You are on page 1of 9

Reziva Anisa Melia Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Terpadu (JITKT)

GAMBARAN PERSONAL HIGIENE PEDAGANG MAKANAN


DAN MINUMAN KAKI LIMA DI TEPI LAUT KOTA
TANJUNGPINANG TAHUN 2022
Personal Picture Hygiene OF Food And Beverage Vendors On The
Waterfront OF Tanjungpinang City
Reziva Anisa Melia1, Zulya Erda M.SI2, Mutia Dian Safitri M.Kes3
1
Program Studi D-III Sanitasi, Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
E-mail Korespondensi : mellyaanisa40@gmail.com

ABSTRACT
Hygiene practice is an attitude that is automatically realized for health efforts by maintaining and protecting the
cleanliness of individuals and their subjects. The personal hygiene requirements of a food handler are keeping
clothes clean, nails and hands clean, hair neat, wearing an apron and headgear, using tools (forks, spoons, tons, and
appropriate gloves), washing hands every time you want to touch food. Based on the results of an initial survey
conducted at snack food places located on the waterfront, it is known that there are still many traders who do not
use PPE (Personal Protective Equipment) such as not using an apron, headgear, did not use gloves, did not wash
hands when handling food, for vendor facilities there was still a lack of trash bins availablee, and most of the food
was not protected from contamination. The purpose of this research is to find out how the personal hygiene
description of street food and beverage vendors on the waterfront of Tanjungpinang City. The type of research used is
descriptive research, namely describing the personal hygiene of street food and beverage vendors on the waterfront
of Tanjungpinang City. The sample for this study were street food and beverage vendors on the waterfront of
Tanjungpinang City, totaling 30 samples. The results of the study showed that (58%) personal hygiene did not meet
the requirements, and the results showed that the equipment, presentation and facilities for food and beverage
vendors on the waterfront met the requirements (100%). The characteristics of the majority of traders are aged 34-43
years (37,5%), the sex of the majority of traders is female (55%), the education level of the majority of traders is
junior high school education (40%), and traders who have been selling for <3 years (40%). Based on Permenkes
Number 14 of 2021, personal hygiene for food and beverage handlers is 58% (TMS), equipment 100% (MS),
presentation 100% (MS), vendor facilities 100% (MS). Suggestions for food and beverage vendors are expected to
always maintain personal hygiene, and use Personal Protective Equuipment (PPE) when handling food and drinks
directly. For future researchers, it is hoped that they will conduct further research on personal hygiene for food and
beverage traders street vendors.
Keywords : Personal Hygiene, Street Vendors, Food
ABSTRAK
Praktik hygiene adalah suatu sikap yang otomatis terwujud untuk upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu dan subyeknya. Syarat personal hygiene seorang penjamah makanan adalah
menjaga kebersihan pakaian, kebersihan kuku dan tangan, kerapian rambut, memakai apron dan tutup kepala,
memakai alat bantu (garpu, sendok, penjepit makanan, dan sarung tangan yang sesuai), mencuci tangan setiap kali
hendak menjamah makanan. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan ditempat makanan jajanan yang
berlokasi di Tepi Laut diketahui bahwa masih banyak ditemukan tempat makanan jajanan yang tidak memenuhi
syarat hygiene, untuk personal hygiene diketahui masih banyak para pedagang yang tidak menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) seperti tidak menggunakan apron, tutup kepala, tidak menggunakan sarung tangan, tidak mencuci
tangan pada saat menjamah makanan, untuk sarana penjaja masih kurangnya tersedia tempat sampah, dan sebagian
besar makanan jadi tidak terlindung dari bahan pencemaran. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui bagaimana
gambaran personal hygiene pedagang makanan dan minuman kaki lima di Tepi Laut Kota Tanjungpinang. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu Menggambarkan Personal Higiene Pedagang Makanan
dan Minuman Kaki Lima Di Tepi Laut Kota Tanjungpinang. Adapun Sampel penelitian ini adalah pedagang
makanan dan minuman kaki lima di Tepi Laut Kota Tanjungpinang yang berjumlah 30 sampel. Adapun hasil
penelitian menunjukkan bahwa (58%) personal higiene tidak memenuhi syarat, dan hasil penelitian menunjukkan
bahwa peralatan, penyajian serta sarana penjaja makanan dan minuman di Tepi Laut memenuhi syarat (100%).
Karakteristik pedagang mayoritas berusia 34-43 Tahun (37,5%), Jenis kelamin pedagang mayoritas berjenis kelamin
perempuan (55%), Tingkat pendidikan pedagang mayoritas berpendidikan SMP (40%), dan pedagang yang telah
berjualan selama <3 Tahun (40%). Berdasarkan Permenkes Nomor 14 Tahun 2021, personal higiene penjamah
makanan dan minuman jajanan 58% (TMS), peralatan 100% (MS), penyajian 100% (MS), sarana penjaja 100%
(MS). Saran bagi pedagang makanan dan minuman jajanan diharapkan dapat selalu menjaga kebersihan diri, serta
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat menangani makanan dan minuman secara langsung. Bagi
Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai personal higiene pedagang
makanan dan minuman kaki lima.
Kata Kunci : Kebersihan Diri, Pedagang Kaki Lima, Makanan
PENDAHULUAN dari penjamah makanan melalui tangan dan
Makanan merupakan suatu hal yang mentransfernya ke makanan yang akan
sangat penting bagi kehidupan manusia, disajikan. Proses pengkontaminasiannya
karena makanan yang kita makan bukan saja dimulai dengan E coli dilepaskan melalui tinja
harus memenuhi gizi tetapi juga aman dalam ketika seseorang melakukan aktivitas buang
arti tidak mengandung mikroorganisme dan air besar yang kemungkinan tidak mencuci
bahan-bahan lain yang dapat menimbulkan tangannya dengan bersih menggunakan sabun
bahaya terhadap kesehatan manusia. dan air mengalir sehingga E coli yang ada
Pedagang makanan dipandang sebagai pada tinja berpindah ke tangan manusia.
tempat untuk membantu masyarakat dalam Adanya E coli menunjukkan suatu tanda
memenuhi kebutuhan sehari- hari yang tidak praktik sanitasi yang tidak baik .
dapat terpisahkan. Pedagang kaki lima Praktik hygiene adalah suatu sikap
merupakan penjamah makanan dan salah yang otomatis terwujud untuk upaya
satu bagian dari pedagang makanan yang kesehatan dengan cara memelihara dan
menyediakan bermacam-macam makanan, melindungi kebersihan individu dan
namun beragamnya makanan yang subyeknya. Syarat personal hygiene seorang
disediakan tersebut tidak menjadi jaminan penjamah makanan adalah menjaga
kualitas makanan itu baik (Rachmawati, et kebersihan pakaian, kebersihan kuku dan
al, Praktik Higiene Personal dan tangan, kerapian rambut, memakai apron
Keberadaan Bakteri Escherichia coli). dan tutup kepala, memakai alat bantu
Tenaga penjamah makanan adalah (garpu, sendok, penjepit makanan, dan
orang yang bertugas menjamah makanan sarung tangan yang sesuai), mencuci tangan
dan terlibat langsung dalam menyiapkan, setiap kali hendak menjamah makanan.
mengolah, mengangkut maupun menyajikan Berdasarkan hasil survey awal yang
makanan. Tenaga penjamah makanan dilakukan ditempat makanan jajanan yang
mempunyai peran yang tidak kecil terhadap berlokasi di Tepi Laut diketahui bahwa
kemungkinan terjadinya kontaminasi masih banyak ditemukan tempat makanan
makanan yang disajikan. Penjamah makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat
dianjurkan untuk membiasakan berperilaku hygiene, untuk personal hygiene diketahui
sehat yang berhubungan dengan penanganan masih banyak para pedagang yang tidak
makanan. Kebiasaan menjaga kebersihan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
tangan merupakan salah satu bentuk perilaku seperti tidak menggunakan apron, tutup
sehat dari penjamah makanan, karena tangan kepala, tidak menggunakan sarung tangan,
yang tidak bersih dapat menjadi media tidak mencuci tangan pada saat menjamah
perantara bagi penularan penyakit infeksi makanan, untuk sarana penjaja masih
dan penyakit kulit, serta mampu menjadi kurangnya tersedia tempat sampah, dan
tempat yang subur untuk perkembangbiakan sebagian besar makanan jadi tidak
bakteri. terlindung dari bahan pencemaran.
Salah satu penyakit yang erat Berdasarkan latar belakang diatas,
kaitannya dengan penyediaan makanan yang maka peneliti tertarik untuk melakukan
tidak hygiene adalah diare dan keracunan penelitian dengan judul “Gambaran Personal
makanan. Salah satu kontaminan yang paling Hygiene Pedagang Makanan dan Minuman
sering dijumpai pada makanan adalah E coli, Kaki Lima Di Tepi Laut Kota
bakteri ini biasanya mengkontaminasi silang Tanjungpinang“.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat observasi
dengan pendekatan deskriptif yang
menggambarkan personal hygiene pedagang
makanan dan minuman kaki lima di Tepi
Laut Kota Tanjungpinang. Populasi dalam
penelitian ini secara keseluruhan berjumlah
67 pedagang dan sampel yang diambil
sebanyak 30 pedagang. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu observasi dan
wawancara. Analisis data yang digunakan
yaitu analisis univariat, yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di
Tepi Laut Kota Tanjungpinang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pedagang Makanan dan Minuman
Kaki Lima di Tepi Laut Kota Tanjungpinang
Karakteristik Kategori Frekuensi %

Umur <23 8 20

24-33 10 25

34-43 15 37,5

>43 7 17,5

Jumlah 40

Jenis Kelamin Laki-laki 18 45

Perempuan 22 55

Jumlah 40

Pendidikan SD 13 32,5

SMP 16 40

SMA 6 15

Sarjana 5 12,5

Jumlah 40
Lama Berjualan <3 Tahun 16 40
3-7 Tahun 14 35
8-12 Tahun 6 15
<13 Tahun 4 10
Jumlah 40
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa, umur sebagian besar responden >43 Tahun
(17,5%). Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 22 orang (55%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden
berpendidikan SMP yaitu
sebanyak 16 orang (40%), dan untuk lama berjualan, sebagian besar responden telah berjualan
selama <3 Tahun sebanyak 16 (40%).
Tabel 2. Hasil Observasi Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman di Tepi Laut

Variabel Kategori Kategori %


Personal Higiene MS 17 42
TMS 23 58
Jumlah 40
Peralatan MS 40 100
TMS 0 0
Jumlah 40
Penyajian MS 40 100
TMS 0 0
Jumlah 40
Sarana Penjaja MS 40 100
TMS 0 0
Jumlah 40
Keterangan :
MS = Memenuhi Syarat
TMS = Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian menunjukkan bahwa (58%) personal higiene tidak
memenuhi syarat, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa peralatan, penyajian serta sarana
penjaja makanan dan minuman di Tepi Laut memenuhi syarat (100%).
Karakteristik Responden Personal higiene Pedagang
Berdasarkan hasil penelitian, Berdasarkan hasil observasi dan juga
pedagang makanan dan minuman di Tepi wawancara yang dilakukan secara langsung
Laut berumur 34- kepada pedagang makanan jajanan di Tepi
43 Tahun. Beberapa penelitian mengaitkan Laut Kota Tanjungpinang tentang riwayat
berbagai kategori umur penjamah makanan penyakit menular, ternyata tidak ada
dengan perilaku penjamah makanan, yaitu ditemukan responden yang menderita
penelitian yang dilakukan oleh penyakit menular seperti pilek, batuk, dan
(Notoadmojo) menyimpulkan bahwa demam.
semakin tinggi umur seseorang, maka Berdasarkan hasil observasi dan juga
semakin bertambah pula ilmu dan wawancara ditemukan hanya beberapa
pengetahuan yang dimiliki. Menurut pedagang yang menggunakan Alat Pelindung
(Erfandi 2009) Semakin bertambah umur Diri (APD) seperti apron atau celemek.
seseorang maka dalam hal kebersihan dan Alasan dari pedagang makanan jajanan yang
kesehatan akan mengalami penurunan. tidak menggunakan apron atau celemek
Kemudian jenis kelamin responden karena baju yang digunakan saat berjualan
menunjukkan sebagian besar pedagang sudah cukup bersih dan tidak perlu
berjenis kelamin perempuan (55%) dan menggunakan apron atau celemek lagi
selebihnya berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sebagai penutup pakaian. Menurut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Setyorini, 2013) Kebersihan penjamah
oleh Lituhayu Gutomo dkk bahwa jenis makanan atau biasa disebut higiene
kelami terbanyak pada petugas penjamah perorangan merupakan kunci kebersihan
makanan adalah perempuan. Penelitian lain dalam pengolahan makanan yang aman dan
yang dilakukan oleh (Chairini Tri sehat. Dengan demikian, penjamah makanan
Cahyaningsih, dkk) juga menunjukkan hal harus mengikuti prosedur yang memadai
yang sama. untuk mencegah kontaminasi pada makanan
Pendidikan terakhir pada responden yang ditanganinya.
menunjukkan bahwa sebagian besar Dari observasi yang sudah
responden berpendidikan SMP. Menurut dilakukan, sebagian besar pedagang tidak
(Notoadmojo, 2010), semakin tinggi tingkat menggunakan penutup rambut atau kepala.
pendidikan seseorang maka tingkat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
pengetahuan juga akan baik karena semakin Republik Indonesia Nomor
banyak materi yang diresap dan pendidikan 1096/MENKES/PER/VI/2011 untuk
yang tinggi akan menambah wawasan melindungi pencemaran terhadap makanan
seseorang. harus berguna untuk menyerap keringat yang
Berdasarkan hasil penelitian ada di dahi agar tidak terkena makanan atau
didapatkan sebagian besar pedagang mengganggu saat mengolah makanan serta
makanan dan minuman telah bekerja selama mencegah rambut atau kotoran yang ada di
<3 Tahun. Penelitian (Marsaulina, 2004) rambut jatuh ke makanan.
menyatakan semakin lama pengalaman kerja Pada saat penelitian, ditemukan
maka akan semakin baik pengetahuan pedagang makanan jajanan yang tidak
tentang pekerjaannya. (Cuprasitrut) mencuci tangan pada saat menangani
menyebutkan bahwa seorang penjamah makanan dan minuman yang mereka jual.
makanan yang telah lama bekerja Penjamah makanan melupakan hal-hal penting
mempunyai wawasan dan pengalaman yang yang harus dilakukan pada saat mengolah
lebih luas dan pengalaman yang lebih makanan yakni mencuci tangan. Tangan selalu
banyak dalam memegang peranan dicuci dengan sabun sebelum bekerja, sesudah
pembentukan perilakunya. menangani makanan mentah/kotor atau
terkontaminasi, setelah ke kamar kecil, setelah
tangan digunakan menggaruk, batuk/bersin
dan setelah makan (Sucipto, 2015).
Berdasarkan penelitian yang sudah Penyajian
dilakukan tidak ditemukan pedagang yang Berdasarkan hasil penelitian, penjual
menggunakan sarung tangan. Hasil telah menyajikan makanan dalam keadaan
penelitian ini hampir sama dengan yang
terbungkus maupun tertutup. Hal ini
dilakukan oleh (Setyorini, 2013) di
Semarang bahwa para pedagang tidak didukung oleh Kepmenkes RI No.
menggunakan sarung tangan dan langsung 942/Menkes/SK/VII/2003 yang menyatakan
menggunakan tangan tanpa alas. Menurut bahwa penyaji tidak boleh melakukan
teori (Arisman, 2009) menyatakan bahwa kontak langsung terhadap makanan yang
sarung tangan tidak perlu dipakai saat disajikan. Selanjutnya pembungkus yang
memegang makanan apabila seseorang telah digunakan untuk menyajikan makanan oleh
melakukan cuci tangan dengan baik dan
penjual B dan C tercemar karena diletakkan
benar, akan tetapi sentuhan tangan secara
langsung dapat memindahkan diatas meja tanpa pelindung. Pembungkus
mikroorganisme yang melekat di tangan ke makanan yang tidak disimpan dengan baik
makanan. atau diletakkan di atas meja dapat terpapar
oleh debu yang kemudian dapat mencemari
Peralatan makanan yang disajikan.
Berdasarkan hasil observasi,
pedagang telah mencuci peralatan dengan air Sarana Penjaja
bersih dan sabun. Menurut (Lintogareng,
Berdasarkan Keputusan Menteri
2013) setiap peralatan makan haruslah selalu
dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Kesehatan RI No
Alat makan yang kelihatan bersih belum 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang
merupakan jaminan telah memenuhi Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi
persyaratan kesehatan, karena didalam alat Makanan Jajanan, sarana penjaja adalah
makan tersebut telah tercemar bakteri yang fasilitas yang digunakan untuk penanganan
menyebabkan alat makan tersebut tidak
makanan jajanan baik menetap maupun
memenuhi syarat kesehatan. dengan menjaga
kebersihan peralatan makan, berarti telah berpindah- pindah. Berdasarkan definisi
membantu mencegah terjadinya pencemaran tersebut, sarana penjaja dapat berupa tempat
atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi. penjualan yang manjadi tempat pengolahan
Hal ini juga didukung oleh penelitian (Azari, makanan. Pada Pedagang Kaki Lima (PKL),
2013) yang menyatakan bahwa media sarana penjaja dapat berupa gerobak,
pencucian dengan air mengalir lebih baik sepeda, motor, dan lain-lain. Dalam
daripada metode pencucian dengan media
penelitian ini, sebagian besar pedagang
perendaman (bak). Meskipun teknik
pencucian yang dilakukan sudah makanan jajanan merupakan Pedagang Kaki
memenuhi prosedur, namun media Lima (PKL). Pada Pedagang Kaki Lima
yang digunakan mempengaruhi hasil (PKL), kondisi sarana penjaja para pedagang
pencucian. Hal itu dikarenakan pada khususnya sangat sederhana dan kurang
proses pencucian air mengalir semua memperhatikan higiene dan sanitasi
kotoran yang terlarut akan mengalir tanpa makanan, misalnya meja yang digunakan
me makan kembali, sedangkan pada proses
untuk menjajakan makanan sangat rendah,
perendaman dimungkinkan kotoran-
kotoran dari hasil bilasan peralatan makan sehingga rentan terkena debu dan gerobak
akan terakumulasi pada air rendaman yang jarang dibersihkan. Tempat sampah
tersebut sehingga dapat mencemari yang tidak tertutup menyebabkan banyaknya
peralatan lain yang akan dicuci. lalat di lokasi berjualan.
KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan penelitian yang telah Saya mengucapkan terima kasih
dilakukan, adapun kesimpulan yang kepada semua pihak yang sudah ikut
diperoleh sebagai berikut : berpartisipasi dan membantu penelitian ini.
1. Karakteristik pedagang mayoritas berusia
34- 43 Tahun (37,5%), Jenis kelamin DAFTAR PUSTAKA
pedagang mayoritas 1. Darmapala, Lalu (2019). Higiene Sanitasi
berjenis kelamin Makanan pada Pedagang Kaki Lima di
perempuanberjenis kelamin perempuan Dusun Darmaji Desa Darmaji Kecamatan
(55%), Tingkat pendidikan pedagang Kopang Kabupaten Lombok Tengah.
mayoritas berpendidikan SMP (40%), Prodi Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Dan pedagang yang telah berjualan Kemenkes Kupang.
selama <3 Tahun (40%). 2. Hadi, Bela Rose Indira dkk.(2021).
2. Berdasarkan Permenkes Nomor 14 Tahun Penerapan Hygiene Sanitasi pada
2021, personal higiene penjamah Pedagang Kaki Lima.Fakultas Kesehatan
makanan dan minuman jajanan 58% Masyarakat.
(TMS), peralatan 100% (MS), penyajian 3. Rachmawati, Roidatu dkk.(2015).
100% (MS), sarana penjaja 100% (MS). Praktik Higiene Personal dan
Keberadaan Bakteri Escherichia Coli
SARAN pada Tangan Penjamah Makanan.
a. Bagi Pedagang Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Pedagang makanan dan minuman jajanan Universitas Jember.
diharapkan dapat selalu menjaga kebersihan
diri, serta menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) pada saat menangani makanan dan
minuman secara langsung.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
personal higiene pedagang makanan dan
minuman kaki lima.

You might also like