You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTRISTIS

DISUSUN OLEH:

RANDI SAISELAR

1490123088

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

PROGRAM PROFESI NERS

BANDUNG

2023
A. Pengertian
Gastroentristis adalah muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan pada dinding
saluran pencernaan, terutama lambung dan usus. Di masyarakat luas, gastroenteristis lebih
dikenal engan istilah muntaber (Nurarif & Kusuma, 2020).
Selain itu menurut Sudoyo Aru Gastroenteritis atau diare adalah buang air besar
(defikasi) dengan tinja berbentuk cair/setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Penularan diare karena
infeksi melalui makan/minum yang terkontaminasi pathogen yang berasal/hewan atau
muntahan penderita dan juga melalui udara atau melalui aktivitas seksual kontak oral/general
atau melalui aktivitas seksual kontak oral/genetal atau aral-anal.(Sudoyo Aru,dll 2020).
B. Anatomi pisiologi

Sistem pencernaan meliputi mulut, kerongkongan, esophagus, lambung, dan usus.


Makanan yang masuk kedalam tubuh kita melalui beberapa tahap, yaitu ingesti; dimana intake
makanan masuk ke dalam tubuh kita melalui proses memasukan makanan ke dalam mulut,
pengunyahan dan menelan; digesti dimana terjadi perubahan fisik dan kimia zat makanan
untuk dapat di absorbsi. Absorbsi dimana partikel zat makanan dari saluran cerna ke dalam
aliran darah dan pembuluh limfe. Setelah tahap digesti dan absobsi dilalui,molekul-molekul
kecil siap di gunakan oleh tubuh kita. Beberapa dari molekul molekul kecil tersebut di
gunakan untuk alergi, yang lainnya seperti asam amino di gunakan untuk membangun,
memperbaiki dan memproduksi sel. Bahan-bahan yang tidak dapat di digesti dan di absorbsi
akan di eliminasi oleh tubuh.
Sistem pencernaan terbagi atas organ utama dan organ aksesoris atau tambahan. Organ
utama sistem pencernaan terdiri atas rongga mulut yang di dalamnya terdapat palatum, pipi
dan bibir, lidah gigi, kelenjar ludah, faring, esofagus (kerongkongan), lambung (gaster),
duodenum (usus halus), jejenunum, ileum, kolon yang terdiri atas kolon asenden (naik),
transversum (horizontal) dan desenden (menurun) dan rektum. Sedangkan organ aksesorisnya
terdiri atas kelenjar kelenjar ludah (glandula saliva), dimana terdapat kelenjar parotis, kelenjar
sublingualis dan kelenjar submandibularis. Organ aksesoris lain yaitu hati/hepar dan pancreas
C. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2020) penyebab terjadinya gastroenteritis ada 5 faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroentritis pada infeksi internal, meliputi :
a. Infeksi bakteri
Vibrio, E Coli,Samonela,Shigella,Campylobachter,yersinia,aeromonas dan
sebagainya.
b. Infeksi virus
Ento (virus echo), coxsackie, poliomytis, adenovirus, rotavirus,astovirus,
dan lain-lain.
c. Infeksi parasit
Cacing, protozoo, dan jamur

2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat meliputi air di sakarida (intoleransi lactora, maltose, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, friktosa, dan gluktosa), pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa. Laktosa merupakan karbohidrat
utama dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa perliter). Maka pada bayi dam
balita diare intoleransi laktosa mendaat perhatian khusus. Penyababnya karena pada
bayi pembentukan enzim lipase yang berfungsi memecah laktosa belum sempurna,
sehingga menyababkan bayi diare, dan lipase akan berfungsi optimal saat berusia 4-6
bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia bayi 1-2 bulan dan tidak menyababkan
berat badannya turun. Selain itu
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi
makanan.

5. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan gastoentritis karena dapat merangsang
peningkatan peristaltic usus.

D. Patofisologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan
elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya
virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dangangguan sirkulasi darah.(Sudoyo Aru, 2020).
PATHWAY

sPathway

Kekurangan
kEKURA Resiko syok Gangguan
volume cairan hipovelima pertukaran gas
E. Tanda dan Gejala
1. Diare dan umumnya disertai dengan muntah. Diare atau tinja yang berair,
biasanya setidaknya tiga kali dalam 24 jam. Darah atau lendir dapat muncul di
tinja dengan beberapa infeksi. Diare dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi,
sehingga meningkatkan risiko infeksi pada usus.
2. Nyeri kram pada perut yang sering terjadi. Rasa sakit dapat mereda untuk
sementara waktu setiap kali diare berlalu.
3. Suhu tinggi atau demam, sakit kepala, dan anggota badan yang sakit

F. Pemeriksaan Diagnostic
Menurut Suratan & Lusianah (2020) pemeriksaan diagnostic GE sebagai berikut:
a. Pemeriksaan tinja
b. Makroskopis dan mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam feses, bila perlu diadakan uji
bakteri
c. Pemeriksaan kimiawi darah (ureum, kreatinin). Kadar elektrolit darah trium, kalium,
klorida, fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap perlu dilakukan
pada kasus diare berat
d. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidopkaki, kolonoskopi dan lainnya tidak
membantu untuk evaluasi diare akut akibat infeksi.
G. Penatalaksanaan
Aspek utama dari penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan dehidrasi pada
gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri. Prinsip penatalaksanaan adalah pemberian
cairan untuk rehidrasi, antibotik bila diperlukan, zat besi,nutrisi, dan edukasi
(Kardiyudiani dan Susanti,2020).
Menurut Wijaya Putri (2020) Penatalaksanaan keperawatan dengan penderita
gastroenteritis adalah :
1. Pemberian cairan
a. Dehidrasi ringan dan sedang : di beri cairan NaCl, NaHCO3 glukosa
b. Cairan parenteral
c. Cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, kadang-kadang
tergantung kepada ketersediaan cairan, umumnya Ringer Laktat
2. Pengobatan Diestatik
a. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat ( nasi tim )
b. Susu khusus yang disesuaikan
3. Obat-obatan
Prinsip : mengenai cairan yang hilang melalui tinja dengan/ tanpa muntah, cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa/ karbohidrat lain (gula,air,tepung beras).
Obat yang diberikan : Obat anti sekresi
H. Kemungkinan Data Fokus
I. Anamnesa
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan
sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu (olfah & ghofur, 2020).
a. Anamnesa
1) Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku banga,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama menggambarkan alasan seseorang masuk rumah
sakit. Pada umumnya keluhan utamanya yakni BAB lebih dari 3 kali
sehari, konsistensi encer, mual muntah, perut sakit. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan :
a) Provoking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region : radiation, relief : apakh rasa sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
d) Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien. Bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari.

3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama frekuensi
BAB meningkat dengan bentuk dan konsistensi yang lain
dari biasanya dapat cair dan berlendir berdarah dan dapat
pula disertai gejala lain panas, muntah, anoreksia, nausea,
vomiting.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Jika disebebkan infeksi parental (infeksi) diluar alat
pencernaan, OMA infeksi
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ada pasien yang menderita alergi makanan ( diare yang
disebebkan adalah alergi terhadap makanan)
d) ADL
Nutrisi : Terjadi anoreksia, mual, muntah
Eleminasi : BAB lebih dari 4X (bayi)/BAB lebih dari 3x
(anak) dapat cair, lendir, berdarah, BAK frekuensi menurun
Personal hygiene : Iritasi pada sekitar usus Aktivitas : Lemas
dan mengantuk Istirahat tidur : Bisa terganggu bisa tidak
II. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Keadaan dehidrasi ringan, keadaan compos mentis keadaan lebih dari
lanjut, apatis, somnolen, koma.
a. Sistem kardiovaskuler : Peningkatan jantung, nadi, TD menurun, nadi kecil dan
cepat serta meningkat suhu tubuh.
b. Sistem RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratur
c. Sistem Pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan peristaltik
usus, kembung, distersi abdomen, tympani.
d. Sistem Perkemihan : Produksi urine menurun (oliguri – anuri )
e. Sistem Integumen : Turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill melambat,
warna kemerahan/ lecet (terutama sekitar anus)
f. Sistem muskuloskeletal : Kejang bila panas meningkat, pada hypoglikemi
tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen.
III. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis dan mikroskopis.
2. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
3. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium,
dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
2. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum (Doudenal Intubation).Untuk mengatahui jasad
renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.
I. Analisa data

No Data Etiologi Diagnosa


1 Data Mayor Antigen/faktor penyebab Ansietas
DS : ↓
- Merasa bingung Produksi antibodi berlebihan
- Merasa khawatir ↓
dengan akibat dari Pembentukan imun kompleks
kondisi yang ↓
dihadapi Inflamasi
- Sulit ↓
berkonsentrasi Aktivitas komplemen sel
DO : PMN

- Tampak gelisah ↓

- Tampak tegang Neutrofil tidak bisa

- Sulit tidur membersihkan imun


kompleks
Data Minor

DS :
Neutrofil ke berbagai jaringan
- Mengeluh pusing

- Anoreksia
Inflamasi sistemik
- Palpitasi

- Merasa tidak
Pasien kurang informasi
berdaya
mengenai penyakitnya
DO :

- Frekuensi nafas
Ansietas
meningkat
- Frekuensi nadi
meningkat
- Tekanan darah
meningkat
- Diaforesis
- tremor
- Muka tampak
pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata
buruk
- sering berkemih
- berorientasi pada
masalalu
2 Data mayor Makanan Diare
DS : ↓
- (tidak tersedia) Toksis tak dapat diserap
DO : ↓
- Defekasi lebih dari Hiperperistaltik
3x dalam 24 jam ↓
- Feses lembek atau Infeksi
cair ↓
Data minor Berkembang di usus
DS: ↓

- Urgency Hipersekresi dan elektrolit

- Nyeri/kram ↓

abdomen Isi usus

DO : ↓

- Frekuensi Diare

feristaltik
meningkat
- Bising usus
hiperaktif
3 Data mayor Frekuensi BAB meningkat Resiko
DS : ↓ ketidakseimbangan
- (tidak tersedia) Hilang cairan elektrolit cairan
DO : berlebihan
- Frekuensi nadi ↓
meningkat Gangguan keseimbangan
- Nadi teraba lemah cairan dan elektrolit

- Tekanan darah ↓

menurun Dehidrasi

- Tenakan nadi ↓

menyempit Resiko ketidakseimbangan

- Turgor kulit cairan

menurun
- Membran mukosa
kering
- Volume urim
menurun
- Hematoktit
meningkat
Data minor
DS :
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
DO:
- Pengisian vena
menurun
- Status mental
berubah
- Suhu tubuh
meningkat
- Konsentrasi urin
meningkat
- BB turun tiba-tiba
- Diare
4 Data mayor Frekuensi BAB meningkat Resiko syok
DS : ↓ hipovolemik
- (tidak tersedia) Hilang cairan elektrolit
DO : berlebihan
- Frekuensi nadi ↓
meningkat Gangguan keseimbangan
- Nadi teraba lemah cairan dan elektrolit

- Tekanan darah ↓

menurun Dehidrasi

- Tenakan nadi ↓

menyempit Resiko syok hipovolemik

- Turgor kulit
menurun
- Membran mukosa
kering
- Volume urim
menurun
- Hematoktit
meningkat
Data minor
DS :
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
DO:
- Pengisian vena
menurun
- Status mental
berubah
- Suhu tubuh
meningkat
- Konsentrasi urin
meningkat
- BB turun tiba-tiba
5 Data mayor Frekuensi BAB meningkat Gangguan pertukaran
DS : ↓ gas
- Dipsnea Asidosis metabolik
DO : ↓
- PCO2 meningkat Sesak
atau menurun ↓
- PO2 menurun Gangguan pertukaran gas

- Takikardia
- pH arteri
meningkat/menuru
n
- bunyi nafas
tambahan
Data minor
DS :
- pusing
- penglihatan kabur
DO :
- sianosis
- diaforesis
- gelisah
- napas cuping
hidung
- pola napas
abnormal
- warna kulit
abnormal
- kesadaran
menurun
6 Data mayor Distensi abdomen Defisit nutrisi
DS : ↓
(tidak tersedia) Mual muntah
DO : ↓
- berat badan Nafsu makan menurun
menurun minimal ↓
10% dibawah Defisit nutrisi
rentang ideal
data minor
DS :
- cepat kenyang
setelah makan
- kram atau nyeri
abdomen
- nafsu makan
menurun
DO :
- bising usus
hiperaktif
- otot mengunyah
lemah
- otot menelan
lemah
- membrane mukosa
pucat
- sariawan
- serum albumin
- rambut rontok
berlebihan
- diare

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Diare
3. Resiko ketidakseimbangan cairan
4. Resiko syok hipovolemik
5. Gangguan pertukaran gas
6. Defisit nutrisi
K. Rencana Asuhan Keperawatan

N
Tujuan dan Kriteria
o Diagnosa Intervensi Rasional
Hasil
1 Ansietas (D. Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (1.09314) Reduksi Ansietas (1.09314)
0080) tindakan asuhan Observasi Observasi
keperawatanselama 1. Identifikasi saat tingkat 1. Untuk dapat mengetahui
1x24 jam diharapkan ansietas berubah perubahan pada tingkat
tingkat ansietas ansietas dari pasien
menurun dengan 2. Monitor tanda-tanda 2. Untuk dapat mengetahui
kriteria hasil (SLKI, ansietas (verbal dan non tanda ansietas pada pasien
L.09093) verbal)
1. Verbalisasi Terapeutik Terapeutik
kebingungan 1. Ciptakan suasana 1. Untuk dapat
menurun terapeutik untuk menumbuhkan
2. Verbalisasi menumbuhkan kepercayaan pasien
khawatir akibat kepercayaan kepada perawat
kondisi yang di 2. Gunakan pendekatan yang 2. Untuk dapat mengetahui
hadapi tenang dan meyakinkan keluhan dari pasien
menurun 3. Motivasi mengidentifikasi 3. Untuk dapat mengetahui
3. Perilaku situasi yang memici situasi apa saja yang
gelisah kecemasan menyebabkan atau
menurun
4. Perilaku pemicu ansietas
tegang
menurun Edukasi Edukasi
5. Keluhan 1. Anjurkan keluarga untuk 1. Agar pasien tetap merasa
pusing tetap bersama pasien, jika nyaman
menurun perlu 2. Agar perawat dapat
6. Tekanan darah 2. Anjurkan mengungkapkan mengetahui perasaan
menurun perasaan dan persepsi pasien
7. Tremor 3. Latih kegiatan pengalihan
menurun untuk mengurangi 3. Untuk dapat
8. Pucat menurun ketegangan menghilangkan
ketegangan dari pasien
mengenai masalah yang
sedang dihadapi

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk menangani
antlansietas, jika perlu gangguan kecemasan

2 Diare (D.0020) Setelah diberikan Manajemen Diare (I.03101) Manajemen Diare (I.03101)
intervensi selama 1 x Observasi Observasi
1. Identifikasi penyebab diare 1. Mengetahui penyebab
24 jam maka 2. Identifikasi riwayat pemberian diare
diharapkan eliminasi makanan 2. Mengetahui asupan
3. Monitor warna, volume, makanan yang
fekal membaik frekuensi, dan konsistensi dikonsumsi
membaik dengan tinja 3. Untuk dapat menentukan
4. Monitor tanda dan gejala intervensi selanjutnya
kriteria hasil : hipovolemia 4. Mengetahui adanya tanda
(L.04033) 5. Monitor jumlah pengeluaran dan gejala hipovolemia
diare
1. Keluhan BAB 5. Mengetahui jumlah
Terapeutik output selama diare
cair menurun
1. Berikan asupan makanan oral
2. Distensi (mis. larutan garam gula, oralit) Teraupetik
abdomen 2. Pasang jalur inravena 1. Untuk pencegahan diare
3. Berikan cairan intravena 2. Untuk mengganti output
menurun 4. Ambil sampel darah untuk selama diare
3. Konsistensi feses pemeriksaan darah lengkap dan 3. Untuk mengganti output
elektrolit 4. Untuk mengetahui hasil
membaik 5. Ambil sampel feses untuk pemeriksaan
4. Frekuensi kultur, jika perlu
5. Untuk mendeteksi
defekasi Edukasi keberadaan bakter yang
membaik 1. Anjurkan makanan porsi kecil menyebabkan infeksi
dan sering secara bertahap Edukasi
5. Peristaltik usus 2. Anjurkan menghindari 1. Untuk menjaga asupan
membaik makanan pembentuk gas, makanan yang dibuthkan
pedas, dan mengandung tubuh
laktosa 2. Menghindare diare
3. Anjurkan melanjutkan berlanjut
pemberian ASI
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi diare
1. Kolaborasi pemberian obat
2. Untuk membuat feses keras
antimotilitas (mis, loperamide,
difenoksilat)
2. Kolaborasi obat pengeras feses
(mis. atapulgit, smektil, kaolin
pektin)
3 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan (1. 03098) Manajemen Cairan (1. 03098)
ketidakseimbanga
tindakan asuhan Observasi Observasi
n cairan (D.0036)
keperawatan selama 1. Monitor status hidrasi 1. Untuk mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi
1x24 jam diharapkan (mis. Frekuensi nadi,
2. Agar berat badan pasien
keseimbangan cairan kekuatan nadi, akral, tetap di terpantau
meningkat dengan pengisian kapiler,
Terapeutik
kriteria hasil (SLKI, kelembaban mukosa, 1. untuk mengumpulkan dan
menganalisis data pasien
L.03020) turgor kulit, tekanan
untuk mengatur
1. Asupan cairan darah) keseimbangan cairan
2. untuk memberikan hidrasi
meningkat 2. Monitor berat badan
cairan tubuh secara parental
2. Kelembaban harian
membrane
mukosa
Terapeutik
meningkat
1. Catat intake-output dan
3. Asupan
hitung balance cairan 24
makanan
jam
meningkat
2. Berikan cairan intravena,
4. Dehidrasi
jika perlu
menurun
5. Asites
menurun
6. Tekanan darah
membaik
7. Membrane
mukosa
membaik
8. Turgor kulit
membaik

4 Hipovolemia Setelah diberikan Manajemen syok hipovolemik Manajemen syok hipovolemik


(D.0023 intervensi selama 1 x (I.02050) (I.02050)
24 jam maka Observasi Observasi
diharapkan status 1. Monitor status 1. Mengetahui status
kardiopulmonal (frekuensi kardipulmonal
cairan klien dapat
dan kekuatan nadi, frekuensi 2. mengetahui status oksigenasi
membaik, dengan 3. mengetuhui status cairan
napas, TD dan MAP).
kriteria hasil: 4. mengetahui tingkat kesadaran
2. Monitor status oksigenasi
(L.03028) dan respon pupil
(oksimetri nadi, AGD)
1. Kekuatan nadi 3. Monitor status cairan (masukan
meningkat. dan haluaran, turgor kulit dan Terapeuti
2. Turgor kulit CRT). k
meningkat 4. Periksa tingkat kesadaran 1. Untuk mempertahankan
3. Output urine jalan napas paten.
dan respon pupil.
meningkat. 2. Untuk mempertahankan
4. Membran saturasi oksigen > 94%.
mukosa Terapeuti
3. Untuk menmbah output
membaik. k
untuk tubuh
5. Oliguria 1. Pertahankan jalan napas paten. 4. Untuk mengetahui hasil
membaik. 2. Berikan oksigen untuk pemeriksaan
6. Intake cairan mempertahankan saturasi
membaik. oksigen > 94%. Kolaborasi
7. Suhu tubuh 3. Berikan posisi syok (modified 1. Untuk menambah output
membaik. trendelerberg).
4. Pasang jalur IV
5. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 mL/kgBB
pada anak.

5 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi


Pertukaran gas
tindakan asuhan (1.01014) (1.01014)
keperawatanselama Observasi Observasi
3x24 jam diharapkan 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Untuk mengetahui
pertukaran gas kedalaman dan upaya frekuensi pernafasan
meningkat dengan nafas sudah normal atau tidak
kriteria hasil (SLKI, 2. Monitor pola nafas 2. Untuk mengetahui sejauh
L.01003): 3. Auskultasi bunyi nafas mana penurunan bunyi
1. Tingkat 4. Monitor saturasi oksigen nafas
kesadaran 3. Untuk mengetahui ronkhi
meningkat dan wheezing menyertai
2. Dyspnea obstruksi jalan nafas atau
menurun kegagalan pernafasan
3. Bunyi nafas 4. Untuk mengetahui
tambahan penurunan status oksigen
menurun mengalami kekuarangan
4. Gelisah oksigen yang dapat
menurun menyebabkan terjadinya
5. Nafas cuping hipoksia
hidung
menurun
6. Takikardia
membaik
7. Pola nafas
membaik
8. Warna kulit
membaik

6 Defisit nutrisi Setelah diberikan Manajemen nutrisi (I.03119) Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) intervensi selama 1 Observasi Observasi
x 24 jam maka 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status
diharapkan status 2. dentifikasi alergi dan asupan makanan yang
nutrisi membaik intoleransi makanan diberikan
dengan kriteria hasil 3. Identifikasi makanan yang 2. Mengetahui adanya
disukai alergi dan intoleransi
:
4. Identifikasi kebutuhan kalori
(L.03030) makanan
dan jenis nutrien
1. Nafsu makan 3. Agar dapat memberi
5. Monitor asupan makanan
membaik asupan makanan sesuai
6. Monitor hasil pemeriksaan
2. Berat badan
membaik laboratorium kesukaan
3. Bising 4. Mengetahui kebutuhan
usus Terapeutik kalori dan jenis nutrien
dalam 1. Berikan makanan tinggi kalori 5. Mengetahui asupan
rentang dan tinggi protein makanan yang dierlukan
normal 2. Sajikan makanan secara 6. Dapat menentukan
4. Nyeri menarik dan suhu yang sesuai intervensi selanjutnya
abdomen 3. Berikan suplemen makanan,
menurun jika perlu Teruapetik
1. untuk mengganti elektrolit
Edukasi
1. Ajarkan diet yang tubuh yang telah hilang
diprogramkan 2. dapat meningkatkan nafsu
makan
Kolaborasi 3. dapat menambah nafsu
1. Kolaborasi dengan ahli gizi makan
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang Edukasi
dibutuhkan, jika 1. Mengatur pola makan
pasien
Kolaborasi
Diet sesuai kebutuhan
nutrisi
Daftar Pustaka

Maulana. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Anak Gastroenteritis Akut Dengan Diare di RSUD
dr. Slamet Garut. Diploma III Keperawatan. STIKes Bhakti Kencana. Bandung

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta. Mediaction

Sari. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak Gastroenteritis di Rumah Sakit Samarinda Medika
Citra. Fakultas Keperawatan. Poltekkes Kementrian Kalimantan Timur. Kalimantan
Timur.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

You might also like