You are on page 1of 18

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN NYERI DI WISMA WUKIROTAWU BALAI


PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO
SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun oleh:

ALIMAH PURNAMA SARI


2620152716 / 3C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik
Klinik Keperawatan Gerontik Semester VI di Wisma Wukirotawu, Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werda Abiyoso, Sleman, Yogyakarta, yang disahkan pada.

Hari :
Tanggal :
Tempat :

Praktikan

(Alimah Purnama Sari)

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

( ) (Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns.,M.Kep)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengalaman nyeri seseorang berseda-beda. Secara umum nyeri adalah
suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri adalah pengalaman
perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
(IASP,1999). Nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang
diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka
(Engel,1970).
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu.
Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan
kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering
terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit
dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya
untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan
nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat
melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat
subjektif. Tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak
ada kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon yang identik pada
seseorang. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau
isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu
dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari laporan ini yaitu untuk mendapatkan gambaran nyata
dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan di
Wisma Wukirotawu, Balai Pelayanan Sosial Tresna Werda Abiyoso,
Sleman, Yogyakarta
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan.
c. Menyususn perencanaan keperawatan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan.
e. Melakukan evaluasi keperawatan.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian nyeri
Nyeri bersifat sangat subjektif karena intensitas dan responnya pada
setiap orang berbeda-beda. Menurut long (1996) nyeri merupakan perasaan
tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya dapat
menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Saputra, 2013).
Nyeri dalah perasaan sensori dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat
memengaruhi nyeri (Tjay & Rahardja, 2007).
Nyeri bersifat universal, berbeda persepsi dan bersifat individual. Nyeri
merupakan mekanisme fisiologis bertujuan untuk melindungi diri dan
disebabkan oleh stimulus tertentu (Saryono & Widianti, 2011).

B. Etiologi nyeri
Penyebab nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu (Asmadi,
2008):
1. Penyebab yang berhubungan dengan fisik
Penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi
maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan
lain-lain.
2. Penyebab yang berhubungan dengan psikis
Penyebab nyeri dapat terjadi karena adanya trauma psikisologis.

C. Patofisiologis nyeri
1. Transduksi. Pada fase transduksi, stimulus, atau rangsangan yang
membahayakan (misal, bahan kimia, suhu, listrik, atau mekanis) memicu
pelepasan mediator biokimia (missal, prostaglandin, bradikinin, substansi
P) yang menyensitisasi nosiseptor.
2. Transmisi. Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a. Nyeri merambat dari serabut saraf perifer ke medulla spinalis. 2 jenis
serabut nosiseptor yang terlibat dalam proses tersebut adalah serabut C,
yang mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, serta serabut A-
Delta yang mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi.
b. Transmisi nyeri dari medulla spinalis menuju batang otak dan talamus
melalui jaras spinotalamikus (spinothalamic tract [STT]). STT
merupakan suatu sistem diskriminatif yang membawa informasi
mengenai sifat dan lokasi stimulus ke talamus.
c. Sinyal tersebut diteruskan melalui STT mengaktifkan respons otonomi
dan limbik.
3. Persepsi. Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya
persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan
munculnya berbagai strategi perilaku-kognitif untuk mengurangi komponen
sensoris dan afektif nyeri.
4. Modulasi. Fase ini disebut juga “sistem desenden”. Pada fase ini, neuron
dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medulla spinalis.
Serabut desenden tersebut melepaskan substansi seperti opioid, serotonin,
dan norepinefrin yang akan menghambat impuls asenden yang
membahayakan dibagian dorsal medulla spinalis.
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat
kerusakan jaringan dalam saraf sensoris menjadi aktivitas listrik kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak
bermielin C ke kornu dorsalis medulla spinalis, talamus, dan korteks serebri.
Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan diskriminasikan sebagai kualitas dan
kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer yang
disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat
berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin), dana gen kimiawi yang
dilepaskan karena trauma atau inflamasi. Fenomena nyeri timbul karena
kemmampuan sistem saraf mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal,
dan elektris menjadi potensial aksi yang dijalankan ke sistem saraf pusat
(Mubarak et al., 2015).
D. Manifestasi Klinik
Nyeri muncul ditandai dengan beberapa tanda yang dapat diamati, yakni (Fitri,
2015):
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi

E. Pemeriksaan penunjang nyeri


Faktor-faktor yang dikaji dari nyeri meliputi (Prasetyo, 2010):
1. Karakteristik nyeri
a) Faktor Pencetus (P : Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal ini perawat dapat melakukan observasi bagian-bagian
tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya
nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplor perasaan klien
dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetus nyeri.
b) Kualitas (Q : Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien, seringkali klien mendeskripsikn nyeri dengan kalimat-kalimat:
tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih,
tertusuk, dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda
dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c) Lokasi (R : Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian/ daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka peraawat dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat
difus (menyebar).
d) Keparahan ( S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri
sedang atau berat. Namun kesulitannya adalah makna dari istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan klien serta tidak adanya batasan-batasan
khusus yang membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini
juga bisa disebabkan karena memang pengalaman nyeri bagi individu
berbeda-beda
e) Durasi (T: Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “kapan nyeri mulai
dirasakan?”, “sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang
dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?”, “Seberapa sering
nyeri kambuh?” atau dengan kata lain yang semakna.

2. Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menajdi terstimulasi sebagai bagian dari
respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis. Apabial nyeri berlangsung terus-menerus,
berat, dalam, dan melibatkan organ-organ visceral (missal infark miokard,
kolik akibat kandung empedu, batu ginjal) maka sistem saraf simpatis
menghasilkan suatu aksi. Perawatb perlu untuk mengkaji klien berkaitan
dengan adanya perubahan-perubahan pada respon fisiologis terhadap nyeri
di atas untuk mendukung diagnosa dan membantu dalam memberikan terapi
yang tepat
3. Respon perilaku
Respon perilaku yang ditunjukkan klien yang mengalami nyeri yang
bermacam-macam. Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon
perilaku tersebut untuk memudahkan dan membantu dalam
mengidentifikasi masalah nyeri yang dirasakan pasien. Respon perilaku
terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan pasien antara lain : merubah posisi
tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit,
menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi meringis, mengerutkan alis,
menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, dan meraung.
4. Respon afektif
Respon afektif juga harus diperhatikan oleh seorang perawat di dalam
melakukan pengkajian terhadapa pasien dengan gangguan rasa nyeri.
Ansietas atau kecemasan perlu digali dengan menanyakan seperti: “apakah
anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga adanya depresi,
ketidaktertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari
lingkungan perlu diperhatikan.

F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada nyeri adalah (Budiarto, 2017):
1. Oedema Pulmonal
2. Kejang
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Gangguan pola istirahat dan tidur

G. Penatalaksanaan nyeri
1. Terapi Non-Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri Non-Farmakologi digunakan untuk
mendukung terapi farmakologis yang sudah diberikan. Jenis terapi ini antara
lain (Prasetyo, 2010):
1) Teknik Distraksi
Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal
lain di luar nyeri, diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi
ini meliputi:
2) Imajinasi terbimbing (guided imagery)
Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan tersebut
sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap
nyeri. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup, upayakan
kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Beberapa klien
lebih relaks apabila dengan menutup mata.
3) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik
dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Berbagai metode relaksasi digunakan untuk menurunkan
kecemasan dan ketegangan otot sehingga didapatkan penurunan denyut
jantung, penurunan respirasi serta penurunan ketegangan otot. Contoh
tindakan relaksasi adalah napas dalam dan relaksasi otot.
4) Stimulasi kutaneus
Teknik ini bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk
mengontrol nyeri. Contoh: mandi air hangat atau sauna, masase, kompres
dengan air dingin/panas, dengan pijatan menthol.
5) Akupungtur
Merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina, dimana menstimulasi titik-
titik tertentu pada tubuh untuk meningkatkan aliran energi (Chi) di
sepanjang jalur yang disebut meridian.
6) Hipnotis
Hipnotis adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak
sadar diri yang dicapai melalui gagasan-gagasan yang disampaikan oleh
penghipnotisan.
7) Biofeedback
Merupakan metode elektronik yang mengukur respon fisiologis, seperti
gelombang pada otak, kontraksi otot, atau temperetur kulit kemudian
“mengembalikan” memberikan informasi tersebut ke klien.
8) Membangun hubungan terapeutik perawat-klien
Terciptanya hubungan terapeutik antara klien dan perawat akan
memberikan pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang
efektif pada klien yang mengalami nyeri. Hubungan saling percaya yang
terbentuk akan membuat perawat merasa nyaman dalam mendengarkan
dan bertindak memberikan asuhan keperawatan, sebaliknya klien juga
merasa nyaman untuk mendengarkan anjuran perawat dan berani untuk
menyatakan keluhan-keluhannya.

2. Terapi Farmakologis
Analgesik adalah obat yang meredakan nyeri. Anlgesik biasanya paling
efektif jika diberikan secara teratur atau saat awitan nyeri sangat dini.
Pendekatan preventif direkomendasikan (misalnya, berikan analgesik
dengan segera setelah pembedahan atau sebelum terapi yang menimbulkan
nyeri). Terdapat obat-obatan untuk mengontrol nyeri, sebagai berikut
(Rosdahl & Kowalski, 2014):
a) Obat anti-inflamasi nonsteroid (nonsteroidalanti-inflammatory drugs,
NSAID) nonopioid: contoh NSAID antara lain aspirin, ibuprofen
(Motrin), dan naproksen (Naprosyn, Aleve). Obat ini diberikan kepada
klien yang mengalaminyeri ringan sampai sedang. Analgesik nonopioid
lain yang umumnya digunakan untuk mengatasi nyeri ringan adalah
asetaminofen (Tylenon).
b) Analgesik opiod atau narkotik, Contoh yang paling sering digunakan
adalah morfin (dan turunannya). Opioid biasanya digunakan untuk
mengatasi nyeri pada klien yang mengalami nyeri sedang sampai berat.
c) Obat pelengakap (adjuvan), Obat ini digunakan untuk tujuan lain dan
dapat membantu meredakan nyeri. Contoh umumnya mencakup
antikonvulsan dan antidepresan. Obat ini dapat membantu meningkatkan
alam perasaan klien, dengan demikian membantu relaksasi otot. Ketika
otot relaks, nyeri membaik dan produksi endorphin seringkali meningkat.
d) Analgesik epidural adalah pemberian opiat melalui kateter yang
dimasukkan ke ruang epidural. Prosedur tindakan ini dengan
memasukkan jarum yang berujung tumpul ke dalam prosesus spinalis
vertebra lumbaris (diantara L3 dan L4). Saat jarum memasuki ruang
epidural larutas di injeksikan dan kateter dimasukkan. Setelah kateter
memasuki ruang epidural, jarum kemudiian diangkat dan tempat insersi
kateter dipunggung dibalut (Prasetyo, 2010).
e) Anestesi Lokal merupakan manajemen nyeri yang efektif dalam berbagai
keadaan. Anastesi lokal dapat digunakan ketika menjahit luka, atau
melakukan pembedahan sederhana. Rute yang dipakai dapat dengan
mengoleskan secara topikal atau dengan menginjeksikan ke bagian
tubuh. Sebagai contoh penggunaan anastesi topikal adalah saat
pemasangan kateter intravena (Prasetyo, 2010).

H. Pengkajian Fokus
1. Status kesehatan.
a. Status kesehatan saat ini
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Faktor pencetus
3) Faktor memperberat nyeri ; ketakutan, kelelahan.
4) Keluhan utama
5) Timbulnya keluhan
6) Pemahamanaan penatalaksanaan masalah kesehatan
7) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
8) Diagnosa medik
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
2) Pernah dirawat
3) Operasi
4) Riwayat alergi
5) Status imunisasi
6) Kebiasaan obat-obatan
2. Pengakajian riwayat nyeri
a. Sifat nyeri ; ( P, Q, R, S, T )
P : provocating ( pemacu ) dan paliative yaitu faktor
yangmeningkatkan atau mengurangi nyeri
Q : Quality dan Quantity
− Supervisial : tajam, menusuk, membakar
− Dalam : tajam, tumpul, nyeri terus
− Visceral : tajam, tumpul, nyeri terus, kejang
R : region atau radiation ( area atau daerah ) : penjalaran
S : severty atau keganasan : intensitas nyeri
T : time ( waktu serangan, lamanya, kekerapan muncul.)
b. Lokasi-Intensitas.
c. Kualitas dan karakteristik.
d. Waktu terjadinya dan interval.
e. Respon nyeri.
I. Diagnosa dan Intervensi

No Diagnosa Tujuan/NOC Intervensi/NIC

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management (140)


berhubungan
keperawatan selama - Kaji tingkat
dengan agen
nyeri,meliputi : lokasi,
cidera fisik atau .......x24 jam, diharapakan
karakteristik, dan
trauma
nyeri berkurang dengan onset, durasi,
frekuensi, kualitas,
kriteria:
intensitas/beratnya
Kontrol Nyeri (1605) nyeri, faktor- faktor
presipitasi
- Mengenal factor
- Kontrol faktor-faktor
penyebab (160501)
lingkungan yang dapat
- Mengenal reaksi
mempengaruhi respon
serangan nyeri (160502)
pasien terhadap
- Mengenali gejala nyeri
ketidaknyamanan
(1605009)
- Berikan informasi
- Melaporkan nyeri
tentang nyeri
terkontrol (1605011)
- Ajarkan teknik
relaksasi
Tingkat Nyeri (2021) - Tingkatkan
tidur/istirahat yang
- Frekuensi nyeri (210203)
cukup
- Ekspresi akibat nyeri
- Turunkan dan
(210206)
hilangkan factor yang
dapat meningkatkan
Keterangan Penilaian NOC nyeri
- Lakukan teknik
variasi untuk
1. tidak dilakukan mengurangi nyeri
samasekali Analgetik
2. jarang dilakukan Administration (2210)
3. kadang dilakukan - Tentukan lokasi,
4. sering dilakukan karakteristik, kualitas,
5. selalu dilakukan dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
- Berikan analgetik
yang tepat sesuai
dengan resep
- Catat reaksi analgetik
dan efek buruk yang
ditimbulkan
- Cek instruksi dokter
tentangjenis
obat,dosis,dan
frekuensi

2 Cemas Setelah dilakukan tindakan Penurunan Kecemasan


berhubungan (5820)
keperawatan selama
dengan .....x24 - Tenangkan klien
perubahan - Berusaha memahami
jam diharapakan
keadaan klien
status kesehatan kecemasan menurun atau
- Berikan informasi
pasien dapat tenang
tentang diagnosa,
dengan
prognosis dan tindakan
kriteria : - Kaji tingkat kecemasan
dan reaksi fisik pada
Control Cemas (1402)
tingkat kecemasan
- Menyingkirkan tanda - Gunakan pendekatan
kecemasaan (140202) dengan sentuhan
- Menurunkan stimulasi (permisi) verbalisasi
lingkungan ketika cemas - Temani klien untuk
(140203) mendukung keamanan
- Menggunakan teknik dan menurunkan rasa
relaksasi untuk takut
menurunkan cemas - Instruksikan pasien
(140207) untuk menggunakan
- Melaporkan penurunan teknik relaksasi
kebutuhan tidur adekuat - Berikan pengobatan
(140214) untuk menurunkan
- Tidak ada manifestasi cemas dengan cara
perilaku kecemasan yang tepat
(140216)

Peningkatan Koping
(5230)
Koping (1302)
- Hargai pemahaman
- Memanajemen masalah pasien tentang proses
(130205) penyakit
- Mengekspresikan - Gunakan pendekatan
persaan dan kebebasan yang tenang dan
emosinal (130206) memberikan jaminan
- Memelihara kestabilan - Sediakan informasi
financial (130214) actual tentang
- Menggunakan support diagnosa,penanganan
sosial (130218) dan prognosis
- Dukung keterlibatan
keluarga dengan cara
Keterangan Penilaian NOC
yang tepat
1. tidak dilakukan - Bantu pasien untuk
samasekali mengidentifikasi
2. jarang dilakukan strategi positif untuk
3. kadang dilakukan mengatasi keterbatasan
4. sering dilakukan dan mengelola gaya
5. selalu dilakukan hidup atau perubahan
peran
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, D.T., 2017. Hidronefrosis : Gejala, Penyebab, Pengobatan. [Online]


Available at: https://mediskus.com/hidronefrosis [Accessed 04 Desember
2017].
Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salimba Medika.
Budiarto, E., 2017. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri). [Online] Available at:
https://id.scribd.com/document/349857949/LAPORAN-PENDAHULUAN-
GANGGUAN-RASA-NYAMAN-NYERI-docx [Accessed 4 Desember
2017].
Fitri, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Nyeri Akut-Askep Nyeri Akut.
[Online] Available at: http://sehat.link/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
nyeri-akut-askep-nyeri-akut.info [Accessed 4 Desember 2017].
Harumi, 2008. fisiologi kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mubarak, W.I., Indrawati, L. & Susanto, J., 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta: Salemba medika.
Prasetyo, S.N., 2010. konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Garaha
Ilmu.
Rosdahl, C.B. & Kowalski, M.T., 2014. Buku Ajar Keperawatan Dasar. 10th ed.
Jakarta: Lippincott Williams & Wilkins/Wolter Kluwer.
Saputra, L., 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:
Binarupa Aksara.
Saryono & Widianti, A.T., 2011. Kebutuhan Dasar Manusia(KDM). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tjay, T.H. & Rahardja, K., 2007. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan dan efek-
efek sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo.

You might also like