Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Hygiene practice is an attitude that is automatically realized for health efforts by maintaining and protecting the
cleanliness of individuals and their subjects. The personal hygiene requirements of a food handler are keeping
clothes clean, nails and hands clean, hair neat, wearing an apron and headgear, using tools (forks, spoons, tons, and
appropriate gloves), washing hands every time you want to touch food. Based on the results of an initial survey
conducted at snack food places located on the waterfront, it is known that there are still many traders who do not
use PPE (Personal Protective Equipment) such as not using an apron, headgear, did not use gloves, did not wash
hands when handling food, for vendor facilities there was still a lack of trash bins availablee, and most of the food
was not protected from contamination. The purpose of this research is to find out how the personal hygiene
description of street food and beverage vendors on the waterfront of Tanjungpinang City. The type of research used is
descriptive research, namely describing the personal hygiene of street food and beverage vendors on the waterfront
of Tanjungpinang City. The sample for this study were street food and beverage vendors on the waterfront of
Tanjungpinang City, totaling 30 samples. The results of the study showed that (58%) personal hygiene did not meet
the requirements, and the results showed that the equipment, presentation and facilities for food and beverage
vendors on the waterfront met the requirements (100%). The characteristics of the majority of traders are aged 34-43
years (37,5%), the sex of the majority of traders is female (55%), the education level of the majority of traders is
junior high school education (40%), and traders who have been selling for <3 years (40%). Based on Permenkes
Number 14 of 2021, personal hygiene for food and beverage handlers is 58% (TMS), equipment 100% (MS),
presentation 100% (MS), vendor facilities 100% (MS). Suggestions for food and beverage vendors are expected to
always maintain personal hygiene, and use Personal Protective Equuipment (PPE) when handling food and drinks
directly. For future researchers, it is hoped that they will conduct further research on personal hygiene for food and
beverage traders street vendors.
Keywords : Personal Hygiene, Street Vendors, Food
ABSTRAK
Praktik hygiene adalah suatu sikap yang otomatis terwujud untuk upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu dan subyeknya. Syarat personal hygiene seorang penjamah makanan adalah
menjaga kebersihan pakaian, kebersihan kuku dan tangan, kerapian rambut, memakai apron dan tutup kepala,
memakai alat bantu (garpu, sendok, penjepit makanan, dan sarung tangan yang sesuai), mencuci tangan setiap kali
hendak menjamah makanan. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan ditempat makanan jajanan yang
berlokasi di Tepi Laut diketahui bahwa masih banyak ditemukan tempat makanan jajanan yang tidak memenuhi
syarat hygiene, untuk personal hygiene diketahui masih banyak para pedagang yang tidak menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) seperti tidak menggunakan apron, tutup kepala, tidak menggunakan sarung tangan, tidak mencuci
tangan pada saat menjamah makanan, untuk sarana penjaja masih kurangnya tersedia tempat sampah, dan sebagian
besar makanan jadi tidak terlindung dari bahan pencemaran. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui bagaimana
gambaran personal hygiene pedagang makanan dan minuman kaki lima di Tepi Laut Kota Tanjungpinang. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu Menggambarkan Personal Higiene Pedagang Makanan
dan Minuman Kaki Lima Di Tepi Laut Kota Tanjungpinang. Adapun Sampel penelitian ini adalah pedagang
makanan dan minuman kaki lima di Tepi Laut Kota Tanjungpinang yang berjumlah 30 sampel. Adapun hasil
penelitian menunjukkan bahwa (58%) personal higiene tidak memenuhi syarat, dan hasil penelitian menunjukkan
bahwa peralatan, penyajian serta sarana penjaja makanan dan minuman di Tepi Laut memenuhi syarat (100%).
Karakteristik pedagang mayoritas berusia 34-43 Tahun (37,5%), Jenis kelamin pedagang mayoritas berjenis kelamin
perempuan (55%), Tingkat pendidikan pedagang mayoritas berpendidikan SMP (40%), dan pedagang yang telah
berjualan selama <3 Tahun (40%). Berdasarkan Permenkes Nomor 14 Tahun 2021, personal higiene penjamah
makanan dan minuman jajanan 58% (TMS), peralatan 100% (MS), penyajian 100% (MS), sarana penjaja 100%
(MS). Saran bagi pedagang makanan dan minuman jajanan diharapkan dapat selalu menjaga kebersihan diri, serta
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat menangani makanan dan minuman secara langsung. Bagi
Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai personal higiene pedagang
makanan dan minuman kaki lima.
Kata Kunci : Kebersihan Diri, Pedagang Kaki Lima, Makanan
PENDAHULUAN dari penjamah makanan melalui tangan dan
Makanan merupakan suatu hal yang mentransfernya ke makanan yang akan
sangat penting bagi kehidupan manusia, disajikan. Proses pengkontaminasiannya
karena makanan yang kita makan bukan saja dimulai dengan E coli dilepaskan melalui tinja
harus memenuhi gizi tetapi juga aman dalam ketika seseorang melakukan aktivitas buang
arti tidak mengandung mikroorganisme dan air besar yang kemungkinan tidak mencuci
bahan-bahan lain yang dapat menimbulkan tangannya dengan bersih menggunakan sabun
bahaya terhadap kesehatan manusia. dan air mengalir sehingga E coli yang ada
Pedagang makanan dipandang sebagai pada tinja berpindah ke tangan manusia.
tempat untuk membantu masyarakat dalam Adanya E coli menunjukkan suatu tanda
memenuhi kebutuhan sehari- hari yang tidak praktik sanitasi yang tidak baik .
dapat terpisahkan. Pedagang kaki lima Praktik hygiene adalah suatu sikap
merupakan penjamah makanan dan salah yang otomatis terwujud untuk upaya
satu bagian dari pedagang makanan yang kesehatan dengan cara memelihara dan
menyediakan bermacam-macam makanan, melindungi kebersihan individu dan
namun beragamnya makanan yang subyeknya. Syarat personal hygiene seorang
disediakan tersebut tidak menjadi jaminan penjamah makanan adalah menjaga
kualitas makanan itu baik (Rachmawati, et kebersihan pakaian, kebersihan kuku dan
al, Praktik Higiene Personal dan tangan, kerapian rambut, memakai apron
Keberadaan Bakteri Escherichia coli). dan tutup kepala, memakai alat bantu
Tenaga penjamah makanan adalah (garpu, sendok, penjepit makanan, dan
orang yang bertugas menjamah makanan sarung tangan yang sesuai), mencuci tangan
dan terlibat langsung dalam menyiapkan, setiap kali hendak menjamah makanan.
mengolah, mengangkut maupun menyajikan Berdasarkan hasil survey awal yang
makanan. Tenaga penjamah makanan dilakukan ditempat makanan jajanan yang
mempunyai peran yang tidak kecil terhadap berlokasi di Tepi Laut diketahui bahwa
kemungkinan terjadinya kontaminasi masih banyak ditemukan tempat makanan
makanan yang disajikan. Penjamah makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat
dianjurkan untuk membiasakan berperilaku hygiene, untuk personal hygiene diketahui
sehat yang berhubungan dengan penanganan masih banyak para pedagang yang tidak
makanan. Kebiasaan menjaga kebersihan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
tangan merupakan salah satu bentuk perilaku seperti tidak menggunakan apron, tutup
sehat dari penjamah makanan, karena tangan kepala, tidak menggunakan sarung tangan,
yang tidak bersih dapat menjadi media tidak mencuci tangan pada saat menjamah
perantara bagi penularan penyakit infeksi makanan, untuk sarana penjaja masih
dan penyakit kulit, serta mampu menjadi kurangnya tersedia tempat sampah, dan
tempat yang subur untuk perkembangbiakan sebagian besar makanan jadi tidak
bakteri. terlindung dari bahan pencemaran.
Salah satu penyakit yang erat Berdasarkan latar belakang diatas,
kaitannya dengan penyediaan makanan yang maka peneliti tertarik untuk melakukan
tidak hygiene adalah diare dan keracunan penelitian dengan judul “Gambaran Personal
makanan. Salah satu kontaminan yang paling Hygiene Pedagang Makanan dan Minuman
sering dijumpai pada makanan adalah E coli, Kaki Lima Di Tepi Laut Kota
bakteri ini biasanya mengkontaminasi silang Tanjungpinang“.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat observasi
dengan pendekatan deskriptif yang
menggambarkan personal hygiene pedagang
makanan dan minuman kaki lima di Tepi
Laut Kota Tanjungpinang. Populasi dalam
penelitian ini secara keseluruhan berjumlah
67 pedagang dan sampel yang diambil
sebanyak 30 pedagang. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu observasi dan
wawancara. Analisis data yang digunakan
yaitu analisis univariat, yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di
Tepi Laut Kota Tanjungpinang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pedagang Makanan dan Minuman
Kaki Lima di Tepi Laut Kota Tanjungpinang
Karakteristik Kategori Frekuensi %
Umur <23 8 20
24-33 10 25
34-43 15 37,5
>43 7 17,5
Jumlah 40
Perempuan 22 55
Jumlah 40
Pendidikan SD 13 32,5
SMP 16 40
SMA 6 15
Sarjana 5 12,5
Jumlah 40
Lama Berjualan <3 Tahun 16 40
3-7 Tahun 14 35
8-12 Tahun 6 15
<13 Tahun 4 10
Jumlah 40
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa, umur sebagian besar responden >43 Tahun
(17,5%). Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 22 orang (55%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden
berpendidikan SMP yaitu
sebanyak 16 orang (40%), dan untuk lama berjualan, sebagian besar responden telah berjualan
selama <3 Tahun sebanyak 16 (40%).
Tabel 2. Hasil Observasi Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman di Tepi Laut