You are on page 1of 13

JURNAL EDUKASI ISSN: 2988-7836

Volume 1 Nomor 1, Agustus 2023, Halaman 21-33 edukhasi.org/index.php/edu

ANALISIS SIFAT MONOLOGIS TEKS AKADEMIK PADA MAKALAH

Nurhaidah,* Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat


Nichelle Calvinna, Universitas Tanjungpura

✉*Corresponding Author: nurhaidah@unukalbar.ac.id

Abstract Riwayat
Artikel
This study aims to know and discuss the monological nature in the background of the paper
entitled Language as a Communication Tool, Mind Image, and Personality, and can identify Dikirim:
and correct sentences that are not monological in the background of the paper entitled 10 Juli 2023
Diperbaiki:
Language as a Communication Tool, Mind Image, and Personality. This research uses
16 Juli 2023
linguistic theory regarding the monological characteristics of academic texts. This type of Diterima:
research is classified as qualitative descriptive research because this research describes the 17 Juli 2023
use of monological sentences in academic texts qualitatively. Retrieval of data sources is
carried out by purposive techniques with the criteria of papers taken containing sentences
that are not monological. Data collection techniques are carried out by documentation in
the form of written language data from the background of a paper entitled Language as a
Lisensi
Communication Tool, Mind Image, and Personality. The data analysis technique in this study
adopts the Tarigan research technique (in Taib, et al, 2022: 38), namely language error
analysis consisting of data identification, data classification, data explanation, and
conclusion of research results. The results found that of 17 sentences, there were 9 This is an open-
access article
monological sentences and 8 non-monological sentences. These results show that the
This work is
background of the paper entitled Language as a Tool of Communication, Image of Mind, licensed under a
and Personality meets the monological characteristics of academic texts by 53% and does Creative
not meet the monological characteristics of academic texts by a percentage of 47%. All Commons
monological sentences in the background of the paper use indicative-declarative sentences. Attribution-
Of the 8 sentences that are not monological, there are 3 proposition-interrogative sentences ShareAlike 4.0
and 5 sentences that are dialogical in tone. In general, the background of the paper entitled International
Language as a Tool of Communication, Image of Mind, and Personality does not meet the License (CC-BY-
monological nature as evidenced by non-monological sentences amounting to almost half SA).
of the total number of sentences, so the paper does not meet the scientific characteristics © 2023
of academic texts in terms of their monological nature. author(s)

Keywords: monological, characterize academic texts, term papers.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membahas sifat monologis pada latar
belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian,
serta dapat mengidentifikasi dan memperbaiki kalimat yang tidak monologis pada latar
belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian.
Penelitian ini menggunakan teori bidang linguistik mengenai ciri monologis teks akademik.
Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini
mendeskripsikan penggunaan kalimat monologis dalam teks akademik secara kualitatif.
Pengambilan sumber data dilakukan dengan teknik purposive dengan kriteria makalah
yang diambil mengandung kalimat yang tidak monologis. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan dokumentasi berbentuk data bahasa tulisan dari latar belakang makalah
berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian. Teknik analisis
data pada penelitian ini mengadopsi teknik penelitian Tarigan (dalam Taib, dkk, 2022: 38),
yakni analisis kesalahan berbahasa yang terdiri atas pengidentifikasian data,
pengklasifikasian data, penjelasan data, dan penyimpulan hasil penelitian. Hasil penelitian
menemukan dari 17 kalimat, terdapat 9 kalimat monologis dan 8 kalimat tidak monologis.
Hasil ini menunjukkan bahwa latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat
21
Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian memenuhi ciri monologis teks akademik sebesar
53% dan tidak memenuhi ciri monologis teks akademik dengan persentase 47%. Semua
kalimat yang monologis pada latar belakang makalah tersebut menggunakan kalimat
indikatif-deklaratif. Dari 8 kalimat yang tidak monologis, terdapat 3 kalimat proposisi-
interogatif dan 5 kalimat yang bernada dialogis. Secara umum, latar belakang makalah
berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian tidak memenuhi
sifat monologis yang dibuktikan dengan kalimat tidak monologis berjumlah hampir
setengah dari jumlah keseluruhan kalimat, sehingga makalah tersebut kurang memenuhi
ciri keilmiahan teks akademik ditinjau dari sifat monologisnya..

Keywords: monologis, ciri teks akademik, makalah.

PENDAHULUAN
Keterampilan menulis merupakan aspek yang penting dalam menghasilkan teks akademik.
Menurut Abidin, dkk (Widiastuti, 2019: 4) teks akademik berisi paparan masalah yang didasarkan pada
pengamatan ilmiah dengan penyajian yang sistematis, logis, objektif, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Penulisan teks akademik harus memperhatikan tata bahasa dan kaidah yang
berlaku. Hal ini diperlukan agar gagasan penulis dapat disampaikan dengan baik dan dapat dimengerti
sesuai maksud penulis.
Di perkuliahan, mahasiswa diproyeksikan untuk menghasilkan berbagai teks akademik genre
makro, seperti makalah, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi. Walaupun aktivitas
pembuatan teks akademik sudah lama dilakukan di Indonesia, masih banyak kesalahan yang kerap kali
ditemukan pada teks akademik mahasiswa. Tentu hal ini memprihatinkan karena kemampuan
membaca dan mencipta berbagai teks akademik sangat diperlukan dalam menunjang kehidupan
akademik di jenjang perguruan tinggi. Salah satu kesalahan krusial yang sangat mempengaruhi sifat
keilmiahan suatu teks, yaitu penggunaan kalimat yang tidak monologis pada teks akademik.
Monologis merupakan satu diantara empat belas ciri kebahasaan teks akademik berdasarkan sudut
pandang Linguistik Sistemik Fungsional (LSF). Namun, masih sering ditemukan teks akademik yang
tidak memenuhi sifat monologis, sehingga terkesan melakukan percakapan dengan pembaca dan
akibatnya mengurangi keobjektifan teks akademik.
Sifat monologis pada teks akademik artinya tulisan harus menyampaikan informasi satu arah
kepada pembaca lain (Nurwardani, dkk, 2016: 28). Dalam teks akademik penulis tidak meminta
pembaca untuk memberi informasi atau menjawab sesuatu, tetapi penulis hanya memberikan
informasi kepada pembaca. Hal ini membuat kemonologisan memiliki korelasi dengan gaya tulis pada
teks akademik. Berbeda dengan gaya lisan, gaya tulis berfokus pada pengisian subjek dengan pokok
atau objek persoalan yang dibahas tanpa memperdulikan pelaku yang berbicara, sehingga tidak terjadi
dialog antara penulis dan pembaca. Pada teks akademik yang monologis, kedudukan penulis tidak
lebih tinggi daripada pembaca dan teks tidak bernada dialogis. Penggunaan kalimat yang monologis
sangat penting karena hal ini akan mempengaruhi kualitas dan efektivitas teks akademik yang
dihasilkan.
Namun, analisis sifat monologis pada teks akademik masih minim dilakukan. Padahal,
pemahaman mengenai kalimat yang bersifat monologis memiliki peranan penting dalam pembuatan
teks akademik yang baik dan benar. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan guna mengisi kekosongan

22
tersebut dan memberikan kontribusi pada pengembangan bidang linguistik terutama pada
kemampuan penulisan teks akademik. Penulis ingin menganalisis kemonologisan kalimat pada salah
satu teks akademik genre makro, yaitu makalah. Makalah yang akan dianalisis berjudul Bahasa sebagai
Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian ditulis oleh Noermanzah, mahasiswa Program Studi
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bengkulu, yang ditulis pada tahun 2020. Analisis
dibatasi hanya pada bagian latar belakang makalah.
Dari observasi awal, masih ditemukan cukup banyak kalimat yang tidak monologis pada latar
belakang makalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kemonologisan pada bagian latar
belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian dan dapat
mengidentifikasi kalimat yang tidak monologis dari latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai
Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini mampu
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sifat monologis dalam teks akademik, sehingga
dapat membantu para penulis dalam pembuatan teks akademik yang baik dan benar. Metode yang
akan digunakan dalam mengkaji penelitian ini, yaitu deskriptif kualitatif dengan menganalisis kalimat-
kalimat pada makalah berdasarkan ciri kemonologisan. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik
purposive dengan mengambil makalah yang mengandung kalimat yang tidak monologis. Data
dikumpulkan melalui dokumentasi berupa data tulisan dari latar belakang makalah berjudul Bahasa
sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian. Analisis data dalam penelitian ini mengadopsi
metode penelitian Tarigan, yang melibatkan pengidentifikasian data, pengklasifikasian data,
penjelasan data, dan penyimpulan hasil penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kajian mengenai sifat monologis teks akademik pada makalah, landasan teori yang
digunakan ada tiga, yaitu mengenai teks akademik, makalah, dan sifat monologis teks akademik.
Teks Akademik
Menurut Abidin, dkk (dalam Widiastuti, 2019: 4) teks akademik merupakan tulisan yang disusun
dengan tujuan mengkaji suatu topik atau ilmu pengetahuan tertentu secara ilmiah dan sistematis,
dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Dari pengertian tersebut, teks akademik dapat
diartikan sebagai satuan bahasa yang dituangkan atau cara seseorang dalam mengungkapkan gagasan
secara kontekstual yang bersifat ilmiah baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Teks akademik memiliki
beberapa jenis, yaitu makalah atau artikel ilmiah, laporan penelitian, proposal penelitian, skripsi, tesis,
dan disertasi. Jenis-jenis teks akademik tersebut termasuk genre makro yang di dalamnya terdiri dari
genre mikro, yaitu teks prosedur, deskripsi, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi.
Secara umum, ciri-ciri teks akademik, yaitu padat, sederhana, logis, dan objektif. Berdasarkan
sudut pandang Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), Wiratno dalam Widiastuti (2019: 3) mendalami
keempat ciri tersebut menjadi empat belas ciri yang lebih spesifik, antara lain memiliki struktur kalimat
yang sederhana, padat akan informasi, padat kata leksikal, dominan memanfaatkan nominalisasi,
banyak memanfaatkan metafora gramatika, dominan menggunakan istilah teknis, bersifat taksonomik
dan abstrak, banyak menggunakan sistem pengacuan esfora, banyak menggunakan proses relasional
indikatif dan atributif, bersifat monolog, dominan penggunaan bentuk pasif, tidak mengandung
kalimat minor, tidak mengandung kalimat takgramatikal, dan bersifat faktual.

23
Makalah
Makalah atau artikel ilmiah merupakan salah satu jenis teks akademik yang berisi tulisan ilmiah,
disusun berdasarkan hasil kegiatan observasi, pemikiran, atau penelitian yang dilakukan melalui
metode ilmiah, bersumber dari data valid dan dapat dipertanggungjawabkan (Wadji, dkk, 2017: 1).
Makalah umumnya mempunyai tema yang terfokus pada satu topik tertentu dan disajikan dengan
bahasa yang formal dan logis. Makalah ditujukan untuk diterima oleh masyarakat akademik. Biasanya,
makalah disusun oleh siswa, mahasiswa, peneliti, atau insan akademik lainnya sebagai bagian dari
tugas sekolah atau kuliah, presentasi akademik, atau untuk publikasi ilmiah.
Makalah yang baik dan benar memiliki ciri-ciri diantaranya, makalah memiliki sifat orisinalitas
yang tinggi dan keunikan tersendiri dalam judul dan isi makalah; struktur makalah jelas, mudah
dipahami, dan terorganisir dengan baik, dari bagian pendahuluan, isi, dan penutup; menggunakan
bahasa formal yang tepat sesuai bidang ilmu yang diteliti dan gaya bahasa sistematis untuk menjaga
kerangka logis sekaligus mempermudah pembaca dalam memahami argumen yang disajikan dan;
makalah mengandung referensi yang cukup dan relevan dalam menyajikan argumen beserta data yang
diperoleh dari sumber referensi yang terpercaya (Islam dan Palu, 2017: 2). Sebuah tulisan dapat
disebut sebagai makalah jika memiliki struktur, yaitu judul, daftar isi, pendahuluan, isi, penutup, dan
daftar pustaka. Adapun bagian-bagian lainnya pada sebuah makalah, yaitu abstrak, kata pengantar,
lampiran, dan metodologi. Bagian-bagian ini bersifat tidak wajib, tergantung pada jenis makalah atau
persyaratan yang diberikan oleh pihak yang meminta penulisan makalah.
Tujuan makalah dapat berbeda-beda tergantung pada jenis dan tujuan penulisannya. Namun,
umumnya tujuan utama dari makalah untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan baru terkait
dengan topik tertentu. Wasmana (2011: 7) menjelaskan beberapa tujuan penulisan makalah, yaitu
untuk memberikan penjelasan secara jelas dan sistematik guna membantu pembaca memahami topik
yang dibahas secara lebih mendalam; memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penyelesaian masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas
dan; sebagai sarana memperoleh pengakuan dan meningkatkan kredit penulis sebagai ahli dalam
bidang tertentu.
Sifat Monologis
Monologis merupakan suatu konsep linguistik yang mengarah pada kecenderungan suatu
kalimat mengungkapkan pandangan, opini, atau ide satu orang atau entitas tunggal, tanpa
mempertimbangkan pandangan, opini, atau ide orang lain atau entitas lain. Dari pengertian tersebut,
monologis dapat mencerminkan tingkat otoritas atau keabsahan argumen yang disajikan oleh penulis.
Dalam hubungannya dengan teks akademik, monologis adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah percakapan atau komunikasi yang hanya dilakukan oleh satu orang atau
pihak tanpa adanya interaksi atau partisipasi dari pihak lain (Nurwardani, dkk, 2016: 28). Sifat
monologis merujuk pada kemampuan penulis untuk mengemukakan informasi secara terus-menerus
tanpa interaksi atau respons dari pembaca. Dalam hal ini, penulis tidak mengharapkan adanya umpan
balik dari pembaca, tetapi hanya bertujuan untuk memberikan informasi yang lengkap dan terstruktur
tentang topik yang dibahas. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan objektivitas teks akademik dan
memperjelas pemahaman pembaca mengenai topik yang dibahas secara mendalam. Beberapa syarat
utama suatu teks akademik dapat dikatakan bersifat monologis, yaitu penulisan mengikuti kebahasaan
yang baik dan benar, sistematis, serta logis; kalimat mengandung unsur pokok, minimal subjek dan
predikat; penulisan menggunakan gaya tulis yang berfokus pada pengisian subjek dengan pokok

24
permasalahan yang dibahas tanpa memperdulikan pelaku yang berbicara dan; kalimat tidak bernada
dialogis serta tidak bergaya lisan untuk menjaga keobjektifan.
Santosa (dalam Khaofia, dkk, 2017: 662) menjelaskan bahwa sifat monologis suatu teks
akademik bergantung pada jenis kalimat yang digunakan. Status dalam sebuah teks dapat dikenali
melalui struktur kalimat yang digunakan dan jenis informasi yang dipertukarkan di dalamnya. Struktur
kalimat terdiri dari kalimat indikatif dan kalimat imperatif, yang masing-masing terdiri dari kalimat
deklaratif dan kalimat interogatif. Di dalam sebuah kalimat, terdapat informasi yang dapat
dipertukarkan, dan jika yang dipertukarkan adalah informasi, maka kalimat tersebut adalah kalimat
proposisi. Namun, jika yang dipertukarkan adalah barang, layanan, atau jasa, maka kalimat tersebut
adalah kalimat proposal. Ketika ada interaksi yang melibatkan pemberian dan permintaan informasi
dalam sebuah kalimat, hal tersebut disebut sebagai proposisi. Namun, jika interaksi tersebut
melibatkan pemberian dan permintaan barang atau layanan, maka hal tersebut disebut sebagai
proposal.
Lapoliwa (dalam Khaofia, dkk, 2017: 663) menjelaskan ciri-ciri kalimat yang monologis, yaitu
menggunakan kalimat indikatif-deklaratif yang berfungsi sebagai proposisi-memberi. Kalimat indikatif-
deklaratif adalah kalimat yang berisi pernyataan yang langsung menjelaskan atau mendeskripsikan
fakta atau informasi tertentu, tanpa mengandung pertanyaan atau perintah. Jenis kalimat ini sangat
cocok digunakan dalam teks akademik karena dapat membantu menciptakan kesan terstruktur dan
objektif pada teks. Kalimat indikatif-deklaratif juga harus bergaya tulis dan tidak bernada dialogis untuk
menghindari interaksi penulis dan pembaca. Kalimat indikatif-deklaratif menggunakan tanda baca titik
(.).
Terdapat dua jenis kalimat yang harus dihindari dalam membuat kalimat yang monologis pada
teks akademik. Tidak menggunakan kalimat indikatif-interogatif atau yang berfungsi sebagai proposisi-
meminta. Kalimat indikatif-interogatif adalah jenis kalimat yang mengandung unsur permintaan
informasi, komentar atau tanggapan dalam bentuk pertanyaan terhadap suatu topik. Penggunaan
kalimat indikatif-interogatif dalam teks akademik dapat mengganggu kesan terstruktur dan objektif
dalam teks. Kalimat indikatif-interogatif menciptakan nada dialogis. Kalimat indikatif-interogatif
menggunakan tanda baca tanya (?). Selain itu, kalimat monologis harus menghindari penggunaan
kalimat imperatif yang berfungsi sebagai proposal-meminta. Kalimat imperatif mengharuskan
pembaca untuk memberikan respon nonverbal terhadap isi kalimat yang dibaca. Respon nonverbal
tersebut dapat berupa tindakan yang harus dilakukan oleh pembaca, tindakan yang harus dilakukan
oleh pembaca dan penulis, atau tindakan yang harus dilakukan oleh penulis dengan izin pembaca.
Penggunaan kalimat imperatif dalam teks akademik membuat seakan-akan kedudukan penulis lebih
tinggi daripada pembaca. Hal ini tentu tidak diharapkan pada teks akademik. Kalimat imperatif
biasanya menggunakan tanda baca seru (!).
Dalam menyampaikan informasi, digunakan kalimat indikatif-deklaratif, sedangkan untuk
meminta informasi digunakan kalimat indikatif-interogatif. Sedangkan untuk memberi atau meminta
barang atau layanan, digunakan penawaran dan kalimat imperatif. Pada teks akademik, pemilihan
jenis kalimat akan mempengaruhi posisi penutur dan pendengar, atau penulis dan pembaca. Dalam
hal ini, pemilihan jenis kalimat indikatif-interogatif dan kalimat imperatif harus dihindari karena akan
berdampak pada perbedaan posisi antara pembicara dan pendengar atau pembaca.

25
Penelitian Relevan
Terdapat beberapa kajian penelitian sebelumnya yang relevan dengan dengan penelitian ini,
salah satunya yang dilakukan oleh Nichols dan Petzold (2021) dengan judul A Crisis of Authority in
Scientific Discourse. Penelitian ini mengungkapkan adanya krisis otoritas dalam wacana ilmiah dan
mengemukakan bahwa sifat monologis dalam penulisan ilmiah memainkan peran penting dalam krisis
tersebut. Hasil penelitiannya diperoleh fakta bahwa para penulis ilmiah sering menggunakan bahasa
yang kaku dan formal, yang dapat mengurangi daya tarik dan keterbacaan teks mereka. Hal ini dapat
menyebabkan kegagalan dalam menyampaikan informasi secara efektif dan bahkan dapat memicu
ketidakpercayaan pada penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Nichols dan Petzold
memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam membahas sifat monologis dalam teks akademik,
khususnya dalam penulisan makalah ilmiah. Kedua penelitian menyoroti pentingnya penyampaian
informasi secara efektif dan jelas dalam penulisan teks akademik. Namun, penelitian Nichols dan
Petzold lebih menekankan pada aspek kepercayaan pada penelitian ilmiah, sedangkan penelitian yang
dibahas pada makalah ini lebih berfokus pada analisis penggunaan struktur kalimat monologis dalam
teks akademik.
Penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini terdapat dalam penelitian yang
dilakukan oleh Pérez-Llantada (2003) dengan judul Communication Skills in Academic Monologic
Discourse. Penelitian ini berfokus pada keterampilan komunikasi dalam monologis akademik. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi sangat penting dalam
menghasilkan teks monologis akademik yang efektif. Dalam penelitiannya, Pérez-Llantada menyoroti
pentingnya penggunaan kosakata akademik yang tepat, struktur yang jelas dan koheren, serta
penggunaan kata-kata hubung yang tepat guna menghubungkan ide-ide yang disajikan. Penelitian
Pérez-Llantada dan penelitian ini memperhatikan aspek-aspek komunikasi dan ciri-ciri kebahasaan
dalam teks akademik. Namun Pérez-Llantada lebih menitikberatkan pada kemampuan komunikasi
dalam monolog akademik, sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada analisis sifat monologis
sebuah makalah sebagai ciri kebahasaan pada teks akademik.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data yang
diperoleh dalam bentuk kualitatif akan dideskripsikan sesuai topik yang diangkat. Jenis penelitian
kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang objektif dalam mengidentifikasi kalimat
monologis dan kalimat yang tidak monologis pada latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai
Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian. Pendekatan kualitatif digunakan pada penelitian ini,
yaitu dengan menganalisis ciri kebahasaan kalimat-kalimat pada makalah, khususnya ciri monologis.
Data dalam penelitian ini berupa kalimat monologis dan kalimat tidak monologis pada latar
belakang makalah yang berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian.
Teknik analisis dalam penelitian ini mengadopsi teknik penelitian Tarigan (dalam Taib, dkk 2022: 38),
yakni analisis kesalahan berbahasa yang dilakukan dengan empat tahap sebagai berikut.
1) Pengidentifikasian data, yaitu data yang telah terkumpul kemudian ditelaah tiap kalimatnya dengan
saksama dengan proses baca berulang kali. Ditentukan jenis kalimatnya, termasuk kalimat indikatif-
deklaratif atau kalimat indikatif-interogatif atau kalimat imperatif/lisan. Peneliti dapat mencatat
atau menandainya.

26
2) Pengklasifikasian data, yaitu mengelompokkan kalimat-kalimat sesuai jenisnya. Dikelompokkan
menjadi empat, yaitu kalimat indikatif-deklaratif, kalimat indikatif-interogatif, kalimat imperatif,
dan kalimat bernada dialogis/lisan. Kemudian dikelompokkan lebih lanjut menjadi dua, yaitu
kalimat monologis dan kalimat tidak monologis.
3) Penjelasan atau penyajian data, yaitu pemaparan laporan hasil penelitian yang sudah dilakukan.
Data dan penggambaran mengenai kalimat-kalimat monologis yang ditemukan peneliti dijelaskan
lebih lanjut alasan kalimat tersebut memenuhi ciri monologis. Untuk kalimat-kalimat yang tidak
monologis dilakukan evaluasi yang menjelaskan letak kesalahannya, kemudian disertakan juga
dengan alternatif perbaikannya oleh peneliti.
4) Menyimpulkan hasil penelitian, yaitu peneliti akan memberikan kesimpulan sesuai hasil temuannya
di penelitian, kemudian dilakukan penilaian akhir mengenai sifat monologis teks akademik latar
belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan empat kali meninjau sumber data. Tinjauan pertama dilakukan
untuk menghitung jumlah kalimat indikatif-deklaratif. Tinjauan kedua dilakukan untung menghitung
jumlah kalimat indikatif-interogatif. Tinjauan ketiga dilakukan untung menghitung jumlah kalimat
imperatif. Tinjauan keempat dilakukan untung menghitung jumlah kalimat bernada dialogis/lisan. Dari
keempat peninjauan yang telah dilakukan, dilakukan pengelompokan tahap akhir menjadi dua, yaitu
kalimat monologis dan kalimat tidak monologis.
Dari total 17 kalimat sebagai data, diperoleh sebanyak 9 kalimat indikatif-deklaratif, 3 kalimat
indikatif-interogatif, 5 kalimat bergaya lisan/dialogis, dan tidak ditemukan kalimat imperatif. Maka,
dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 9 kalimat monologis dan 8 kalimat tidak monologis. Hasil
ini menunjukkan bahwa latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra
Pikiran, dan Kepribadian memenuhi ciri monologis teks akademik sebesar 53% dan tidak memenuhi
ciri monologis teks akademik dengan persentase 47%.

Pembahasan
Tabel 1 mengelompokkan kalimat monologis dan kalimat yang tidak monologis dari latar
belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian. Dapat
diketahui bahwa sebanyak 9 kalimat monologis dan 8 kalimat tidak monologis.

Kalimat Monologis Kalimat Tidak Monologis


Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang
Pertanyaannya adalah “Bagaimanakah tujuan manusia
Maha Esa ke dunia memiliki tujuan
sebagai khalifah dapat dicapai?
yang tidak lain menjadi khalifah.
Khalifah mengandung makna Dengan bahasa kita mampu memahami sebenarnya apa
pemimpin dan pemelihara alam yang diharapkan oleh alam semesta baik yang bersifat
semesta. material maupun yang bersifat metafisika dan dengan

27
bahasa kita mampu berinteraksi dan berkomunikasi
dengan manusia lainnya di dunia sehingga dengan bahasa
kita mampu mengubah dunia ini menjadi berwarna.
Sedari kecil kita sudah menggunakan bahasa yang
sederhana seperti ‘oe‘ berkembang menjadi
Tuhan YME sudah mempersiapkannya
“Mama/Papa” berkembang menjadi ‘Cayang‘
dengan sempurna yaitu dilengkapinya
berkembang menjadi ‘Aku Sayang Kamu‘ dan berkembang
manusia dengan bahasa.
menjadi ‘Sejak aku memandangmu, bergetar jantung dan
darahku dan …‘.
Bahasa yang dimilki oleh manusia
merupakan ciri pembeda dengan Kemudian, pertanyaannya Apakah kita menyadari
makhluk ciptaan Tuhan YME yang perkembangan bahasa kita?
lainnya.
Atau sudahkah kita menyadari bahasa yang kita gunakan
Dua hal ini yang membedakan bahasa dari kecil sampai sekarang sudah menjadi bagian utama
manusia dengan bahasa yang dimiliki yang mengubah kita menjadi manusia yang memahami
oleh makhluk ciptaan-Nya yang lain. benar dan salah, manusia yang selalu ingin lebih baik dari
hari ke hari?
Dalam hal ini bahasa berkembang
sesuai dengan perkembangan alat
komunikasi, perkembangan fisik
Jawabannya pasti kita ada yang tidak menyadarinya.
manusia (fonem, morfologi, sintaksis,
dan wacana), dan perkembangan
peran manusia dalam kehidupan.
Untuk itu, makalah ini bertujuan untuk
menjawab bahwa pentingnya
Bahasa juga penting ketika kita akan mengembangkan
pembahasan dalam memahami
empat keterampilan bahasa, yaitu berbicara, menyimak,
hakikat bahasa baik sebagai alat
membaca, dan menulis (Noermanzah dkk., 2018:172).
komunikasi, citra pikiran, dan citra
kepribadian.
Terlebih sekarang peserta didik
dituntut untuk mendayagunakan Dengan menguasai keempat keterampilan berbahasa
bahasa untuk bisa berkomunikasi tersebut pada dasarkan kita mampu berkomunikasi
dengan baik dan santun, kreatif, dengan baik dan mampu melakukan perubahan-
berpikir kritis, berkerja sama, dan perubahan terhadap kemajuan pribadi, masyarakat, dan
berkolaborasi, dan (Kusmiarti, bangsa.
2020:207).
Untuk itu, pentingnya mengaji bahasa
bukan hanya sebagai alat komunikasi,
tetapi sebagai citra pikiran, dan
kepribadian.
Tabel 1. Pengklasifikasian Kalimat Monologis dan Kalimat Tidak Monologis
Dari total 17 kalimat pada latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi,
Citra Pikiran, dan Kepribadian, diperoleh sebanyak 9 kalimat indikatif-deklaratif, 3 kalimat indikatif-

28
interogatif, 5 kalimat bergaya lisan, dan tidak ditemukan kalimat imperatif. Kemudian dihasilkan
sebanyak 9 kalimat monologis dan 8 kalimat tidak monologis yang dapat diamati pada tabel 1.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lapoliwa (dalam Khaofia, dkk 2017: 663), ciri-ciri kalimat
yang monologis, yaitu menggunakan kalimat indikatif-deklaratif yang berfungsi sebagai proposisi-
memberi. Kalimat indikatif-deklaratif adalah kalimat yang berisi pernyataan yang langsung
menjelaskan atau mendeskripsikan fakta atau informasi tertentu, tanpa mengandung pertanyaan atau
perintah. Kalimat indikatif-deklaratif juga harus bergaya tulis dan tidak bernada dialogis untuk
menghindari interaksi penulis dan pembaca. Kalimat indikatif-deklaratif menggunakan tanda baca titik
(.).
Kalimat-kalimat monologis pada tabel 1 sesuai dengan teori yang dipaparkan, karena
kesembilan kalimat tersebut termasuk indikatif-deklaratif yang berfungsi sebagai kalimat proposisi-
memberi. Kesembilan kalimat tersebut berisi pernyataan yang menjelaskan atau memberikan
informasi satu arah, tanpa mengandung pertanyaan atau perintah. Selain itu, kesembilan kalimat
tersebut menggunakan gaya tulis yang baik dan tidak bernada dialog atau lisan, sehingga kesembilan
kalimat tersebut menciptakan kesan yang objektif. Oleh sebab itu, kesembilan kalimat tersebut
memenuhi sifat monologis teks akademik.
Kemudian, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut pada kalimat tidak monologis yang disajikan
melalui tabel 2 berikut.
Kalimat Tidak Monologis
Indikatif-Interogatif Imperatif Bergaya lisan
Dengan bahasa kita mampu memahami
sebenarnya apa yang diharapkan oleh alam
Pertanyaannya adalah semesta baik yang bersifat material maupun yang
“Bagaimanakah tujuan manusia bersifat metafisika dan dengan bahasa kita mampu
sebagai khalifah dapat dicapai? berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia
lainnya di dunia sehingga dengan bahasa kita
mampu mengubah dunia ini menjadi berwarna.
Sedari kecil kita sudah menggunakan bahasa yang
sederhana seperti ‘oe‘ berkembang menjadi
Kemudian, pertanyaannya
“Mama/Papa” berkembang menjadi ‘Cayang‘
Apakah kita menyadari
berkembang menjadi ‘Aku Sayang Kamu‘ dan
perkembangan bahasa kita?
berkembang menjadi ‘Sejak aku memandangmu,
bergetar jantung dan darahku dan …‘.
Atau sudahkah kita menyadari
bahasa yang kita gunakan dari
kecil sampai sekarang sudah
menjadi bagian utama yang Jawabannya pasti kita ada yang tidak
mengubah kita menjadi manusia menyadarinya.
yang memahami benar dan
salah, manusia yang selalu ingin
lebih baik dari hari ke hari?
Bahasa juga penting ketika kita akan
mengembangkan empat keterampilan bahasa,

29
yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis
(Noermanzah dkk., 2018:172).
Dengan menguasai keempat keterampilan
berbahasa tersebut pada dasarkan kita mampu
berkomunikasi dengan baik dan mampu
melakukan perubahan-perubahan terhadap
kemajuan pribadi, masyarakat, dan bangsa.
Tabel 2. Pengklasifikasian Kalimat Tidak Monologis Berdasarkan Jenis Kalimatnya
Lapoliwa (dalam Khaofia, dkk 2017: 663) dan Nurwardani, dkk (2016: 29) juga memaparkan
bahwa teks akademik harus menghindari penggunaan kalimat indikatif-interogatif, imperatif, dan juga
menghindari kalimat bernada dialogis atau lisan. Jika suatu teks akademik mengandung ketiga jenis
kalimat tersebut, maka teks tersebut tidak bersifat monologis. Dapat diamati pada tabel 1, terdapat
sebanyak 8 kalimat yang tidak monologis. Pada tabel 2, kedelapan kalimat tidak monologis tersebut
dikelompokkan berdasarkan jenis kalimatnya. Diperoleh sebanyak 5 kalimat bergaya lisan dan 3
kalimat indikatif-interogatif.
Berdasarkan teori kedua ahli tersebut dijelaskan bahwa sebaiknya tidak menggunakan kalimat
indikatif-interogatif atau yang berfungsi sebagai proposisi-meminta pada teks akademik. Kalimat
indikatif-interogatif adalah jenis kalimat yang mengandung unsur permintaan informasi, komentar
atau tanggapan dalam bentuk pertanyaan terhadap suatu topik. Kalimat indikatif-interogatif
menggunakan tanda baca tanya (?). Teori ini sesuai dengan ketiga kalimat yang tergolong indikatif-
interogatif pada tabel 2 tersebut, karena ketiga kalimat tersebut memiliki tanda baca tanya (?) dan
mengandung pertanyaan yang dibuktikan dengan adanya kata tanya seperti ‘apakah’, ‘bagaimanakah’,
dan ‘sudahkah’. Penulis juga terkesan ingin meminta jawaban atau informasi dari pembaca, sehingga
terjadi interaksi antara penulis dan pembaca yang mengakibatkan timbulnya nada dialogis. Oleh
karena itu, ketiga kalimat indikatif-interogatif tersebut mengganggu keobjektifan makalah dan tidak
monologis.
Nurwardani, dkk (2016: 28—29) menjelaskan bahwa sifat monologis merujuk pada kemampuan
penulis untuk mengemukakan informasi secara terus-menerus tanpa interaksi atau respons dari
pembaca, serta menggunakan gaya tulis. Dalam hal ini, penulis tidak mengharapkan adanya umpan
balik dari pembaca, tetapi hanya bertujuan untuk memberikan informasi yang lengkap dan terstruktur
tentang topik yang dibahas, serta tidak menciptakan hubungan atau interaksi apapun dengan
pembaca. Gaya lisan harus dihindari untuk mempertahankan objektivitas teks akademik dan
memperjelas pemahaman pembaca mengenai topik yang dibahas secara mendalam. Dari tabel 2,
terdapat sebanyak 5 kalimat yang bernada lisan sesuai dengan teori ini. Kelima kalimat tersebut
mengandung kata ‘kita’ yang menciptakan kesan relasi kedekatan antara penulis dan pembaca. Tentu
hal ini akan mengurangi keilmiahan dan keobjektifan teks akademik, khususnya pada makalah yang
diteliti ini. Oleh karena itu, kelima kalimat tersebut tidak monologis.
Dengan analisis yang mendalam ini, maka penelitian sebelumnya yang belum menjelaskan sifat
monologis yang berbentuk tulisan akademik dapat dibahas dengan baik pada analisis penelitian ini.
Penelitian ini dapat dengan terstruktur menjelaskan pentingnya sifat monologis teks akademik dalam
menjaga sifat keilmiahan suatu tulisan akademik dan menjaga keobjektifan sebuah tulisan, sehingga
sebuah teks akademik dapat dimengerti oleh pembaca dengan efektif dan terarah. Dalam penelitian

30
ini juga dipaparkan dengan rinci letak kesalahan pada kalimat yang tidak monologis dan disertai
dengan alternatif perbaikan menjadi kalimat monologis yang benar.
Kedelapan kalimat yang tidak monologis pada latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai
Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian dapat diubah atau diperbaiki menjadi kalimat yang
monologis dengan mengubah susunan kata dan mengganti kata yang bergaya lisan menjadi gaya tulis.
Perbaikan disajikan pada tabel 3 berikut.
Kalimat Tidak Monologis Perbaikan Menjadi Kalimat Monologis
Pertanyaannya adalah “Bagaimanakah tujuan Manusia sebagai khalifah tentu harus dicapai
manusia sebagai khalifah dapat dicapai? sebagai salah satu tujuan hidup manusia.
Dengan bahasa kita mampu memahami Dengan bahasa, pemahaman mengenai yang
sebenarnya apa yang diharapkan oleh alam diharapkan oleh alam semesta baik yang
semesta baik yang bersifat material maupun bersifat material maupun yang bersifat
yang bersifat metafisika dan dengan bahasa kita metafisika dapat dipahami, dan dengan bahasa
mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan pula interaksi dan komunikasi dengan manusia
manusia lainnya di dunia sehingga dengan lain di dunia dapat dilakukan sehingga dunia
bahasa kita mampu mengubah dunia ini menjadi dapat diubah menjadi lebih berwarna melalui
berwarna. penggunaan bahasa.
Bahasa yang digunakan sejak kecil seringkali
sangat sederhana, seperti kata ‘oe’ yang
Sedari kecil kita sudah menggunakan bahasa
berkembang menjadi kata "Mama/Papa", dan
yang sederhana seperti ‘oe‘ berkembang
kemudian berkembang lagi menjadi kata
menjadi “Mama/Papa” berkembang menjadi
‘Cayang’. Pada tahap selanjutnya, ungkapan
‘Cayang‘ berkembang menjadi ‘Aku Sayang
tersebut berkembang menjadi ‘Aku Sayang
Kamu‘ dan berkembang menjadi ‘Sejak aku
Kamu’, dan bahkan bisa berkembang menjadi
memandangmu, bergetar jantung dan darahku
kalimat yang lebih kompleks seperti ‘Sejak aku
dan …‘.
memandangmu, bergetar jantung dan darahku
dan...’.
Kemudian, pertanyaannya Apakah kita Perkembangan bahasa sejak masa kanak-kanak
menyadari perkembangan bahasa kita? hingga dewasa memiliki peran yang penting
Atau sudahkah kita menyadari bahasa yang kita dalam membentuk pemahaman manusia
gunakan dari kecil sampai sekarang sudah terhadap konsep benar dan salah, serta dalam
menjadi bagian utama yang mengubah kita mendorong manusia untuk selalu berusaha
menjadi manusia yang memahami benar dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
salah, manusia yang selalu ingin lebih baik dari Meskipun demikian, tidak semua individu
hari ke hari? menyadari pentingnya perkembangan bahasa
Jawabannya pasti kita ada yang tidak dalam pembentukan karakter dan sikap
menyadarinya. manusia.
Bahasa juga penting ketika kita akan Keterampilan berbahasa juga penting untuk
mengembangkan empat keterampilan bahasa, dikembangkan, terdiri dari empat aspek, yaitu
yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan kemampuan berbicara, menyimak, membaca,
menulis (Noermanzah dkk., 2018:172). dan menulis (Noermanzah dkk., 2018:172).
Dengan menguasai keempat keterampilan Penguasaan atas keempat aspek tersebut
berbahasa tersebut pada dasarkan kita mampu memungkinkan individu untuk dapat
berkomunikasi dengan baik dan mampu berkomunikasi dengan baik, serta mampu

31
melakukan perubahan-perubahan terhadap menghasilkan perubahan positif dalam
kemajuan pribadi, masyarakat, dan bangsa. meningkatkan kemajuan pribadi, masyarakat,
dan bangsa.
Tabel 3. Perbaikan Kalimat Tidak Monologis Menjadi Kalimat Monologis
Dari tabel 3, kedelapan kalimat yang tidak monologis diperbaiki agar kalimatnya menjadi
monologis, hasil perbaikan menghasilkan 6 kalimat yang sudah monologis. Dari delapan kalimat tidak
monologis, terdapat tiga kalimat yang diperbaiki menjadi satu kalimat monologis. Ketiga kalimat yang
dimaksud, yaitu (1) Kemudian, pertanyaannya Apakah kita menyadari perkembangan bahasa kita?; (2)
Atau sudahkah kita menyadari bahasa yang kita gunakan dari kecil sampai sekarang sudah menjadi
bagian utama yang mengubah kita menjadi manusia yang memahami benar dan salah, manusia yang
selalu ingin lebih baik dari hari ke hari?; (3) Jawabannya pasti kita ada yang tidak menyadarinya. Ketiga
kalimat tersebut saling berhubungan satu sama lain, sehingga dapat diperbaiki menjadi satu kalimat
yang utuh dan monologis.
Dengan mengubah atau memperbaiki kedelapan kalimat yang tidak monologis pada latar
belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian, maka
kalimat-kalimat tersebut dapat memenuhi sifat monologis yang baik pada sebuah teks akademik.
Kalimat atau kata yang bernada dialogis dan bergaya lisan diubah menjadi bentuk monologis dan
bergaya tulis. Dengan perbaikan ini, maka latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat
Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian dapat sepenuhnya memenuhi keilmiahan teks akademik
dan menjadi tulisan dengan keobjektifan yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil temuan dari penelitian analisis sifat monologis teks akademik pada latar belakang makalah
berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian menunjukkan bahwa dari 17
kalimat, terdapat sebanyak 9 kalimat yang monologis dan 8 kalimat yang tidak monologis. Semua
kalimat yang monologis pada latar belakang makalah tersebut menggunakan kalimat indikatif-
deklaratif. Dari 8 kalimat yang tidak monologis, terdapat 3 kalimat proposisi-interogatif dan 5 kalimat
yang bernada dialogis. Hasil ini menunjukkan bahwa latar belakang makalah berjudul Bahasa sebagai
Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian memenuhi ciri monologis teks akademik sebesar 53%
dan tidak memenuhi ciri monologis teks akademik dengan persentase 47%. Secara umum, latar
belakang makalah berjudul Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian tidak
memenuhi sifat monologis yang dibuktikan dengan banyaknya kalimat tidak monologis hampir
setengah dari jumlah keseluruhan kalimat, sehingga makalah tersebut kurang memenuhi ciri
keilmiahan teks akademik yang ditinjau dari sifat monologisnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, disarankan kepada peneliti selanjutnya
dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sifat monologis teks akademik dengan lebih
mendetail dari segi Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) dengan meninjau bentuk transaksional dalam
kalimat. Selain itu, bagi mahasiswa yang menggeluti bidang keilmuan perlu ditekankan untuk lebih
mengetahui ciri keilmiahan teks akademik agar penyampaian bahasa tulisan dapat dipahami dengan
baik, khususnya dari segi monologisnya. Bagi pengamat atau pembaca, disarankan agar penelitian ini
dapat menjadi pedoman atau patokan dalam menyusun teks akademik yang baik dan benar di
kemudian hari.

32
DAFTAR PUSTAKA
Abror, K. (2013). Bab III Metode Penelitian. Diakses pada 6 Mei 2023 melalui
http://eprints.undip.ac.id/40779/3/BAB_III.pdf
Islam, F. A., & Palu, U. (2017). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Makassar: LP2M Stiba Makassar.
Diakses pada 15 April 2023 melalui https://stai-rgt.ac.id/wp-
content/uploads/2021/11/Pedoman-Penulisan-karya-Ilmiah-min.pdf
Khaofia, S., Sumarlam, S., & Djatmika, D. (2017). Mood pada Talk Show Mata Najwa On Stage “Semua
Karena Ahok”. Diakses pada 16 April 2023 melalui
http://eprints.undip.ac.id/57662/1/Prosiding_Lamas_7_unscure_Suci_Khaofia%2C_Sumarl
am%2C_Djatmika.pdf
Nichols, M. D., & Petzold, A. M. (2021). A Crisis of Authority in Scientific Discourse. Cultural Studies of
Science Education, 16(2), 643—650. Diakses pada 15 April 2023 melalui
https://link.springer.com/article/10.1007/s11422-020-09989-1
Nurwardani, P., dkk. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Ristekdikti. Diakses pada 15 April 2023 melalui
https://www.academia.edu/44412222/BUKU_AJAR_MATA_KULIAH_WAJIB_UMUM_BAHA
SA_INDONESIA_EKSPRESI_DIRI_DAN_AKADEMIK_
Pérez-Llantada, C. (2003). Communication Skills in Academic Monologic Discourse. Empirical and
Applied Perspectives. Círculo de lingüística aplicada a la comunicación, 3(15), 1—14. Diakses
pada 15 April 2023 melalui https://www.researchgate.net/profile/Carmen-Perez-
Llantada/publication/28065019_Communication_Skills_in_Academic_Monologue_Discours
e_empirical_and_Applied_Perspectives/links/5c26337b458515a4c7fded4c/Communicatio
n-Skills-in-Academic-Monologue-Discourse-Empirical-and-Applied-Perspectives.pdf
Ramaniyar, E. (2017). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Penelitian Mini Mahasiswa.
Edukasi: Jurnal Pendidikan, 15(1), 70—80. Diakses pada 13 April 2023 melalui
https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/edukasi/article/view/407/389
Taib, R., Iqbal, M., Alamsyah, T., & Usrina, N. (2022). Analisis Keefektifan Kalimat dalam Rubrik “Fokus”
Majalah Warta Unsyiah. Master Bahasa, 10(1), 35—42. Diakses pada 7 Mei 2023 melalui
https://jurnal.unsyiah.ac.id/MB/article/download/29700/16916
Wajdi, M. B. N., Ali, M., & Lestari, V. N. S. (2017). Definisi dan Karakteristik Makalah. Diakses pada 15
April 2023 melalui https://osf.io/hw5m8/download
Wasmana, S. P. (2011). Penulisan Karya Ilmiah. Diakses pada 13 April 2023 melalui
https://dosen.ikipsiliwangi.ac.id/wp-content/uploads/sites/6/2018/03/MODUL-
PENULISAN-KARYA-TULIS-ILMIAH.pdf
Widiastuti, W. (2019). Analisis Ciri Keilmiahan Teks Akademik Pada Teks Laporan Hasil Observasi (Buku
Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X) Widiastuti (Disertasi) Universitas Negeri Makassar.
Diakses pada 5 April 2023 melalui http://eprints.unm.ac.id/14589/1/4.%20ARTIKEL.pdf

33

You might also like