You are on page 1of 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI

DI RUANG BAKUNG RSUP PROF. DR. I.G.N.G. NGOERAH DENPASAR

RABU, 18 OKTOBER 2023

Oleh:

KELOMPOK 1

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI

DI RUANG BAKUNG RSUP PROF. DR. I.G.N.G. NGOERAH DENPASAR

RABU, 18 OKTOBER 2023

Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri

Sub Pokok Bahasan :

1. Definisi nyeri
2. Klasifikasi nyeri
3. Tanda dan gejala nyeri
4. Intensitas nyeri
5. Manajemen nyeri secara non farmakologis
6. Prosedur teknik nafas dalam

Sasaran : Penunggu pasien dan pengunjung

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Oktober 2023

Pukul : 09.00 - 10.00 WITA

Tempat : Ruang Angsoka III, RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah


A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan mampu
memahami hal-hal berkaitan dengan nyeri dan memahami bagaimana
memanajemen nyeri secara nonfarmakologis.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah proses penyuluhan selesai diharapkan sasaran dapat:
a. Mengetahui definisi nyeri
b. Mengetahui klasifikasi nyeri
c. Mengetahui tanda dan gejala nyeri
d. Mengetahui intensitas nyeri
e. Menjelaskan manajemen nyeri secara nonfarmakologi
f. Menjelaskan prosedur teknik relaksasi nafas dalam

C. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Metode: ceramah dan tanya jawab
2. Media: leaflet dan lembar balik
3. Pelaksana:
Mahasiswa Profesi Ners ITEKES Bali (Kelompok 1)
Moderator :
Penyaji :
Fasilitator :
Notulen :
Dokumentasi :
5. Isi materi (terlampir)
6. PROSES PELAKSANAAN

N Kegiatan Respon Waktu Metode Pelaksana


o
Pasien/ dan
Keluarga media
1 Pendahuluan
Menjawab
a. Memberi salam
salam
b. Menyampaikan Menyimak 5 Menit Ceramah Moderator
pokok bahasan
c. Menyampaikan Menyimak
tujuan
2 Isi
Memperhatikan
a. Melakukan
apersepsi

b. Penyampaian
materi tentang: Memperhatikan

1. Definisi nyeri
2. Klasifikasi nyeri
15 Ceramah, Penyaji
3. Tanda dan gejala nyeri
menit dan tanya
4. Intensitas nyeri
jawab
5. Manajemen nyeri secara
nonfarmakologi
6. Prosedur teknik
relaksasi napas dalam
c. Demonstrasi Aktif bertanya
penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
d. Memberikan
kesempatan peserta
untuk bertanya
Penutup Menjawab 10 Ceramah, Moderator,
Memperhatikan menit Tanya Penyaji, dan
a. Evaluasi
Menjawab salam jawab Fasilitator
b. Kesimpulan

c. Memberi salam
penutup

d. Pemberian Leaflet

7. SETING TEMPAT

Penyuluhan dilaksanakan secara offline

DENAH TEMPAT (RUANG TINDAKAN)

Penyaji

Moderator
Pe Peserta Pesert
ser a
ta
Pe Peserta Pesert
ser a
ta

8. RENCANA EVALUASI

1. Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan bisa digunakan
dalam penyuluhan yaitu:
✔ Leaflet
Lembar balik
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk leaflet agar lebih mudah saat penyampaian kepada
peserta.
2. Proses Penyuluhan
a. Penyuluhan mengenai manajemen nyeri berlangsung lancar dan peserta
mengerti tentang penyuluhan yang diberikan.
b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan peserta yang menerima penyuluhan.

3. Hasil Penyuluhan
a. Jangka Pendek
1. Peserta penyuluhan mengerti 80% dari apa yang telah disampaikan dengan
kriteria mampu menjawab pertanyaan yang akan diberikan oleh penyuluh.

2. Peserta mampu menjelaskan kembali definisi nyeri

3. Peserta mampu menjelaskan kembali klasifikasi nyeri

4. Peserta mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala nyeri

5. Peserta mampu menjelaskan kembali intensitas nyeri

6. Peserta mampu menjelaskan kembali manajemen nyeri secara


nonfarmakologi

7. Peserta mampu menjelaskan kembali prosedur teknik relaksasi napas dalam


b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan peserta mengenai manajemen nyeri dan dapat
menerapkannya

9. MATERI PENYULUHAN

1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan sehubungan dengan adanya atau berpotensi terjadinya kerusakan
jaringan atau tergambarkan seperti ada kerusakan. Nyeri merupakan perasaan
yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas
dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan
diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit (Perry &
Potter, 2009).
Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya.
Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara
sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita
yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari- hari, psikis, dan lain-lain (Perry
& Potter, 2009).
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa rangsangan (Arthur C. Curton, 1983). Nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang
dialaminya (Aziz Alimul.2006).
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi
tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi
sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis)

Pengertian nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita
yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari

2. Klasifikasi nyeri
Jenis nyeri dapat dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis tanda dan gejala
pada kedua nyeri ini berbeda:
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan secara tiba-tiba dan berlangsung
selama beberapa hari atau minggu dan kurang dari 3 bulan. Gejala yang
dirasakan biasanya bersifat tajam dan terlokalisasi dengan jelas pada daerah yang
sakit dan biasanya disebabkan oleh cedera fisik atau penyakit akut tertentu seperti
infeksi atau peradangan. Bentuk nyeri akut dapat berupa:
1. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa
2. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan
jaringan ikat
3. Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis sendiri memiliki tanda-tanda yaitu nyeri yang dirasakan
berlangsung lama lebih dari 3 bulan adapun gejala-gejala yang dirasakan bersifat
lebih difus dan menyebar ke seluruh tubuh atau daerah yang luas dan disebabkan
oleh berbagai penyebab seperti efek samping obat, penyakit kronis, atau cedera
yang tidak sembuh sempurna. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap
bertahan sesudah penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau awalnya berupa nyeri
akut lalu menetap sampai melebihi 3 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh :
1. Kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2. Non kanker akibat trauma, proses degenerasi dll .

3. Bagaimana tanda dan gejala nyeri

Tanda dan gejala dari nyeri ini menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
dibagi menjadi gejala dan tanda yaitu mayor dan minor, dari masing masing
gejala dan tanda mayor dan minor memiliki sub bagian yaitu dibagi subjektif dan
objektif, diantaranya adalah :

A. Mayor
1) Subjektif :
- Mengeluh nyeri
2) Objektif :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur

B. Minor

1) Subjektif : -
2) Objektif :
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis

4. Apa saja intensitas nyeri?

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang


dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual, serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respons fisiologis tubuh
terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

A. Skala intensitas nyeri deskritif

Skala deskriptif adalah alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang


lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale (VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata
pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsi ini di-ranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang
tidak tertahankan”.

B. Skala penilaian nyeri numerik


Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales-NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi data. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik

C. Skala analog visual

Skala analog visual (Visual Analog Scale-VAS) tidak melabel subdivisi.


VAS merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri terus-
menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi
klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS
dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena
klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa
memilih satu kata atau satu angka

D. Skala nyeri menurut Bourbanis

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan


dan tidak menghabiskan waktu banyak saat klien melengkapinya

Intensitas nyeri sendiri terbagi menjadi 3 yaitu:


1. Nyeri Ringan
Untuk penilaian nyeri ringan yaitu 1-3
2. Nyeri Sedang
Untuk penilaian nyeri sedang 4-6
3. Nyeri Berat
Untuk penilaian nyeri berat 7-10

5. Manajemen nyeri secara nonfarmakologis


Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat
mengganggu aktivitas penderita. Manajemen nyeri dapat dilakukan secara
farmakologis dan non farmakologis. Manajemen nyeri secara non farmakologis
terdapat dua teknik manajemen nyeri secara non farmakologis, yaitu teknik
distraksi dan relaksasi.
a. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal lain
sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh manajemen nyeri
dengan cara distraksi diantaranya:
● Membayangkan hal-hal menarik dan indah (guided imagery)
● Membaca buku, koran sesuai dengan keinginan
● Menonton TV
● Mendengarkan musik (terapi musik), radio dll
b. Relaksasi
Relaksasi Teknik relaksasi memberi individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Sejumlah
teknik relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Teknik
relaksasi dapat dilakukan dengan:
● Teknik masase/ pemijatan
● Kompres panas atau dingin
● Teknik relaksasi napas dalam

6. Bagaimana prosedur teknik relaksasi napas dalam?


Terapi relaksasi merupakan suatu teknik yang berkaitan dengan tingkah
laku manusia dan efektif dalam mengatasi nyeri akut terutama rasa nyeri akibat
prosedur diagnostik dan pembedahan. Biasanya membutuhkan waktu 5-10 menit
pelatihan sebelum pasien dapt meminimalkan nyeri secara efektif. Dimana tujuan
pokok dari relaksasi adalah membantu pasien menjadi rileks dan memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu
untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri dan yang
meningkatkan nyeri. Manajemen nyeri non farmakologi yang sering digunakan
yaitu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan
teknik untuk mengurangi ketegangan nyeri dengan merelaksasikan otot.
Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1. Atur posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang,
2. Usahakan rileks dan tenang, menarik nafas dalam melalui hidung dengan
hitungan 1,2,3 kemudian tahan sekitar 5-10 detik,
3. Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan sambil membiarkan
tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman hal tersebut.
sedangkan latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh
10. EVALUASI

Prosedur : Post Test


Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya Jawab
Jenis pertanyaan:
1. Sebutkan jenis nyeri apa saja
2. Sebutkan 2 tanda gejala nyeri
3. Bagaimana cara relaksasi nafas dalam yang benar
DAFTAR PUSTAKA

Rahma fajrin. 2022. Laporan Pendahuluan gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut. Poltekkes
kemenkes semarang

Ilmiyatus Sa'dyah. 2015. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia Nyeri.


Poltekkes kemenkes Malang

You might also like