Professional Documents
Culture Documents
RPP (Modul Ajar) - Frian Yeslia
RPP (Modul Ajar) - Frian Yeslia
Untuk mengetahui kebutuhan belajar murid, Guru dapat menggunakan dua metode, yaitu: metode
observasi (pengamatan secara langsung keseharian murid dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya) dan
metode angket melalui Google Form/secara langsung berupa penilaian diri (melibatkan murid untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar (minat dan profil) mereka selama ini). Sementara, kesiapan belajar murid
dilihat dari hasil belajar materi prasyarat yaitu Klasifikasi Materi . Ternyata, terjadi korelasi positif antara
kedua metode tersebut. Berikut adalah hasil pemetaan kebutuhan belajar murid kelas X PPLG 2.
1. MINAT
3. KESIAPAN BELAJAR
A. Identitas Sekolah
B. Kompetensi Awal
Sebelum mempelajari modul ini peserta didik sudah
1. Memahami pengertian puisi.
2. Memahami ciri-ciri puisi.
3. Memahami pengertian diksi.
F. Model Pembelajaran
PBL dan PJBL
KOMPONEN INTI
A. Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi)
dalam bentuk monolog, dialog, dan gelarwicara.
B. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu menanggapi dan mengkreasi informasi berupa perasaan dalam penggunaan
majas dan imaji puisi yang diperdengarkan secara akurat.
C. Pemahaman Bermakna
Bisa mengungkapkan ide atau gagasan dalam menulis puisi menggunakan majas.
D. Pertanyaan Pemantik
1. Apa yang kalian ketahui tentang puisi?
2. Apa yang kalian ketahui tentang unsur-unsur pembentuk puisi?
3. Apa ciri-ciri atau karakteristik teks puisi?
E. Persiapan Pembelajaran
1. Memperhatikan lingkungan kelas dalam keadaan rapi dan bersih.
2. Mengkondisikan peserta didik.
3. Persiapan modul ajar/ rancangan pembelajaran.
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (10 menit)
1. Pembelajaran dibuka dengan salam dan dilanjutkan salah seorang peserta didik memimpin
doa.
2. Ketua kelas melaporkan kehadiran peserta didik kepada guru.
3. Peserta didik menjawab pertanyaan guru dalam rangka menggali pengetahuan tentang materi
teks puisi.
4. Peserta didik dan guru mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
5. Peserta didik dan guru menggali manfaat tentang teks puisi dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peserta didik dan guru membacakan tujuan pembelajaran yang sudah disampaikan.
7. Guru menyampaikan skenario pembelajaran dari awal hingga akhir termasuk asesmen yang
digunakan.
Keterangan :
a. Murid dengan gaya belajar visual, menyajikan hasil analisis berupa infografis, poster,
mind mapping dll.
b. Murid dengan gaya belajar auditory, menyajikan hasil analisis secara langsung dengan
lisan.
c. Murid dengan gaya belajar kinestetik, menyajikan dengan mempraktikan.
8. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengeksplor penggunaan majas dan imaji di dalam
puisi.
dst
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Rubrik Penilaian
Ketepatan dan kelancaran 4 Peserta didik sudah tepat dan lancer dalam menyampaikan
dalam memaparkan hasil pendapat hasil diskusi
diskusi
Petunjuk Kerja :
1. Simak dan analisislah teks puisi “Hujan Bulan Juni” Karya Sapardi Joko Damono !
2. Analisislah majas dan imaji pada larik-larik yang ada pada teks puisi tersebut !
3. Tulislah hasil analisis kalian dalam bentuk infografis, poster, mind mapping dll.
Nama Kelompok :
LKPD Kelompok Auditory
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Petunjuk Kerja :
1. Simak dan analisislah pembacaan puisi oleh Norman Adi Satria dalam link youtube
https://www.youtube.com/watch?v=QwkJHl91zIc&t=3s
2. Analisislah majas dan imaji pada larik-larik yang ada pada teks puisi tersebut !
3. Ungkapkan secara lisan hasil analisis yang sudah kalian temukan !
Petunjuk Kerja :
1. Amati dan analisislah deklamasi puisi (pembacaan puisi) yang dibacakan oleh Devi Asiah Sirait
dalam link youtube https://www.youtube.com/watch?v=cEhhs4vhtGE
2. Analisislah bagaimana cara mendeklamasikan puisi tersebut !
3. Praktikan kembali dengan gaya kalian deklamasi tersebut !
BAHAN AJAR
MAJAS
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah
pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat
efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional.
Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi.
MAJAS PERBANDINGAN
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan,
ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai
beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya
manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku
untuk segera bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan
pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki
wajah yang sangat mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah.
Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan
yang lebih halus.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada
air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan,
ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda,
melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.
8. Alegori
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok
totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu,
sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan
keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-
turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya
dalam ungkapan.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang
bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis
ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
3. Antitesis
muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya
diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir
seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai
berikut.
1. Ironi
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
3.Sarkasme
masyarakat tahu!
Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh
kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat
dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif,
namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
2. Repetisi
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat
menjelang hari raya?
4. Klimaks
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki
asuransi kesehatan.
5. Antiklimaks
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam
berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai
anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai
epifora.
Contoh majas:
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua
anggota keluarga saling men
IMAJI