You are on page 1of 20

MAKALAH TENTANG

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

Di Susun Oleh :

HADI NUGRAHA

NIM. 382389021

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
INDONESIA MANDIRI BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Komunikasi Bisnis Lintas Budaya”.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Nono Sugiono,
SE, MM. selaku dosen pada mata kuliah Komunikasi Binis. Selain itu ditujuankan untuk
menambah pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nono Sugiono, SE, MM. yang telah
memberikan tugas ini serta membimbing dalam penulisan makalah ini sehingga penulis
memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama penulis menyusun dan
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 17 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA ..................................................................1

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang .............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5

C. Tujuan ..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya .............................................................6

B. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.............................................................8

C. Kerjasama Bisnis Lintas Budaya ................................................................................11

D. Etika Komunikasi Bisnis dalam Negosiasi Bisnis Lintas Budaya .............................14

BAB III PENUTUP..........................................................................................................19

A. Kesimpulan ................................................................................................................19

B. Saran ...........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut manusia harus berinteraksi
dengan pihak lain yang menuju kearah global, sehingga tidak memiliki lagi
batasbatas, sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Oleh karena itu, masyarakat
harus siap untuk menghadapi situasi-situasi baru dengan keberagaman kebudayaan
atau lainnya.
Antara komunikasi dan interaksi harus berjalan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering kali menemui
masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat memicu terjadnya konflik, misalnya
saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau norma-norma
masyarakat dan lain sebagainya. Pada hal syarat untuk terjalinya hubungan itu tentu
saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu
dengan lainnya.
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi
bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan
memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi
merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma budaya
masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya,
ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini

adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud komunikasi bisnis lintas budaya?

2. Bagaimana pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya?

3. Bagaimana kerjasama bisnis lintas budaya?

4. Bagaimana etika komunikasi bisnis dalam negosiasi bisnis lintas budaya?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi bisnis lintas budaya

2. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya

3. Untuk mengetahui dan memahami kerjasama bisnis lintas budaya

4. Untuk mengetahui dan memahami etika bisnis dalam negosiasi bisnis lintas budaya

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Beberapa defenisi komunikasi lintas budaya yang dikutip oleh Ilya Sunarwinadi

(1993:7-8) berdasarkan pendapat para ahli antara lain:

a. Menurut Sitaram (1970) komunikasi lintas budaya adalah seni untuk memahami

dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan.

b. Menurut Samovar dan Poter (1972) komunikasi antar budaya terjadi manakalah

bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar

belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut

oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai.

c. Menurut Rich (1974) komunikasi lintas budaya terjadi ketika orang-orang berbeda

kebudayaan.

d. Menurut Stewart(1974) komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah

suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan

kebiasaan

e. Menurut Carley H. Dood (1982) komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan

penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang

menghasilkan efek-efek yang berbeda.

f. Menurut Young Yun Kim (1984) komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa

yang merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik

6
Secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya

yang berbeda.

Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada

perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya

proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui

dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam

karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian

utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu individu atau

kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan

interaksi.

Secara sederhana, komunikasi bisnis lintas budaya dan negara adalah

komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun

non verbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah,

atau negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya

asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang diberbagai

daerah dalam wilayah suatu negara.

Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut perusahaan atau organisasi agar

lebih peka terhadap penghormatan budaya. Penghormatan ini didasarkan pada

bahwa konsumen memiliki hak terhadap budayanya. Menghormati budaya yang

ada dalam konsumen dapat menentukan kesuksesan pemasar. Apabila para pelaku

bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke negara lain,

pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting

artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di suatu negara.

7
Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang dapat

mengakibatkan kegagalan bisnis.

B. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya menjadi salah satu hal penting dalam sebuah proses

komunikasi, keeratan hubungan antar manusia bergantung pada efektivitas

komunikasi yang dilakukan. Ketika akan melakukan komunikasi lintas budaya,

seseorang perlu memahami budaya dari lawan bicaranya. Budaya dan komunikasi

mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku

komunikasi, sehingga komunikasi akan berperan dalam menentukan, memelihara,

mengembangkan atau mewariskan budaya tersebut.

Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda pula, oleh

sebab itu memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting, tentunya tidak

terlepas dari bahasa, aturan dan norma masing-masing budaya. Dengan

memahami komunikasi lintas budaya, maka ketika berhadapan dengan lawan

bicara, kita dapat memahami bahwa lawan bicara memiliki budaya tertentu yang

tentunya akan ada sedikit banyak perbedaan dengan budaya kita, sehingga kita

dapat berinteraksi dengan orang tersebut yang akan menghasilkan keselarasan

dalam berkomunikasi.

Bagi para pelaku bisnis, pemahaman yang baik terhadap budaya di suatu daerah,

wilayah, atau negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan

organisasi bisnis. Dalam praktik komunikasi bisnis, banyak pengusaha yang

sering mengalami masalah berkaitan dengan adanya perbedaan budaya (Lestari,

2006:7) karena itu diasumsikan bahwa:

8
1. Setiap individu memiliki nilai-nilai budaya yang mendasari persepsi, sikap,

dan perilakunya, termasuk stereotip antaretnik;

2. Setiap individu memiliki stereotip tertentu terhadap etnik yang diajak

berkomunikasi, seperti, pengusaha Jawa memiliki strereotip terhadap orang

Cina bahwa bagi mereka etnik Cina itu ulet, mau bekerja keras, tetapi pelit;

3. Dalam komunikasi bisnis muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan

stereotip antaretnik, seperti, orang Batak dalam melakukan transaksi bisnis

yang dianggap agak kasar atau kurang sopan, berbeda dengan orang Jawa

yang dianggap lebih sopan;

4. Stereotip antaretnik yang positif dapat meningkatkan kompetensi komunikasi

dalam bisnis.

Selain itu, konsep komunikasi dan kebudayaan memiliki keterkaitan antar

keduanya. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan:

1. Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu

kelompok kebudayaan khusus tertentu.

2. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya

dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana komunikasi.

Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara

komunikasi dan kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut:

1. Kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari

dan dimiliki bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan

9
komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan

lambanglambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.

2. Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling

menentukan.

3. Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktifitas komunikasi para

individu anggotanya.

4. Secara kolektif prilaku mereka secara bersama-sama menciptakan realita

(kebudayaan) yang mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat

menjadi bagian dari unit

Maka jelas bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi hubungan

yang sangat erat. Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk

menciptakan bahasa simbolik, tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna,

simbol-simbol, nilai-nilai, aturan-aturan dan tata, yang memberi batasan dan

bentuk pada hubungan-hubungan, organisasi-organisasi dan masyarakat yang

terus berlangsung. Demikian pula, tanpa komunikasi tidak mungkin untuk

mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kegenerasi berikutnya,

serta dari satu tempat ke tempat lainnya. Komunikasi juga merupakan sarana

yang dapat menjadikan individu sadar dan menyesuaikan diri dengan

subbudayasubbudaya dan kebudayaan-kebudayaan asing yang dihadapinya.

Tepat kiranya jika dikatakan bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk,

ditransmisikan daan dipelajari melalui komunikasi.

10
Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku, kerangka acuan dari

individuindividu sebahagian terbesar merupakan hasil penyesuaina diri dengan

cara- cara khusus yang diatur dan dituntut oleh sistem sosial dimana mereka

berada. Kebudayaan tidak saja menentukan siapa dapat berbicara dengan

siapa, mengenai apa dan bagaimana komunikasi sebagainya berlangsung,

tetapi juga menentukan cara mengkode atau menyandi pesan atau makna yang

dilekatkan pada pesan dan dalam kondisi bagaimana macam-macam pesan

dapat dikirimkan dan ditafsirkan. Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi

individu terutama tergantung pada kebudayaanya. Dengan kata lain,

kebudayaan merupakan pondasi atau landasan bagi komunikasi. Kebudayaan

yang berbeda akan menghasilkan praktek-praktek komunikasi yang berbeda

pula.

C. Kerjasama Bisnis Lintas Budaya

Manajemen budaya merupakan suatu proses evaluasi budaya dalam organisasi

yaitu meliputi beberapa hal diantaranya adalah mengidentifikasi budaya organisasi

saat ini, budaya yang diperlukan oleh organisasi dan mengidentifikasi kesenjangan

antara budaya saat ini dan budaya yang diperlukan organisasi. Komponen

kompetensi komunikasi memiliki tiga ( 3 ) hal yang perluh diperhatikan yaitu

Motivation, Knowledge Functions and Skill. Ketiga hal tersebut saling terkait

satu sama lainnya dalam menentukan outcomes (sppropriateness, effectiveness)

dalam context (culture, place, relations, purpose).

11
Beberapa hal dalam melakukan manajemen lintas budaya dalam organisasi

yang dapat kita lakukan. Berikut langkah – langkah dalam melakukan

manajemen lintas budaya dalam organisasi

1. Planning

Tahap yang paling pertama yang harus perusahan lakukan yaitu

merencanakan suatu program yang ingin dan akan di capai oleh suatu

lembaga ataupun perusahaan. Planning ini dilakukan untuk mencapai

tujuan atau sebuah misi yang diinginkan. Membuat sebuah rencana atau

planning sangat dibutuhkan agar dapat mencapai sebuah tujuan sesuai

dengan proses yang kita inginkan terlaksanakan. Dalam melakukan sebuah

planning tentunya tidak dilakukan secara acak – acakan , namun ada

beberapa landasan yang mendasari dalam proses planning tersebut.

Diantaranya landasan utama dalam membuat program rencana yaitu

beberapa metode, rencana atau logika bukan pada dugaan.

2. Organizing

Tahap yang kedua yang dapat dilakukan yaitu pengorganisasian. Dalam

tahap ini seseorang dalam manajer yang bertanggung jawab yaitu manajer

perusahaan akan lebih memiliki peran yang sangat penting karena dalam

tahap ini akan membutuhkan seorang manajer yang dapat menjadi seorang

leader yang mengorganisir anak buahnya.

12
Komunikasi antara budaya akan benar – benar efektif apabila mencapai
suatu keberhasilan dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan kerja sama bisnis antar budaya yaitu :
1. Menghormati anggota budaya lain sebagai seorang manusia
2. Menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan
sebagaimana yang dikehendaki.
3. Menghormati hak anggota budaya lain untuk bertindak berbeda dari
cara mereka bertindak
4. Komunikator linta budaya yang kompeten harus belajar menyenangi
hidup bersama orang lain dari budaya lain.
Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan kerjasama
bisnis lintas budaya yaitu:
1. Motivasi komunikasi, diukur melalui hal-hal yang mendukung
motivasi komunikasi bisnis antarbudaya yaitu:
a. Adanya percaya diri dalam berkomunikasi bisnis dengan orang
yang berbeda budaya;
b. Harapan akan adanya imbalan yang relevan dalam
berkomunikasi bisnis dengan orang dari budaya lain;
c. Adanya pendekatan kepribadian yang relevan dalam berbisnis
dengan orang yang berbeda budaya; (d) Harapan adanya rasio
antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang akan
diperoleh.
2. Pengetahuan komunikasi bisnis antarbudaya, diukur dengan
a. Pengetahuan tentang prosedur komunikasi bisnis dengan orang
yang berbeda budaya;
b. Pengetahuan tentang penguasaan strategi komunikasi bisnis
dengan orang yang berasal dari budaya yang berbeda;
c. Pengetahuan tentang identitas diri dan perbedaan peranan
dalam komunikasi bisnis antarbudaya;

13
d. Pengetahuan tentang perbedaan watak dan perilaku komunikasi

bisnis dengan orang yang berbeda budaya;

e. Pengetahuan tentang relasi yang akrab dengan mitra bisnis dari

budaya yang berbeda

3. Keahlian komunikasi bisnis antarbudaya, diukur dengan:

a. Fokus pada orang yang diajak berkomunikasi bisnis

antarbudaya;

b. Koordinasi komunikasi dengan orang yang berbeda budaya;

c. Ketenangan dan kepercayaan dalam berperilaku;

d. Penuh perhatian dan penuh perasaan (empati);

e. Adaptasi pembicaraan (verbal dan nonverbal).

D. Etika Komunikasi Bisnis dalam Negosiasi Bisnis Lintas Budaya

Berbagai aspek etika komunikasi bisnis, seperti bagaimana kita memanggil nama,

kenalan, meyapa, berjanji, melakukan presentasi, melakukan negosiasi, melakukan kontrak,

semua itu berkaitan dengan budaya. Jadi, tidak ada etika komunikasi bisnis yang universal.

Etika berbicara, seperti dikemukaakn Lewis (1996) bervariasi dalam bisnis. Misalnya,

umumnya orang Jerman dan Swedia adalah pendengar yang baik. Namun tidak demikian

halnya dengan orang Italia dan orang Spanyol; mereka malah sering memotong pembicaraan

dengan bahasa tubuh dan isyarat tangan yang hidup dan terkesan berlebihan. Di Jepang dan

di Finlandia, diam adalah suatau bagaian integral dalam percakapan; jeda dianggap sebagai

istirahat, ramah, dan pantas. Kesulitan bisa muncul saat kita pertama kali betemu dengan

14
calon mitra bisnis, bagaimana kita harus menyapa, menggunakan gelarnya, untuk

menghormatinya atau memanggil nama pertamanya supaya cepat dan akrab.

Sebagaimana juga bahasa verbal, bahasa non verbal seperti sikap tubuh, gerak-gerak,

sentuhan, ekspresi wajah, senyuman, kontak mata, nada suara, diam, pakaian, penggunaan

ruang, konsep waktu, pengendalian emosi, dll yang dianut suatu kelompok budaya juga

sangat rumit dan berbeda dari suatu budaya ke budaya lainnya. Baik disadari ataupun tidak,

seringkali perilaku-perilaku nonverbal tersebut merupakan bagian dari etika komunikasi yang

harus dipenuhi dalam proses komunikasi bisnis.Pesan nonverbal paling bermakna adalah

ekspresi wajah, khususnya pandangan mata.

Dalam negosiasi antarbudaya, proses komunikasi yang terjadi jelas lebih rumit daripada

dalam negosiasi dengan orang-orang yang berbeda budaya sama. Dalam hal ini, idealnya

negosiasi harus memahami bahasa verbal, bahasa nonverbal dan nilai-nilai lain yang dianut

mitra bisnis mereka, sehingga mereka menjadi peka terhadap perbedaan budaya, menyadari

bagaimana perbedaan tersebut memengaruhi proses negosiasi yang akan mereka lakukan dari

awal hingga akhir (mulai dari perkenalan hingga penandatanganan persetujuan bisnis yang

mungkin memakan waktu relatif lama). Problemnya adalah bahwa apa yang dianggap

perilaku baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan dalam suatu budaya

seringkali dipersepsikan berbeda atau bahkan bertentangan dengan budaya lain. Misalnya,

mamanggil nama pertama kepada atasan di Indonesia dianggap tidak sopan, seperti juga di

Jepang dan di Korea, sementara hal tersebut biasa saja di Amerika atau di Australia.

15
Tidak berlebihan bila perbedaan-perbedaan dalam orientasi nilai budaya juga dapat

menimbulkan kesalah pahaman dalam berbagai perilaku dan presentasi bisnis. Banyak

kegagalan manajemen dan bisnis yang dialami para manajer atau pengusaha disebabkan

karena ketidak mampuan untuk memahami bahsa verbal, non verbal, dan nilai-nilai yang

dianut mitra bisnis mereka. Sikap mereka yang berorientasi pada nilai-nilai budaya sendiri

dan kurang memperhatikan nilai-nilai budaya calon mitra bisnis mereka.

Masalah akan timbul bila etika komunikasi suatu pihak dihadapkan kepada pihak lain.

Lewis (1996) menggambarkan bagaimana konsep kebenaran berada antara suatu bangsa

dengan bangsa lainnya, yang jug dapat berlaku dalam konteks bisnis.

Kerumitan komunikasi didasari oleh fakta bahwa komunikasi manusia bersifat

omnipresent (ada di mana-mana). Karena komunikasi manusia itu pelik, maka etika

komunikasi manusia juga pelik. Kita biasanya menilai etika komunikasi kita sendiri

berdasarkan niat yang kita miliki. Namun ketika kita menilai etika etika komuniakasi orang

lain, kita menilai etika komunikasi mereka berdasarkan tindakan-tindakan mereka yang kasat

mata. Biasanya niat yang sama mungkin diwujudkan lewat tindakan yang berbeda, atau

tindakan yang sama mungkin berdasarkan niat yang berbeda.

Robbin, SP. (2002:18) menjelaskan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya yang

berbeda, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi salah persepsi, salah

mengartikan dan salah mengevaluasi yaitu:

16
1. Mengasumsikan perbedaan sampai terbukti ada kesamaan.

Paling banyak dari kita beranggapan bahwa orang lain lebih mirip dengan kita

daripada kenyataannya mereka. Tetapi orang dari Negara yang berbeda seringkali

sangat berbeda dari kita. Sehingga jauh lebih kecil kemungkinannya untuk berbuat

salah jika menganggap orang lain berbeda daripada menganggap sama sampai

perbedaan terbukti.

2. Menekankan penjelasan daripada penilaian/penafsiran.

Menafsirkan atau menilai yang dikatakan dan dilakukan seseorang, berbeda

dengan penggambaran, penilaian didasarkan atas budaya dan latar belakang pengamat

dan bukan pada situasi yang diamati.

3. Berempat

Sebelum mengirim pesan, tempatkan diri kita dalam posisi penerima pesan.

Berusaha untuk mengetahui nilainya, pengalaman dan kerangka acuan,

pendidikannya, pola pengasuhannya dan latar belakang yang dapat member

pemahaman tambahan. Berusaha melihat orang lain sebagaimana orang tersebut

sesungguhnya

4. Menganggap interpretasi/penafsiran sebagai hipotesis kerja/dugaaan sementara.

Ketika kita memberikan penafsiran terhadap situasi atau pemikiran baru dari

budaya asing, maka penafsiran tersebut dijadikan hipotesis yang harus diuji lebih

lanjut, perlu melakukan penilaian dengan hati-hati terhadap umpan balik yang

diberikan oleh penerima informasi, guna memastikan bahwa umpan balik sesuai

hipotesis.

17
Kinicki,A & Kreitner,R (2003:137) menjelaskan bahwa ada tiga pilihan dalam

melakukan komunikasi lintas budaya yaitu:

1. Tetap berpegang pada bahasanya sendiri;

2. Tergantung pada penerjemah bahasa;

3. Mempelajari sendiri bahasa lokal.

Lebih lanjut dijelaskan berdasarkan pengalaman manajer internasional yang

berhasil dari ketiga pilihan tersebut maka pilihan ketiga yaitu mempelajari bahasa

lokal/negara tempat bekerja dianggap yang paling efektif dalam melancarkan

komunikasi dengan rekan bisnis. Pengabaian bahasa lokal/keengganan mempelajari

bahasa lokal berarti berpeluang kehilangan pemahaman arti tertentu padahal bisa jadi

sangat penting untuk kelangsungan usaha.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam

dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun non verbal dengan memperhatikan

faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas

budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi

juga budaya yang tumbuh dan berkembang diberbagai daerah dalam wilayah suatu

negara.

Dengan melihat perkembangan yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas

budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara

mereka. Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda

pula, oleh sebab itu memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting,

tentunya tidak terlepas dari bahasa, aturan dan norma masing-masing budaya.

Oleh karena itu, komunikasi bisnis lintas budaya ada etika-etika yang harus

diperhatikan demi keberhasilan suatu komunikais bisnis.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap para pembaca khususnya

mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana konsep komunikasi

lintas budaya serta beberapa hal penting didalamnya. Selain itu, penulis

membutuhkan kritik dan saran untuk perbaikan penulisan karya selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Dyah Gandasari, A. Z. (2021). Komunikasi Lintas Budaya. Medan: Yayasan


Kita Menulis.
2. Khiriyah, K. (2012, Mei 31). Etika Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.
Retrieved November 27, 2022, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/www.quietepuella.com/5510caa0a33311b52
dba9628/etika-komunikasi-bisnis-lintas-budaya
3. Merlyn Marantika Bamanty, P. L. (2020). Model Kompetensi Komunikasi
Bisnis Lintas Budaya Indonesia dan Jerman. Jurnal Ilmu Komunikasi, 17(1),
1- 15.
4. Natasya, N. I. (2022). Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Pengertian, Manfaat
dan Hambatan. Retrieved November 27, 2022, from HaloEdukasi.com:
https://haloedukasi.com/komunikasi-bisnis-lintas-budaya
5. Nofrion, N. NOFRION: Etika Berkomunikasi Berbasis Budaya.
6. Rahayuningsih, I. (2014). KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM
ORGANISASI. Psikosains: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Psikologi, 9(2),
91-100.
7. Rulli, N. (2012). Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
8. Yulia Segarwati, A. R. (2020). ETIKA KOMUNIKASI BISNIS BUDAYA
ITALIAPADA PERUSAHAAN LEO VINCEDI INDONESIA. LINIMASA:
Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 101-112.

20

You might also like