You are on page 1of 27

BAB 3

GAMBARAN UMUM WILAYAH


PERENCANAAN

3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI1

1. Kondisi Geografis Provinsi DKI Jakarta

Provinsi DKI Jakarta dalam lingkup kerangka Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI) memiliki peran strategis, yaitu sebagai
ibukota negara. Provinsi DKI Jakarta yang merupakan ibukota negara
sehingga tidak memiliki kawasan terpencil maupun kawasan
pedalaman. Secara astronomis Provinsi DKI Jakarta terletak antara
6º12’ Lintang Selatan dan 106 º48’ Bujur Timur.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171


tahun 2007 tentang Penataan, Penetapan dan Luas Wilayah
Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, luas wilayah DKI
Jakarta sebesar 7.639,83 km², dengan luas daratan 662,33 km²
(termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu) dan luas
lautan 6.977,5 km².2

Dilihat dari posisi geostrategis, Provinsi DKI Jakarta terletak di sisi utara
bagian barat Pulau Jawa, dengan bagian utara berbatasan langsung
dengan Laut Jawa, sedangkan sisi timur dan selatan Provinsi DKI
Jakarta berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat,
serta sisi barat yang berbatasan dengan Provinsi Banten

Sebagian wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan kawasan pesisir,


dengan luas wilayah pesisir sekitar 155 km yang membentang dari
timur ke barat kurang lebih 35 km, dan menjorok ke darat sekitar 4 -10
km. Selain memiliki kawasan pesisir, DKI Jakarta juga memiliki 110 pulau
yang tersebar pada 2 (dua) Kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

1
Kecamatan Gambir dalam Angka 2019
2
RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022
LAPORAN ANTARA

Gambar 3.1. Peta Administrasi Provinsi DKI Jakarta


Sumber: RPJMD Provinsi DKI Jakartah Tahun 2018 - 2022

Berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2007, Provinsi DKI Jakarta sebagai


ibukota negara, memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus.
Seluruh kebijakan mengenai pemerintahan maupun anggaran
ditentukan pada tingkat provinsi karena lembaga legislatif hanya ada
pada tingkat provinsi.

2. Kondisi Geografis Jakarta Pusat

Secara Astronomis Kota Administrasi Jakarta Pusat terletak antara


5°19’12” s.d 6°23’54” Lintang Selatan dan 106°22’42” s.d 106°58’18”
Bujur Timur. Kota Administrasi Jakarta Pusat merupakan dataran
rendah yang terletak sekitar 4 m di atas permukaan laut. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017, luas
wilayahnya 48,13 km2, serta mempunyai 173 saluran makro/ submakro
yang digunakan sebagai sumber air, perikanan dan bisnis perkotaan.

Kondisi topografi Jakarta Pusat relatif datar, secara administratif dibagi


menjadi 8 kecamatan dan 44 kelurahan. Kecamatan-kecamatan
tersebut yaitu Kecamatan Gambir, Tanah Abang, Menteng, Senen,
Cempaka Putih, Johar Baru, Kemayoran dan Sawah Besar.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Administrasi Jakarta Pusat
memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 72


LAPORAN ANTARA

Batas Utara : Jl. Ahmad Yani ( By Pass )

Batas Selatan : Jl. Pramuka, Jl. Matraman, Kali Ciliwung/Banjir


Kanal, Jl. Jendral Sudirman, Jl. Hang Lekir

Batas Barat : Kali Grogol, Jl. Palmerah, Jl. Palmerah Utara,


Jl. Aipda KS. Tubun, Jl. Jembatan Tinggi, Banjir
Kanal

Gambar 3.2. Peta Luas Wilayah Jakarta Pusat


Sumber: Kota Administrasi Jakarta Pusat dalam Angka 2021

Jakarta Pusat merupakan jantung dari pemerintahan Republik


Indonesia karena disini terletak Istana Negara Republik Indonesia dan
kantor-kantor Pemerintahan Negara Republik Indonesia. Kantor
Gubernur Provinsi DKI Jakarta juga terletak di wilayah ini hingga tak
salah jika Jakarta Pusat dijuluki sebagai Pusat Pemerintahan Ibukota
Negara dan Ibukota Provinsi DKI Jakarta.3

3
website resmi Pemprov DKI Jakarta www.jakarta.go.id

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 73


LAPORAN ANTARA

3. Kondisi Geografis Kecamatan Gambir

Kecamatan Gambir merupakan satu dari 8 kecamatan yang ada di


wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Berdasarkan luas wilayahnya,
kecamatan Gambir menduduki peringkat kedua wilayah terluas di
Kota Jakarta Pusat dan terdiri dari 6 kelurahan yaitu Cideng, Petojo
Selatan, Gambir, Kebon Kelapa, Petojo Utara, dan Duri Pulo.

Dalam wilayah Kecamatan Gambir, Kelurahan Gambir mempunyai


presentasi luas wilayah terluas, sehingga beberapa sarana vital seperti
stasiun Gambir dan taman Monas sebagai ikon provinsi DKI Jakarta
terletak di kelurahan Gambir.

Kelurahan Cideng Luas 1,26 Km2 16,60%


Kelurahan Petojo Selatan Luas 1,14 Km2 15,02%
Kelurahan Gambir Luas 2,58 Km2 33,99%
Kelurahan Kebon Kelapa Luas 0,78 Km2 10,28%
Kelurahan Petojo Utara Luas 1,12 Km2 14,76%
Kelurahan Duri Pulo Luas 0,71 Km2 9,35%

Gambar 3.3. Persentase Luas Wilayah Menurut Kelurahan


Sumber: Kecamatan Gambir dalam Angka 2019

Secara geografis, Kecamatan Gambir berbatasan dengan Kota


Jakarta Barat di sebelah utara dan barat, Kecamatan Senen di
sebelah timur, dan Kecamatan Menteng di sebelah selatan.

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 74


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.4. Peta Administratif Wilayah Kajian


Sumber: Survey Konsultan

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 75


LAPORAN ANTARA

Batas Wilayah Kecamatan Gambir:

Sebelah Utara : Jalan Sukarjowiryopranoto, Jalan KH. Zaenal Arifin,


Jalan Duri Barat sampai Tanggul Kali banjir Kanal

Sebalah Timur : pintu kereta api Krekot, Jalan Perwira A Kali Ciliwung

Sebelah Selatan : Jalan Jati Baru, Jalan Kebon Sirih Prapatan sampai
dengan Jembatan Kwitang

Sebelah Barat : Kali Banjir kanal Barat

3.2. KONDISI FISIK WILAYAH PERENCANAAN4

1. Kondisi Topografi

DKI Jakarta dianalisis dari aspek ketinggian dan kemiringan lahan,


yaitu terletak pada dataran rendah dengan ketinggian rata – rata
kurang lebih 7 (tujuh) meter di atas permukaan laut. Sedangkan,
sekitar 40 persen wilayah Provinsi DKI Jakarta berupa dataran yang
permukaan tanahnya berada 1 – 1,5 meter di bawah muka laut
pasang.

Dengan kondisi kemiringan lahan yang demikian, ditambah dengan


17 sungai yang mengalir di Provinsi DKI Jakarta menyebabkan
kecenderungan semakin rentannya wilayah Jakarta tergenang air
dan banjir pada musim hujan. Terlebih jika melihat tingginya tingkat
perkembangan wilayah di sekitar Jakarta, menyebabkan rendahnya
resapan air kedalam tanah, yang pada gilirannya akan memperbesar
ancaman banjir di wilayah Jakarta.

2. Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

Secara geologis, seluruh wilayah Jakarta merupakan dataran aluvial,


yang materi tanahnya merupakan endapan hasil pengangkutan
aliran permukaan dan air sungai yang mengalir pada wilayah
tersebut. Selain itu wilayah Jakarta merupakan dataran rendah yang
sebagian besar terdiri dari lapisan batu endapan zaman Pleistocene
yang batas lapisan atasnya berada 50 meter di bawah permukaan
tanah. Bagian Selatan merupakan bagian aleuvial Bogor yang terdiri
atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah pantai merentang ke
bagian pedalaman sekitar 10 km dan di bawahnya terdapat lapisan
endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah
karena seluruhnya merupakan endapan alluvium. Di bawah bagian
Utara, permukaan keras baru terdapat pada kedalaman 10 – 25 m,
makin ke Selatan permukaan keras semakin dangkal pada kedalaman
8–15 m, pada bagian kota tertentu, lapisan permukaan tanah yang
keras terdapat pada kedalaman 40 m.

4
http://eprints.undip.ac.id/

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 76


LAPORAN ANTARA

Selain itu, Provinsi DKI Jakarta memiliki wilayah pesisir yang cukup luas,
yaitu sekitar 155 km2. Wilayah ini membentang dari timur sampai barat
sepanjang kurang lebih 35 kilometer, dan menjorok ke darat antara 4
– 10 kilometer. Wilayah pesisir Jakarta merupakan pantai beriklim
panas dengan rata – rata suhu 28,50ºC dan rata – rata kelembaban
72 persen.

Di samping wilayah pesisir, Provinsi DKI Jakarta juga memiliki pulau –


pulau kecil yang terletak di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Pulau – pulau di wilayah ini memiliki luas beragam, sebanyak 45 persen
berukuran kurang dari 5 (lima) hektar, sebanyak 25 persen memiliki luas
antara 5 – 10 hektar, dan hanya 30 persen yang luasnya lebih dari 10
hektar.

Pulau – pulau memanjang dari Utara ke Selatan dengan ciri – ciri


berpasir putih dan bergosong karang, iklim tropis panas dan
kelembaban berkisar antara 75 – 99 persen. Dari pulau – pulau kecil
tersebut, pulau yang dihuni oleh penduduk hanya berjumlah 11 pulau.

Jika dilihat dari profil potongan melintang Selatan – Utara Jakarta


menunjukkan adanya endapan vulkanik kuarter yang terdiri dari
Formasi Citalang, Formasi Kaliwangu, dan Formasi Parigi. Formasi
Citalang memiliki kedalaman hingga kira – kira 80 m dengan bagian
atasnya merupakan batu lempung yang didominasi oleh batu pasir
pada bagian bawahnya dan pada beberapa tempat terdapat
breksi/konglomerat, terutama di sekitar Blok M dan Dukuh Atas.

3. Kondisi Hidrologi

Berdasarkan letaknya Kota Jakarta termasuk dalam kota delta (delta


city) yaitu kota yang berada pada muara sungai. Kota delta
umumnya berada di bawah permukaan laut, dan cukup rentan
terhadap perubahan iklim. Kota delta Jakarta dialiri oleh 13 aliran
sungai dan dipengaruhi oleh air pasang surut.

13 (tiga belas) sungai yang melewati Jakarta sebagian besar berhulu


di daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. 13 (tiga belas)
sungai tersebut yaitu Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan,
Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Cipinang, Kali
Sunter, Kali Baru Timur, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung.
Disamping itu, sebagai sarana pengendali banjir, telah dibangun 2
(dua) kanal besar yaitu Kanal Banjir Barat yang memotong Kali
Ciliwung dan Kanal Banjir Timur yang memotong Kali Cakung, Kali Jati
Kramat, Kali Buaran, Kali Sunter dan Kali Cipinang.

Dengan kondisi geografis seperti di atas disadari bahwa, Jakarta


termasuk wilayah rawan banjir. Dalam siklus 5 – 6 tahunan Jakarta
memiliki potensi banjir cukup tinggi, terbukti pada tahun 2002, 2007
dan tahun 2013, 2014 terjadi banjir besar dengan kerugian yang besar
pula.

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 77


LAPORAN ANTARA

Mengingat Jakarta merupakan kota yang terbentuk secara alami,


sehingga penataan kota tidak dapat dilakukan secara optimal
khususnya dalam sistem tata air/drainase dan jalan. Sebagian besar
tanah di Jakarta sudah menjadi hak milik atau dikuasai perorangan
sehingga menyulitkan dalam penataan kota, karena memerlukan
dana yang sangat besar untuk pembebasan lahan milik warga
(Sumber : LKPJ Gubernur Tahun 2014).

Gambar 3.5. Peta Tematik 13 Sungai di Provinsi DKI Jakarta


Sumber: RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2016 - 2022

4. Kondisi Klimatologi

Secara iklim di wilayah Indonesia pada umumnya dikenal dua musim


yaitu musim kemarau dan musim hujan. Wilayah Jakarta memiliki iklim
tropis dengan karakteristik musim penghujan rata – rata pada bulan
Oktober hingga Maret dan musim kemarau pada bulan April hingga
September. Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada
bulan November hingga Januari dengan curah hujan tertinggi di bulan
Januari sebesar 275,1 mm2 dan hari hujan tertinggi selama 25 hari
terjadi pada bulan Januari. Temperatur rata – rata terendah terjadi
pada bulan Januari, sedangkan tertinggi pada bulan Oktober dengan
kelembaban udara rata – rata antara 76 % dan 81 %. Cuaca di
kawasan Jakarta dipengaruhi oleh angin laut dan darat yang bertiup
secara bergantian antara siang dan malam.

Suhu udara harian rata – rata di daerah pantai umumnya relatif tidak
berubah, baik pada siang maupun malam hari. Suhu harian rata – rata
berkisar antara 26 – 28° C. Perbedaan suhu antara musim hujan dan
musim kemarau relatif kecil.

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 78


LAPORAN ANTARA

Hal tersebut dapat dipahami oleh karena perubahan suhu udara di


kawasan Jakarta seperti halnya wilayah lainnya di Indonesia tidak
dipengaruhi oleh musim, melainkan oleh perbedaan ketinggian
wilayah.

Tabel 3.1. Pengamatan Jumlah Curah Hujan menurut Bulan di Kota


Jakarta Pusat, 2020

Sumber: Kota Administrasi Jakarta Pusat dalam Angka 2021

Namun pada tahun 2018 terjadi pergeseran musim hujan normal biasa
terjadi di trisemester akhir. Pergeseran musim sebagai dampak dari
perubahan iklim telah menyebabkan suhu siang yang semakin panas
mencapai 24,4 oC di bulan Nopember dan Desember, sementara suhu
terendah mencapai 1,3 oC pada bulan Mei. Jumlah hari hujan terbesar
jatuh pada bulan Pebruari yaitu 431,2 mm/hari dan suhu terendah
mencapai 32,4 oC pada bulan Pebruari.

Pergeseran musim sebagai dampak dari perubahan iklim telah


menyebabkan suhu siang yang semakin panas mencapai 24,4 oC di
bulan Nopember dan Desember, sementara suhu terendah mencapai
1,3 oC pada bulan Mei. Suhu udara relative sama dengan rata – rata
suhu 32.4 – 36.6o oC dengan perubahan suhu yang relatif tajam dalam
setiap bulan nya.

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 79


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.6. Rata – Rata Curah Hujan menurut Bulan

Tabel 3.2. Pengamatan Kecepatan Angin dan Tekanan Udara


menurut Bulan di Kota Jakarta Pusat, 2020

Sumber: Kota Administrasi Jakarta Pusat dalam Angka 2021

Pada triwulan pertama, terlihat bahwa kelembaban relative cukup


tinggi antara 78%—82%. Sedangkan pada bulan Agustus mencapai
angka terendah yaitu 68%. Hal ini menunjukkan bahwa cuaca pada
bulan tersebut sangat terik, dan tidak banyak vegetasi yang rimbun
dan penyerapan air yang rendah di wilayah Kecamata Gambir
sehingga membuat wilayah ini menjadi agak kering.

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 80


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.7. Rata – Rata Suhu Udara menurut Bulan

Arah angin, kecepatan angin, kelembaban udara, dan suhu udara


sangat mempengaruhi curah hujan di suatu wilayah. Rata – rata
kecepatan angin tertinggi jatuh pada bulan September yaitu 81,
dengan kecenderungan arah 243 dan maksimum 1,6. Hal inilah yang
rupanya memicu terjadinya curah hujan yang cukup tinggi pada
bulan Januari. Sedangkan terendah jatuh pada bulan Juni.

Tabel 3.3. Pengamatan Unsur Suhu dan Kelembaban menurut Bulan


di Kota Jakarta Pusat, 2020

Sumber: Kota Administrasi Jakarta Pusat dalam Angka 2021

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 81


LAPORAN ANTARA

5. Daerah Rawan Bencana5

Daerah Rawan Bencana di Jakarta Pusat berdasarkan data dari


https://data.jakarta.go.id/ pada awal tahun 202 meliputi Kecamatan
Johar Baru, Kecamatan Kemayoran, dan Kecamatan Tanah Abang.
Ada 38 (tiga puluh delapa) titik daerah rawan banjir. Dari ke 38 titik,
Kecamatan Gambir tidak termasuk dalam daerah yang rawan banjir.

Menginjak akhir tahun, titik rawan banjir untuk kawasan Jakarta Pusat
tidak ditemukan. Dengan kata lain, kawasan Jakarta Pusat pada akhir
tahun 2020 bebas bencana banjir.

Untuk titik – titik kawasan rawan banjir dalam mengantisipasi banjir,


Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Juaini Yusuf mengatakan
pihaknya menggencarkan program pengerukan waduk dan sungai
bernama grebek lumpur. Tujuannya menambah kapasitas pada
saluran atau penampung air agar tidak sampai meluap ke
pemukiman atau jalan.

3.3. KONDISI PENGGUNAAN LAHAN

Berdasarkan hasil survey pada kawasan perencanaan dan sekitarnya,


dapat diketahui bahwa penggunaan lahan sebagian besar digunakan
untuk usaha dan hunian. Kondisi yang sangat padat cenderung kumuh
mengakibatkan kawasan kajian minim ruang terbuka hijau.

5
https://data.jakarta.go.id/dataset/data-kejadian-bencana-banjir-di-provinsi-dki-jakarta-tahun-
2020

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 82


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.8. Peta Administratif Wilayah Kajian


Sumber: Survey Konsultan

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 83


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.9. Peta Deliniasi Kawasan


Sumber: Survey Konsultan

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 84


LAPORAN ANTARA

3.4. KONDISI KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL BUDAYA

1. Kondisi Demografi Provinsi DKI Jakarta6

Perkembangan Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat Indonesia


mengakibatkan pertumbuhan penduduk sangat tinggi. Hingga saat ini
tercatat sebanyak 10.562,1 jiwa yang berada di DKI Jakarta.

2016 2017 2018 2019 2020


DKI Jakarta 10 277,6 10 374,2 10 467,6 10 557,8 10 562,1
Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2020 berdasarkan hasil Sensus
penduduk 2020 sebesar 10.562.008 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk per tahun sebesar 0.92 persen.

Kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2020 adalah 14.555 jiwa


setiap 1 km2. Kota Jakarta Pusat memiliki kepadatan penduduk
tertinggi di Propinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 18.603 jiwa/km2
sebagaimana tercantum dalam Tabel dibawah ini.

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Pertumuhan


Penduduk dan Sex Ratio di propinsi DKI Jakrta, 2020

No KELURAHAN Laki-Laki Perempuan Total Pertumbuhan Sex


Penduduk Ratio
1 Kepulauan 14.051 13.698 27.749 2.69 102,58
Seribu
2 Jakarta 1.122.094 1.104.718 2.226.812 0.75 101,57
Selatan
3 Jakarta 1.529.659 1.507.480 3.037.139 1.17 101,47
Timur
4 Jakarta 538.236 518.660 1.056.896 1.53 103,77
Pusat
5 Jakarta 1.229.435 1.205.076 2.434.511 0.63 102,02
Barat
6 Jakarta 901.306 877.675 1.778.981 0.76 102,69
Utara
5.334.781 5.227.307 10.562.088 0.92 102,06
Sumber: DKI Jakarta Dalam Angka 2021

Lalu wilayah mana dengan jumlah penduduk terpadat di DKI Jakarta?


Jawabannya ada pada Jakarta Pusat. Sebagai kota pusat
pemerintahan, Jakarta Pusat hanya memiliki luas 48,13 km² atau 7,3%
dari luas DKI Jakarta. Tapi dengan luas yang hanya segitu, Jakarta
Pusat mampu menampung sebanyak 1.149.176 penduduk, termasuk
di dalamnya 729 WNA. Sehingga kepadatan penduduknya mencapai
23.877 jiwa/km². Namun, jika kita ingin mengunjungi tempat tersepi di
DKI Jakarta, cobalah berkunjung ke Kepulauan Seribu.

6
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Keputusan Gubernur No 171 Tahun 2007, Badan
Pusat Statistik

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 85


LAPORAN ANTARA

Bila kita bandingkan dengan rata-rata kepadatan penduduk di DKI


Jakarta, maka terdapat 3 wilayah yang kepadatan penduduknya
diatas rata-rata, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.

Kelurahan Kali Anyar yang berada di Jakarta Barat menempati urutan


pertama dalam hal kepadatan penduduk. Sebanyak 30.425 jiwa
tinggal di pemukiman dengan luas hanya 0,32 km²dengan kepadatan
penduduk 95.676 jiwa/km². Jumlah ini 5,7 kali lebih padat dari rata –
rata DKI Jakarta dan 679 kali lebih padat dari rata – rata Indonesia.
Sepuluh kelurahan terpadat di DKI Jakarta, 5 diantaranya berada di
Jakarta Pusat, 4 di Jakarta Barat, dan 1 di Jakarta Timur. Sebanyak 159
dari 267 (60%) kelurahan di DKI Jakarta juga memiliki kepadatan
penduduk diatas rata – rata.

Akan tetapi, tak semua kelurahan di wilayah padat juga ikut padat,
contohnya Kelurahan Gambir, Gelora, Gondangdia, dan Pasar Baru di
Jakarta Pusat kepadatan penduduknya masih di bawah 10.000
jiwa/km².

Gambar 3.10. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Sumber: Badan Pusat Satatistik, Hasil SP2020 (September)

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 86


LAPORAN ANTARA

2. Kondisi Demografi Kecamatan Gambir

Berdasarkan kepadatan penduduknya, Kecamatan Gambir termasuk


dalam kategori kecamatan padat penduduk dengan tingkat
kepadatan penduduk rata – rata mencapai 13.072 jiwa per km2.
Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kelurahan Duri Pulo merupakan wilayah dengan populasi dan


kepadatan tertinggi. Sedangkan Kelurahan Cideng mempunyai
kepadatan penduduk yang terendah jika dibandingkan dengan
populasinya.

Rata – rata pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan


tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu
tertentu.

Gambar 3.11. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan


Sumber: Kecamatan Gambir Dalam Angka 2019

Fenomena penurunan jumlah penduduk juga terjadi di Kecamatan


Gambir. Jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2016 adalah
99.323 jiwa, sementara pada tahun 2018 tercatat berjumlah 99.215
jiwa. Sementara itu jumlah keluarga mengalami peningkatan yaitu
menjadi 33.463 KK. Dengan jumlah penduduk yang menurun dan
jumlah keluarga yang meningkat, menandakan terjadi perubahan
ukuran keluarga. Satu kelurga yang rata-rata beranggotakan 3
anggota rumah tangga (ART), sementara itu di tahun sebelumnya rata
– rata satu keluarga terdiri dari 3 ART. Hal ini dapat menunjukkan
keberhasilan program keluarga berencana di Kecamatan Gambir.
Selain itu hal ini dapat pula disebabkan karena tuntutan kota besar,
dimana biaya hidup yang semakin mahal dan tata kota yang di
peruntukkan bagi kegiatan ekonomi, sehingga banyak terjadi

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 87


LAPORAN ANTARA

perpindahan penduduk, tetapi juga mengundang datangnya


individu – individu pencari nafkah.

Tabel 3.5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No KELURAHAN Laki- Perempuan Total Sex


Laki Ratio
1 Cideng 6.954 7.689 14.643 90,44
2 Petojo Selatan 6.049 5.990 12.039 100,98
3 Gambir 1.728 1.820 3.548 94,95
4 Kebon Kelapa 4.852 4.879 9.731 99,45
5 Petojo Utara 7.952 8.334 16.286 95,42
6 Duri Pulo 11.193 11.094 22.287 100,89
38.728 39.806 78.534 101,75
Sumber: DKI Jakarta Dalam Angka 2021

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan


Gambir lebih banyak penduduk jenis kelamin wanita yaitu 39.806 jiwa
dengan sex ratio 101,75. Total jumlah penduduk di Kecamatan Gambir
pada tahun 2020 sebanyak 78.534 jiwa

Sedangkan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Gambir 0.04%


dengan 2 kelurahan yang mengalami penurunan penduduk yaitu
Kelurahan Cideng (-0,33%) dan Kelurahan Petojo Selatan (-0.17%).
Kepadatan penduduk di Kecamatan Gambir sebanyak 10.347 jiwa
per km2.

Tabel 3.6 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Gambir

No KELURAHAN Penduduk Laju Kepadatan


(Jiwa) Pertumbuhan Penduduk
2018 2019 penduduk per per km2
Tahun (%)
1 Cideng 14.738 14.643 -0,33 11.621
2 Petojo 12.079 12.039 -0,17 10.561
Selatan
3 Gambir 3.447 3.548 1,45 1.375
4 Kebon 9.722 9.731 0.05 12.476
Kelapa
5 Petojo Utara 16.204 16.286 0,25 14.541
6 Duri Pulo 22.280 22.287 0,02 31.390
78.471 78.534 0.04 10.347
Sumber: DKI Jakarta Dalam Angka 2021

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 88


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.12. Jumlah Penduduk Per Km2


Sumber: Kecamatan Gambir Dalam Angka 2020

3. Kondisi Demografi Wilayah Perencanaan

Berdasarkan hasil survey terhadap Wilayah Perencanaan yang


meliputi Kelurahan Petojo Selatan, Petojo Utara dan Kebon Kelapa
diperoleh data kepadatan penduduk di ketiga kelurahan tersebut
adalah 38.056 jiwa dengan 49,55% atau sejumlah 18.853 jiwa
penduduk laki – laki dan 50,45% atau sejumlah 19.203 jiwa penduduk
perempuan.

16.286 jiwa
KEPENDUDUKAN
49,55%
9.731
18.853 penduduk di 3 kelurahan
adalah laki-laki

12.039 jiwa

50,45%
19.203 penduduk di 3 kelurahan
adalah wanita

This is a sample text. You can replace Enter your text here.
Laju pertumbuhan penduduk 0,04% per tahun

Gambar 3.13. Jumlah Penduduk di Wilayah Perencanaan


Sumber: Kecamatan Gambir Dalam Angka 2020

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 89


LAPORAN ANTARA

3.5. KONDISI SARANA DAN FASILITAS PELAYANAN UMUM

1. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Kecamatan Gambir cukup lengkap mulai dari


tingkat SD, Madrasah sampai dengan perguruan tinggi. Terutama
fasilitas pendidikan tingkat SD sebanyak 33 buah. Hal ini terlhat bahwa
aktifitas pendidikan di Kecamatan Gambir cukup tinggi.

Table 3.7. Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Gambir

Sekolah Negeri Swasta Jumlah


TK - 16 16
RA - 7 7
SD 24 9 33
MI - 2 2
SMP 4 10 14
SMA 2 5 7
SMK 1 8 9
Sumber: Kota Administrasi Pusat Dalam Angka 2021

2. Fasilitas Kesehatan

Table 3.8. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Gambir

Fasilitas Kesehatan Jumlah


Rumah Sakit Umum 2
Rumah Sakit Khusus 1
Rumah Sakit Bersalin 0
Puskesmas 6
Klinik / Balai Kesehatan 63
Posyandu 0
Polindes 0
Apotik 5
Sumber: Kota Administrasi Pusat Dalam Angka 2021

3. Fasilitas Peribadatan

Table 3.9. Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Gambir

Fasilitas Jumlah
Masjid 57
Mushola 42
Gereja Protestan 20
Gereja Katolik 3
Pura 1
Vihara 5
Sumber: Kota Administrasi Pusat Dalam Angka 2021

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 90


LAPORAN ANTARA

4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Kecamatan Gambir lebih banyak merupakan kecamatan dengan


kegiatan jasa dan perdagangan. Pada Tabel di bawah ini terlihat
bahwa sebanyak 176 buah adalah jada warung atau kedai makan,
sebanyak 110 buah losmen, 85 buah Restoran atau rumah makan, 52
buah adalah toko.

Tabel 3.10. Fasilitas Perdagangan (Pasar, Pertokoan)


No KELURAHAN Kelpk Pasar dg Pasar dg Bgn Pasar Mini
Pertokoan bgn Semi Tanpa market
Permanen Permanen Bgn
1 Cideng 1 - - 1 12
2 Petojo Selatan - - 2 - 10
3 Gambir - - - 2 3
4 Kebon Kelapa 3 - - - 8
5 Petojo Utara - 1 - - 6
6 Duri Pulo - - - - 4
4 1 2 3 43
Sumber : Kecamatan Gambir dalam Angka, 2020

Tabel 3.11. Fasilitas Perdagangan (Warung, Restoran, Losmen, Hotel)


No KELURAHAN Toko/ Wrg Restoran / Warung/ Hotel Losmen
Klontong Rumah Kedai Mkn
Makan
1 Cideng 4 15 25 6 1
2 Petojo Selatan 4 17 15 4 -
3 Gambir 15 1 7 3 -
4 Kebon Kelapa 7 34 13 15 4
5 Petojo Utara 20 16 15 10 3
6 Duri Pulo 2 2 101 1 102
52 85 176 39 110
Sumber : Kecamatan Gambir dalam Angka, 2020

Gambar 3.14. Jumlah Sarana Ekonomi (Warung, Restoran, Losmen, Hotel)


Sumber: Kecamatan Gambir Dalam Angka 2020

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 91


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.15. Jumlah Sarana Ekonomi (Pasar, Pertokoan)


Sumber: Kecamatan Gambir Dalam Angka 2020

Tabel 3.12. Jumlah Resmi Pedagang Kaki Lima

KELURAHAN JUMLAH
Cideng 85
Gambir 314
Kebon Kelapa 92
Petojo Utara 28
Duri Pulo 45
Sumber : Kota Administrasi Jakarta Pusat Dalam Angka, 2021

Tabel 3.13. Fasilitas Jasa Perbankan


No KELURAHAN Bank Bank BPR Koperasi Simpan
Pemerintah Swasta Pinjam
1 Cideng 8 22 1 -
2 Petojo Selatan 11 15 - -
3 Gambir 7 2 - -
4 Kebon Kelapa 13 27 1 1
5 Petojo Utara 10 24 1 -
6 Duri Pulo 2 3 - -
51 93 5 1
Sumber : Kecamatan Gambir dalam Angka, 2020

Tabel di atas jasa perbankan sebagian besar merupakan bank


swasta yaitu sebanyak 93 buah, bank pemerintah sebanyak 51, BPR
sebanyak 5 buah dan koperasi simpan pinjam sebanyak 1 buah.

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 92


LAPORAN ANTARA

Gambar 3.16. Jumlah Sarana Perbankan


Sumber: Kecamatan Gambir Dalam Angka 2020

3.6. KONDISI PRASARANA DAN UTILITAS UMUM

1. Prasarana Listrik

Table 3.14. Daya Terpasang, Produksi dan Distribusi Listrik PT.


PLN.(persero) Menurut Cabang PLN di Kota Jakarta Pusat

Sumber : Kota Administrasi Jakarta Pusat Dalam Angka, 2021

2. Prasarana Air Bersih

Table 3.15. Jumlah Lokasi Pengembangan Jaringan Tata Air dan


Pemeliharaan Saluran Air. Darurat / Rawan

Sungai Saluran Saluran Total


Jalan PHB
Jumlah Lokasi Pengembangan 0 7 0 7
Jaringan Tata Air
Jumlah Lokasi Pemeliharaan Saluran 6 217 20 243
Air / Darurat / Rawan
Sumber : Kota Administrasi Jakarta Pusat Dalam Angka, 2021

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 93


LAPORAN ANTARA

Table 3.16. Jumlah Pelanggan dan Air yang Disalurkan di Jakarta


Pusat

Sumber : Kota Administrasi Jakarta Pusat Dalam Angka, 2021

3.7. KONDISI SISTEM TRANSPORTASI DAN PERGERAKAN

1. Jaringan Jalan

Table 3.17. Panjang Jalan Menurut Tingkat Kewenangan


Pemerintahan di Kota Jakarta Pusat

Sumber : Kota Administrasi Jakarta Pusat Dalam Angka, 2021

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 94


LAPORAN ANTARA

Table 3.18. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Jakarta Pusat

Sumber : Kota Administrasi Jakarta Pusat Dalam Angka, 2021

3.8. KONDISI INTENSITAS DAN PEMANFAATAN RUANG DAN TATA MASSA


BANGUNAN

1. Intensitas Pemanfaatan Ruang

Dari keseluruhan bidang tanah pada delineasi, didapat data status


tanah yang dikelompokkan dengan tipe hak sebagai berikut:

Table 3.19. Tipe Hak Bangunan Berdasarkan Jumlah Bangunan

KELURAHAN/RW TIPE HAK Total


Hak Guna Hak Milik Hak Pakai Tanah Belum
Bangunan Wakaf Terdaftar

KEBON KELAPA 273 102 6 91 472


002 273 102 6 91 472
PETOJO SELATAN 254 24 3 55 336
007 3 3
008 254 24 3 52 333
PETOJO UTARA 724 160 14 1 234 1133
002 68 33 5 17 123
007 72 68 3 1 116 260
008 584 59 6 101 750
Total 1251 286 23 1 380 1941

Sumber: Pusdatin Kementerian ATR/BPN, 2021

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 95


LAPORAN ANTARA

Table 3.20. Tipe Hak Bangunan Berdasarkan Luas Bangunan

KELURAHA TIPE HAK (LUAS M2) Total


N/RW Hak Guna Hak Milik Hak Pakai Tanah Belum (M2)
Bangunan Wakaf Terdaftar

KEBON 73.832,07 21.165,18 20.889,69 50.441,49 166.328,4


KELAPA 3
002 73.832,07 21.165,18 20.889,69 50.441,49 166.328,4
3
PETOJO 29.610,74 2.710,03 277,09 32.624,10 65.221,96
SELATAN
007 5,65 5,65
008 29.610,74 2.710,03 277,09 32.618,45 65.216,31
PETOJO 119.325,68 33.005,53 35.599,61 96,51 175.762,25 363.789,5
UTARA 9
002 18.867,38 7.242,20 23.604,10 17.884,69 67.598,38
007 16.535,89 14.612,19 491,93 96,51 25.211,82 56.948,34
008 83.922,40 11.151,15 11.503,58 132.665,74 239.242,8
7
Grand Total 222.768,49 56.880,74 56.766,40 96,51 258.827,84 595.339,9
8
Sumber: Pusdatin Kementerian ATR/BPN, 2021

Hak Guna
Bangunan
Hak Milik
22%
1% Hak Pakai
56%
21%
Hak Wakaf

Belum Terdaftar

Gambar 3.17. Tipe Kepemilikan Lahan


Sumber: Pusdatin Kementerian ATR/BPN, 2021

Dengan demikian dapat diketahui bahwa status tanah yang ada terdiri dari
tanah hak terdaftar dan tanah hak yang belum terdaftar.

a. Bidang Tanah Terdaftar antara lain :

- Hak Milik (HM)


- Hak Guna Bangunan (HGB)
- Hak Pakai (HP)
- Tanah Wakaf

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 96


LAPORAN ANTARA

b. Bidang Tanah Hak yang belum Terdaftar dapat dikategorikan sebagai :

- Tanah Adat
- Tanah Bekas Hak Barat (Eigendom Verponding)
- Tanah Negara yang sudah dikuasai / digarap; dan/atau
- Tanah Aset BUMN/BUMD/Badan Hukum lainnya yang sudah
dilepaskan dan/atau dikuasai masyarakat.
- Fasilitas Umum

Isu Pertanahan yang ditemui di lingkup deliniasi kawasan perencanaan antara


lain:

a. Pada RW 08 Petojo Utara, sebagaian besar masyarakat di sana


menguasai tanah selama puluhan tahun (berawal dari perjanjian sewa
dengan pemilik tanah);

b. Dari 3 kelurahan, di Petojo Utara paling banyak terdapat ruko


kosong/tidak ada kegiatan (dengan Tipe Hak yaitu HGB);

c. Tumpang tindih kepemilikan tanah dan bangunan di Petojo Selatan RW


08 (Info dari Bpk Lurah setempat);

d. Beberapa tempat usaha/ruko di Petojo Selatan juga digunakan


sebagai tempat tinggal.

2. Tata Massa Bangunan

Pola Tata Massa Bangunan di lingkup deliniasi kawasan perencanaan


cukup padat dan pertumbuhannya tidak tertata dengan baik. Ruang
terbuka kurang dari 30% seperti yang ditetapkan dalam RDTR DKI
Jakarta Pusat.

Gambar 3.18. Tata Massa Bangunan Eksisting


Sumber: Survey Konsultan, 2021

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERTANAHAN DAN PEMANFAATAN TANAHR 97

You might also like