You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)


PADA FEVER THYPOID DIRUANG MAWAR
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun oleh :
Ghandis Wulandari Subiyanto
2211040007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021/2022
I. KONSEP KEBUTUHAN
A. Definisi
Kenyamanan adalah kondisi dimana seseorang merasakan kesejahteraan atau
merasa nyaman yang timbul baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat et all,
2015). Kenyamanan menurut Keliat et all (2015) dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Kenyamanan fisik merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan merupakan rasa sejahtera atau nyaman yang dirasakan
didalam atau dengan lingkungannya.
c. Kenyamanan sosial merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman dengan
situasi sosialnya.

Gangguan rasa nyaman merupakan kondisi dimana seseorang merasa kurang


nyaman dan kurang sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan,
budaya, dan sosialnya (Keliat dkk, 2015). Gangguan rasa nyaman merupakan suatu
gangguan dimana perasaan kurang senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya
mempunyai gejala dan tanda minor mengeluh mual (PPNI, 2016).

Nyeri merupakan suatu kejadian yang melelahkan dan membutuhkan energi


pada orang tertentu yang dapat mengganggu hubungan personal dan menimbulkan
perasaan tidak nyaman (Potter & Perry, 2012). Definisi nyeri dalam kamus medis
yaitu perasaan distres, kesakitan, ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari stimulasi
ujung saraf tertentu. Tujuan nyeri terutama untuk perlindungan, nyeri berperan
sebagai suatu sinyal peringatan dari tubuh terhadap jaringan yang sedang mengalami
kerusakan dan meminta individu untuk meredakan atau menghilangkan nyeri dari
sumber (Rosdahl & Kowalski, 2017).
B. Fisiologi Sistem
Nyeri merupakan suatu campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Terdapat
tiga komponen fisiologis dari nyeri yaitu : resepsi, persepsi dan rekasi. Stimulus
penghasil nyeri akan mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Kemudian
serabut nyeri akan memasuki medula spinalis, dalam medula spinalis pesan nyeri
dapat berinteraksi dengan sel saraf inhibitor kemudian ditransimisi tanpa hambatan ke
kortes serebal. Saat stimulus nyeri mencapai korteks serebral otak akan
menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi pengalaman dan
pengetahuan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry, 2012).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem
a.Usia
Usia merupakan suatu variabel penting yang dapat mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak – anak dan lansia.
b. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespons nyeri yang dialami. Toleransi terhadap kejadian nyeri yang
dipengaruhi oleh faktor – faktor biokimia yang berada dalam setiap individu
tanpa melihat jenis kelamin.
c.Kebudayaan
Keyakinan dan nilai – nilai budaya mempengaruhi cara individu dalam
mengatasi nyeri. Setiap individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka masing – masing. Hal ini meliputi bagaiman
dalam bereaksi terhadap nyeri.
d. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini dikaitkan dengan
latar belakang kebudayaan keluarga tersebut.
e.Perhatian
Saat seorang klien sangat memfokuskan perhatiannya pada nyeri yang
dialami dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat pada
seorang klien dapat dihubungkan dengan keadaan nyeri yang meningkat.
f.Ansietas
Nyeri dan ansietas memiliki hubungan yang bersifat komolkes. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
suatu perasaan ansietas.
g. Keletihan
Keletihan yang terjadi pada seseorang dapat meningkatkan persepsi nyeri.
Rasa letih yang dialami menyebabkan sensasi nyeri terasa intensif.

h. Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri


sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut dapat menerima nyeri
dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Saat individu sejak lama
mengalami nyeri serangkaian nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri
yang berat, maka perasaan ansietas bahkan rasa takut akan muncul.
i. Gaya Koping
Hal yang sering terjadi adalah individu merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Dengan demikian, gaya koping dapat mempengaruhi kemampuan
individu tersebut untuk mengatasi nyeri.
j. Dukungan Keluarga dan Sosial
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri terdapat faktor lain
yang bermakna mempengaruhi respons nyeri adalah kehadiran orang-orang
terdekat suatu individu dan bagaimana sikap mereka terhadap seorang individu

D. Macam-macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem


a. Efek perilaku
Pada pasien yang mengalami nyeri pasien akan menunjukan ekspresi wajah
dan Gerakan tubuh yang khas dan dapat berespon secara vokal dan kemungkinan
mengalami keterbatasan dalam bersosial. Pasien juga seringkali meringis,
mengerutkan dahi, menggigit bibir, gelisah, menghindari kontak sosial dan hanya
fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
b. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Pada pasien yang mengalami nyeri seringkali kurang mampu dalam
berpasrtisipasi dalam aktivitas sehari-hari seperti aktivitas sosial bahkan pasien
juga dapat kesulitan dalam melakukan tindakan hygiene.

II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan
yang digunakan untuk mengkaji dan menggali data utama tentang Kesehatan
pasien baik dari segi fisik, psikologis, maupun emosional (Debora, 2013).
Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data dan perumusan masalah atau
kebutuhan pasien (Prabowo, 2014)
1. Riwayat Keperawatan
a) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Perawat menanyakan
kepada pasien mengenai tanda dan gejala yang dialami serta dilakukan
pengkajian mengenai keluhan yang dirasakan pasieny ang harus
ditanyakan dengan detail meliputi lama timbulnya.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Mulai kapan dimulai nyeri, skala nyeri, lokasi, intensitas,


kualitas, gejala yang menyertai perjalanan nyeri dan pengaruh terhadap
aktivitas sehari-hari. Penilaian nyeri dilakukan dengan PQRST yaitu :
1) Faktor Pencetus (P : Provocate)

Perawat pengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri


pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan
observasi bagian- bagian tubuh yang cidera.
2) Kualitas (Q : Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien, seringkali klien mengungkapkan nyeri dengan kalimat-
kalimat tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti
tertindih, tertusuk, dan lain-lain.
3) Lokasi (R : Region)

Nyeri terlokalisir yaitu nyeri dapat jelas terlihat pada area


asalnya, nyeri terproyeksi yaitu nyeri sepanjang saraf atau
serabut saraf spesifik, nyeri radiasi yaitu penyebaran nyeri
sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir, nyeri
dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang nyeri.
4) Skala nyeri (S : Scala)

Pada penilaian skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS)


merupakan skala yang paling efektif digunakan untuk mengkaji
orang dewasa. Skala Penilaian Numerik (Numeric Rating Scale,
NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
Dalam hal ini, menilai nyeri menggunakan skala 0-10.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri


Nyeri Ringan Sedang Hebat

Numeric Rating Scale (Potter & Perry, 2012)


5) Waktu (T : Time)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul,
berapa lama, bagaimana timbulnya, interval tanpa nyeri dan
kapan nyeri terakhir timbul.
c) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit terdahulu ditanyakam kepada pasien apakah
pasien memiliki penyakit yang sama sebelumnya dengan yang sekarang
dialami, bila ada ditanyakan kapan terjadinya dan obat apa saja yang
telah di konsumsi.
d) Riwayat penyakit keluarga
Pada ananmnesa ini digunakan untuk mencari ada tidaknya
Riwayat penyakit yang diturunkan keapada pasien dari pihak keluarga
seperti hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain ataupun Riwayat
penyakit menular lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik : Data Fokus


a) Kepala
Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala
pasien serta keadaan rambut pasien.
b) Mata
Bentuk simetris atau tidak, konjumgtiva anemis atau tidak, ada nyeri
atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan mata
untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak.
c) Hidung
Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembengkakan
didaerah polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari
pemeriksaan hidung untuk mengetahui adanya secret dan
pembengkakan.
d) Telinga
Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada infeksi
atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan telinga
untuk mengetahui ada cairan yang berlebih atau adanya infeksi di
sekitar telinga.
e) Mulut
Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk pemeriksaan
mulut untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau adanya gigi kotor
dan berlubang.
f) Leher
Ada lesi atau tidak, ada pembengkakan kelenjar getah bening atau
tidak, ada pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak.
g) Dada
Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara
paru, suara jantung.
Inspeksi : normal. Tujuan untuk mengetahui bentuk dada
Perkusi : Sonor / Resonan
Palpasi : kesimetrisan dada
Auskultasi : terdengar suara lapang paru normal
h) Abdomen
Ada lesi atau tidak, bising usus

Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan

Palpasi : nyeri tekan pada abdomen

Perkusi : normal tidak ada gangguan

Auskultasi : tidak terdengar bising usus


i) Integument
Warna kulit : sawo matang

Keadaan kulit : kering

Turgor kulit : normal


j) Genetalia
Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia.

3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
b) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c) Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan
lainnya (Asmadi, 2010).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan Rasa Nyaman b.d Nyeri
1. Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI, 2017)
2. Batasan Karakteristik
a) Gelisah
b) Mengeluh sulit tidur
c) Tidak mampu rileks
d) Mengeluh kedinginan/kepanasan
e) Merasa gatal
f) Mengeluh mual
g) Mengeluh lelah
h) Menunjukan gejala distres
i) Tampak merintih/menangis
j) Pola eliminasi berubah
k) iritabilitas
3. Faktor yang berhubungan
a) Gejala penyakit
b) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c) Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial, sosial
dan pengetahuan)
d) Kurangnya privasi
e) Gangguan stimulus lingkungan
f) Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)
g) Gangguan adaptasi kehamilan
4. Kondisi klinis terkait
a) Penyakit kronis
b) Keganasan
c) Distress psikologis
d) kehamilan
Diagnosa 2 : Nyeri akut b.d Infeksi
1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI, 2017)
2. Batasan Karakteristik
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
f) Tekanan darah meningkat
g) Pola napas berubah
h) Nafsu makan berubah
i) Proses berfikir terganggu
j) Menarik diri
k) Berfokus pada diri sendiri
l) Diaforesis
3. Faktor Yang Berhubungan
a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar,bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,latihan fisik
berlebihan)
4. Kondisi Klinis Terkait
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom koroner akut
e) Glaukoma

C. Perencanaan

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan Keperawatan
Gangguan Rasa 1. Membantu 1. Keluhan tidak 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
Nyaman b.d klien untuk nyaman vital pasien keadaan umum
Nyeri dapat 2. Anjurkan pasien
mengontrol 2. Keluhan sulit menggunakan
tidur 2. Supaya pasien
nyeri pakaian longgar
3. Mual merasa lebih
3. Jelaskan tujuan,
4. Merintih nyaman
manfaat, batasan
5. Menangis dan jenis relaksasi 3. Mengedukasi
yang tersedia pasien mengenai
Dengan nilai : (Teknik napas teknik relaksasi
1 : Meningkat dalam) napas dalam
2.Cukup 4. Anjurkan
Meningkat mengambil posisi 4. Untuk pasien
nyaman lebih mudah
3. Sedang 5. Demonstrasikan beristirahat
dan latih teknik 5. Pasien dan
4. Cukup
relaksasi (Teknis keluarga
Menurun
napas dalam) mengetahui tata
5. Menurun cara melakukan
relaksasi teknik
napas dalam
Nyeri akut b.d 1.Membantu 1. Keluhan Nyeri 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
Infeksi klien untuk 2. Meringis karakteristik, informasi tentang
dapat 3. Kesulitan Tidur durasi, frekuensi, nyeri yang
mengontrol 4. Mual kualitas, intensitas dirasakan pasien
nyeri 5. Muntah nyeri 2. Memonitor
2. Identifikasi nyeri perkembangan
Dengan nilai : 3. Monitor efek nyeri
1 : Meningkat samping 3. Mengetahui
penggunaan pengaruh
2.Cukup
analgetik penggunakan
Meningkat
4. Berikan teknik analgetik terhadap
3. Sedang nonfarmakologis nyeri
untuk mengurangi4. Untuk membantu
4. Cukup rasa nyeri pasien dan
Menurun (kompres mengedukasikan
5. Menurun hangat/dingin, keluarga pasien
teknik napas saat pasien
dalam) merasa nyeri
5. Fasilitas istirahat 5. Memonitor
dan tidur pengaruh teknik
6. Kolaborasi relaksasi dan
pemeberian penggunaan
analgetik analgetik terhadap
pola istirahat dan
tidu pasien
6. Pengobatan
farmakologis
untuk nyeri
III. DAFTAR PUSTAKA

Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
(T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (edisi 10). Jakarta: EGC.

NANDA-I. (2014-2018). Diagnosis Keperawatan. Edition 11. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Potter, P.A & dan Perry A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4, Vol
2.Jakarta: EGC.

PPNI. (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus


PusatPersatuan Perawat Nasional Indonesia.

Rosdahl, C. B., dan Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.

You might also like