You are on page 1of 3

Festival Parade Pesona Kebangsaan adalah sebuah event yang mempunyai dua tujuan yaitu :

upaya mengenang sejarah perjuangan perintis kemerdekaan dan upaya memberikan citra Kota Ende
sebagai kota Pancasila. Dua tujuan dimaksud terus dilakukan secara berkelanjutan untuk
menyadarkan generasi muda tentang pentingnya Kota Ende dalam pergerakan kemerdekaan bangsa
Indonesia serta pentingnya kota Ende sebagai kota pemersatu bangsa. Peran penting Kota Ende
dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia diwariskan dalam beberapa situs yang tersebar di
kota Ende, antara lain :
1. Pelabuhan Soekarno (Pelabuhan Ende) :
Untuk mengenang kedatangan Ir.Soekarno dan keluarga sebagai tawanan politik Belanda di
Kota Ende yang pada masa itu bertolak dari Surabaya menuju kota Ende dengan
menumpang kapal Jan Van Riebeck.
2. Kantor Polisi Militer :
Dari pelabuhan Ende, Soekarno dan keluarga diarahkan menuju Kantor Militer Belanda. Di
kantor militer tersebut mereka tinggal selama beberapa hari. Layaknya sebuah kantor, maka
pagi- sore hari digunakan sebagai kantor, malam hari digunakan sebagi tempat beristirahat
bagi Soekarno dan keluarga. Kantor tersebut pada saat ini digunakan sebagai kantor
Detasemen Polisi Militer (Denpom IX/I-Ende).
3. Rumah Pengasingan Soekarno
Setelah beberapa hari, Soekarno bertemu dengan Bpk.H. Abdullah Ambuwaru. Beliau
menawarkan rumahnya kepada Soekarno, karena prihatin dengan kondisi mereka. Ukuran
rumah 9 x 18 M2, dua kamar tidur, kamar tamu, kamar kerja, ruangan sholat, dapur, kamar
mandi dan gudang. Lokasi rumah di daerah Ambugaga (kampung kecil) yang terdiri dari
pondok-pondok beratap ilalang. Tidak tersedia listrik dan perpipaan air bersih dan hanya
memiliki sumur dengan kedalam 12 m. Berbagai barang peninggalan beliau sampai saat ini
masih dirawat dan disimpan pada rumah tersebut dibawah pengelolaan Balai Cagar Budaya
Wilayah Bali dan Nusa Tenggara
4. Serambi Soekarno
Pater Gerardus Huitjin, SVD dan Pater Dr.Johanes Bouma, SVD (misionaris Belanda yang
berkarya di Keuskupan Agung Ende) adalah sahabat Soekarno selama di Ende. Dari keduanya
Soekarno mendapat kesempatan membaca buku dan berdiskusi tentang berbagai hal
(kesempatan yang sangat dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda). Saat ini lokasi tempat
Soekarno menghabiskan waktu berdiskusi dan membaca berbagai buku tersebut di
konservasi menjadi sebuah warisan sejarah yang terletak di kompleks Biara St.Yoseph Gereja
Katedral Ende.
5. Gedung Imaculata
Soekarno belajar pluralism dan bertukar pendapat dengan misionaris P.Johanes Bouma SVD
dan P.Gerardus Huitjink SVD. Selama di Ende terdapat 13 Naskah Drama / Tonil yang di
ciptakan oleh Soekarno. Sementara pementasan drama/tonil dan karya seni lainnya
dilakukan di Gedung Imakulata, di belakang gereja Katedral. Naskah-naskah drama tersebut
antara lain : Dr.Setan, Rendo, Rahasia Kelimutu, Jula Gubi, Kut Kutbi, Anak Haram Jadah,
Maha Iblis, Aero dinamit, Nggera Ende, Amoek, Rahasia Kelimutu II, Sang Hai Rumba, 1945.
Sementara pemain drama/tonil adalah teman-teman Soekarno dan tidak mempunyai dasar
seni dan tidak berpendidikan layaknya beliau.
6. Taman Permenungan Pancasila
Selama empat tahun di pengasingan, Soekarno selalu menyempatkan diri untuk mengambil
waktu menyendiri dan memikirkan tentang berbagai hal termasuk kemerdekaan Indonesia.
Lokasi favorit beliau adalah Taman Kota (yang saat ini menjadi Taman Permenungan
Soekarno, tepat berhadapan dengan pantai Ende dan tidak seberapa jauh dari Rumah
Pengasingannya. Dibawah pohon sukun yang rindang serta becabang lima, kelima butir
Pancasila ditemukan oleh beliau. Sampai saat ini pohon sukun tersebut tetap bercabang lima
meskipun pohon tersebut adalah pohon yang sudah ditanam ulang
7. Masjid Ar-Rabitha
Soekarno adalah seorang yang religius. Sholat lima waktu adalah aktivitas yang tidak bisa
ditinggalkannya. Selama di pengasingan di Kota Ende, Masjid Ar-Rabitha yang hanya berjarak
beberapa meter dari rumah pengasingan beliau adalah tempat beliau menunaikan sholat
berjamaah sembari bersilahturahmi dan mengenali masyarakat secara lebih dekat.
8. Makam Ibu Amsi
Akan Merdeka Seluruh Indonesia = AMSI
Soekarno mengakronimkan nama ibu mertuanya (Ibu dari Inggit Ganarsih) dengan keyakinan
politiknya tentang Indonesia Merdeka. Tanggal 12 Oktober 1935 setelah menderita sakit
malaria, Ibu Amsi meninggal dunia dan dimakamkan di Kota Ende. Adapun batu nisan yang
hingga kini masih ada adalah karya tangan Soekarno yang dipahat dari bahan batu karang
Festival Parade Pesona Kebangsaan akan dilaksanakan dengan dua event yaitu Main Event
dan Side Event. Adapun Main Event dalam festival ini adalah :
1. Parade Laut dengan Rute : Pulau Ende menuju Palebuhan Soekarno (Pelabuhan Ende)
2. Parade Darat dengan Rute : Pelabuhan Soekarno – Kantor Polisi Militer – Rumah
Pengasingan Soekarno – Serambi Soekarno – Gedung Imaculata – Makam Ibu Amsi –
Lapangan Pancasila dan berakhir di Taman Permenungan Pancasila.
3. Parade Udara dengan titik take off di Bukit Kezimara serta landing di pantai Ndao.
4. Upacara Kenegaraan Hari Lahir Pancasila
Sedangkan side event adalah
1. Expo Pesona Kebangsaan yang berisi pameran ekonomi kretif, pentas seni dan budaya
2. Dialog Kebangsaan

You might also like