah dari
posisi iktidal, lakukan sambil membaca "Allahu akbar" dan sujud
dengan membacanya 3 kali.
‫سبحان ربي اْلعلى وبحمده‬
“Sub haana robbiyal a'la wabihamdih”.
Artinya: "Maha suci tuhan yang maha tinggi serta
memujilah aku kepadanya."
g. Duduk di Antara Dua Sujud
Setelah sujud dilakukan, langkah selanjutnya yaitu duduk sambil
membaca:
‫رب اغفررلي وارحمني واجبرني وارفعني وارزقني واههدني وعافني‬
‫واعف عني‬
“Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii
wahdinii wa'aafinii wa'fu 'anni”.
Artinya: "Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah
aku, cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajatku,
berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan
kepadaku dan berilah ampunan kepadaku."
Setelah selesai membaca lakukan gerakan sujud dengan
bacaan yang sama sebelumnya. Selesai sujud, berdiri lagi dan
melanjutkan rakaat selanjurnya. Jumlah rakaat tergantung dengan
jenis sholat yang dilakukan.

h. Skema Kerangka Pikir Penelitian

Kondisi Guru : belum Siswa : Hasil


Awal menggunakan belajar rendah
media audio-visual

Guru menggunakan Guru menggunakan


Tindakan
media audio-visual media audio-visual
dalam pembelajaan dalam pembelajaan

Diduga melalui media audio-


Kondisi visual dapat meningkatkan hafalan
Akhir bacaan bagi kelas 2 SD

F. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Nutra Vendritawati dengan judul skripsi “ Peningkatan
Keterampilan Hafalan Bacaan Sholat Melalui Metode Latihan (Drill)
Siswa Kelas III SDN 19 Balik-Alam Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis, tahun 2013. Menyatakan bahwa pemebelajaran yang dilakukan
sebelum tindakan membaca bacaan sholat masih terholong rendah,
dengan menggunakan metode latihan (Drill) pembelajaran membaca
bacaan sholat mengalami peningkatan yang bertahap dengan siklus
pertama sampai siklus III. 15
2. Penelitian Ita Misanti, pada tahun 2019 dengan judul skripsi “ Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Kelas II A Pada Materi Bacaan Shalat Melalui
Metode Drill di SDN 2 Sokaraja Tengan Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Banyumas. Menyatakan bahwa mengajar dengan menggunakan metode
Drill pada siklus I nilai rata-ratanya naik secara bertahap. Menunjukkan
bahwa pembelajaran pada materi bacaan shalat kelas II SDN 2 Sokaraja
telah mencapai batas tuntas yang ditetapkan dan data tersebut sudah
dikatakan berhasil, karena sudah mencapai indikator ketuntasan yang
sudah di tetapkan.16
3. M. Irhas dkk, tahun 2021 dengan judul jurnal “ Peningkatan Kualitas
Hafalan Al-Qur’an Melalui Media Audio Speaker Al-Qur’an di HSG
Khoiru Ummah Loa Janan Ilir Samarinda. Menyatakan bahwa media
audio speaker al-Qur’an dapat meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an
pada peserta siswa di kelas III HSG Khoiru Ummah Loa Janan Ilir
Samarinda dengan bukti hasil penelitian prasiklus rata-rata pencapaian
kelas sebesar 27% dan meningkat pada siklus I rata-rata pencapaian kelas
sebesar 55% dan semakin meningkat disiklus II rata-rata pencapaian kelas
sebesar 88%.17

15 Nutra Vendritawati, “Penigkatan Keterampilan Menghafal Bacaan Sholat Melalui Metode Latihan
(Drill) Sisiwa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 19 Balik-Alam Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.”
(2013.
16
D I Sd, Negeri Sokaraja, dan Tengah Kecamatan, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Ii A Pada
Materi Bacaan Shalat Melalui Metode Drill Sokaraja Kabupaten Banyumas” (2019).
17 Peningkatan Kualitas et al., “Media Audio Speaker Al-Quran Di Hsg Khoir"no. 1 (2021): 55–75.
Penelitian terdahulu dapat dilihat orisinalitasnya dalam table di bawah ini :
Tabel 1.1.
Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti, Judul
dan Tahun Penelitian Persamaan Perbedaan Orisinilitas Peneliti
1 2 3 4
Nutra Vendritawati, Berupaya Pembelajaran Meningkatan
2013, Peningkatan meningkatkan melalui metode Hafalan Bacaan
Keterampilan hafalan latihan (Drill) Sholat dengan
Hafalan Bacaan bacaan shalat menggunakan
Sholat Melalui media audio-
Metode Latihan visual
(Drill)
Ita Misanti, 2019, Pembelajaran Berupaya Media audio visual
Peningkatan Hasil materi bacaan meningkatkan sebagai metode untuk
Belajar Siswa Kelas II A shalat hasil belajar meningkatkan hafalan
Pada Materi Bacaan melalui metode
Shalat Melalui Metode Drill
Drill
M. Irhas dkk, 2021, Peningkatan Media audio Pembelajaran hafalan
Peningkatan Kualitas hafalan dengan speaker al- bacaan sholat
Hafalan Al-Qur’an media audio Qur’an sebagai menggunakan media
Melalui Media Audio peningkatan audio visual untuk
Speaker Al-Qur’an kualitas hafalan meningkatkan hasil
al-Qur’an hafalan

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan
sebelumnya, dengan menggunakan media audio visual akan dapat
meningkatkan hafalan bacaan shalat siswa Rumah Belajar (Bimbel) Makanul
Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut Kelas II sebesar 91%
dalam maksimal 3 siklus.

H. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang dipakai yaitu metode deskriptif. Merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.18
Model penelitian yang digunakan yaitu Peneitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktik praktik pembelajaran di kelas
secara lebih professional. PTK berupaya meningkatkan dan
mengembangkan profesionalisme guru dalam menunai kan tugasnya.
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK dikenal dengan istilah
clasroom action research, yang disingkat CAR. PTK atau CAR menjadi
perhatian para ahli pendidikan dunia, seiring dengan perubahan pola
pandang masyarakat terhadap tugas pendidik sebagai profesi yang tidak
lagi inferior. Para praktisi pendidikan dunia berupaya memposisikan
pekerjaan guru sebagai profesi yang sejajar dengan profesi-profesi yang
lainnya. Kalau dulu guru dianggap sebagai semi profesi, saat ini pekerjaan
guru sedang digiring untuk menjadi profesi yang seutuhnya.
Classroom action research (CAR) adalah action research yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya
merupakan rangkaian “riset฀tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan
secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah
individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi
CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan
collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda

18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Cv. Alfabeta, 2005).


dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan
membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya
tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat
saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan
yang dimliki peneliti.19
2. Tempat dan Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Belajar (Bimbel) Makanul
Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 4 siswa dan perempuan sebanyak 7 siswa.
Objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok
pembicaraan. Dengan kata lain objek penelitian adalah sesuatu yang
menjadi fokus dari sebuah penelitian. Jika kita bicara tentang objek
penelitian, objek inilah yang akan dikupas dan dianalisis oleh peneliti
berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan objek penelitian. Objek yang
dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan
Hafalan Bacaan Shalat Siswa Kelas 2 Rumah belajar (Bimbel) Makanul
Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut.
4. Model Penelitian dan Desain Tindakan
a. Model Penelitian
Model Penelitian dan desain tindakan yang digunakan yaitu Model
Kurt Lewin. Ada empat komponen yang dikenalkan dalam penelitian
tindakan yaitu, perencanaan (planning), tindakan (action), observasi
(observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan dari keempat
komponen tersebut dimaknai menjadi satu siklus.

19 Mahmud M dan Tedi Priatna, Penelitian Tindakan Kelas ( Teori dan Praktik ), ed. Ija Suntana

(Bandung: Tsabita, 2008).


ACTING

PLANNING REFLECTIN

OBSERVING

Gambar 1.2. Model Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin


Berdasarkan gambar di atas bahwa model Kurt Lewin langkah
pertama yang dilakukan adalah:
a) Perencanaan
Merancang penelitian tindakan yang akan dilakukan. Kalau
pelaksanaannya di kelas berarti rencana/perencanaan tersebut
disesuaikan dengan objek dan masalah yang di tingkatkan.
b) Tindakan
Melakukan intervensi sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan dilaksnakan dengan hati-hati dan teliti agar
dicapai peningkatan yang baik.
c) Pengamatan
Mengamati dampak tindakan yang dilakukan. Apakah rencana
dan tindakannya berhasil atau tidak. Artinya apakah ketika proses
ada peningkatan atau tidak (peningkatan motivasi/semangat, peran,
dan hasil).
d) Refleksi
Membuka dan membahas kembali terhadap apa yang telah
dilakukan. Refleksi di sini untuk mengetahui kekurangan,
kelemahan dan ketidakberhasilan tindakan yang telah dilakukan
kemudian menyusun rekomendasi dan saran-saran untuk
melangkah pada siklus berikutnya jika belum tuntas.20
b. Desain Tindakan
1) Pra Kondisi
Penelitian ini dikenakan pada siswa kelas II Rumah Belajar
(Bimbel) Makanul Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab.
Garut karena penghafalan bacaan shalat di ajarkan sejak sekolah
dasar awal, dan tingkat hafalannya masih kurang dengan 11 orang.
Sebelum diadakan tindakan, peneliti mengadakan dialog awal
dengan salah seorang pengurus sekaligus guru untuk mengetahui
kondisi awal siswa dalam proses pembelajaran bacaan shalat. Dari
hasil diskusi dengan guru tersebut, didapatkan beberapa masalah
yang berkaitan dengan tingkat hafalan siswa dalam proses
pembelajaran fiqih khususnya pada materi bacaan shalat.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti memberikan
solusi untuk masalah tersebut dengan menerapkan media audio
visual, guna mengatasi masalah hafalan dan hasil belajar fiqih.
Dimana media audio visual ini diharapkan dapat meningkatkan
hafalan bacaan shalat.
Kurangnya hafalan bacaan shalat di kelas II disebabkan karena
guru tidak menggunakan media dan kurang tepat memilih strategi
dan metode yang digunakan. Hal ini menyebabkan siswa bosan
dalam mengikuti pembelajaran, siswa kurang semangat dalam
menghafal.
Berdasarkan dialog awal dengan guru, peneliti menemukan
beberapa masalah mengenai hafalan bacaan shalat untuk sejumlah

20 Setyawan Pujiyono, “Desain Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik Pengembangan kajian Pustaka”

(2008): 1–9.
11 siswa kelas II yang mengikuti tes dan mampu menghafal
bacaan shalat sebanyak 2 siswa (18%) sedangkan siswa yang
belum mengikuti tes dan belum menghafalnya sebanyak 9 siswa
(82%).
2) Tindakan
a. Perencanaan
Rencana tindakan dilakukan di kelas II Rumah Belajar
(Bimbel) yaitu pada hari rabu tanggal 23 Agustus 2021 dengan
alokasi waktu 2 jam pelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat
peneliti berdasarkan materi yang akan dipelajari yaitu
Menghafal bacaan shalat. Pada tindakan kelas tersebut
menggunakan media audio visual yaitu sebuah proyektor
dengan materi Menghafal bacaan shalat.
b. Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan pada hari
senin tanggal 23 agustus 2021, pembelajaran dimulai pada
pukul 10:00 WIB. Siswa kelas II yang hadir 11 siswa, materi
yang disampaikan yaitu tentang bacaan shalat dari mulai niat
sampai tahiyat awal.
Pelaksanaan dilakukan di kelas dengan menggunakan
media audio visual yaitu sebuah proyektor, pada pelaksanaan
tindakan pengajaran guru dibantu peneliti. Sedangkan
penerima tindakan adalah siswa kelas II SD Rumah Belajar
(Bimbel) Makanul Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab.
Garut. Selama pembelajaran, peneliti bertindak sebagai
observasi dengan berpedoman pada lembar observasi yang
telah disepakati serta melakukan monitoring terhadap reaksi
siswa. Peneliti juga mencatat kejadia-kejadian penting dalam
suatu proses pembelajaran yang diperoleh peneliti dalam
lembar observasi, lembar catatan lapangan dan setelah selesai
pembelajaran, guru diminta untuk memberi tanggapan.
c. Refleksi
Refleksi tindakan kelas dilaksanakan setelah berakhir
pembelajaran. Dalam kegiatan refleksi ini peneliti dan guru
bersama-sama mendiskusikan hasil observasi. Jenis dan
Sumber Data Penelitian
a. Jenis Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak
menggunakan angka-angka, mulai dari mengumpulkan data,
penafsiran terhadap data yang diperoleh, serta pemaparan hasilnya. 21
Data kuantitatif yaitu pendekatan yang secara pokok
menggunakan postpositivist dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan (seperti misalnya berkaitan sebab akibat, reduksi kepada
variabel, hipotesis serta pertanyaan spesifik dengan pengukuran,
pengamatan, serta uji teori), menggunakan strategi penelitian seperti
survey dan eksperimen yang memerlukan data statistik.22
b. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian dibedakan menjadi 2, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya leewat
orang lain atau dokumen.23
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data
primer. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini
adalah Pengurus sekaligus Guru Rumah Belajar (Bimbel) Makanul
Akhyar Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut.
5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
a. Tes Hafalan

21
Arikunto, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).
22 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2009).
23 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.
Tes disini adalah sebagai alat pengumpulan data dengan aspek
penilaian sebagai berikut :
1) Makhorijul Huruf
2) Kelancaran Hafalan
3) Banyaknya Hafalan
b. Metode Observasi
Metode yang digunakan yaitu metode observasi,dimana
metode observasi ini tampaknya merupakan metode yang penting dan
harus mendapat perhatian selayaknya. Observasi mengungkapkan
gambaran sistemis mengenai peristiwa, tingkah laku, benda atau karya
yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan. Pengguanaan metode
observasi secara tepat yang sesuai dengan persyaratan yang digunakan
dalam teknik-tekninya, baik digunakan secara tersendiri, maupun
digunakan secara bersama-sama dalam metode lainnya dalam suatu
kegiatan di lapangan, akan sangat bermanfaat untuk memperoleh data
yang tepat, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan.Untuk
melaksanakan metode observasi sebaik-baiknya perlu latihan dan
pengalaman yang cukup, sekalipun banyak orang yang menganggap
kegiatan observasi merupakan kegiatan yang paling mudah serta dapat
dilakukan secara sambil lalu.
Mereka mungkin menganggap bahwa metode observasi
merupakan kegiatan sehari-hari dan tidak memerlukan pemahaman
yang mendalam. Sebab metode ini menggunakan mata untuk melihat
dan mengamati segala sesuatu yang ada di sekeliling atau yang sedang
mita hadapi, bahkan seringkali hal ini terjadi tanpa sengaja atau tanpa
suatu rencana.24
Observasi penelitian ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan hafalan bacaan shalat siswa dengan menggunakan lembar

24 Mohammad Arif Amiruddin, “Analisis Visual Kriya Kayu Lame di Kampung saradan Desa Sukamulya

Kecamatan Pagadean Kabupaten Subang” (Universitas Pendidikan Indonesia, 2014).


observasi (LO). Selain lembar observasi peningkatan hafalan, lembar
observasi lainnya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) LO Aktivitas Belajar Siswa
2) LO Aktivitas Guru dan Implementasi Media Audio-Visual
c. Catatan Refleksi
Dalam penelitian ini catatan refleksi akan digunakan sebagai
ajang pengamatan tindakan kelas dalam rangka memetakan Hafalan
Bacaan Shalat Kelas II Rumah Belajar (Bimbel) Makanul Akhyar
Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut.
Refleksi dalam penelitian tindakan adalah kegiatan
merenungkan, mencermati hasil analisis data. Refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan
atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses
refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus
berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan
ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahn dapat teratasi.25
6. Analisis Data Penelitian
a. Teknik Analisis Data
Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan
verifikasi (conclusion drawing/ verification). Analisis data kualitatif
model Miles dan Hubermen terdapat 3 (tiga) tahap:
1. Tahap Reduksi Data
Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data menurut
Miles dan Huberman adalah :
- Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian
dan situasi di lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini
termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang relevan.
- Pengkodean, Pengkodean hendaknya memperhatikan setidak-
tidaknya empat hal : 1) Digunakan simbul atau ringkasan. 2)

25 Jontarnababan, “Kegiatan Observasi dan Refleksi dalam PTK,” PTK-PTS (2020).


Kode dibangun dalam suatu struktur tertentu. 3) Kode
dibangun dengan tingkat rinci tertentu. 4) Keseluruhannya
dibangun dalam suatu sistem yang integratif.
- Dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan
catatan obyektif.Peneliti perlu mencatat sekaligus
mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi
sebagaimana adanya, faktual atau obyektif-deskriptif.
- Membuat catatan reflektif. Menuliskan apa yang terangan dan
terfikir oleh peneliti dalam sangkut paut dengan catatan
obyektif tersebut diatas. Harus dipisahkan antara catatan
obyektif dan catatan reflektif.
- Membuat catatan marginal. Miles dan Huberman memisahkan
komentar peneliti mengenai subtansi dan metodologinya.
Komentar subtansial merupakan catatan marginal.
- Penyimpanan data. Untuk menyimpan data setidak- tidaknya
ada tiga hal yang perlu diperhatikan: 1) Pemberian label 2)
Mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu 3)
Menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi baik.
- Analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan
memo. Memo yang dimaksud Miles dan Huberman adalah
teoritisasi ide atau konseptualisasi ide, dimulai dengan
pengembangan pendapat atau porposisi.
- Analisis antarlokasi. Ada kemungkinan bahwa studi dilakukan
pada lebih dari satu lokasi atau dilakukan oleh lebih satu staf
peneliti. Pertemuan antar peneliti untuk menuliskan kembali
catatan deskriptif, catatan reflektif, catatn marginal dan memo
masing-masing lokasi atau masing-masing peneliti menjadi
yang konform satu dengan lainnya, perlu dilakukan.
- Pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih
bersifat matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada
setiap lokasi.26
2. Tahap Penyajian Data / Analisis Data Setelah Pengumpulan Data
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi
terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin
mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya.
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang yang
relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan
memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara
menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk
memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian data
yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya
analisis kualitatif yang valid dan handal. Miles dan Hubermen
menyatakan: ”the most frequent form of display data for
qualitative research data in the post has been narrative text” / yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan
berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Seperti yang
dijelaskan di atas bahwa kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-
bukti buat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.
Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai
verifikasi data.
Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan

26 Miles M.B dan Huberman A.M, Analisa Data Kualitatif, ed. TjeTjep Rohendi Rohidi (Malang: Wineka

Media, 1984).
kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka
kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kualitas suatu data dapat dinilai melalui beberapa metode,
yaitu: a. mengecek representativeness atau keterwakilan data b.
mengecek data dari pengaruh peneliti c. mengecek melalui
triangulasi d.melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data
yang dapat dipercaya e. membuat perbandingan atau
mengkontraskan data f.menggunakan kasus ekstrim yang
direalisasi dengan memaknai data negatif.
b. Model Analisis Data
1) Analisis Hafalan

Sedangkan kategori yang ditentukan adalah


Skala Deskripsi
80-100 Tingkat Hafalan Sangat Baik
60-79 Tingkat Hafalan Baik
40-59 Tingkat Hafalan Cukup
20-39 Tingkat Hafalan Kurang
0-19 Tingkat Hafalan Sangat Kurang

2) Anlisis Hasil Observasi


Adapun keberhasilan yang diperoleh dalam 1 siklus ini sebagai
berikut:
a. Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran
kooperatif. Siswa mampu memperhatikan pelajaran dengan
baik untuk menghafal bacaan shalat fardlu yang ditugaskan
oleh guru. Siswa mulai berpartisipasi dalam kegiatan.
b. Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh
meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahnkan dan
meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada
model pembelajaran menggunakan Audio-Visual.
c. Meningkatnya rata-rata nilai hasil tes setelah KBM dengan
menggunakan Audio-Visual.
3) Analisis Catatan Refleksi
Catatan Refleksi akan dianalisis dengan mengacu kepada
pemenuhan tuntutan perbaikan dalam proses pembelajaran dan
dimasukkan pada bagian perencanaan di siklus berikutnya.
7. Analisis Keabsahan Data Penelitian
Keabsahan datanya menggunakan uji validitas dengan
menggunakan model triangulasi data, yaitu Validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya. Selain itu
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang
diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti.
Norman K. Denzin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan
atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu triangulasi
metode, triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Norman K.
Denzin (2009)
a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian
kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan
survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan
gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan
untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran
informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau
informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian
diragukan kebenarannya.
b. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan
lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik
ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi
yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak
menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian
dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan
peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
c. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa
menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen
tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan
pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai
fenomena yang diteliti.
d. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan
untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat
meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu
menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis
data yang telah diperoleh.27
8. Ketuntasan Penelitian
Penelitian ini dikatakan tuntas jika skor rata-rata minat siswa telah
mencapai skor 85% dari seluruh siswa selama dalam waktu maksimal
3 siklus pembelajaran.

27 Norman K Denzin, Penelitian Kualitatif, 1 ed. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).


LAMPIRAN
1. Format Lembar Observasi Tingkat Hafalan Siswa
Kategori Hafalan Bacaan Shalat
No Nama Niat - Niat – Niat - Niat - Tahiyat Niat - Ket
Surah Iftitah Sujud Awal Salam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2. Format Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Penilaian
No Aspek Yang di Observasi
SB B C K SK
1 kegiatan awal ; menjawab salam dan
berdo'a
2 menjawab pertanyaan dari guru
3 memperhatikan tujuan pembelajaran
4 kegiatan inti ; memperhatikan
penjelasan materi
5 terlibat dalam penggunaan media
6 mencatat penjelasan guru
memahami langkah-langkah
7 menghafal bacaan shalat yang
dijelaskan guru
mensurvey dengan mencoba
8 membaca bacaan shalat yang sudah
di hafal

Keterangan : SB = Sangat Baik


B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK= Sangat Kurang
3. Format Lembar Observasi Aktivitas Guru dan implementasi pembelajaran
media audio-visual
Skor
No Aspek Observasi Tanggapan Siswa
SS S J TP
Kegiatan Awal
1
Guru Membuka Kegiatan
Pembelajaran Dan
Melakukan Pengelolaan
Kelas (Mengecek Kehadiran
Siswa, Berdoa Dan
Memusatkan Perhatian

2 Guru Memberikan Apersepsi


3 Guru Memberikan Motivasi
Guru Mempersiapkan
4 Audio-Visual Yang Akan
Digunakan
Guru Menjelaskan Langkah-
5 Langkah Yang Akan
Dilaksanakan
Kegiatan Inti
Guru Mengkondisikan Siswa
6 Untuk Siap Menyaksikan
Tayangan Vidio Yang
Disajikan
Guru Menayangkan Vidio
7
Bacaan Shalat
Guru Memberikan contoh
8 cara melafalkan bacaan
shalat
Kegiatan Akhir
Guru Membimbing Siswa
10 Dalam Membaca Dan
Menghafal bacaan shalat
Guru Memberikan Evaluasi
11 Berupa Soal Tes
melengkapi bacaan shalat

Keterangan :
SS = Sangat Sering
S = Sering
J = Jarang
TP = Tidak Pernah
DAFTAR PUSTAKA
Al-Batawy, Abu Razin. Memahami Bacaan Sholat. Jakarta: Pustaka BISA, 2015.
Arikunto. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Ayuningrum, Desy. “Peningkatan Kemampuan Hafalan Bacaan Sholat Anak
Usia 6 Tahun Melalui Metode Pembiasaan.” Jurnal Pendidikan Islam 1, no.
2018 (2020).
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada,
2009.
Jontarnababan. “Kegiatan Observasi dan Refleksi dalam PTK.” PTK-PTS (2020).
Julianto, Tatang Shabur. “Pentingnya Shalat.” Direktorat Layanan Akademik.
KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016.
Kualitas, Peningkatan, Hafalan Al, Quran Melalui, Jl H A M Rifaddin, Harapan
Baru, Kec Loa, Janan Ilir, Kota Samarinda, dan Kalimantan Timur. “Media
Audio Speaker Al-Quran Di Hsg Khoiru, no. 1 (2021): 55–75.
Kurniawan, I. “Metode menghafal cepat,” 2018.
M, Mahmud, dan Tedi Priatna. Penelitian Tindakan Kelas ( Teori dan Praktik ).
Diedit oleh Ija Suntana. Bandung: Tsabita, 2008.
Miles M.B, dan Huberman A.M. Analisa Data Kualitatif. Diedit oleh TjeTjep
Rohendi Rohidi. Malang: Wineka Media, 1984.
Mohammad Arif Amiruddin. “Analisis Visual Kriya Kayu Lame di Kampung
saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagadean Kabupaten Subang.”
Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
Munajjid, Syekh Muhammad Shalih Al. “Dakwah, Ilmiah dan Pendidikan.”
Pengetahuan tentang islam. Situs Islamqa.Info, 2021.
Nazilah, Fera Rahmatun. “3 Hadits Ini Bikin Kamu Semangat Belajar.” OASE.
Nedra. “Meningkatkan Kemampuan Bacaan Hafalan Sholat dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Langsung.” UIN RIAU, 2013.
Norman K Denzin. Penelitian Kualitatif. 1 ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Nutra Vendritawati. “Penigkatan Keterampilan Menghafal Bacaan Sholat Melalui
Metode Latihan (Drill) Sisiwa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 19 Balik-Alam
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.” (2013). http://repository.uin-
suska.ac.id/5571/.
Rifa’i, Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Cv. Toha Putra, 2009.
Rofi’i, Ahmad. “Dalil & Gambar Gerakan Sholat Sesuai Al-Qur’an dan
Assunnah” (2012): 40.
Sa’dullah. Cara Praktis Menghafal al-Qur’an. Depok: Gema Insani, 2008.
Sd, D I, Negeri Sokaraja, dan Tengah Kecamatan. “Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Kelas Ii A Pada Materi Bacaan Shalat Melalui Metode Drill Sokaraja
Kabupaten Banyumas” (2019).
Setyawan Pujiyono. “Desain Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik
Pengembangan kajian Pustaka” (2008): 1–9.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Cv. Alfabeta, 2005.
Themistoklis Semenderiadis. “Using Audiovisual Media in Nursery School
Within the Framework of the Interdisciplinary Approach,” 2009.
Wati, Ega Rima. Ragam Media Pembelajaran. Surabaya: Kata Pena, 2016.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzuryah, 1997.

You might also like