You are on page 1of 10

Proses Hukum Acara di Mahkamah Konstitusi: Analisis Kritis terhadap Pengaturan

Persidangan, Pembuktian, dan Penyelesaian Sengketa Konstitusi

Rizma Jasmeen

Mahasiswa semester 4 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract
This journal aims to critically analyze the procedural law process at the Constitutional Court,
with a focus on court arrangements, evidence, and constitutional dispute resolution. The
Constitutional Court has an important role in maintaining the validity of a country's constitution
and protecting the constitutional rights of individuals and institutions. However, the
implementation of the procedural law of the Constitutional Court often faces challenges and
issues that need to be reviewed in depth. Through a critical analysis approach, this study
analyzes various aspects of the procedural law of the Constitutional Court. First, trial
arrangements are explored in order to understand the stages and procedures applied in settling
constitutional disputes. Then, the evidentiary aspects in the procedural law of the Constitutional
Court are studied in order to understand the strength of the evidence received by the Court and
the obstacles that may be encountered in its use. Furthermore, this study discusses the time for
settlement of cases in the procedural law of the Constitutional Court and identifies efforts to
speed up the process. Lastly, the active role of parties involved in constitutional trials is
examined to understand how their participation can influence the legal proceedings of the
Constitutional Court.Through a critical analysis of the procedural law process at the
Constitutional Court, this research is expected to provide a deeper understanding of the
implementation of the procedural law. The results of this study are expected to provide insights
and recommendations to improve effectiveness, efficiency, and justice in resolving constitutional
disputes at the Constitutional Court.
Keywords: Constitusional court, procedural law, trial regulations, evidence, dispute resolution.
Intisari
Abstrak:

Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis proses hukum acara di Mahkamah
Konstitusi, dengan fokus pada pengaturan persidangan, pembuktian, dan penyelesaian sengketa
konstitusi. Mahkamah Konstitusi memiliki peran penting dalam menjaga keberlakuan konstitusi
suatu negara dan melindungi hak-hak konstitusional individu serta lembaga. Namun,
implementasi hukum acara Mahkamah Konstitusi sering kali menghadapi tantangan dan isu-isu
yang perlu ditinjau secara mendalam. Melalui pendekatan analisis kritis, penelitian ini
menganalisis berbagai aspek hukum acara Mahkamah Konstitusi. Pertama, pengaturan
persidangan dieksplorasi untuk memahami tahapan dan prosedur yang diterapkan dalam
penyelesaian sengketa konstitusi. Kemudian, aspek pembuktian dalam hukum acara Mahkamah
Konstitusi dipelajari untuk memahami kekuatan bukti yang diterima oleh Mahkamah serta
kendala yang mungkin dihadapi dalam penggunaannya. Selanjutnya, penelitian ini membahas
waktu penyelesaian perkara dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi dan mengidentifikasi
upaya untuk mempercepat proses tersebut. Terakhir, peran aktif pihak-pihak yang terlibat
dalam persidangan konstitusional diteliti untuk memahami bagaimana partisipasi mereka dapat
memengaruhi proses hukum acara Mahkamah Konstitusi. Melalui analisis kritis terhadap
proses hukum acara di Mahkamah Konstitusi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi hukum acara tersebut. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas,
efisiensi, dan keadilan dalam penyelesaian sengketa konstitusi di Mahkamah Konstitusi.

Kata Kunci: Mahkamah konstitusi, hukum acara, peraturan persidangan, pembuktian,


penyelesaian sengketa

I.Pendahuluan

Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga peradilan yang memiliki peran sentral dalam
menjaga keberlakuan konstitusi suatu negara dan melindungi hak-hak konstitusional individu serta
lembaga. Hukum acara yang diterapkan dalam Mahkamah Konstitusi memiliki kekhususan tersendiri,
yang dirancang untuk menangani sengketa konstitusi dan memastikan keadilan dalam penyelesaiannya.

Dalam konteks ini, penting untuk melakukan analisis kritis terhadap proses hukum acara di
Mahkamah Konstitusi guna memahami kelebihan dan kekurangan yang ada. Sejumlah isu dan tantangan
muncul dalam implementasi hukum acara tersebut, seperti pengaturan persidangan, pembuktian, waktu
penyelesaian perkara, dan peran aktif pihak-pihak yang terlibat dalam persidangan konstitusional.

Pada pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang pentingnya penelitian tentang hukum acara
Mahkamah Konstitusi, dengan fokus pada pengaturan persidangan, pembuktian, dan penyelesaian
sengketa konstitusi. Selanjutnya, akan diberikan tinjauan terhadap relevansi dan urgensi analisis kritis
terhadap proses hukum acara Mahkamah Konstitusi dalam konteks peningkatan efektivitas dan efisiensi
peradilan konstitusional.
Pemahaman yang mendalam mengenai implementasi hukum acara Mahkamah Konstitusi akan
memberikan kontribusi penting dalam peningkatan kualitas penyelesaian sengketa konstitusi serta
perlindungan hak-hak konstitusional yang lebih baik. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan
wawasan dan rekomendasi yang berharga untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang hukum acara
Mahkamah Konstitusi.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, karena
penelitian dilakukan dengan memeriksa bahan pustaka atau data sekunder yang berkaitan dengan
status dan kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam sistem hukum konstitusional Indonesia.
Spesifikasi dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yang diharapkan dapat memberikan
gambaran yang rinci, sistematis, dan komprehensif mengenai segala hal yang berkaitan dengan
objek yang akan diperiksa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
artinya data diperoleh dari bahan pustaka yang dikumpulkan melalui studi literatur dan studi
dokumenter, yang kemudian dianalisis secara kualitatif.

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan bahan primer penelitian berupa
UUD 1945 serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kekuasaan kehakiman pada
kewenangan judicial review, khususnya undang-undang Mahkamah Konstitusibeserta putusan-
putusan Mahkamah Konstitusi. Bahan sekunder yang digunakan berupa kepustakaan dibidang
hukum berupa artikel ilmiah, dan buku-buku teks yang di dalamnya terdapat pandangan atau
pendapat ahli-ahli hukum. Bahan hukum primer dikumpulkan dengan inventarisasi peraturan
perundang-undangan beserta putusan pengadilan yang terkait dengan masalah yang diteliti,
kemudian bahan hukum sekunder didapat dengan menelusuri bahan kepustakaan dan
menggunakan Teknik analisis Miles & Huberman (1994).

III. PEMBAHASAN
A. Tahapan Persidangan di Mahkamah Konstitusi.

AdapunTahapan persidangan di MK, terdiri dari

a) mendengarkan permohonan;

b) jawaban termohon;

c) keterangan pihak terkait;

d) pembuktian oleh pemohon, termohon, pihak terkait; dan

e) kesimpulan

Apabila dipandang perlu, di dalam proses persidangan MK dapat menetapkan putusan


sela sebelum putusan akhir. Putusan sela tersebut didasari permohonan Pemohon
yang merasa hak-hak konstitusionalnya akan dirugikan apabila menunggu putusan
akhir MK. Jika MK merasa alasan Pemohon beralasan, maka MKdapat menjatuh
kanputusan sela terkait perkara tersebut. Dalam PHPU, MK akan memberi tenggang
waktu yang tidak lama untuk persidangan selanjutnya. Hal tersebut terkait dengan
batas waktu penyelesaian perkara PHPU yang dibatasi 30 hari setelah perkara terdaftar
dalam BRPK. Para pihak dalam siding PHPU Di beri Ruang untuk sama-sama
membuktikan dalilnya dalam pembuktian dan menghadirkan alat bukti. Kebiasaan
diMK, Hakim akan lebih mendengar dan mempertimbangkan para pihak yang
mampu menghadirkan alat bukti yang sahihdalam persidangan. Apabila masing-masing
kertas perhitungan tersebut aslidan kredibel, maka Hakim jugamempertimbangkan fakta
persidangan yang menjadi landasan hakim dalam membuat Putusan. Dalam Sidang MK
diberikan ruang oleh MK bagi Pihak Terkait dan Para Saksi untuk menerangkan apa
yang mereka alami, dengar dan rasakan yang relevan dengan perkara yang sedang
diperiksa MK. Para pihak dalam sidang MK juga diberi ruang untuk menghadirkan Ahli
sebagai seseorang yang dianggap memiliki keahlian dari bangku Pendidikanformal
maupun dari pengalamanguna memperkuat dalil dalam persidangan. Ketika MK
berpendapat sidang sudah cukup untuk dasar pembuatan putusan, maka MK akan Rapat
Permustawaratan Hakim dan menjadwalkan pembacaan putusan. Sesudah MK
membacakan Putusan dalam persidangan yang terbuka untuk umum, para pihak
akan mendapatkan SalinanPutusandari Panitera MK.1

B. Hak dan Kewajiban Pihak-pihak yang Terlibat

1
Pelatihan Pembuktian et al., “Pelatihan Pembuktian Perselisihan Hasil Pemilu Di Kota Bengkulu,” Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat UBJ 4, no. 1 (January 29, 2021): 47–56,
https://doi.org/10.31599/JABDIMAS.V4I1.285.
Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi
(MK) dapat mencakup beberapa aspek berikut:

1. Pemohon:

- Hak untuk mengajukan permohonan ke MK terkait sengketa konstitusi.

- Kewajiban untuk menyampaikan argumen dan bukti yang mendukung permohonan


dengan jelas dan lengkap.

- Kewajiban untuk mematuhi peraturan dan prosedur yang berlaku di MK.

2. Termohon:

- Hak untuk memberikan tanggapan terhadap permohonan yang diajukan.

- Hak untuk mengajukan eksepsi atau pengecualian terhadap permohonan.

- Kewajiban untuk mempersiapkan argumen dan bukti yang mendukung tanggapan


dengan seksama.

3. Intervenor:

- Hak untuk mengajukan permohonan untuk menjadi pihak yang turut serta dalam
persidangan.

- Kewajiban untuk menjelaskan alasan mengapa kepentingan mereka relevan dengan


perkara yang sedang dipersidangkan.

4. Amicus Curiae:

- Hak untuk mengajukan pendapat hukum sebagai pihak ketiga yang bukan pihak
langsung dalam perkara.

- Kewajiban untuk memberikan kontribusi yang objektif dan relevan bagi pengambilan
keputusan oleh MK.

5. Hakim:
- Hak untuk mendengarkan argumen dari semua pihak yang terlibat dalam persidangan.

- Hak untuk mengajukan pertanyaan dan klarifikasi terhadap argumen yang


disampaikan.

- Kewajiban untuk menjaga netralitas, objektivitas, dan keadilan dalam proses


persidangan.

6. Hakim Konstitusi Rapporteur:

- Hak untuk mempelajari kasus secara mendalam dan mempersiapkan laporan yang
rinci kepada majelis hakim.

- Kewajiban untuk menyusun laporan dengan cermat dan obyektif untuk memudahkan
diskusi dan pengambilan keputusan.

Selain itu, semua pihak yang terlibat dalam persidangan di MK memiliki kewajiban
untuk mematuhi kode etik, menjunjung tinggi integritas, menghormati hakim, serta
memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam upaya mencapai keadilan dan kebenaran
dalam penyelesaian sengketa konstitusi.

Perlu diperhatikan bahwa hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dapat berbeda
tergantung pada peraturan dan kebijakan yang berlaku di Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia.

C. Persiapan dan Pelaksanaan Persidangan

Persiapan dan pelaksanaan persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK) melibatkan


serangkaian langkah dan prosedur yang harus diikuti. Berikut adalah beberapa aspek
yang terkait dengan persiapan dan pelaksanaan persidangan di MK:

1. Pendaftaran dan Pemeriksaan Formalitas:

- Pihak yang berkepentingan, seperti pemohon dan termohon, harus melakukan


pendaftaran perkara sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh MK.

- MK melakukan pemeriksaan formalitas terhadap permohonan, termasuk memeriksa


kelengkapan berkas, keabsahan hukum permohonan, dan hal-hal teknis lainnya.
2. Penyampaian Argumen dan Bukti:

- Pihak-pihak yang terlibat, seperti pemohon dan termohon, harus menyampaikan


argumen hukum dan bukti pendukungnya secara tertulis.

- Persiapan materi argumen dan bukti harus dilakukan secara seksama untuk
mendukung posisi masing-masing pihak.

3. Sidang Persidangan:

- Sidang persidangan di MK dilakukan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.

- Pihak-pihak yang terlibat mempresentasikan argumen hukum mereka secara lisan di


hadapan majelis hakim.

- Sidang persidangan berlangsung dengan mengikuti tata tertib dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh MK.

4. Pemaparan Argumen dan Diskusi:

- Pihak-pihak yang terlibat diberikan kesempatan untuk memaparkan argumen hukum


mereka secara rinci.

- Hakim-hakim MK dapat mengajukan pertanyaan atau klarifikasi terhadap argumen


yang disampaikan.

- Diskusi hukum yang terbuka dan berimbang dapat terjadi antara pihak-pihak yang
terlibat.

5. Pemeriksaan Fakta dan Saksi Ahli:

- MK dapat melakukan pemeriksaan fakta untuk mendapatkan pemahaman yang lebih


mendalam tentang kasus yang sedang dipersidangkan.

- Pihak-pihak yang terlibat dapat menghadirkan saksi ahli untuk memberikan


keterangan yang relevan terkait dengan masalah yang dibahas.

6. Penerbitan Putusan:
- Setelah persidangan selesai, majelis hakim MK melakukan rapat pembahasan untuk
mengambil keputusan.

- MK menerbitkan putusan yang berisi penjelasan hukum dan alasan yang menjadi
dasar pengambilan keputusan.

Penting untuk diketahui bahwa persiapan dan pelaksanaan persidangan di MK dapat


diatur lebih lanjut dalam peraturan MK yang berlaku. Prosedur dan langkah-langkah ini
dirancang untuk memastikan bahwa persidangan berlangsung secara adil, transparan, dan
efektif dalam penyelesaian sengketa konstitusi.

D. Pengambilan Keputusan dan Penerbitan Putusan

Pengambilan keputusan dan penerbitan putusan merupakan tahap penting dalam


persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK). Berikut adalah beberapa aspek yang terkait
dengan pengambilan keputusan dan penerbitan putusan di MK:

1. Rapat Pembahasan:

- Setelah persidangan selesai, majelis hakim MK melakukan rapat pembahasan yang


melibatkan semua hakim yang terlibat dalam perkara tersebut.

- Rapat pembahasan digunakan untuk mendiskusikan argumen yang disampaikan,


bukti-bukti yang diajukan, dan pendapat yang diutarakan selama persidangan.

2. Penilaian Hakim:

- Setiap hakim dalam majelis menyampaikan pendapat dan penilaian mereka terhadap
kasus yang sedang dipersidangkan.

- Penilaian dilakukan berdasarkan hukum dan fakta yang terungkap selama


persidangan.

3. Penulisan Putusan:

- Setelah rapat pembahasan, hakim-hakim MK menulis putusan yang berisi penjelasan


hukum dan alasan yang menjadi dasar pengambilan keputusan.
- Putusan harus mencakup pokok-pokok permohonan, pertimbangan hukum, dan amar
keputusan.

4. Pemisahan Pendapat:

- Dalam beberapa kasus, hakim-hakim MK dapat memiliki pendapat yang berbeda


mengenai kasus yang sedang dipersidangkan.

- Pemisahan pendapat dapat terjadi dalam bentuk pendapat mayoritas dan/atau pendapat
minoritas yang terdokumentasikan dalam putusan.

5. Pengumuman Putusan:

- Setelah putusan ditulis dan disetujui oleh hakim-hakim MK, putusan tersebut
diumumkan kepada publik.

- Pengumuman putusan dapat dilakukan melalui sidang terbuka atau melalui


pemberitahuan resmi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam perkara.

Pengambilan keputusan dan penerbitan putusan di MK dilakukan dengan


mempertimbangkan argumen dan bukti yang disampaikan selama persidangan, serta
berdasarkan pertimbangan hukum yang relevan. Tujuan dari pengambilan keputusan dan
penerbitan putusan adalah untuk memberikan kepastian hukum dan menyelesaikan
sengketa konstitusi dengan adil dan objektif.

IV. KESIMPULAN

Dalam proses peradilan di Mahkamah Konstitusi (MK), pengambilan keputusan dan


penerbitan putusan memainkan peran penting dalam menyelesaikan sengketa konstitusi. Setelah
melalui tahap persidangan yang melibatkan pihak-pihak yang terkait, hakim-hakim MK
melakukan rapat pembahasan untuk mendiskusikan kasus yang sedang dipersidangkan. Penilaian
dilakukan berdasarkan hukum dan fakta yang terungkap selama persidangan, dan setiap hakim
menyampaikan pendapat dan penilaiannya.

Hasil dari proses rapat pembahasan tersebut adalah penulisan putusan, yang berisi
penjelasan hukum dan alasan yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Putusan harus
mencakup pokok-pokok permohonan, pertimbangan hukum, dan amar keputusan. Dalam
beberapa kasus, pemisahan pendapat dapat terjadi jika hakim-hakim memiliki pendapat yang
berbeda mengenai kasus tersebut. Setelah putusan ditulis dan disetujui oleh hakim-hakim MK,
putusan tersebut diumumkan kepada publik. Pengumuman putusan dilakukan untuk memberikan
kepastian hukum dan menyelesaikan sengketa konstitusi secara adil dan objektif. Proses
pengambilan keputusan dan penerbitan putusan di MK bertujuan untuk menjaga integritas
lembaga, keadilan, dan kepastian hukum. Dengan demikian, pengambilan keputusan dan
penerbitan putusan di MK merupakan tahap akhir yang penting dalam menyelesaikan sengketa
konstitusi. Melalui proses ini, MK menjalankan perannya sebagai lembaga peradilan yang
berwenang dalam menafsirkan dan menguji konstitusionalitas undang-undang dan peraturan-
peraturan lainnya. Putusan MK memiliki dampak signifikan dalam menjaga kepatuhan terhadap
konstitusi dan melindungi hak-hak konstitusional masyarakat.

REFERENSI.

1. Ansori. (2017). Legalitas Hukum Komisi Pemilihan Umum Daerah


dalamMenyelenggarakan Pilkada The Legality of Regional Election Regional Head
Election.JurnalKonstitusi, 14(3), 553–572.
http://ejournal.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php/jk/index

You might also like